PENDAHULUAN
anemia
anemia, tapi tidak semua anemia pada penyakit kronik dapat dikatakan anemia
akibat penyakit kronik. Artrithis Reumatoid, Limfoma Hodgkin, Kanker, HIVAIDS, Pneumonia, dan Sifilis merupakan penyakit yang sering disertai anemia
dan sering dikatakan sebagai anemia akibat penyakit kronik.
Anemia penyakit kronik merupakan anemia yang ditemukan pada penyakit
kronik yang ditandai dengan terganggunya metabolisme besi, meskipun cadangan
besi pada sum-sum tulang masih cukup tapi terjadi hipoferemia sehingga
menyebabkan besi yang dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin berkurang.
BAB II
1
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anemia
1.1 Definisi Anemia
Anemia akibat penyakit kronik adalah anemia yang terdapat pada
penyakit kronik tertentu, biasanya anemia akan tetrjadi setelah penderita
mengalami penyakit tersebut selama 1 2 bulan dan biasanya disertai
dengan rasa lemah dan penurunan berat badan dan umumnya ditandai
dengan kadar Fe serum menurun, kadar Hb 7-11 g/dl, TIBC rendah,
produksi sel darah merah berkurang dan cadangan Fe di jaringan tinggi.1,2
1.2 Etiologi
Penyebab dari anemia akibat penyakit kronik ini belum bisa
dipastikan, karena ini tergantung dari penyakit yang mendasarinya.
Tabel 1. Penyebab Anemia Karena Penyakit Kronik 1
Inflamasi Kronik
Neoplasma Ganas
Infeksi Kronik
1.
a. Karsinoma
(Ginjal,Hati,Kolon, Pankreas,
Tuberkulosis Paru
Lupus
Eritematosus
Sistemik
Uterus, Dll)
2.
Artritis Rematoid
b. Limfoma Maligna
(Hodgkin Dan Non-Hodgkin)
3.
Sarkoidosis
Bronkhiektasis
4.
Infeksi
Saluran
Kemih
Kronik
Osteomielitis Kronik
Penyakit
Radang
Kronik
Kolitis Kronik
1.3 Epidemiologi
Anemia akibat penyakit kronik merupakan anemia terbanyak kedua
didunia setelah anemia defisiensi besi. Tapi dalam Rumah Sakit
Panggul
Lansia banyak
peningkatan daya
sitokin
yang
diproduksi
secara
berlebihan,
sehingga
Fe plasma (mg/L)
Persen saturasi
TIBC
Feritin serum
Reseptor
70-90
30
250-400
20-200
8-28
Anemia
Anemia
defisiensi
penyakit
besi
kronik
30
7
>450
10
>28
30
15
<200
150
8-28
4
transferin
serum
Kandungan Fe
++
+++
dimakrofag
2.
normositik
normositer.
4)
Dengan menyingkirkan adanya penyakit hati kronik, hipotiroid
dan gagal ginjal kronik.1
Anemi
Anemia
sidero
pen
defi
blasti
yak
sien
it
si
kro
besi
Thalasemi
a
nis
MCV
Menur
un/
Menur
un
nor
Menurun/
Menurun
norma
l
mal
MCH
Menur
un/
Menur
un
nor
Menurun/
Menurun
norma
l
mal
Fe serum
menur
un
Saturasi
Menur
Menur
Normal
Normal
Meningka
Meningka
un
Menur
transfe
un/
un
rin
nor
<15
>20%
>20%
mal
(10-
20
%)
Fe
sumsum
(+)
(+)
(-)
dan
(+) kuat
cicin
tulang
sidero
blast
Protoporfi
rin
mening
Menin
kat
gka
eritros
normal
Normal
Meningka
Meningka
it
Feritin
Norma
serum
Menur
un
(20-
<20
>50ug
>50ug/
200
ug/
/dl
dl
ug/
dl
dl)
Elektrofoe
normal
sis HB
Norma
Normal
HbA2
menin
gkat
TIBC
Menur
un
Menin
Normal/
Normal/
gka
menin
menin
gkat
gkat
1.7 Tatalaksana
Pengobatan penyakit dasar merupakan terapi utama untuk anemia
akibat penyakit kronik. Beberapa jenis terapi yang dianjurkan dalam
anemia ini antara lain:
Transfusi.
