Anda di halaman 1dari 9

DOKUMEN Pra-RK.

3K

PEMBANGUNAN DERMAGA JETTY


TUKAK

DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN


KABUPATEN BANGKA SELATAN
TAHUN ANGGARAN 2012

CV. ANDRYAN KURNIA


General Contractor & Suplier
JL.AIR SELAN NO. 16-B, PHONE : 431580
PANGKALPINANG 33119 BANGKA

PETUNJUK PRAKTIS K3
CV.ANDRYAN KURNIA

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.

Peraturan Umum
Perlengkapan Perlindungan Tubuh
Tangga, Perancah dan Bekerja di Tempat Ketinggian
Penggalian, Pondasi, dan Parit
Bekerja yang berhubungan dengan listrik
Pengelasan, pemotongan, dan Gerinda.
Alat-alat angkat dan pengoperasian alat-alat berat.
Perkakas Tangan ( Hand Tool )
Alat Kendaraan Bermotor.
Tata Cara Penanganan Kecelakaan, Sakit, dan Meninggal.
Kebersihan dan Kerapian ( House Keeping )
Bekerja denganBahan Peledak dan Bahan Mudah Meledak.
Pencegahan Bahaya Kebakaran.
Bekerja dengan Bahan Gas Beracun.
Bekerja pada Lalu Lintas Jalan Padat.
Kondisi Malam Hari dan Tempat Gelap.
Bekerja Diatas Permukaan Air Dalam.
Tinjauan Pelaksanaan K3
Rambu-rambu Peringatan.

1. PERATURAN UMUM
2. PERLENGKAPAN PELINDUNG TUBUH
2.1. Alat pelindung pernafasan harus dipakai sewaktu berada lokasi yang penuh debu, atau
material lain yang membahayakan pernafasan.
2.2. Alat pelindung telinga harus dikenakan apabila bekerja pada situasi kerja yang bising.
3. TANGGA, PERANCAH, DAN BEKERJA DI TEMPAT KETINGGIAN
3.1 Tangga
3.2 Perancah
3.3 Bekerja di Tempat ketinggian
Yang dimaksud bekerja ditempat ketinggian adalah bekerja dilokasi dimana terdapat
perbedaan ketinggian dengan lokasi sekitarnya yang memungkinkan terjadinya bahaya
kecelakaan kerja.
4. PENGGALIAN, PONDASI, DAN PARIT
4.1. Sebelum melakukan pekerjaan penggalian tanah dan pembuatan parit ataupun pondasi,
terlebih dahulu harus dipastikan kondisi kestabilan tanah dan lingkungan disekitar tempat
tersebut.
4.2. Sebelum melakukan penggalian, harus harus dipastikan tidak terdapat instalasi kabel, gas,
air, dan lainnya pada lokasi galian. Bila ada harus dikoordinasikan dengan pihak terkait,
agar pekerjaan dilakukan dengan aman.
5. BEKERJA YANG BERHUBUNGAN DENGAN LISTRIK
5.1. Untuk lokasi-lokasi kerja tertentu ( daerah terbuka dan ketinggian ) harus dilengkapi
dengan peralatan penangkal petir.
5.2. Dalam bekerja instalasi listrik tangan dan kaki tidak boleh kaki basah.
5.3. Setiap pekerja harus menggunakan sepatu dari bahan karet, tidak boleh telanjang kaki.
6. PENGELASAN, PEMOTONGAN, DAN GERINDA
6.1. Pekerjaan pengelasan konstruksi dan instalasi harus dilaksanakan oleh orang yang
mempunyai sertifikat juru las sesuai dengan kelas untuk pekerjaan las yang sedang
dilaksanakan.
6.2. Pekerja harus dilengkapi dengan kaca mata khusus, sarung tangan dan pelindung kepala
sebelum melakukan pekerjaannya.
6.3. Pengelasan, pemotongan dan gerinda tidak boleh dekat daerah yang mudah terbakar.
6.4. Pengelasan dan pemotongan yang memakai tabung gas, harus dicek dahulu apaka
tabung gas tersebut bocor atau tidak.
6.5. Alat pemadam kebakaran harus tersedia dekat dengan tempat kerja.
6.6. Alat-alat yang tidak menggunakan aliran listrik, apabila pekerjaan ditinggal, kabel-kabel
herus terlepas dari stop kontak.
6.7. Penempatan alat-alat harus dalam posisi stabil, sehingga tidak bergeser atau terguling
sewaktu operasi.
7. ALAT-ALAT ANGKAT DAN PENGOPERASIAN ALAT-ALAT BERAT
7.1.

