2013
Vol 2 (2): 49 - 55
Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi,
Pontianak, email korespondensi: rahasia160485@gmail.com
Abstrak
Fluktuasi salinitas akibat fenomena pasang surut air laut menyebabkan perbedaan jenis zooplankton yang
mendiami muara sungai. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur komunitas zooplankton pada
saat pasang surut air laut di Muara Sungai Mempawah. Sampel diambil pada 5 stasiun yang dibedakan
berdasarkan rona lingkungannya. Sampel plankton dan air diambil pada setiap stasiun baik di kolom air
(kedalaman 0,5-2,5 meter) maupun di permukaan. Pengambilan sampel dilakukan pada periode pasang
surut purnama dan perbani pada bulan April 2012. Zooplankton yang ditemukan di Muara Sungai
Mempawah pada saat pasang dan saat surut sebanyak 55 genera yang terbagi ke dalam 5 filum, yaitu
Arthropoda, Protozoa, Trocohelmintes, Molusca, Annelida dan 4 genera yang tidak teridentifikasi.
Keanekaragaman tertinggi dari filum Arthropoda (29 genera), dengan kelimpahan tertinggi berasal dari
filum Trocohelmintes genus Tintinnopsis (731,23 ind/l). Keanekaragaman zooplankton di Muara Sungai
Mempawah saat pasang surut tergolong sedang. Kemerataan zooplankton di Muara Sungai Mempawah
cenderung merata dengan indeks kemerataan 0,6291-0,8447, yang berarti bahwa tidak ada zooplankton
yang mendominasi.
Kata kunci : pasang, surut, muara, Mempawah
PENDAHULUAN
Muara adalah perairan semi tertutup yang
berhubungan langsung dengan laut, sehingga air
laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur
dengan air tawar (Bengan, 2000). Percampuran air
ini dipengaruhi oleh sirkulasi air, topografi,
kedalaman dan pola pasang surut. Proses
percampuran air laut dan air tawar ini
menyebabkan air di muara memiliki salinitas yang
berbeda dengan salinitas air laut dan air sungai
(Kasim, 2005 dalam Rizkita el al., 2011).
Perbedaan salinitas di daerah muara menyebabkan
perbedaan jenis plankton yang mendiami muara.
Plankton adalah bagian dari komunitas biota
perairan yang dikelompokkan menjadi dua yaitu
fitoplankton dan zooplankton. Zooplankton
memiliki peranan penting dalam rantai makanan
di perairan karena zooplankton merupakan sumber
makanan bagi ikan-ikan kecil dan kelompok
Crustaceae (Nontji, 2007).
Keanekaragaman dan kelimpahan zooplankton
menandakan kesuburan dan kestabilan suatu
perairan. Menurut Handayani dan Patria (2005),
Protobiont
2013
Vol 2 (2): 49 - 55
Muara yang dangkal dengan cepat mengalami
pergantian air yang didominasi oleh zooplankton
laut saat pasang dan zooplankton sungai saat
surut.
penelitian
mengenai
struktur
komunitas
zooplankton untuk melihat keanekaragaman
zooplankton berdasarkan pasang surut di Muara
Sungai Mempawah Kabupaten Pontianak.
Penelitian
mengenai
struktur
komunitas
zooplankton di Muara Sungai Mempawah belum
pernah dilakukan. Oleh karena itu, diperlukan
Protobiont
2013
Vol 2 (2): 49 - 55
Gambar 1
11
Kelimpahan (ind/l)
surut
2000
1500
1000
500
0
1
3
Stasiun
Protobiont
2013
Vol 2 (2): 49 - 55
A
Surut
Stasiun
H
e
Kelimpahan Genera Tertinggi di Muara
Sungai Mempawah Kabupaten Pontianak
(a.
Tintinnopsis,
b.
Lecane,
c. Leprotintinnus, d. nauplius Calanoid,
e. Oithona)
Briadydius
Neocalanus
nauplius Stenocolus
larva Pincatada
2,8609
0,0854
0,8331
2,8719
0,0996
0,8144
2,9274
0,0824
0,8447
2,3671
0,1884
0,6830
2,4281
0,1543
0,7211
Kisaran
Gambar 4
0,0920- 0,0920- 0,6291- 2,4281- 0,0824- 0,68300,2232 0,2232 0,7992 2,9274 0,1885 0,8447
77.6471
79.0123
89.1892
86.9565
91.8367
81.3187
88.3721
87.3563
85.3659
88.0000
Pembahasan
Zooplankton terbanyak yang ditemukan di Muara
Sungai Mempawah berasal dari filum Arthropoda.
Sesuai pernyataan Meadows & Campbell (1993),
bahwa zooplankton yang mendiami ekosistem
perairan sebagian besar didominansi oleh filum
Arthropoda yaitu sebanyak 70-90%. Hasil
penelitian ini didukung pula oleh penelitian
Supianto (2010), yang menemukan 28 genera
zooplankton dari filum Arthropoda di Muara
Kayong Utara.