Transfusi diberikan pada kasus gangguan hemodinamik. batasan
Hemoglobin untuk indikasi transfusi belum ada batasan yang pasti. pasien
yang infark miokard transfusi darah dapat menurunkan angka kematian
secara bermakna pada pasien infark miokard dan anemia akibat kanker,
dan dianjurkan kadar Hemoglobinnya 10-11 g/dl.1,2,6
Preparat Besi.
Pada anemia penyakit kronik pemberian preparat besi masih dalam
perdebatan. Ada yang mengatakan bahwa pemberian preparat besi
diperbolehkan untuk mencegah pembentukan TNF- dan juga pada
penyakit gagal ginjal dan inflamsi usus, terbukti dapat meningkatkan kadar
hemoglobin. Meskipun begitu sampai sekarang pemberian preparat besi
masih belum direkomendasikan untuk diberikan pada anemia pada
penyakit kronis.1,2,6
Eritropoietin.
Pemberian eritropoietin bermanfaat dan disepakati untuk diberikan
pada pasien anemia karena gagal ginjal, mieloma multipel, artritis
reumathoid, kanker dan HIV. Terdapat 3 jenis eritropoietin, yakni
eritropoietin alfa, beta dan darbopoietin. Masing-masing berbeda afinitas
terhadap reseptor, struktur kimiawi dan waktu paruhnya sehingga
memungkinkan kita memilih mana yang lebih tepat untuk suatu kasus. 1,2,6
Ada beberapa keuntungan dari pemberian eritropoeitin, yaitu:
kanker
ginjal
serta
terbukti
untuk
menikkan
hemoglobin.1
B. Tuberkulosis
2.1
Definisi TB
Tuberkulosis
adalah
penyakit
yang
disebabkan
oleh
infeksi
kelenjar limfe
di
leher
inilah
yang
biasanya paling sering terjadi. Istilah scrofula diambil dari bahasa latin yang
berarti pembengkakan kelenjar. Hippocrates (460-377 S.M.) menyebutkan istilah
tumor skrofula pada sebuah tulisannya (Mohaputra, 2009). Penyakit ini juga
sudah dikenal sejak zaman raja-raja Eropa pada zaman pertengahan dengan
nama Kings evil, dimana dipercaya bahwa sentuhan tangan raja dapat
menyembuhkannya. Infeksi M.tuberculosis pada kulit disebabkan oleh perluasan
langsung tuberkulosis ke kulit dari struktur
dasar
atau
terpajan
melalui
di
Amerika
Serikat.
Karakteristik
epidemiologi
termasuk
10
Paru kanan dibagi menjadi tiga lobus oleh fissura mayor (oblik) dan minor
(horizontal), selanjutnya masing-masing lobus terbagi dalam beberapa segmen.
Fissura minor memisahkan lobus superior dengan lobus medius, sedangkan
fissura mayor memisahkan lobus inferior dari lobus medius dan superior. Pada
paru kiri fissura mayor memisahkan lobus superior dari inferior. Bagian
anteroinferior lobus superior paru kiri memiliki proyeksi yang berbentuk seperti
lidah, yang disebut lingula.Sesuai dengan segmen bronkus, lobus paru dibagi lagi
menjadi beberapa segmen, yaitu sepuluh segmen pada paru kanan dan delapan
segmen pada paru kiri. Berbeda dengan lobus, segmen paru tidak dibatasi oleh
pleura. Lobus superior kanan terdiri dari tiga segmen : (1) segmen apikal, (2)
segmen posterior, dan (3) segmen anterior. Lobus medius terdiri dari dua segmen :
(4) segmen lateral dan (5) segmen medial. Lobus inferior kanan terdiri dari lima
segmen : (6) segmen superior, (7) segmen mediobasal, (8) segmen anterobasal, (9)
segmen laterobasal, dan (10) segmen posterobasal. Berbeda dengan paru kanan,
pada paru kiri terdapat lingula yang merupakan bagian dari lobus superior dan
terdapat beberapa segmen yang bersatu, sehingga paru kiri terbagi menjadi
delapan segmen. Lobus superior kiri terdiri dari empat segmen (1,2) segmen
apikoposterior, (3) segmen anterior, (4) lingula segmen superior, dan (5) lingula
segmen inferior. Lobus inferior kiri terdiri dari empat segmen : (6) segmen
superior, (7,8) segmen anteromedial, (9) segmen laterobasal, dan (10) segmen
posterobasal.9
Pembuluh limfe paru berasal dari pleksus superfisialis dan pleksus profunda.