7.2.

Umum
7.1.1. Hanya orang yang memiliki surat ijin mengoprasikan peralatan yang boleh
mengoprasikan alat berat
7.1.2. Operator dilarang memakai obat-obatan terlarang atau minuman beralkohol yang
dapat mengurangi kesadaran sewaktu mengoprasikan alat berat.
Crane
7.2.1. Tabel kapasitas muat, kecepatan operasi yang disarankan, peringatan bahaya
khusus dan informasi penting lainnya harus dipasang dengan jelas pada semua
crane dan peralatan sejenis.
7.2.2. Operator harus dibantu minimal seorang pemandu yang ditugaskan, operator
hanya menerima isyarat dari pemandu, tetapi dalam keadaan darurat sinyal dapat
diberikan oleh siapa saja.

7.2.3.

Hanya sinyal tangan standart saja yang diakui (sinyal ini sudah berlaku umum dan
standart) kecuali operator terhalang pandangannya boleh gunakan isyarat lainnya.

7.2.4.

Daerah yang berada dalam radius putaran semua crane harus diberi penghalang
(harrier) untuk mencegah pekerja terkena oleh muatan berat.
Dilarang menaiki kait (hook) atau muatan yang diam maupun yang sedang
diangkat.
Alat pemadam api yang berukuran sekurang-kurangnya 5 BC harus ditempatkan di
dalam kabin setiap alat.
Pada semua kait (hook) dari suatu crane harus dipasang kancing pengaman (safety
tatches)
Setiap line kabel di atas kepala harus dianggap bertenaga (bermuatan listrik)
kecuali jika yang berwenang pada bagian kelistriukan mengatakan bahwa kabel itu
tidak bertenaga.
Apabila mengikat suatu muatan dengan sling, atau membantu melakukan
pekerjaan ini, tempatkan sling pada tempatnya yang benar, dan waktu mulai
mengangkat itu dengan menegangkan sling, jagalah jangan sampai tangan dan
jari-jari anda terjepit.
Jika melepas sling dari kait tunggu sampai muatan diam dan bebas lepas dari sling.
Jika bekerja dalam ruangan terbatas atau dalam keadaan berangin cukup kencang,
pakailah tali penarik (tag line ) untuk mengendalikan muatan yang sedang
diangkat.
Sebelum mengangkat muatan, pastikan bahwa tidak ada benda lepas yang terletak
pada muatan
Jangan menggantung beban setiap selesai operasi.

7.2.5.
7.2.6.
7.2.7.
7.2.8.
7.2.9.

7.2.10.
7.2.11.
7.2.12.
7.2.13.

7.2.14. Jangan menarik beban pada posisi miring.


7.2.15. Jangan menggunakan slewing atau trolley untuk menggeser beban atau untuk
mendorong.
7.2.16. Dilarang menaikkan beban yang tertanam.
7.2.17. Cek kekakuan section terhadap puntiran dan kekakuan jib terhacap lengkun

7.3.

Passanger Lift
7.3.1. Lokasi erection/dismantling harus dijamin aman dari kemungkinan adanya bendabenda jatuh.
7.3.2. Dilarang masuk kedalam pada saat erection/dismantling, kecuali jika diminta oleh
yang berwenang.
7.3.3. Lakukan pengetesan semua fungsi listrik sebelum mengoperasikan alat.
7.3.4. Pintu masuk/keluar harus selalu dalam keadaan terkunci selama sangkar lift (cage)
dalam perjalanan.
7.3.5. Hoist yang dipasang di luar pintu tidak boleh digunakan jika kecepatan angin lebih
besar sama dengan 20 m/det.
7.3.6. Tidak boleh memuat beban/orang yang melebihi batas maksimum yang diijinkan.
7.3.7. Jika alat sedang beroperasi, turunkan cage sampai ke tanah dan pastikan pintu
dalam keadaan terkunci.
7.3.8. Cage harus dalam keadaan bersih dan bebas dari material-material lepas.