Kelimpahan zooplankton terendah ditemukan
pada filum Annelida. Rendahnya kelimpahan dari
filum ini dikarenakan sebagian besar Annelida
hidup sebagai bentos di perairan dengan salinitas
tinggi (31,7-34,7) (Ameneiro et al., 2012),
sedangkan salinitas di Muara Sungai Mempawah
tergolong rendah (0,5-12,1). Sachlan (1982),
menyatakan bahwa filum Annelida banyak
terdapat sebagai meroplankton di laut.
Waktu pengambilan sampel (periode pasang surut)
juga mempengaruhi kelimpahan zooplankton yang
ada di Muara Sungai Mempawah. Kelimpahan
52
Protobiont
2013
Vol 2 (2): 49 - 55
total zooplankton saat pasang lebih tinggi
dibandingkan saat surut (Gambar 2). Faktor yang
sangat
berpengaruh
terhadap
perbedaan
kelimpahan zooplankton saat pasang surut adalah
tinggi muka air di muara. Menurut Suryati (2008),
saat pasang kecepatan arus meningkat sehingga
plankton laut akan terbawa arus masuk ke muara
menyebabkan kelimpahan plankton saat pasang
juga meningkat. Saat pasang, tinggi muka air
berkisar 1,8-7,49 m dan pada saat surut 1,1-6,35
m. Berdasarkan hasil penelitian Purwanti et al.,
(2011), di perairan Muara Sungai Demak
Kabupaten Jepara saat pasang zooplankton lebih
banyak ditemukan dibandingkan saat surut.
Kelimpahan zooplankton tertinggi saat pasang,
terjadi pada stasiun 2 (Gambar 3). Melimpahnya
zooplankton di stasiun 2 dikarenakan lokasi 2
dekat dengan pembuangan limbah dari pasar yang
menjadi sumber makanan bagi zooplankton.
Selain itu, adanya arus dan gelombang yang cukup
kuat dari laut turut mendukung suplai makanan
bagi zooplankton yang ada di stasiun 2.
Zooplankton laut yang tidak mampu mentolerir
perubahan salinitas akan mengalami kematian dan
terkumpul di dasar muara. Jasad plankton laut
tersebut akan terdekomposisi menjadi detritus
sehingga menjadi makanan bagi zooplankton
muara.
Kelimpahan zooplankton tertinggi saat surut
terjadi pada stasiun 4 (Gambar 3). Stasiun 4
memiliki salinitas (0,5) lebih rendah
dibandingkan 3 stasiun sebelumnya. Rendahnya
salinitas tersebut menyebabkan banyaknya
zooplankton air tawar yang berada di stasiun 4.
Stasiun 4 dekat dengan Sungai Mempawah
sehingga banyak zooplankton dari sungai yang
terbawa arus masuk ke stasiun tersebut. Adanya
vegetasi mangrove di stasiun 4 juga mendukung
kelimpahan zooplankton di stasiun tersebut.
Menurut Martosubroto & Naamin (1977), muara
yang ditumbuhi mangrove merupakan ekosistem
yang produktif. Banyaknya zooplankton di sekitar
tanaman mangrove dikarenakan banyak terdapat
bahan organik yang merupakan nutrisi bagi
zooplankton. Tanaman mangrove memiliki
tutupan kanopi yang lebat sehingga dapat
menaungi organisme yang ada di sekitar muara.
Kelimpahan zooplankton terendah pada saat
pasang dan surut ditemukan pada stasiun 1
(Gambar 3). Stasiun 1 yang memiliki arus kuat
(0,35 m/s saat pasang dan 0,3 m/s saat surut)
dengan kedalaman 2 m saat pasang dan 1.53 m
saat surut, menyebabkan material-material di
Protobiont
2013
Vol 2 (2): 49 - 55
kehidupan Lecane tetapi tidak bisa mendukung
proses perkembangbiakannya.
Nauplius Calanoid merupakan larva dari kelas
Crustaceae yang paling banyak ditemukan di
Muara Sungai Mempawah. Zooplankton dari
Crustaceae menetaskan telurnya di daerah pesisir
seperti muara, karena di di daerah pesisir banyak
tersedia makanan. Menurut Huys & Boxshall
(1991), nauplius Calanoid banyak menetaskan
telurnya di daerah pesisir karena lebih aman dari
pada di laut dan banyaknya ketersediaan makanan
di daerah muara.
Oithona merupakan salah satu zooplankton yang
mendiami habitat muara. Menurut Temnykh &
Nishida (2012), Oithona merupakan zooplankton
muara yang banyak terdapat di perairan sekitar
pasifik dan Sub Indonesia. Pada saat penelitian di
Muara Sungai Mempawah, Oithona merupakan
salah satu genus yang melimpah. Takashi dan
Uchiyana (2007), menyatakan bahwa Oithona
sangat melimpah pada bulan Juni-Januari.
Penelitiaan ini dilakukan pada bulan April.