Pleksus superfisialis terletak di bawah pleura viseral kemudian mengalir ke dalam
nodus limfatikus bronkopulmonalis yang terletak di hilus. Limfe kemudian
dialirkan ke nodus limfatikus trakeobronkhialis yang terletak di bifurkatio trakea.
Pleksus superfisialis ini berfungsi mengaliri paru dan pleura viseral. Pleksus
profunda terletak di submukosa bronkus dan di jaringan ikat peribronkhial.
Pembuluh-pembuluh limfe tersebut kemudian mengalir ke nodus limfatikus
pulmonalis yang berjalan di sepanjang bronkus dan a.pulmonalis menuju hilus.
Limfe kemudian dialirkan ke nodus limfatikus bronkopulmonalis, menuju ke
nodus limfatikus trakeobronkhialis. Semua cairan limfe baik dari pleksus
superfisialis maupun profunda kemudian mengalir masuk ke dalam 13 trunkus
11
Droplet
Penulran
pasien TB
yang batuk
2.5 Patofisiologi
Secara umum penyakit tuberkulosis dapat diklasifikasikan menjadi TB
pulmoner dan TB
sedangkan
TB
primer
terjadi
pada
saat
seseorang pertama kali terpapar terhadap basil tuberkulosis Basil TB ini masuk
ke paru dengan cara inhalasi droplet. Sampai di paru, basil TB ini akan
difagosit oleh makrofag dan akan mengalami dua kemungkinan. Pertama,
basil TB akan mati difagosit oleh makrofag. Kedua, basil TB akan dapat
bertahan hidup dan bermultiplikasi dalam makrofag sehingga basil TB akan
12
dapat
menyebar
secara
limfogen,
perkontinuitatum,
bronkogen,
bahkan
hematogen. 10
Demikian itu, patogenesis Lifadenitis tuberkulosis inguinalis terisolasi
dapat dijelaskan oleh reaktivasi lokal infeksi dormant, akibat dari penyebaran
limfogen Mycobacterium dari fokus paru subklinis. Penyebaran basil TB ini
pertama sekali secara limfogen menuju kelenjar limfe regional hilus , dimana
penyebaran basil TB tersebut akan menimbulkan reaksi inflamasi di
sepanjang
saluran
limfe
(limfangitis)
dan
kelenjar
limfe
regional
ini akan
menginfeksi
kelenjar limfe
tanpa terlebih
dahulu sebelum menginfeksi paru. Basil TB ini akan berdiam di mukosa orofaring
setelah basil TB masuk melalui inhalasi droplet. Di mukosa orofaring basil TB
akan difagosit oleh makrofag dan dibawa ke tonsil, selanjutnya akan dibawa ke
kelenjar limfe di leher,axial, dan bagian kelenjar lainnya. Peningkatan ukuran
nodus mungkin disebabkan oleh berikut: 1.Multiplication sel dalam node,
termasuk limfosit, plasma sel, monosit, atau histiosit 2.Infiltrasi sel-sel dari luar
13
nodus, misalnya sel ganas atau neutrofil.3.Drainase sumber infeksi oleh kelenjar
getah bening.10
2.5 Gejala Klinis
Gejala klinik tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan
gejala sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala
respiratorik (gejala lokal sesuai organ yang terlibat) : 6
1. Gejala respiratorik
- batuk 2 minggu
- batuk darah
- sesak napas
- nyeri dada
Gejala respiratorik ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala
yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat
medical check up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka
pasien mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi
bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
2. Gejala sistemik
- Demam
- Gejala sistemik lain: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun
3. Gejala tuberkulosis ekstra paru
Gejala tuberkulosis ekstra paru tergantung dari organ yang terlibat, misalnya
pada limfadenitis tuberkulosa akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak
nyeri dari kelenjar getah bening, pada meningitis tuberkulosa akan terlihat gejala
meningitis, sementara pada pleuritis tuberkulosa terdapat gejala sesak napas &
kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan
Limfadenitis TB ekstremitas bawah sering di kelenjar getah bening
