Anda di halaman 1dari 7

Jauwena 1

Abelhard Jauwena
Ibu Yuda Putri
Bahasa Indonesia 9
15 Desember 2014
Statement of Intent
Pemerintahan Khmer Merah dibawa kuasa Pol Pot yang bersifat mementingkan diri
sendiri membuat para warga Kamboja menderita karena banyak kebutuhan dasar hidup
mereka tidak dipenuhi. Tidak jarang rakyat Kamboja dibiarkan kelaparan karena jatah
makanan yang sedikit dan terserang penyakit karena lingkungan yang kotor. Vin, anak Mak
yang berumur tiga tahun, terkena penyakit disentri. Mak memutuskan agar Vin dibawa ke
rumah sakit Peth Preahneth Preah agar Vin tidak menulari saudara-saudarinya. Mak berjanji
Vin akan sembuh dan kembali pada Mak, walau Mak tahu Vin tidak akan pulih. Ry
ditempatkan untuk menjaga Vin di rumah sakit. Walau Ry telah memberikan Vin perhatian
dengan sungguh, Vin hanya mengingini Mak untuk menjenguknya. Akhirnya, Ry pulang dan
meminta Mak untuk pergi ke rumah sakit, namun Mak tidak bisa berjalan karena terkena
penyakit edema. Seiring jalannya hari, Ry berkali-kali mendesak Mak untuk menjenguk Vin.
Pada suatu hari, Ry pulang kembali untuk memberitahu Mak agar menjenguk Vin yang sudah
sekarat. Walau tahu kondisi fisik Mak, Ry memaksa Mak untuk menjenguk Vin di rumah
sakit. Mak hanya mengatakan bahwa dirinya tidak bisa berjalan karena edema. Mak terlalu
lemah untuk berdebat dengan Ry. Mak memberitahu Ry untuk mengatakan kepada Vin
bahwa jika sudah bisa berjalan, Mak pasti akan menjenguk Vin. Sayang, Vin meninggal
sebelum Mak bisa menjenguknya.
Alasan saya memilih perstiwa ini adalah karena saya ingin menggambarkan
bagaimana Ry berjuang untuk meyakini Mak bahwa Mak harus menjenguk Vin. Ry, karena
keprihatinannya terhadap Vin, terus membujuk Mak. Walau Ry tahu kondisi Mak, Ry tetap

Jauwena 2
mendesak Mak untuk berjalan ke rumah sakit karena tidak tahan melihat Vin yang sekarat.
Saya ingin menggambarkan bagaimana Ry hanya dipengaruhi oleh emosi, bukan akal
sehatnya, sehingga kelihatannya dia mengabaikan keadaan Mak. Melihat Vin menderita
mencari Mak, Ry mengalami luapan emosi dan membuat dirinya tidak bisa berfikir dengan
jelas mengapa Mak tidak bisa datang menjenguk Vin. Saya juga ingin mengisahkan
bagaimana Ry akhirnya sadar bahwa Mak tidak bisa pergi ke rumah sakit menderita edema.
Peristiwa ini menarik karena mengisahkan bagaimana seseorang dapat sepenuhnya
dikendalikan oleh emosi semata.
Pengembangan kisah dari peristiwa yang saya pilih akan menjabarkan bagaimana Ry,
di dalam kepanikannya, mendesak Mak untuk mengunjungi Vin yang sekarat. Emosi yang
akan saya kembangkan adalah rasa amarah dan kesedihan yang adalah hasil dari
keputusasaan dan kepanikan Ry saat melihat Vin yang sekarat. Saya rasa bahwa emosi-emosi
ini cocok untuk menggambarkan kondisi Ry yang tergoncang. Dengan menonjolkan
perasaan-perasaan tersebut, saya ingin para pembaca untuk mengetahui apa rasanya saat Ry
tidak tahu lagi apa yang harus dia perbuat kepada Vin.
Saya memilih surat sebagai karangan kreatif saya. Melalui surat, saya dapat
mengutarakan emosi Ry kepada Mak yang mungkin tidak dituturkannya melalui kata-kata.
Saya juga dapat memperlihatkan bagaimana dalamnya rasa prihatin Ry kepada Vin sehingga
membuatnya mendesak Mak untuk menjenguk Vin. Saya memilih warna kertas merah
sebagai warna surat saya untuk menyimbolkan kemarahan dan luapan emosi Ry kepada Mak.
Warna merah juga dapat menyimbolkan perjuangan Ry dalam meyakinkan Mak agar
menjenguk Vin. Surat saya akan mempunyai cabikan-cabikan di pinggiran kertasnya, yang
menyimbolkan bagaimana Khmer Merah merampas kebahagiaan dari hidup orang-orang
Kamboja sehingga membuat mereka, termasuk Vin, menderita. Akan ada garis hitam di
pinggiran surat saya. Hal tersebut menyimbolkan kengerian penderitaan Vin yang