Diperkirakan bulan April Oithona masih
melimpah, walau tak sebanyak bulan Juni-Januari.
Oithona hanya mampu bereproduksi pada suhu
20-250C, dengan salinitas 17-18. Suhu air di
Muara Mempawah berkisar antara 26,43-28,50C,
dengan salinitas 0,5-12,1. Salinitas dan suhu air
di Muara Sungai Mempawah tidak bisa
mendukung reproduksi Oithona tetapi masih
mampu mendukung kehidupan Oithona.
Briadydius, nauplius Stenocolus, Neocalanus,
larva Pincatada, larva Pelagobia hanya
ditemukaan pada saat pasang (Gambar 5).
Briadydius,
nauplius
Stenocalanus
dan
Neocalanus merupakan zooplankton air laut.
Ketiga genera ini hanya ditemukan pada saat
pasang dengan salinitas berkisar antara 0,512,1. Keberadaan ketiga genera tersebut di
Muara Sungai Mempawah dikarenakan terbawa
arus laut dan gelombang, ada beberapa genera
mampu tinggal lebih lama di muara. Dari ketiga
genera tersebut Neocalanus memiliki rata-rata
kelimpahan tertinggi yaitu 30,2 ind/l. Menurut
Miller & Clemons (1988), Neocalanus akan
berada di permukaan untuk bereproduksi pada
bulan Desember-Mei. Diduga saat bulan April
Neocalanus masih dalam proses reproduksi dan
berada di permukaan sehingga terbawa arus
hingga ke muara.
Nilai indeks keanekaragaman (H) pada saat
pasang berkisar antara 2,04-3,04 dan surut
Protobiont
2013
Vol 2 (2): 49 - 55
Hydro Osianografi Angkatan Laut., 2012, Laporan
Pasang Surut di Pesisir Kota Pontianak,
Jakarta.
International Council for the Exploration of the Sea.,
2001, Elektronic Document Collection of
ICES Identification Leaflets for Plankton,
www.ICES.com
Kamiyama. T, Takayama. H, Nishii. Y & Uchida. T.,
2001, Grazing Impact of The Field Ciliate
Assemblage on a Bloom of the Toxic
Dinoflagellate Heterocapsa Circularisquama,
Plankton Biol, Ecol 48:10-18
Karayanni. H, Christaki. U, Van Wambeke, Thyssen.
M & Denis. M., 2008, Heterotrophic
Nanoagellate and Ciliate Bacterivorous
Activity and Growth in The Northeast Atlantic
Ocean: A Seasonal Mesoscale Study, Aquat
Microb Ecol 51: 169181.
Khaleqsefat. E, Rad S.P & Viayeh R.M., Lecanid
Rotifers (Rotifera: Monogononta: Lecanidae)
from Iran, Turk J Zool: 35(1): 49-55.
Martosubroto. P & Naamin N., 1877, Relationship
Berween Tidal Forests (Mangrove) an
Commercial Shrimp Production in Indonesia,
Indonesia.
Meadows. P.S & J.I. Campbell., 1993, An Introduction
to Marine Science, 2 nd Edition, Halsted
Press, USA. pp: 68 85: 165 175
Miller. C. B & M. J. Clemons., 1988, Revised Life
History Analysis for Large Grazing Copepods
in the Subarctic Pacific Ocean. Prog.
Oceanogr. 20:293-313.
Mulyadi., 2004, Calanoid Copepods in Indonesia
Water, Indonesia Institute of Sciences Bogor,
Indonesia.
Needham. J. G & Needham., 1962, A Guide to The
Study of Fresh-Water Biology, Holden-Day,
California.
Nontji. A., 2007, Biomassa dan Produktivitas
Fitoplankton di Perairan Teluk Jakarta serta
Kaitannya dengan Faktor-faktor Lingkungan,
Disertasi (tidak di publikasikan), Fakultas
Pascasarjana, IPB. Bogor.
Nybakken. J.W., 1988, Biologi Laut: Suatu Pendekatan
Ekologis, Penerbit PT Gramedia, Jakarta.
Odum. E.P., 1993, Dasar-dasar Ekologi, Terjemahan
Tjahjono Samingan, Edisi Ketiga, Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.
Pagoray. H., 1998, Pengaruh Pencemaran Lingkungan
Industri Terhadap Keanekaragaman Plankton,
Gastropoda, Bivalvia Pada Komunitas Hutan
Mangrove Tepi Kali Dolan Cilacap, Ilmu
Lingkungan UGM, Yogyakarta.
Patterson. D.J., 1996, Free-Living Freshwater Protozoa,
UNSW Press, Sydney.
Purwanti. S, Hariyati. R & Wiryani. E., 2011,
Komunitas Plankton pada Saat Pasang dan
Surut di Perairan Muara Sungai Demak
Kabupaten Jepara (Skripsi)
Rizkita. M, Sonelpon & W. Setiawan., 2011, Adaptasi
Organisme, Siklus
dan Jaringan Makan
55