inguinalis lateralis dan femoralis.Ukuran nodus membesar dan harus berhati-hati
karena yang tercatat meningkat tajam dalam ukuran dapat menunjukkan potensi
untuk keganasan. Bentuk nodus limfa biasanya satu,namun beberapa kelenjar bisa
berkonfluensi. Konsistensi mungkin termasuk kusut, fluksus, tegas, kenyal, atau
keras. Dalam tahap awal, nodus dalam tuberkulosis adalah dengan berbatas tegas,
mobil, tidak lembut, dan tegas. Jika infeksi tetap tidak diobati, nodus melunakkan,
14
menjadi fluksus, dan melekat pada kulit yang mungkin menjadi eritematus. Pada
nodus-nodus multiple,perlunakan tidak serentak. Jika terjadi abses, abses lanjut
menjadi fistel multipel berubah menjadi ulkus- ulkus khas : bentuk tidak teratur,
sekitar livide,dinding bergaung, jaringan granulasi tertutup pus seropurulen, krusta
kuning- sikatriks memanjang, tidak teratur. Fiksasi kelenjar getah bening pada
kulit dan jaringan lunak dapat berarti keganasan. Kulit atasnya mungkin
eritematus dalam etiologi infeksi. Sinus drainase dapat berkembang pada pasien
dengan adenopati tuberkulosis. Gejala seperti penyakit saluran pernafasan atas,
sakit tenggorokan, otalgia, coryza, konjungtivitis, dan impetigo sering ditemukan
ditambah dengan demam, iritabilitas dan anoreksia. Limfadenitis bisa terjadi tanpa
radang akut.11-12
Stadium limfadenopati tuberculosis perifer menurut Jones dan Canpbell :
Stadium I
diskret
Stadium II
abses.
Stadium IV
Stadium V
dan
15
Pemeriksaan
mikroskopis
dengan
pulasan
Ziehl-Nielsen
16
TB.
Pemeriksaan
yang
dilakukan
ialah
pemeriksaan
2.8 Terapi
Pengobatan TB terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif dan fase lanjutan.
Pada umunya lama pengobatan TB adalah 6-8 bulan. Pada pengobatan TB
ekstra paru diobati dengan regimen pengobatan yang sama dan lama
pengobatan berbeda, seperti pada limfadenitis TB lama pengobatan minimal
selama 9 bulan. Pemberian obat pada fase awal (fase intensif) diberikan setiap
hari dan fase lanjutaan dapat di berikan 3 atau 4 kali dalam 1 minggu.
Kategori pengobatan TB:10
Kategori I :
Kasus baru, BTA(+)/(-), TB Ekstra Paru (Berat),
Obat yang diberikan :2 RHZE / 4 RH atau 2 RHZE / 6 HE atau 2RHZE /
4R3H3.
Kategori II :
Kasus TB relaps, Kegagalan Pengobatan, kambuh
Obat yang dibrikan
Kategori III:
TB paru dengan BTA sputum (-), TB paru ekstra paru (menegah - berat).
Obat yang diberikan : RHZ / 4 RH atau 6 RHE atau 2RHZ /4 R3H3
Kategori IV :
Kasus kronis (BTA positif setelah pengobatan ulang yang supervise:
Obat yang diberikan : Pertimbangkan obat lini ke dua.
17
BAB III
STATUS MEDIS
3.1 Anamnesa Pribadi
Nama
Tn. Sugiarto
Umur
38 Tahun
Jenis Kelamin
Laki-laki
Status Kawin
Sudah Menikah
Agama
Islam
Pekerjaan
Karyawan Swasta
Alamat
Suku
Jawa
: Lemas
Telaah
:
Os datang ke Rumah Sakit Haji Medan dengan keluhan lemas sejak 2
bulan SMRS. Os juga mengeluh cepat lelah saat beraktifitas dan terlihat pucat.
Demam dirasakan os sejak 1 minggu ini, demam dirasakan os terus menerus.
Demam tidak disertai dengan menggigil. Os juga mengeluh batuk sejak > 2 bulan
18
yang lalu, batuk dirasakan os tidak berdahak. Os juga mengaku sering berkeringat
pada malam hari dan mengalami penurunan berat badan yang drastis. Os mengaku
mengalami penurunan berat badan 15 kg dalam waktu 2 bulan. Os juga
mengeluh nyeri di bagian ulu hati sejak 2 bulan belakangan ini. Nyeri dirasakan
os seperti ditusuk-tusuk dan tidak menjalar ke bagian lainnya. Selain itu os
mengaku bahwa di selangkangan sebelah kiri seperti ada benjolan sebesar biji
tasbih sejak > 1 bulan yang lalu. Benjolan tidak terasa nyeri, berbatas tegas, dapat
digerakan, konsistensinya keras, warna kulit disekitar benjolan sama dengan
warna kulit. BAK dan BAB (+) normal .