7.4.

Excavator
7.4.1. Kenali area dan kondisi tanah sebelum memulai pengoperasian alat.
7.4.2. Pastikan sebelum masuk/keluar kabin, posisi kabin searah dengan under carriage.
7.4.3. Sebelum dioperasikan periksalah dan pastikan tidak ada orang lain disekitar area,
dan diberi tanda (bunyikan klakson) jika ada seseorang yang harus menghindar.
7.4.4. Duduklah dalam kabin dan stel tempat duduk (jika ada recleaning seat) dengan
ukuran badan anda, sehingga anda merasa nyaman dalam mengoperasikan alat.

7.4.5.
7.4.6.
7.4.7.
7.4.8.

Pada waktu penggalian, perhatikan posisi excavator terhadap longsoran tanah dari
samping, longsoran tanah yang dapat menenggelamkan alat.
Jangan melakukan loading pada saat alat tidak dalam posisi datar.
Beri tanda yang mudah dikenali untuk daerah yang terdapat timbunan utilitas (gas,
telepon, air, dsb)
Jika alat tidak sedang beroperasi, pilihlah tanah yang datar (jika mungkin),
fungsikan rem, rendahkan bucket sampai menyentuh tanah dan matikan mesin.

8. PERKAKAS TANGAN (HAND TOOL)


8.1. Perkakas tangan disini adalah semua alat kerja yang dioperasikan langsung dengan tangan
seperti perkakas tangan eletris (electric hand tools), perkakas tangan tekanan udara
(pneumatic hand tools), perkakas tangan berbahan peledak (explotion hand tools) dan
perkakas tangan manual.
8.2. Dipastikan bahwa penggunaan perkakas tangan oleh orang yang berkompeten.
8.3. Pemakai harus menggunakan pelindung sesuai dengan pekerjaan.
8.4. Pemakaian perkakas tangan harus sesuai dengan instruksi kerja dari alat tersebut.
8.5. Semua perkakas tangan harus tersimpan rapi, benar pada tempatnya, dan dijaga dalam
kondisi aman.
8.6. Perawatan dan pemeliharaan perkakas harus dilakukan secara sistimatis, semua perkakas
harus sudah dibersihkan dari kotoran-kotoran atau karatan dan inspeksi secara teratur dan
bila rusak harus diberi tanda segera diperbaiki atau diganti.
9. ALAT KENDARAAN BERMOTOR
9.1. Semua operator wajib memeriksa kendaraannya setiap hari sebelum melakukan pekerjaan.
9.2. Semua operator harus berpengalaman dan mempunyai wewenang mengoperasikan
kendaraan dan ijin mengemudi khusus.
9.3. Tidak seorang dibenarkan menumpang kendaraan kecuali diberikan tempat duduk yang
aman.
9.4. Setiap pengemudi harus mematuhi batas kecepatan maksimum yang berlaku.
9.5. Setiap pengemudi harus mematuhi undang-undang lalu-lintas angkutan yang berlaku.
10. TATA CARA PENANGANAN KECELAKAAN, SAKIT, DAN MENINGGAL
10.1. Sarana Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan.
Terdapat Kotak P3K yang memadai dan tersedia pada tempat-tempat yang mudah
terjangkau.
Terdapat Personil yang ditunjuk sebagai petugas K3
Tersedia kendaraan yang selalu siap untuk mengangkut orang yang cedera ke rumah
sakit.
Laporan kecelakaan kerja harus segera dilaporkan kepada petugas K3 secepat
mungkin.
Proyek harus menyediakan sarana pelayanan, kesehatan, bisa berupa sarana
pelayanan kesehatan yang dikelola sendiri atau bekerja sama dengan pusat kesehatan
masyaerakat yang berada disekitar lokasi proyek.
10.2. Penanganan Jika Pekerja Mengalami Kecelakaan.
Petugas K3 segera memeriuksa dan memberikan pertolongan pertama.
Petugas K3 segera menentukan apakah korban perlu dibawa ke puskesmas atau tidak.
Apabila perlu Petugas K3 membawa korban ke Puskesmas untuk perawatan lebih
lanjut.
Petugas K3 membuat laporan kecelakaan dan diserahkan ke Manajer Proyek.
Laporan untuk pihak luar (Jamsostek/Asuransi).
10.3. Penanganan Jika Pekerja Jatuh Sakit..
Petugas K3 segera memeriuksa dan memberikan pengobatan atas gejala awal..
Petugas K3 segera menentukan apakah pasien perlu dibawa ke puskesmas atau tidak,
istirahat di lokasi atau di rumah.
Petugas K3 membawa pasien ke Puskesmas untuk pengobatan lebih lanjut.

