Anda di halaman 1dari 13

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tingginya angka kematian ibu di Indonesia masih sangat tinggi. Menurut
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 tingginya angka
kematian ibu disebabkan oleh trias klasik yaitu perdarahan 28%, preeklampsia
24%, dan infeksi11%. Kasus perdarahan sebagai penyebab utama kematian ibu
dapat terjadi pada masa kehamilan, persalinan dan pada saat nifas. Salah satu
penyebab perdarahan pada masa kehamilan yaitu plasenta previa.(1)
Plasenta previa adalah plasenta yang implantasinya tidak normal, sehingga
dapat menutupi seluruh atau sebagian pembukaan jalan lahir. Pada keadaan
normal plasenta terletak di bagian atas uterus. Plasenta previa didasarkan atas
terabanya jaringan plasenta melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu.
Secara umum plasenta previa dibagi menjadi empat, yaitu plasenta previa totalis,
plasenta previa parsialis, plasenta previa marginalis dan plasenta previa letak
rendah. Disebut plasenta previa totalis apabila seluruh pembukaan jalan lahir
tertutupi oleh plasenta; plasenta previa parsialis apabila sebagian pembukaan
tertutup oleh jaringan plasenta. Plasenta previa marginalis apabila pinggir plasenta
berada tepat pada pembukaan jalan lahir dan plasenta previa letak rendah apabila
jaringan plasenta berada kira kira 4 cm di atas ostium uteri internum, yang pada
pemeriksaan dalam tidak teraba. (2)
Pada beberapa RSU pemerintah angka kejadian plasenta previa berkisar
1,7% sampai 2,9% di negara berkembang dan sekitar 1% di negara maju.
Berdasarkan data penelitian di RSU Dr.Pirngadi Medan terdapat ibu yang
mengalami plasenta previa pada tahun 2006 2010 sebanyak 167 orang dari 4633
persalinan.(2,3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi Plasenta Previa


Plasenta merupakan organ yang sangat aktif dan memiliki mekanisme
khusus untuk menunjang pertumbuhan dan ketahanan hidup janin. Plasenta
berbentuk bundar dengan ukuran 15 x 20 cm dengan tebal 2,5 sampai 3cm dan
berat 500 gram. Adapun fungsi plasenta yaitu termasuk pertukaran gas yang
efisien, transport aktif zat zat energi, toleransi imunologis terhadap imunitas ibu
dan janin. Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada
tempat yang abnormal, sehingga dapat menutupi seluruh atau sebagian
pembukaan jalan lahir (ostium uteri internal) dan akibatnya bagian terendah janin
sering kali terkendala memasuki pintu atas panggul (PAP). Pada keadaan normal
plasenta terletak di bagian atas uterus. (2,3)

2.2 Klasifikasi Plasenta Previa


Klassifikasi plasenta previa didasarkan atas terabanya jaringan plasenta
melalui pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu, karena klasifikasi tidak
didasarkan pada keadaan anatomi melainkan pada keadaan fisiologis yang dapat
berubah ubah.
2.2.1 Menurut De Snoo
Klasifikasi plasenta previa menurut De Snoo dalam Mochtar (2002),
berdasarkan pembukaan 4-5 cm dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Plasenta previa totalis (sentralis)
Dikatakan plasenta previa totalis apabila pada pembukaan 4-5 cm
sebagian pembukaan jalan lahir menutupi ostium.
2. Plasenta previa lateralis
Dikatakan plasenta previa lateralis apabila pada pembukaan 4-5 cm
sebagian pembukaan ditutupi oleh jaringan plasenta. Plasenta previa
totalis dapat dibagi lagi menjadi :

2.1 Plasenta previa lateralis posterior, bila sebagian plasenta menutupi


ostium bagian belakang.
2.2 Plasenta previa lateralis anterior, bila sebagian plasenta menutupi
ostium bagian depan.
2.3 Plasenta previa marginalis, bila sebagian kecil plasenta atau hanya
pinggir ostium yang ditutupi oleh plasenta.

2.2.2 Menurut Browne


Klasifikasi plasenta previa menurut Browne dalam Mochtar (2002) yaitu:
1. Tingkat 1 = Plasenta Previa Lateral
Pinggir bawah plasenta berinsersi sampai ke segmen bawah rahim, namun
tidak sampai ke pinggir pembukaan.
2. Tingkat 2 = Plasenta Previa Marginal
Plasenta mencapai pinggir pembukaan.
3. Tingkat 3 = Plasenta Previa Complete
Plasenta menutupi ostium waktu tertutup,dan tidak menutupi bila
pembukaan hampir lengkap.
4. Tingkat 4 = Plasenta Previa Central
Plasenta menutupi seluruhnya pada pembukaan hampir lengkap.