Os menyangkal adanya sesak (-), nyeri dada (-), mual (-), muntah (-),
batuk berdarah (-).
RPT
: Tidak ada
RPO
RPK
: Tidak ada
: Ya
- Tidur
: Terganggu
- Berat Badan
: menurun
- Demam
: Ya
- Menggigil
: Tidak
- Pening
: Ya
- Nafsu Makan
: Menurun
- Malas
: Ya
: Tidak
- Cyanosis
: Tidak
- Dyspnoe d repos
: Tidak
- Oedema
: Tidak
19
- Nycturi
: Tidak
- Asma Cardial
: Tidak
2. Sirkulasi Perifer
- Claudicatio intermiten : Tidak
: Tidak
: Tidak
3. Tractus respiratorius
- Batuk
: Ya
- Stridor
: Tidak
- Berdahak : Tidak
- Sesak Nafas
: Tidak
- Hemaptoe: Tidak
- Suara Parau
: Tidak
- Sendawa
: Tidak
: iya
- Anoreksia
: Tidak
: Tidak
-dysphagia
: Tidak
: Tidak
- Mual Mual
: Tidak
-pyrosis
: Tidak
- Hematemesis
: Tidak
-Ructus
: Tidak
B. Usus
- Sakit di abdomen
: Tidak
- melena
: Tidak
- Borborygmi
: Tidak
- tenesmi
: Tidak
20
- Defekasi
: Ya
- flatulensi
: Tidak
- Obstipasi
: Tidak
- haemorrhoid
: Tidak
: Tidak
: Tidak
- memancar ke
: Tidak
asites
: Tidak
- kolik
: Tidak
oedema
: Tidak
- icterus
: Tidak
berak dempul
: Tidak
: Tidak
- Kolik
: Tidak
oligouria
Anuria
- Polakisuria
: Tidak
: Tidak
: Tidak
- polyuria : Tidak
6. Sendi
- Sakit
: Tidak
- Sakit di gerakkan
: Tidak
- Sendi Kaku
: Tidak
- bengkak
: Tidak
- Merah
: Tidak
- Stand Abnormal
: Tidak
: Tidak
Fraktur Spontan
: Tidak
- Bengkak : Tidak
Deformitas
7. Tulang
- Sakit
: Tidak
21
8. Otot
- Sakit
: Ya
- Kebas kebas
: Tidak
Kejang Kejang
: Tidak
Atrofi
: Tidak
: Tidak
muka pucat
: Tidak
bengkak
: Tidak
- pembengkakan kelenjar
: Tidak
Penyakit darah
: Tidak
- merah di kulit
: Tidak
perdarahansubkutan : Tidak
9. Darah
- Sakit di mulut dan lidah
10. Endokrin
A. Pankreas
- Polidipsi : Tidak
Pruritus
: Tidak
- Poliuri
Polifagi
: Tidak
: Tidak
- Pyorrhea: Tidak
B. Tiroid
- Nervositas
: Tidak
-Struma
: Tidak
- Exoftalmus
: Tidak
-Miksodem
: Tidak
C. Hipofisis
- Akromegali
: Tidak
:-
- Ereksi
: TDT
- siklus haid
:-
- libido sexual
: TDT
- menopause
:-
- coitus
: TDT
22
- G/P/A :
- sakit kepala
: Tidak
- Parastesia : Tidak
- gerakan tics
: Tidak
- Paralisis : Tidak
13. Panca Indra
- pengelihatan
: Normal
pengecapan
: Normal
- pendengaran
: Normal
perasaan
: Normal
- penciuman
: Normal
14. Psikis
- Mudah tersinggung
: Tidak
- Pelupa
: Tidak
- Takut
: Tidak
- Lekas marah
: Tidak
- Gelisah
: Tidak
- pyuria
: Tidak
- bisul bisul
: Tidak
: Tidak
:-
23
- sayur sayuran
: Ya
- ikan : Ya
- daging
: Ya
Sensorium
Tekanan Darah
Temperature
Pernafasan
Nadi
: compos mentis
: 120/80 mmHg
: 38,3 C
: 20x/menit, reg/irreg, tipe pernapasan abdominal thoracal
: 80x/menit,equal/inaqul, teg/vol sedang,lemah,keras
Anemis
: YA
- eritema
: Tidak
ikterus
: Tidak
- turgor
: baik
sianose
: Tidak
- gerakan aktif
: baik
dispnoe
: Tidak
