Anda di halaman 1dari 7

Definisi

Diabetes Mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik


hiperglikemi yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.
Neuropati diabetik adalah adanya gejala dan atau tanda dari disfungsi saraf penderita
diabetes tanpa ada penyebab lain selain diabetes mellitus, setelah dilakukan eksklusi penyebab
lainnya.
Epidemiologi
Sebuah studi di Amerika memperkirakan bahwa 47% pasien dengan diabetes terkena
neuropati perifer. Sekitar 7,5% pada pasien yang awal didiagnosis diabetes telah terkena
neuropati. Lebih dari setengah kasus adalah polineuropati distal simetris.
Pada neuropati diabetes, tidak ada predileksi ras tertentu yang terkena neuropati diabetes.
Namun, pada anggota kelompok raas minoritas seperti Hispanik, Afrika-Amerika memiliki
komplikasi yang berat dari neuropati diabetes, seperti sampai amputasi ekstremitas bawah,
dibandingkan dengan kulit putih. Kelompok tersebut juga sering sampai rawat inap karena
komplikasi dari neuropati diabetes.
Pasien laki-laki dengan diabetes mellitus tipe 2 sering terkena polineuropati lebih awal
dibandingkan dengan pasien perempuan, dan nyeri neuropati menyebabkan angka morbiditas
pada pasien perempuan lebih tinnggi dibandingkan dengan pasien laki-laki. Neuropati diabetes
dapat terjadi pada semua usia tetapi umumnya bergantung pada bertambahnya usia dan tingkat
keparahan, serta durasi atau lama terkena diabetes.
Patofisiologi
Lesi pada saraf perifer akan menimbulkan enam tingkat kerusakan yaitu :
a. Grade 1 (Neuropraksia)
Kerusakan yang paling ringan, terjadi blok fokal hantaran saraf, gangguan umumnya
secara fisiologis, struktur saraf baik. Karena tidak terputusnya kontinuitas aksoplasmik
sehingga tidak terjadi degenerasi wallerian. Pemulihan komplit terjadi dalam waktu 1 2
bulan.

b. Grade II (aksonometsis)
Kerusakan pada akson tetapi membrana basalis (Schwann cell tube), perineurium dan
epineurium masih utuh. Terjadi degenerasi wallerian di distal sampai lesi, diikutu dengan
regenerasi aksonal yang berlangsung 1 inch per bulan. Regenerasi bisa tidak sempurna
seperti pada orang tua.
c. Grade III
Seperti pada grade II ditambah dengan terputusnya membrana basalis (Schwann cell
tube). Regenerasi terjadi tetapi banyak akson akan terblok oleh skar endoneurial.
Pemulihan tidak sempurna.
d. Grade IV
Obliterasi endoneurium dan perineurium dengan skar menyebabkan kontinuitas saraf
berbagai derajat tetapi hambatan regenerasi komplit.
e. Grade V
Saraf terputus total, sehingga memerlukan operasi untuk penyembuhan.
f. Grade VI
Kombinasi dari grade II-IV dan hanya bisa didiagnosa dengan pembedahan.
Gejala Klinis
Gejala bergantung pada tipe neuropati dan saraf yang terlibat. Pada beberapa orang bisa
tidak dijumpai gejala. Kesemutan, tingling atau nyeri pada kaki sering merupakan gejala yang
pertama, bisa juga nyeri dan kesemutan. Gejala bis amelibatkan sistem saraf sensoris atau
motorik ataupun sistem saraf otonom.
Tabel.1. Gejala khas pada neuropati diabetik
Non-Painful
Thick