Ada Laporan Pekerja Sakit di lokasi kerja.


10.4. Penanganan Jika Pekerja Meninggal.
Untuk pekerja meninggal karena kecelakaan kerja, petugas K3 segera memberikan
kabar kepada keluarga korban, membuat dan mengirim laporan ke lembaga asuransi
(JAMSOSTEK), dll), Depnaker dan Polisi, waktu dan format disesuaikan dengan
peraturan yang berlaku. Selanjutnya petugas K3 bekerja sama dengan bagian
Administrasi membuat dan mengirim laporan kecelakaan intern dan evaluasi kepada
Pemimpin Tertinggi di PPU.
Untuk pekerja meninggal karena sakit dilokasi kerja, petugas K3 segera mengadakan
pertemuan dengan bagian Administrasi membuat laporan dan petunjuk yang perlu
untuk menindaklanjuti kejadian tersebut. Selanjutnya laporan tersebut dikirim ke
Pimpinan Tertinggi di PPU.
11. KEBERSIHAN DAN KERAPIHAN (HOUSE KEEPING)
11.1. Tempat-tempat kerja, tangga-tangga, lorong-lorong dan gang-gang tempat orang bekerja
atau sering dilalui, harus dilengkapi dengan penerangan yang cukup sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
11.2. Semua tempat kerja harus mempunyai ventilasi yang cukup sehingga dapat mengurangi
bahaya debu, uap, dan bahaya lainnya.
11.3. Kebersihan dan kerapihan ditempat kerja harus dijaga sehingga bahan-bahan yang
berserakan, sampah, bahan bangunan, alat-alat kerja tidak merintangi atau menimbulkan
kecelakaan.
11.4. Semua areal sisi-sisi lantai yang terbuka, lubang-lubang dinilai yang terbuka, atap-atap
yang dapat dimasuki, sisi-sisi tangga yang terbuka, semua galian dan lubang yang
dianggap berbahaya harus diberi pagar atau tutup pengaman yang kuat.
11.5. Diusahakan setiap selesai pekerjaan melakukan kebersihan di areal kerja.
11.6. Dilakukan pengambilan sampah secara berkala dari tempat dan selanjutnya dibuang ke
lokasi pembuangan sementara yang telah ditetapkan di area proyek.
12. BEKERJA DENGAN BAHAN PELEDAK DAN BAHAN YANG MUDAH MELEDAK
12.1. Penanganan Bahan Peledak atau Zat mudah meledak.
12.1.1. Mintalah lembar data dari pemasok bahan tersebut tentang nilai keselamatan dan
penanganan bahan tersebut, sehingga dapat mudah memutuskan cara menangani
bahan tersebut.
12.1.2. Kerjakan pekerjaan yang berhubungan dengan bahan tersebut di tempat yang
aman.
12.1.3. Pilihlah bahan yang memiliki titik bakar yang tinggi.
12.1.4. Gunakan sesedikit mungkin bahan tersebut.
12.1.5. Pastikan harus ada label pembungkus untuk memudahkan identifikasi.
12.2. Penyimpanan Bahan-bahan Peledak dan Zat yang mudah meledak.
1.
Tempat penyimpanan (gudang) bahan peledak harus memenuhi persyaratan dari
pihak kepolisian dan untuk bahan yang mudah meledak sesuai persyaratan dari
pemasok, pada dasarnya yaitu tempat terbuka, jauh dari permukiman, harus aman,
berventilasi cukup, diberi rambu-rambu, mempunyai penerangan alat pemadam
kebakaran, lantai gudang harus lebih tinggi dari muka tanah asli dan kering.
2.
Pematik atau detonator serta alat pendukung ledakan disimpan secara terpisah
(terpisah di luar gedung)
3.
Gudang harus dijaga oleh personil setiuap saaat.
4.
Sediakan label sheet menganai isi dan bahan yang masih tersimpan di gudang.
5.
Sediakan personil label sheet, catatan personil yang diijinkan keluar masuk gudang
serta yang bertanggung jawab tentang keamanaan gudang.
6.
7.