: Tidak
edem
: Tidak
: 45 kg
TB
: 165 Cm
RBW:
BB
45
X 100 =
X 100 =69
TB100
165100
24
{Kesan: UNDERWEIGHT}
Kepala
- Pertumbuhan Rambut : Normal
- Sakit kalau di pegang : Tidak
- Perubahan local
: Tidak
a. Muka
- sembab
: Tidak
- parase
: Tidak
- pucat
: Ya
- gangguan local
: Tidak
- Kuning
: Tidak
b. Mata
- stand mata
: normal
- ikterus
: Tidak
- gerakan
: normal
- anemia
: Tidak
- exoftalmus : Tidak
- reaksi pupil
: isokor ka: ki
- ptosis
: Tidak
- gangguan local
: Tidak
- Sekret
: Tidak
- bentuk
: normal
- radang
: Tidak
- atrofi
: Tidak
c. Telinga
d. Hidung
- Sekret
: Tidak
25
- Bentuk
: normal
e. Bibir
- Sianosis : Tidak
- kering
: Tidak
- pucat
: Tidak
- radang
: Tidak
: Ya (3)
- jumlah
: 29 gigi
- pyorroe alveolaris
: Tidak
f. Gigi
- Karies
- pertumbuhan : normal
g. Lidah
- kering
: Tidak
- beslag
: Tidak
- pucat
: Tidak
- tremor
: Tidak
: Tidak
- membrane
: Tidak
- angina lacunaris
: Tidak
h. Tonsil
- merah
- bengkak : Tidak
- beslag
: Tidak
2. Leher
Inspeksi :
- struma
: Tidak
- venektasi
: Tidak
- kelenjar bengkak
: Tidak
- torticolis
: Tidak
- pulsasi vena
: Tidak
Palpasi :
- Posisi trakea
: medial
: Tidak
- kosta servikalis
: Tidak
26
3. Thorak Depan
Inspeksi :
- bentuk
: fusiformis
- venektasi
: Tidak
- pembengkakan
: Tidak
- bendungan vena
- pulsasi verbal
: Tidak
- mammae
: normal
: Tidak
: Tidak
a. Lokalisasi : -
- fremissement : Tidak
:-
: sonor
a. Relativ
: ICS V
b. Absolut
: ICS VI
peranjakan : 2 cm
Batas Jantung
27
Auskultasi
Paru Paru
- Suara Pernafasan
: Bronkhial
- Suara Tambahan
a. Ronchi basah
b. Ronchi kering
c. Krepitasi
:-
d. Gesek Pleura
: -
Cor
- Heart Rate
: 80 x/ menit , reg/ireguler
- Suara Katup
: M1 > M2
A2 > A1
P2 > P1
A2 > P2
- Suara Tambahan
: Tidak
- gerakan bebas : 2 cm
- Suara Tambahan
: Tidak ada
5. Abdomen
Inspeksi
- Bengkak
: Tidak
- Venektasi / pembentukan vena
: Tidak
- Gembung
: Tidak
- Sirkulasi collateral
: Tidak
- Pulsasi
: Tidak
Palpasi
- Defens Muskular
: Tidak
- Nyeri Tekan
: Tidak
- Lien
: Tidak teraba
- Ren
: Tidak teraba
- Hepar Tidak teraba , pinggir Tidak teraba , konsistensi permukaan
Tidak, Nyeri tekan (-)
Perkusi
- Pekak Hati
: Ya
- Pekak Beralih
: Tidak
Auskultasi
- Peristaltik Usus
: Normal
6. Genetalis
- Luka
: TDP
- Nanah
: TDP
- Cicatriks : TDP
- Hernia
: TDP
7. Ekstremitas
a. Atas
Kanan
Kiri
- Bengkak
Tidak
Tidak - reflex :
- Merah
Tidak
Tidak
biceps
: (+) / (+)
- Stan Abnormal
Tidak
Tidak
triceps
: (+) / (+)
- Gangguan Fungsi
Tidak
Tidak - Radio periost : (+) / (+)
- Test Rumple leed
Tidak
Tidak
b. Bawah
Kanan
Kiri
- Bengkak
Tidak
Tidak
- Merah
Tidak
Tidak
- Oedem
Tidak
Tidak
- Pucat
Tidak
Tidak
- Gangguan Fungsi
Tidak
Tidak
29
- VarisesTidak
- Refleks
KPR
APR
Struple
Tidak
(+)
(+)