Gambar. Plasenta Previa

Secara umum plasenta previa dapat dibagi menjadi empat, yaitu:


1. Plasenta previa totalis
Apabila seluruh pembukaan jalan lahir tertutupi oleh plasenta
2. Plasenta previa parsialis
Apabila sebagian pembukaan tertutup oleh jaringan plasenta.
3. Plasenta previa marginalis
Apabila pinggir plasenta berada tepat pada pembukaan jalan lahir.
4. Plasenta previa letak rendah
Apabila jaringan plasenta berada kira kira 4 cm di atas ostium uteri
internum, yang pada pemeriksaan dalam tidak teraba.(3,4)
2.3 Etiologi Plasenta Previa
Penyebab plasenta previa belum diketahui dengan pasti, namun ada
beberapa faktor yang meningkatkan kemungkinan terjadinya plasenta previa,
antara lain:
1.
Usia >35 tahun.
2.
Banyaknya jumlah kehamilan dan persalinan (multiparitas).
3.
Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan
4.
5.
6.

(Kuret,Sectio Caesaria).
Kehamilan kembar.
Riwayat plasenta previa sebelumnya.
Merokok(2,4)

2.4 Patofisiologi Plasenta Previa


Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya
terjadi pada triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami
perubahan berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan, segmen bawah uterus
akan semakin melebar, dan serviks mulai membuka. Perdarahan ini terjadi apabila
plasenta terletak diatas ostium uteri interna atau di bagian bawah segmen rahim.
Pembentukan segmen bawah rahim dan pembukaan ostium interna akan
menyebabkan robekan plasenta pada tempat perlekatannya.
Darah yang berwarna merah segar, sumber perdarahan dari plasenta previa
ini ialah sinus uterus yang robek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus,
atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannnya tak dapat
dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk
berkontraksi menghentikan perdarahan tersebut, tidak sama dengan serabut otot
uterus menghentikan perdarahan pada kala III pada plasenta yang letaknya
normal. Semakin rendah letak plasenta, maka semakin dini perdarahan yang
terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih
dini daripada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah
persalinan mulai.(2,4,5)

2.5 Gambaran Klinis Plasenta Previa


Ciri yang khas dari plasenta previa adalah perdarahan uterus yang keluar
melalui vagina tanpa disertai dengan adanya nyeri. Perdarahan biasanya terjadi
diatas akhir trimester kedua. Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan
dapat berhenti sendiri. Namun perdarahan dapat kembali terjadi tanpa sebab yang
jelas setelah beberapa waktu kemudian. Dan saat perdarahan berulang biasanya
perdarahan yang terjadi lebih banyak dan bahkan sampai mengalir. Karena letak
plasenta pada plasenta previa berada pada bagian bawah, maka pada palpasi

abdomen sering teraba bagian terbawah janin masih tinggi diatas simfisis dengan
letak janin tidak dalam letak memanjang. Pada plasenta previa ini tidak ditemui
nyeri maupun tegang pada perut ibu saat dilakukan palpasi.(3)

2.6 Diagnosis Plasenta Previa


Apabila plasenta previa terdeteksi pada akhir tahun pertama atau trimester
kedua, sering kali lokasi plasenta akan bergeser ketika rahim membesar. Untuk
memastikannya dapat dilakukan pemeriksaan USG, namun bagi beberapa wanita
mungkin bahkan tidak terdiagnosis sampai persalinan, terutama dalam kasuskasus plasenta previa sebagian.
Diagnosa dari plasenta previa bisa ditegakkan dengan adanya gejala klinis
dan beberapa pemeriksaan yaitu:
1. Anamnesis
Pada saat anamnesis dapat ditanyakan beberapa hal yang berkaitan
dengan perdarahan antepartum seperti umur kehamilan saat terjadinya
perdarahan, apakah ada rasa nyeri, warna dan bentuk terjadinya perdarahan,
frekuensi serta banyaknya perdarahan.

2. Inspeksi
Dapat dilihat melalui banyaknya darah yang keluar melalui vagina, darah
beku, dan sebagainya. Apabila dijumpai perdarahan yang banyak maka ibu
akan terlihat pucat.
3. Palpasi Abdomen
Sering dijumpai kelainan letak pada janin, tinggi fundus uteri yang
rendah karena belum cukup bulan. Juga sering dijumpai bahwa bagian