Gudang harus rapi, bebas dari bahan-bahan pendukung timbulnya api misalnya
dos-dos bekas foam-foam pendukung bahan dan sebagainya.
Gudang harus lengkap dengan pagar keliling dan gardu pos keamanaan.

8.
9.
10.
11.
12.
13.

Tidak terlalu lama menyimpan bahan tersebut di site (gudang), dalam arti selang
waktu antara pemesan, pengiriman, penyimapanan dan penggunaan bahan diatur
sesingkat mungkin.
Ditata, dibagi dan gunakan tempat yang aman sesuai kebutukan yang wajar dan
ventilasi cukup.
Simpan bahan tersebut pada tempatnya atau pembungkusnya dalam keadaan
tertutup aman dengan penutup bawahnya.
Untuk bahan yang mudahmeledak dalam bentuk cair buila terjadi bocoran,
tampung bocoran tersebut pada baki-baki yang dilandasi atai dilapisi oleh material
yang bersifat menyeraap.
Personil yang menangani bahan tersebut sudah terlebih dahulu dilatih.

PENCEGAHAN BAHAYA KEBAKARAN


13.1.

Tindakan
13.1.1.
13.1.2.
13.1.3.
13.1.4.
13.1.5.
13.1.6.
13.1.7.

Pencegahan
Upayakan seminimal mungkin menggunakan bahan mudah terbakar.
Melakukan pemisahan penempatan untuk bahaya yang mudah terbakar
Dilarang merokok dilokasi kerja dengan memasang rambu rambu.
Instalasi listrik dan gas harus ditata rapi, aman dan diperiksa secara periodik
Tempat kerja harus rapi, bebas dari bahan yagn mudah terbakar
Diapsang rambu rambu alat kebakaran dan jalan keluar apabila kebakaran.
Disediakan lay out ruangan di tempat tempat strategis

13.2.

Penanggulangan dan Penyelamatan


13.2.1.

Harus tersedia alat pemadwn kebakaran dalam jumlah yang cukup, jenis
yang sesuai, pemeriksaan secara pereodik, penempatan yang mudah
terlihat, tidak boleh berpindah-pindah, ada petunjuk singkat cara pemkaian
, dan ditempatkan dekat lokasi yang mengandung tingkat resiko kebakaran
tinggi.
13.2.2. Harus untuk tersedia jalan untuk penyelamatan din' beserta petunjuknya.
Buat denah letak-letak alat pemadam kebakaran dan alann dini dan
ditempel minimal 2(dua) lembar untuk ditempatkan dibagian pintu masuk
dan bagian pintu darurat.
13.2.3. Cukup tersedia alat-alat komunikasi untuk menghubungi Dinas kebakaran.
13.2.4.
Adanya pelatihan terhadap pihak-pihak yang terkait dalam pekerjaan
tersebut mengenai penanggulangan dan penyelamatan bahaya kebakaran.
1 3.2.5. Apabila petugas Dinas Kebakaran sudah datang, agar dibantu dengan
menginfonnasikan lokasi kebakaran dan jumlah penghuni yang
terperangkap. Apabila terperangkap api dan atau asap jangan sekali sekali
melopat dari ketinggian, tetapi berusaha bertahan sampai datangnyan
pertolongan .
13.2.6.
Jika proyek menggunakan alarm, harus dipastikan alann berfungsi dengan
balk dan dapat terdengar sampai radius yang direncanakan.
13.2.7.
Penanggung jawab/Koordinator penanggulangan dan penyelamatan
akibat bahaya kebakaran harus ditetapkan.
14.