(+)
Darah
Hb
(+)
(+)
(+)
Urin
6,7 gr%
Tinja
Warna
Warna
Leukosit
8300 mm3
Reduksi
Konsistensi
LED
96 mm/jam
Protein
Eritrosit
Bilirubin
Leukosit
Urobilinogen
Amuba/kista
Eritrosit
3,1
X106/UL
Hitung Jenis
Eosinofil
1%
Sedimen
Telur cacing
Basofil
0%
Eritrosit
Askaris
N. STAB
0%
Leukosit
Ankilosis
N. Seg
87%
Silinder
T. Trichiura
Limfosit
6%
Epitel
Kremi
Monosit
5%
MCV
71 f
30
MCH
21 pg
MCHC
30 %
Hematokrit
22 %
Trombosit
210.000 /ul
Bilirubin
0,29 mg/dl
Total
Bilirubin
0,19 mg/dl
Direk
AST (SGOT)
25 U/I
ALT (SGPT)
27 U/I
Ureum
Kreatinin
GDS
19 mg/dl
0,61 mg/dl
100 mg/dl
FOTO THORAKS
Sinus costo frenikus normal. Diafragma normal
Jantung
: Besar dan bentuk dalam batas normal
Paru
: Terlihat fibroinfiltrat luas dikedua paru
Kesan
: TB Paru
31
Patologi Anatomi
Makroskopis
:
Didapatkan nodul Kgb pada region inguinal kiri, 5 cm, kenyal, batas tegas,
kenyal, mobile, RPT TB paru.
Mikroskopis
:
Sediaan terdiri dari sebaran dan kelompokkan sel limfoid dari berbagai
populasi mulai dari blast sampai matur. Diantaranya tampak fokus nekrosis
dengan sel epiteloid mengesankan garnuloma.
Kesimpulan
:
32
3.15 RESUME
Anamnesa
Keluhan Utama
Telaah
:
Os datang ke Rumah Sakit Haji Medan dengan keluhan lemas sejak 2
bulan SMRS. Os juga mengeluh cepat lelah saat beraktifitas dan terlihat pucat.
Demam dirasakan os sejak 1 minggu ini, demam dirasakan os terus menerus.
Demam tidak disertai dengan menggigil. Os juga mengeluh batuk sejak > 1 bulan
yang lalu, batuk dirasakan os tidak berdahak. Os juga mengaku sering berkeringat
pada malam hari dan mengalami penurunan berat badan yang drastis. Os mengaku
mengalami penurunan berat badan 15 kg dalam waktu 2 bulan. Selain itu os
juga mengeluh nyeri di bagian ulu hati sejak 2 bulan belakangan ini. Nyeri
dirasakan os seperti ditusuk-tusuk dan tidak menjalar ke bagian lainnya. Selain
itu os mengaku bahwa di selangkangan sebelah kiri seperti ada benjolan sebesar
biji tasbih sejak > 1 bulan yang lalu. Benjolan tidak terasa nyeri, berbatas tegas,
dapat digerakan, konsistensinya keras, warna
: Tidak ada
RPO
RPK
: Tidak
Status Present
Keadaan Umum
Keadaan Penyakit
Keadaan Gizi
Sens
Anemia : YA
TB : 165 cm
:Composmentis
33
TD
120
80
Ikterus : Tidak
BB : 45 kg
mmHg
RBW
Nadi : 80 x/ menit
Sianosis : Tidak
RR : 20 x/ menit
Dyspone : Tidak
BB
X 100
TB100
Suhu : 38,3 C
Edema : Tidak
Eritema : Tidak
45
X 100
165100
69
Kesan
Underweight
Turgor : Baik
Gerakan Aktif : Ya
Sikap
Paksa
Tidak
Pemeriksaan Fisik
Kepala
Leher
Thorax
Abdomen
Ekstremitas
Pemeriksaan Laboratorium
34
Darah
:
HB
: 6,9 g/dL
HT
: 22,6 %
leukosit : 8300 g/dl
Trombosit : 210.000 /L
LED
:96
mm/jam
Glukosa darah sewaktu 94 mg/dl
MCH : 22,4 pg
MCV : 73,7 fl
Aktifitas
: Bedrest
2.