terbawah janin belum turun, apabila letak kepala, biasanya kepala masih
bergoyang, terapung atau mengolak di atas pintu atas panggul.
4. Pemeriksaan inspekulo
Dengan menggunakan spekulum secara hati-hati dilihat dari mana
sumber perdarahan, apakah dari uterus, ataupun terdapat kelainan pada
serviks, vagina, varises pecah, dll.
5. Ultrasonografi
Transabdominal ultrasonografi dalam keadaan kandung kemih yang
dikosongkan akan memberikan kepastian diagnosa plasenta previa. Walaupun
transvaginal ultrasonografi lebih superior untuk mendeteksi keadaan ostium
uteri internum namun sangat jarang diperlukan, karena di tangan yang tidak
ahli cara ini dapat menimbulkan perdarahan yang lebih banyak (Chalik,
2008). Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografis sangat tepat dan tidak
menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin.
6. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan ini merupakan senjata dan cara paling akhir yang paling
ampuh dalam bidang obstetrik untuk diagnosa plasenta previa. Walaupun
ampuh namun harus berhati-hati karena dapat menimbulkan perdarahan yang
lebih hebat, infeksi, juga menimbulkan his yang kemudian akan
mengakibatkan partus yang prematur. Indikasi pemeriksaan dalam pada
perdarahan antepartum yaitu jika terdapat perdarahan yang lebih dari 500 cc,
perdarahan yang telah berulang, his telah mulai dan janin sudah dapat hidup
diluar janin. Dan pemeriksaan dalam pada plasenta previa hanya dibenarkan
jika dilakukan dikamar operasi yang telah siap untuk melakukan operasi
dengan segera.
Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan fornises dengan hati-hati.
Jika tulang kepala teraba, maka kemungkinan plasenta previa kecil. Namun
jika teraba bantalan lunak maka kemungkinan besar plasenta previa.(2,3)

2.7 Penatalaksaan Plasenta Previa


Penatalaksanaan pada plasenta previa dapat dibagi dalam 2 golongan, yaitu:
1. Ekspektatif
Dilakukan apabila janin masih kecil sehingga kemungkinan hidup di
dunia masih kecil baginya. Sikap ekspektasi tertentu hanya dapat dibenarkan
jika keadaan ibu baik dan perdarahannya sudah berhenti atau sedikit sekali.
Dahulu ada anggapan bahwa kehamilan dengan plasenta previa harus segera
diakhiri untuk menghindari perdarahan yang fatal. Syarat terapi ekspektatif
yaitu: Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti,
Belum ada tanda-tanda in partu. Keadaan umum ibu cukup baik (kadar
hemoglobin dalam batas normal) dan janin masih hidup. Adapaun
penanganannya ekspektatif yang dapat dilakukan yaitu :
a.

Rawat inap, tirah baring.

b.

Pasang infus untuk mengganti cairan yang keluar akibat perdarahan.

c.

Pemberian antibiotik.

d.

Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi plasenta, usia


kehamilan, profil biofisik, letak dan presentasi janin.

e.

f.

Tokolitik ( bila ada kontraksi )

MgSO4 4 gram IV dosis awal dilanjutkan 4 gram setiap 6 jam

Nifedipin 3x20 mg/hari

Berikan Betametashon/Dexamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk


pemtangan paru janin

g.

Awasi perdarahan terus menerus, tekanan darah, nadi dan denyut jantung

janin.
h.

Bila perdarahan sudah berhenti pasien boleh dipulangkan.(4)

2. Terminasi
Dilakukan dengan segera mengakhiri kehamilan sebelum terjadi
perdarahan yang dapat menimbulkan kematian, misalnya: kehamilan telah
cukup bulan, perdarahan banyak, dan anak telah meninggal. Terminasi ini
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a. Cara vaginal
Yang bermaksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta, dengan cara ini
maka pembuluh-pembuluh darah yang terbuka dapat tertutup kembali (tamponade
pada plasenta).
Penekanan tersebut dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu:
- Amniotomi ( pemecahan selaput ketuban)
Cara ini merupakan cara yang dipilih untuk melancarkan persalinan pervaginam.
Cara ini dilakukan apabila plasenta previa lateralis, plasenta previa marginalis,
atau plasenta letak rendah, namun bila ada pembukaan. Pada primigravida telah
terjadi pembukaan 4 cm atau lebih. Juga dapat dilakukan pada plasenta previa
lateralis/ marginalis dengan janin yang sudah meninggal .
- Memasang cunam Willet Gausz
Pemasangan cunam Willet Gausz dapat dilakukan dengan mengklem kulit kepala
janin dengan cunam Willet Gausz. Kemudian cunam diikat dengan menggunakan
kain kasa atau tali yang diikatkan dengan beban kira-kira 50-100 gr atau sebuah
batu bata seperti katrol. Tindakan ini biasanya hanya dilakukan pada janin yang
telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif karena seringkali menimbulkan
perdarahan pada kulit kepala janin.