Jauwena 3
menyebabkan Ry mendesak Mak untuk menjenguk Vin karena tidak tahan melihat
penderitaannya. Tulisan di atas surat tersebut akan berwarna putih, yang melambangkan
bahwa Ry sudah menyerah dan tidak tahu lagi apa yang harus ia perbuat terhadap Vin. Tidak
akan ada amplop yang menyarungi surat saya, dan hal tersebut menyimbolkan bahwa Ry
tidak segan-segan menunjukkan kemarahannya kepada Mak agar Mak dapat menjenguk Vin.
Emosi Ry secara gamblang ditunjukkan melalui surat ini. Saya akan menggunakan nada
marah dan panik sebagai nada tulisan saya. Nada tulisan ini cocok menggambarkan luapan
emosi Ry, dimana dirinya kerap kali mendesak Mak untuk menjenguk Vin. Ry tidak bisa
mengontrol emosinya pada saat itu. Pula akan ada nada sedih didalam surat saya, dan itu
menggambarkan bagaiman Ry menangis meminta Mak menjenguk Vin di halaman 132:
Tapi dia sekarat tangis Ry. (Him). Karena tokoh yang saya pilih adalah Ry, maka surat
saya tidak akan mempunyai kosa kata yang tinggi. Hal ini dikarenakan umur Ry yang masih
15 tahun dan pendidikannya yang terputus akibat pemerintahan Khmer Merah. Tidak pula
dikisahkan bahwa Ry merupakan anak yang pandai.
Tujuan dari karangan saya adalah agar para pembaca dapat merasakan keputusasaan
Ry dan ketidakberdayaan Mak dalam membantu Vin. Saya ingin agar pembaca dapat
menghargai bantuan dan perhatian orang lain, seperti Ry yang melakukan segalanya untuk
membantu Vin. Saya juga ingin agar pembaca dapat sadar bahwa terkadang situasi dalam
hidup tidak sesuai dengan keinginan kita. Mak terpaksa diam di pondok karena terkena
edema, padahal sebenarnya dia ingin sekali menjenguk Vin. Saya harap agar pembaca dapat
menghargai perhatian yang orang lain berikan. Saya juga harap agar pembaca dapat sabar
saat kehidupan kita tidak berjalan sesuai dengan apa yang kita rencanakan. Semoga pembaca
dapat mendapat pesan moral dari surat ini, dan terlebih lagi senang membaca karangan saya.

Jauwena 4
Referensi
Contoh Ungkapan dan artinya. Gamesiana. The Twenty Ten Theme, n.d. Web. 25 Nov.
2014. <http://gamesiana.com/2014/10/01/contoh-ungkapan-dan-artinya/>.
Him, Chanrithy. When Broken Glass Floats. New York: W.W. Norton & Company Inc.,
2000. Print.
Tahir, Rikanita. Contoh Peribahasa Terlengkap 2014. Kumpulan Contoh. Kumpulan
Contoh, n.d. Web. 25 Nov. 2014. <http://www.seocontoh.com/2014/02/contohperibahasa.html>.

Jauwena 5
Untuk Mak,
Sudah berhari-hari aku tunggu kedatangan Mak di Peth Preahneth Preah. Lama aku
menunggu kehadiran Mak di pintu rumah sakit. Memang, edema menghalangi kemampuan
Mak berjalan, namun Mak yang kutahu takkan menyerah membiarkan kenyataan hidup
menghalangi niat mulianya. Di dalam saat-saat susah, Mak pasti, dan akan, mendapatkan
jalan keluar. Aku dan Vin terus berharap agar Mak bisa datang, melawan penyakit edema.
Terlebih Vin, yang ingin sekali melihat Mak di tengah-tengah penderitaannya. Sebanyak aku
peduli terhadap Mak, aku juga peduli terhadap Vin.
Mak, Vin sekarat di rumah sakit ini. Keadaanya terus memburuk. Dirinya meraungraung dan menangis setiap hari. Bisa kudengar kesedihannya menunggu Mak yang tidak
datang-datang. Sudah kuhibur dia, kuberi dia kehangatan, sampai-sampai aku bergelung
disampingnya setiap malam. Aku sudah melakukan yang terbaik yang bisa kulakukan, tapi
Vin hanya menginginkan sentuhan dari Mak. Bahkan aku tidak dapat menenangkannya.
Kubayangkan tubuh kecilnya berguling gelisah diantara orang-orang sakit. Apakah
Mak tidak mengerti? Dirinya butuh seorang ibu untuk menjaganya! Rumah sakit ini sama
sekali tidak memberinya kehangatan, Mak. Pada kenyataannya, Peth Preahneth Preah tidak
sama seperti rumah sakit yang ada di pikiranku. Tidak ada pengobatan. Tidak ada perawat.
Hanya ada pil tahi kelinci dan anggota-anggota Khmer Merah yang membentak pasiennya
jika merepotkan mereka. Vin tidak luput dari amarah mereka. Hampir setiap hari Vin
mendengar bentakan. Dirinya rindu untuk menemukan ketenangan dan kedamaian di
hidupnya. Hanya Mak yang bisa membawa damai tersebut. Diantara semua orang, hanya
Mak yang dapat meyakinkan Vin bahwa semua akan baik-baik saja. Sadarlah, Mak!
Setiap hari kudengar permohonan Vin didalam setiap embusan nafasnya. Kapan Mak
datang? Kapan Mak datang? gumamnya. Bisa kudengar teriakannya melolong untuk
mencari Mak sebelum dia tidur. Tidak tahan aku melihat tubuhnya yang kotor dan kurus