BEKERJA DENGAN BAHAN GAS BERACUN


14. I.1. Gunakan bahan seminimal mungkin.
14.1.2. Lokasi kerja harus mempunyai ventilasi yang cukup
14.1.3. Eleminasi bahan yang berbahaya dengan bahan yang kurang berbahaya.
14.1.4. Atur jarak sedemikian rupa antara bahan yang digunakan den gan pekerja.
14.1.5. Pakai pelundung pernafasan, mata dan kulit.
14.1.6. Hindari suhu dan tekanan tinggi.
14.1 .7. Jauhkan dari sumber api.
14.1.8. Sediakan air ( usahakan mengalir ) yang mudah terjangkau.
14.1.9. Bahan disimpan ditempat yang aman dan diberi label.

14.1.10. Buat label bahan yang memuat : narna bahan, symbol berbahaya resiko
penggunaan, langkah-langkah penyelamatan, natna clan alamat penyalur
atau pabrikan
14.1.11. Sediakan alat pemadam kebakaran.
14.1.12. Penggunaan dan pemindahan bahan harus sesuai dengan instruksi pada
lembar keselamatan yang dikeluarkan oleh pemasok.
15.

16.

PEKERJAAN DENGAN LALU LINTAS JALAN PADAT


15.1. l.
Sebelum melewati areal proyek dipasang "Papan Nama Proyek" di jalan yang
menuju kearah lokasi sekitar + 500 m dari lokasi proyek.
15.1.2.
Kurang lebih dari 200 m di pasang rambu " Awas ada proyek" Harap Hat]-hati " dan
kurangi kecepatan yang diperbolehkan
15.1.3.
Pada berlangsungnya proyek, harus dipasang pagar yang mengelilingi seluruh lokasi
proyek dengan warna zebra kuning hitam atau sesuai dengan peraturan yang
berlaku.
15.1.4.
Bila lalu lintas satu arah dipasang "Jalan Satu Arah"
15.1.5.
Tempat gardu pengendali dikedua ujung jalan yang mengalami penyempitan
disertai petugas pengatur yang dilengkapi denganlight hand / bendera serta alat
komunikasi dengan Warning light pada ujung atap pos.
15.1.6.
Dipasang rambu peringatan seperti bila ada tikungan , 200 m dari tikungan
dipasang rambu "Awas ada tikungan".
15.1.7.
Dipasang rambu petunjuk kondisi jalan yang memberitahukan kondisi jalan yang
akan dilalui.
15.1.8. Dipasang rambu larangan seperti "Selain kendaraan proyek dilarang masuk".
15.1.9
Dipasang rambu anjuran seperti "Kendaraan harap pelan-pelan".
15.1.10.
Harus dipasang lampu penerangan disepanjang jalan yang mendekati
proyek
untuk keamanan malam hari.
KONDISI MALAM HARI DAN TEMPAT GELAP
16.1. Kondisi Malam Hari dan Tempay Gelap
16.1.1. Pada lokasi, jalan, alat pendukung kerja utama, dan rambu-rambu
peringatan harus dipasang lampu dengan tingkat penerangan yang
memadai.
16.1.2.
Dalam keadaan darurat boleh menggunakan lampu yang berasap seperti
petromak.
16.1.3. Lampu ditempatkan pada tenpat yang aman.
16.1.4. Lampu-lampu tidak boleh berkedip-kedip.
16.1.5. Jaringan listrik dan lampu dipasang semi permanen dan kuat.
16.1.6.
Bekerja didalam terowongan atau tempat yang tidak dilengkapi
dengan penerangan, pekeja hams dilengkapi lampu dikepala.
16.1.7. Petugas yang mengatur mobil atau alat yang bergerak dilengkapi
dengan lampu tangan.
16.2. Persiapan
16.2.1. Persiapan instalasi penerangan dilakukan pada kondisi terang.
16.2.2. Pemasangan alat-alat penerangan dan jaringan listi -ik harus aman.
16.2.3.
Mesin pembangkit listrik beserta cadanganya, jaringan listrik dan
lampu harus diuji coba sebelum digunakan.
16.2.4. Harus disediakan lampu cadangan.
16.2.5. Diperiksa segala sesuatunya sehingga aman bekerja.
16.3. Saat Bekerja
16.3.1. Diwajibkan pekerja melapor sebelum dan sesudah bekerja.
16.3.2. Dilarang bekerja ditempat yanag gelap.
16.3.3. Pekerja dilarang memberi tanda / isyarat denga yang lampu kecuali
petugas.atau dalam kondisi darurat.
16.3.4. Mobil atau alat yang bergerak untuk bekerja harus menyalakan lampu.