10

- Metreurynter
Cara ini dapat dilakukan dengan memasukkan kantong karet yang diisi udara dan
air sebagai tampon, namun cara ini sudah tidak dipakai lagi.
- Versi Braxton-Hicks
Cara ini dapat dilakukan pada janin letak kepala, untuk mencari kakinya sehingga
dapat ditarik keluar. Cara ini dilakukan dengan mengikatkan kaki dengan kain
kasa, dikatrol, dan juga diberikan beban seberat 50-100 gr.

b. Seksio Sesarea
Yang dimaksud untuk mengosongkan rahim sehingga rahim dapat berkontraksi
dan menghentikan perdarahan. Selain itu seksio sesarea juga dapat mencegah
terjadinya robekan serviks dan segmen bawah rahim yang sering terjadi pada
persalinan pervaginam. Persalinan seksio sesarea diperlukan hampir pada seluruh
kasus plasenta previa. Pada sebagian besar kasus dilakukan melalui insisi uterus
transversal. Karena perdarahan janin dapat terjadi akibat insisi ke dalam plasenta
anterior.
Indikasi dilakukannya persalinan seksio sesarea pada plasenta previa adalah:
a. Dilakukan pada semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau meninggal,
serta semua plasenta previa lateralis, posterior, karena perdarahan yang sulit
dikontrol.
b. Semua plasenta pevia dengan perdarahan yang banyak, berulang dan tidak
berhenti dengan tindakan yang ada.
c. Plasenta previa yang disertai dengan panggul sempit, letak lintang.
Gawat janin maupun kematian janin dan bukan merupakan halangan untuk
dilakukannya persalinan seksio sesarea, demi keselamatan ibu. Tetapi apabila
dijumpai gawat ibu kemungkinan persalinan seksio sesarea ditunda sampai

11

keadaan ibunya dapat diperbaiki, apabila fasilitas memungkinkan untuk segera


memperbaiki keadaan ibu, sebaiknya dilakukan seksio sesarea jika itu merupakan
satu-satunya tindakan yang terbaik untuk mengatasi perdarahan yang banyak pada
plasenta previa totalis.(2,4,6)

2.8 Komplikasi Plasenta Previa


Komplikasi dapat terjadi pada ibu dan bayi yaitu:
Selama kehamilan pada ibu dapat menimbulkan perdarahan antepartum yang
dapat menimbulkan syok, kelainan letak pada janin sehingga meningkatnya letak
bokong dan letak lintang. Selain itu juga dapat mengakibatkan kelahiran prematur.
Selama persalinan plasenta previa dapat menyebabkan ruptur atau robekan jalan
lahir, plasenta akreta, prolaps tali pusat, perdarahan postpartum, perdarahan
intrapartum, serta infeksi karena perdarahan yang banyak.
Sedangkan pada janin plasenta previa ini dapat mengakibatkan kelainan
letak janin, bayi lahir dengan berat badan rendah, munculnya asfiksia, kematian
janin dalan uterus.(4)

2.9 Prognosis Plasenta Previa


Prognosis ibu pada plasenta previa dewasa ini lebih baik jika dibandingkan
pada masa lampau. Hal ini dipengaruhi oleh jumlah dan kecepatan perdarahan
serta kesegeraan pertolongannya. Kematian pada ibu dapat dihindari apabila
penderita segera memperoleh transfusi darah dan segera lakukan pembedahan
seksio sesarea. Prognosis terhadap janin lebih buruk oleh karena kelahiran yang
prematur lebih banyak pada penderita plasenta previa melalui proses persalinan
spontan maupun melalui tindakan penyelesaian persalinan. Namun perawatan
yang intensif pada neonatus sangat membantu mengurangi kematian perinatal.(2,3)

12

BAB III
KESIMPULAN

1. Plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga


menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat
pembentukan segmen bawah rahim.
2. Pada plasenta pervia, jaringan plasenta tidak tertanam dalam korpus uteri
jauh dari ostium internum servisis, tetapi terletak sangat dekat atau pada

13

ostium internum tersebut.


3. Klasifikasi plasenta previa yaitu
- Plasenta previa totalis.
- Plasenta previa lateralis
-Plasenta marginalis dan
-Plasenta previa letak rendah.
Derajat plasenta previa akan tergantung kepadaluasnya ukuran dilatasi
serviks saat dilakukan pemeriksaan.
4. Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapa
faktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa, misalnya bekas
operasi rahim (bekas sesar atau operasi mioma), sering mengalami infeksi
rahim (radang panggul), kehamilan ganda,pernah plasenta previa, atau
merokok.
5. Gejala yang paling sering terjadi pada plasenta previa berupa pendarahan
jadi kejadian yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan tanpa
nyeri biasanya baru terlihat setelah trimester kedua atau sesudahnya..

Anda mungkin juga menyukai