Jauwena 6
memohon untuk mendapat kehangatan seorang ibu! Vin, walau dikerumuni banyak orang di
rumah sakit, masih sebatang kara. Vin terlihat seperti seorang anak piatu! Tangisannya
menandakan bahwa Vin butuh Mak untuk mendampinginya di rumah sakit. Tidak bisa Vin
melewati penderitaan ini sendirian, Mak.
Apakah Mak ingat apa yang Mak katakan pada saat Vin pergi ke rumah sakit? Ya,
koon proh Mak, pergilah ke rumah sakit dan kau akan segera pulih. Pernahkah Mak berpikir
kalau Vin ingin sekali hal itu menjadi kenyataan? Apa yang Mak katakan selanjutnya takkan
pernah dilupakan Vin. Lalu koon pulang pada Mak. Vin memutar perkataan itu berulangulang kali di kepalanya. Bisa kurasakan ketidaksabarannya dalam menghitung hari sampai
saat itu terjadi. Namun hari itu takkan pernah datang, dan Vin tahu itu. Kutanyai Vin tentang
mengapa dirinya ingin Mak menjenguknya, dan dirinya merespons dengan tangisan keras. Di
dalam tangisan itu, aku tahu, bahwa jawabannya adalah karena Mak harus datang. Mak
adalah jawabannya. Vin ingin merasakan kehangatan pelukan Mak yang tidak dirasakannya
selama hampir dua minggu. Maukah Mak melihat Vin tenang lagi? Mak harus pergi pada Vin
saat Vin tidak bisa pulang pada Mak! Aku harus melihat Vin bahagia!
Jangan membuat Vin menunggu sebuah janji yang tidak ditepati, Mak. Jangan
membuat seakan-akan Mak memberikan janji palsu! Mak yang kutahu tak akan mengingkari
janjinya. Aku tidak menyiksa Mak, bukan. Aku hanya ingin Mak untuk membuat mimpi Vin
menjadi nyata. Vin hanya tidur sendirian di atas tempat tidur rumah sakit. Kerjaan Vin hanya
memutar-mutar tubuhnya, memohon agar Mak datang menenangkannya. Dirinya bagai
pungguk merindukan bulan, seperti orang yang menginginkan sesuatu yang tidak mungkin.
Mak pasti tidak mau Vin seakan-akan menunggu sebuah janji kosong! Aku mohon, sekali
saja, berjalanlah demi Vin. Supaya dirinya tenang!
Aku sudah tidak tahu ingin berbuat apa lagi kepadanya. Jikalau Mak tidak datang ke
rumah sakit ini, Vin akan mati dalam kesedihan. Mak memang sedang menahan sakit terkena

Jauwena 7
edema, namun Vin adalah anak Mak. Mak jangan menyerah kepada kenyataan bahwa Mak
susah berjalan. Mak tidak bisa membiarkan Vin menderita begitu saja di rumah sakit sambil
menunggu! Aku ingin bahwa jikalau pada akhirnya Vin memang harus mati, Vin dapat
melihat Mak sekali lagi. Mak, cobalah berusaha sekuat tenaga. Coba lawan rasa sakit itu
demi Vin! Aku tidak tahan melihat keadaannya terus memburuk. Sudah lengkap penderitaan
Vin.
Ditengah semua derita ini, aku juga berdoa untuk kesembuhan Mak. Aku ingin agar
Mak pada akhirnya bisa berjalan ke rumah sakit untuk menjenguk Vin. Ya, mungkin aku
yang terlalu memaksa Mak. Barangkali selama ini aku yang membuat Mak tersiksa, walau
Mak sedang berjuang untuk berjalan. Di dalam hati Mak mungkin tersimpan keinginan yang
besar untuk bertemu Vin. Beristirahatlah dengan cukup, cepatlah sembuh, agar Mak dapat
mempunyai kekuatan untuk pergi ke rumah sakit. Mungkin aku terlalu memperhatikan Vin
sehingga Mak tidak kupedulikan.
Mak harus tahu bahwa perasaanku bercampur aduk. Aku tidak tahu apa yang harus
kuperbuat. Tak tahan aku melihat penderitaan Vin, namun aku tahu bahwa Mak juga tidak
bisa membantu. Yang aku bisa lakukan hanyalah memohon agar Mak cepat sembuh. Apa
boleh buat, jikalau Mak tidak bisa melawan kenyataan. Akan tetapi ijinkan aku memberikan
pertanyaan ini kepada Mak: maukah Mak menjenguk Vin untuk yang terakhir kalinya?
Dari,
Ry.

Anda mungkin juga menyukai