17. BEKERJA DIATAS PERMUKAAN AIR LAUT


17.1. Setiap orang yang berkerja pada tempat diats permukaan laut harus memakai
life/Safety Jacket.
17.2. Terdapat Ring Buoy dalam jumlah yang memadai dan tersedia pada tempat- tempat
yang mudah dijangkau.
17.3. Terdapat sarana pengangkutan diatas air yang selalu slap untuk kondisi
darurat.
17.4. Terdapat sirine untuk tanda bahaya kecelakaan air.
17.5. Untuk tempat-tempat yang rawan kecelakaan air dilengkapi dengan tanda-tanda
bahaya, pengaman dan penerangan yang cukup.
18. TINJAUAN PELAKSANAAN K3
18.1. Penanggung jawab fimgsi K3 diproyek, harus melakukan inspeksi pelaksanaan
K3 secara berkala sesuai dengan fonn dalam lampiran IK in].
18.2. Manajemen proyek harus melakukan tinjauan manajemen / rapat koordinasi
mengenai K3 secara mingguan atau disesuaikan dengan rapat koordinasi
manajemen. Termasuk membahas hasil inspeksi K3 clan langkah -langkah yang
harus ditindak lanjuti. Rapat dihadiri oleh Ketua, Sekretaris, Anggota P2K3 clan
lain-lain sesuai dengan Pedoman K3.
18.3 .Manajemen proyek harus mengevaluasi laporan kecelakaan, dibahas dalam tinjauan
manajemen clan membuat langkah-langkah pencegahan agar kecelakaan tidak
terulang lag].
18.4. Sangat dianjurkan dilakukan pelatihan K3. Dapat dilakukan dalam bentuk Briefing,
kampanye dll.
18.5. Dianjurkan dalam membuat metode kerja atau IK pelaksanaan pekerjaan memasuk
identifikasi bahaya dan pengendalian sumber bahaya dari pekerjaan tersebut.
18.6. Sangat dianjurkan untuk diadakan Tool Box Meeting berupa arahan dalasn waktu
singkat dalarn setiap hari.
19. RAMBU-RAMBU PERINGATAN
19.1 Rambu-rambu peringatan disini adalah tulisan dan gambar yang memuat peraturan
peraturan, peringatan, larangan maupun himbauan.
19.2 Rambu-rambu harus mudah dibaca pada jarak pandang yang cukup dan dipahami
oleh semua kalangan yang terlibat dalam proyek.
19.3 Jenis rambu, bahan pembentuk, type dan ukuran tulisan, bahasa, jenis simbu) yang
digunakan atau gambar dan warna disesuaikan dengan kondisi proyek, pekerjaan
clan kebutuhannya.
19.4 Contoh rambu-rambu
19.4.1 Peraturan seperti : wajib menggunaka helm dan pengaman ,buang sampah pada
tempatnya.
19.4.2 Rambu peringatan seperti : Awas lubang, hati-hati lantai licin.
19.4.3 Rambu larangan seperti : Dilarang masuk, dilarang parkir.
19.4.4 Himbauan seperti : Poster-poster K3.
19.4.5 Identifikasi seperti : pelayanan K3, bak sampah, toilet, petunjuk lokasi.
Pangkalpinang, 30 Juli 2012
CV. ADNRYAN KURNIA
DTO
H.EFFENDI SYARKAN
Direktur

Anda mungkin juga menyukai