BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(Kuret,Sectio Caesaria).
Kehamilan kembar.
Riwayat plasenta previa sebelumnya.
Merokok(2,4)
abdomen sering teraba bagian terbawah janin masih tinggi diatas simfisis dengan
letak janin tidak dalam letak memanjang. Pada plasenta previa ini tidak ditemui
nyeri maupun tegang pada perut ibu saat dilakukan palpasi.(3)
2. Inspeksi
Dapat dilihat melalui banyaknya darah yang keluar melalui vagina, darah
beku, dan sebagainya. Apabila dijumpai perdarahan yang banyak maka ibu
akan terlihat pucat.
3. Palpasi Abdomen
Sering dijumpai kelainan letak pada janin, tinggi fundus uteri yang
rendah karena belum cukup bulan. Juga sering dijumpai bahwa bagian
terbawah janin belum turun, apabila letak kepala, biasanya kepala masih
bergoyang, terapung atau mengolak di atas pintu atas panggul.
4. Pemeriksaan inspekulo
Dengan menggunakan spekulum secara hati-hati dilihat dari mana
sumber perdarahan, apakah dari uterus, ataupun terdapat kelainan pada
serviks, vagina, varises pecah, dll.
5. Ultrasonografi
Transabdominal ultrasonografi dalam keadaan kandung kemih yang
dikosongkan akan memberikan kepastian diagnosa plasenta previa. Walaupun
transvaginal ultrasonografi lebih superior untuk mendeteksi keadaan ostium
uteri internum namun sangat jarang diperlukan, karena di tangan yang tidak
ahli cara ini dapat menimbulkan perdarahan yang lebih banyak (Chalik,
2008). Penentuan lokasi plasenta secara ultrasonografis sangat tepat dan tidak
menimbulkan bahaya radiasi terhadap janin.
6. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan ini merupakan senjata dan cara paling akhir yang paling
ampuh dalam bidang obstetrik untuk diagnosa plasenta previa. Walaupun
ampuh namun harus berhati-hati karena dapat menimbulkan perdarahan yang
lebih hebat, infeksi, juga menimbulkan his yang kemudian akan
mengakibatkan partus yang prematur. Indikasi pemeriksaan dalam pada
perdarahan antepartum yaitu jika terdapat perdarahan yang lebih dari 500 cc,
perdarahan yang telah berulang, his telah mulai dan janin sudah dapat hidup
diluar janin. Dan pemeriksaan dalam pada plasenta previa hanya dibenarkan
jika dilakukan dikamar operasi yang telah siap untuk melakukan operasi
dengan segera.
Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan fornises dengan hati-hati.
Jika tulang kepala teraba, maka kemungkinan plasenta previa kecil. Namun
jika teraba bantalan lunak maka kemungkinan besar plasenta previa.(2,3)
b.
c.
Pemberian antibiotik.
d.
e.
f.
g.
Awasi perdarahan terus menerus, tekanan darah, nadi dan denyut jantung
janin.
h.
2. Terminasi
Dilakukan dengan segera mengakhiri kehamilan sebelum terjadi
perdarahan yang dapat menimbulkan kematian, misalnya: kehamilan telah
cukup bulan, perdarahan banyak, dan anak telah meninggal. Terminasi ini
dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu:
a. Cara vaginal
Yang bermaksud untuk mengadakan tekanan pada plasenta, dengan cara ini
maka pembuluh-pembuluh darah yang terbuka dapat tertutup kembali (tamponade
pada plasenta).
Penekanan tersebut dapat dilakukan melalui beberapa cara yaitu:
- Amniotomi ( pemecahan selaput ketuban)
Cara ini merupakan cara yang dipilih untuk melancarkan persalinan pervaginam.
Cara ini dilakukan apabila plasenta previa lateralis, plasenta previa marginalis,
atau plasenta letak rendah, namun bila ada pembukaan. Pada primigravida telah
terjadi pembukaan 4 cm atau lebih. Juga dapat dilakukan pada plasenta previa
lateralis/ marginalis dengan janin yang sudah meninggal .
- Memasang cunam Willet Gausz
Pemasangan cunam Willet Gausz dapat dilakukan dengan mengklem kulit kepala
janin dengan cunam Willet Gausz. Kemudian cunam diikat dengan menggunakan
kain kasa atau tali yang diikatkan dengan beban kira-kira 50-100 gr atau sebuah
batu bata seperti katrol. Tindakan ini biasanya hanya dilakukan pada janin yang
telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif karena seringkali menimbulkan
perdarahan pada kulit kepala janin.
10
- Metreurynter
Cara ini dapat dilakukan dengan memasukkan kantong karet yang diisi udara dan
air sebagai tampon, namun cara ini sudah tidak dipakai lagi.
- Versi Braxton-Hicks
Cara ini dapat dilakukan pada janin letak kepala, untuk mencari kakinya sehingga
dapat ditarik keluar. Cara ini dilakukan dengan mengikatkan kaki dengan kain
kasa, dikatrol, dan juga diberikan beban seberat 50-100 gr.
b. Seksio Sesarea
Yang dimaksud untuk mengosongkan rahim sehingga rahim dapat berkontraksi
dan menghentikan perdarahan. Selain itu seksio sesarea juga dapat mencegah
terjadinya robekan serviks dan segmen bawah rahim yang sering terjadi pada
persalinan pervaginam. Persalinan seksio sesarea diperlukan hampir pada seluruh
kasus plasenta previa. Pada sebagian besar kasus dilakukan melalui insisi uterus
transversal. Karena perdarahan janin dapat terjadi akibat insisi ke dalam plasenta
anterior.
Indikasi dilakukannya persalinan seksio sesarea pada plasenta previa adalah:
a. Dilakukan pada semua plasenta previa sentralis, janin hidup atau meninggal,
serta semua plasenta previa lateralis, posterior, karena perdarahan yang sulit
dikontrol.
b. Semua plasenta pevia dengan perdarahan yang banyak, berulang dan tidak
berhenti dengan tindakan yang ada.
c. Plasenta previa yang disertai dengan panggul sempit, letak lintang.
Gawat janin maupun kematian janin dan bukan merupakan halangan untuk
dilakukannya persalinan seksio sesarea, demi keselamatan ibu. Tetapi apabila
dijumpai gawat ibu kemungkinan persalinan seksio sesarea ditunda sampai
11
12
BAB III
KESIMPULAN
13