Diet
:M II
3.
Medikamentosa
: 1. Transfusi PRC
2. IVFD RL 20 gtt/i
3. Ranitidin inj/12 jam
4. OAT 2 RHZE
5. Paracetamol tab 500 mg 3x1
6. Dextrometorfan tab 15 mg 3x1
35
DISKUSI KASUS
Anemia Pada Penyakit Kronis
ANAMNESIS
KELUHAN
Rasa lemah dan lesu
Cepat lelah
Mata berkunang-kunang
Kaki terasa dingin
Sesak nafas
Anoreksia
PEMERIKSAAN FISIK
Konjungtiva anemi
TEORI
PASIEN
YA
YA
YA
YA
YA
YA
YA
YA
TIDAK
TIDAK
TIDAK
YA
YA
YA
YA
TIDAK
YA
TIDAK
YA
YA
YA
YA
YA
YA
MCH < 27 pg
Limfadenitis TB
ANAMNESIS
KELUHAN
Batuk > 2 minggu
Batuk berdarah
Sesak Nafas
Nyeri Dada
Demam
Malaise
Keringat Malam
Anoreksia
Penurunan Berat Badan
PEMERIKSAAN FISIK
Badan Tampak kurus
Perkusi yang redup
Suara Nafas Bronkhial
TEORI
PASIEN
YA
YA
YA
YA
YA
YA
YA
YA
YA
YA
TIDAK
TIDAK
TIDAK
YA
YA
YA
YA
YA
YA
YA
YA
YA
YA
YA
36
YA
YA
YA
YA
YA
TIDAK
TIDAK
YA
Leukopenia
LED Meningkat
YA
YA
YA
YA
YA
YA
MCV/MCH Menurun
DAFTAR PUSTAKA
1. Bakta,
Made.hematologi
klinik
ringkas.Jakarta:Penerbit
Buku
37
Patologi.Edisi
2.
Jakarta:
Penerbit
Buku
Kedokteran
EGC,2007;h.463
4. Panjaitan,Supriyadi.Aspek Anemia Penyakit Kronik Pada Usia
Lanjut. [online] 2003[ citied on 20rd April 2014].Available from:
http://repository.usu.ac.id/bitstream123456789/6338/1/D0300606.pdf
5. Purnasari,Galih. Anemia Pada Penderita Tuberkulosis Paru Anak
Dengan Berbagai Status Gizi Dan Asupan Zat Gizi. [online].2011
[ citiedon20rdApril2014].Availablefrom:http://eprints.undip.ac.id/325
92/1/394_Galih_Purnasari_G2C007032.pdf
6. Perhimpunan dokter paru ndonesia. Pedoman Diagnosis dan
penatalaksanaan TB di Indonesia. www.Pdpi.co.id. Diakses tanggal
23 november 2014 pukul 21.00 WIB.
7. Rahmaniar, D .Limfadenitis TB. Jakarta : PT.Hak Indonesia. 2009
8. Fontanilla JM, Barnes A, von Reyn CF, Current diagnosis and
management of peripheral tberculous lymphadenitis. Clin Infect Dis.
2011;53(6):555. Moree Keith L. Anatomi Paru. Anatomi Tubuh
Manusia. Jakarta : EGC. 2007
9. Amin, Z. Tuberkulosis Paru. Ilmu Penyakit Dalam UI. Jakarta :
Interna Publishing; 2011
10. Bezabih M, Mariam DW, Selassie SG. Fine needle aspiration
cytology of suspected tuberculous lymphadenitis. Cytopathology
2002; 13 (5) : 284-90.
11. Dandapat MC, Mishra BM, Dash SP, Kar PK. Peripheral lymph
node tuberculosis: review of 80 cases. Br J Surg 1990; 77 (8):911-2.
12. Newanda, JM. 2009. Spondilitis tuberkulosa. (Online),
(http://newandajm.wordpress.com/2009/09/03/spondilitistuberkulosa/.
13. Koch, AL. 2003. Bacterial Wall as Target for Attack: Past, Present,
and Future Research. Clinical Microbiology Reviews. Clin Microbiol
Rev. 2003 October; 16(4): 673687
38