Painful
Prickling

Stiff

Tingling

Asleep

Knife-like

Prickling

Electric shock-like

Tingling

Squeezing
Constricting
Hurting

Burning
Freezing
Throbbing
Allodynia, Hyperalgesia
Dikutip dari : Boulton AJM. Management of Diabetic Peripheral Neuropathy. 2005.
Penatalaksanaan
Strategi pengelolaan pasien DM dengan keluhan neuropati diabetik dibagi menjadi tiga bagian :
1. Diagnosis neuropati diabetik sedini mungkin.
2. Kendali glukosa darah
3. Perawatan kaki sebaik- baiknya.Strategi perawatan kaki dilakukan setelah pengendalian glukosa darah.
Pengendalian Glukosa Darah
Berdasarkan patogenesisnya, maka langkah awal yang harusa dil-akukan ialah pengendalian glukosa
darah dan monitor HbA1c secara berka-la. Selain itu pengendalian faktor metabolik lainnya seperti hemoglobin,
albumin, dan lipid sebagai komponen tak terpisahkan juga perlu dilakukan.
Perawatan Kaki
Perawatan kaki sangat penting pada pasien dengan neuropati diabetik. Pasien harus diberikan instruksi
untuk selalu memeriksa kakinya pada se-tiap malam untuk melihat ada atau tidaknya ulkus baru, lecet atau luka
pada kakinya.Mengenangkan sepatu juga daoat mengurangi potensi untuk ter- jadinya ulkus atau luka
baru.Pemasangan orthotic mungkin juga dapat mem-bantu mengurangi ulserasi lebih lanjut dan
menstabilkan kaki.
Terapi Medikamentosa
Terapi untuk nyeri neuropati diabetik Obat- obatan yang digunakan untuk nyeri neuropatik seperti opioid
dan tramadol, serta agen antidepressant dan antie-pelepsi.Biasanya pasien memerlukan dosis besar pada
penggunaan opioid untuk menghilangkan rasa nyeri dan pemberian long acting opi-oid yang utama
digunakan.Namun untuk menghindari efek adiktif pada penggunaan opioid, sehingga penggunaanya tidak
dijadikan sebagai lini pertama pada penanganan nyeri neuropati diabetik. Mexiletine merupakan Na Channel
Blocker dan agen antiaritmia juga terbukti memiliki efek analgesik. Alpha-2delta inhibitor, gabapentin dan
pregabalin adalah obat-obatan yang digunakan untuk antiepilepsi. Keuntungan penggunaan gabapentin dan
pregabalin adalah ekskresi melalui ginjal dan mengu-rangi interaksi dengan obat lain. Efek samping utama
meliputi mengantuk, pusing, edema perifer, penambahan berat badan, dan ke- jang mioklonik pada

penggunaan besar. Gabapentin biasanya dimulai pada dosis 300mg sampai tiga kali sehari dan dapat
ditingkatkan sam-pai 4800mg dengan dosis terbagi.Karena paruh waktu yang pendek, sehingga dibutuhkan
pemakaian tiga sampai empat kali dalam sehari.Pregabalin memiliki paruh waktu yang panjang dan biasanya
pemberian dua kali sehari, namun pada beberapa pasien baru

15
mendapatkan efek dari obat tersebut pada pemberian tiga kali sehari.Pregabalin biasanya dimulai dengan dosis
75mg dua kali sehari dan dititrasi hingga 300mg setiap dua kali sehari.Pada pasien dengan ketergantungan dialysis
sebaiknya dikonsultasikan dengan ahli ginjal untuk ekskresi ginjalnya, tetapi tidak menghalangi penggunaan terapi
pada pasien tersebut. Biasanya ahli ginjal akan mengelola satu dosis setelah dialisis. Penggunaan antikonvulsan
yang digunakan utuk nyeri neuropati antara laincarbamazepine, oxcarbazepine, asam valproik, lamotrigin,
lacosamide, dan fenitoin. Antidepresan bekerja pada norepinefrin antidepresan trisiklik dan selektif
serotonin, serta
norepinefrin reuptake inhibitor
duloxetine juga membantu dalam mengobati nyeri neuropati. Duloxetine dapat ditoleransi dengan
baik, dengan efek samping yang sedikit.Pasien dengan insufisiensi ginjal harus diamati ada atau tidaknya
peningkatan darah sistolik. Efek samping mual dapat dirasakan pada awal pemakaian, namun dapat dihindari
dengan pemakaian awal 20-30mg dan dititrasi lambat hingga 60mg. Efektivitas pada penggunaan 120mg secara
statistic tidak ada perbedaan dengan penggunaan 60mg dalam studi klinis, walaupun pada beberapa pasien
memiliki manfaat yang meningkat pada penggunaan dosis besar. Antidepresan trisiklik ter-dapat efek
menenangkan sehingga memiliki manfaat pasien pasien yang mengalami kesulitan untuk memulai tidur.
Biasanya menggunakan dosis 25-100mg pada dua jam sebelum tidur. Pada penggunaan dosis tinggi pada lanjut
usia harus dilakukan EKG terlebih dahulu, karena efek trisiklik dapat memperpanjang gelombang QT dan blok
jantung. Efek samping penggunaan trisiklik antara lain mengantuk, perasaan ingin buang air kecil, konstipasi,
hipotensi orto-statik dan disfungsi ereksi. Penggunaan krim topical tidak memilik khasiat pada pasien neuropati
diabetik.Capsaicin cream/Patch telah menunjukkan khasiat, tetapi tidak ditoleransi dengan baik pada awal
penggunaan saat nyeri.Sarung mata harus digunakan dan hindari kontak pada mata. Terkadang 1% lidokain patch
dapat membantu pada pasien dengan mononeuropati focal seperti meralgia paresthetica (kompresi lateral saraf
kutan femoralis). Krim topikal yang mengandung gabapentin, am-itriptyline, dan ketamine telah digunakan tetapi
tidak ada laporan yang menunjukkan pada keberhasilan dalam studi plasebo terkontrol.

Anda mungkin juga menyukai