Anda di halaman 1dari 4

1

ANEMIA PADA PENYAKIT KRONIS


1 Pendahuluan
Anemia ini seing dijumpai pada pasien dengan infeksi kronis, inflamasi
kronis, maupun keganasan. Anemia ini umumnya bersifat ringan atau sedang,
disertai oleh rasa lemah dan penurunan berat badan. Pada umumnya ditandai
oleh kadar Hb berkisar 7-11 g/dl, kadar serum fe menurun, TIBC rendah,
cadang fe tinggi di jaringan, serta produksi sel darah merah berkurang.
2

Etiologi
a Tuberkuosis
b Abses paru,
c Endokarditis
d Osteomielitis
e Infeksi jamur kronis
f HIV
g Penyakit kolagen
h Rheumatoid arthritis
i Kanker

Patofisiologi
1 Pemendekan Masa Hidup Eritrosit
Diduga anemia yang terjadi merupakan bagian dari sindrom stress
hematologic, dimana terjadi produksi sitokin yang berlebihan akibat infeksi,
inflamasi, atau kanker. Sitokin tersebut dapat menyebabkan sekuestrasi makrofag
sehingga mengikat lebih banyak zat besi, meningkatkan destruksi eritrosit di
limpa, menekan produksi eritropietin ginjal, serta menyebabkan perangsangan
inadekuat pada eriropoiesis di sumsum tulang.
Pada keadaan lebih lanjut, malnutrisi dapat menyebabkan penurunan
transformasi T4 menjadi T3, menyebabkan hipotiroid fungsional dimana terjadi
penurunan kebutuhan Hb yang mengankut oksigen sehingga sintesis eritropoietin
akhirnya berkurang.
2

Penghancuran Eritrosit

Beberapa penelitian membuktikan bahwa masa hidup eritrosit memendek


sekitar 20-30% pasien. Defek ini terjadi di ekstrakorpuskular, karena bila eritrosit
pasien ditranfuskan ke resipien normal, maka dapat hidup normal.
Aktivasi

makrofag

oleh sitokin

menyebabkan peningkatan

daya

fagositosis makrofag tersebut sebagai bagian dari filter limpa, menjadi kurang
toleran terhadap perubahan/kerusakan minor dari eritrosit.
3

Produksi Eritrosit
Gangguan Metabolisme Zat Besi
Kadar besi yang rendah meskipun cadangan besi cukup menunjukkan
adanya gangguan metabolism zat besi pada penyakit kronis. Hal ini
memberikan konsep bahwa anemia disebabkan oleh penurunan kemampuan
Fe dalam sintesis Hb.

Fungsi Sumsum Tulang


Meskipun

sumsum

tulang

yang

normal

dapat

mengkompensasi

pemendekan masa hidup eritrosit, diperlukan stimulus eritropoietin oleh


hipoksia akibat anemia. Pada penyakit kronis, penurunan kompensasi terjadi
akibat berkurangnya respon terhadap eritropoietin. Agaknya hal ini
disebabkan oleh sitokin seperti IL-1 dan TNF- yang dikeluarkan oleh sel-sel
yang cedera serta berefek terhadap pengurangan sintesis eritropoietin.
4

Anamnesis, KUVS, Pemeriksaan Fisik


Karena anemia yang terjadi umumnya derajat ringan atau sedang, sering
kali gejalanya tertutup oleh penyakit dasarnya, umumnya asimptomatik.
Meskipun demikian apabila demam atau debilitas fisik meningkat, pengurangan
kapasitas transport O2 jaringan akan memperjelas gejala anemianya atau
memperberat keluhan sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik umumnya dijumpai konjungtiva pucat tanpa
disertai kelainan khas dari anemia jenis ini, dan diagnosisnya biasanya bergantung
dari hasil pemeriksaan laboratorium.

Pemeriksaan Laboratorium
a MCHC dan MCV
Anemia umumnya adalah nomokrom-normositer, meskipun beberapa
mempunyai gambaran hipokorm dengan MCHC <31 g/dL dan beberapa
mempunyai sel mikrositer dengan MCV <80 fL.

b Fe Serum
Penurunan Fe serum (hipoforemia) merupakan kondisi sine qua non untuk
diagnosis anemia penyakit kronis. Keadaan ini timbul segera setelah onset suatu
c

infeksi atau inflamasi yang mendahului terjadinya anemia.


Transferin
Konsentrasi protein pengikat Fe (transferin) menurun menyebabkan saturasi Fe

yang lebih tinggi daripada anemia defisiensi besi.


d Retikulosit
Nilai retikulosit absolute dalam batas normal atau sedikit meningkat.
6

Diagnosis
Anemia pada penyakit kronik ditegakkan apabila:
1

Anemia sedang

Selularitas sumsung tulang normal

Fe serum dan TIBC rendah

Feritin serum meningkat

Kadar besi dalam makrofag dan sumsum tulang normal atau meningkat

Diagnosis Banding
a Anemia delusional
b Metastasis sumsung tulang
c Perdarahan kronis
d Gangguan ginjal
e Thalasemia mayor
f Drug-induced marrow suppression
g Drug-induced hemolysis

Penatalaksanaan
Terapi utama pada anemia penyakit kronis adalah mengobati penyakit
dasarnya. Namun terdapat beberapa pilihan dalam mengobati anemia jenis ini:

Tranfusi
Merupakan pilihan pada kasus dengan gangguan hemodinamik. Tidak ada
batasan pasti kadar hemoglobin berapa kita harus member tranfusi. Beberapa
literature menyebutkan bahwa pasien anemia penyakit kronik akibat kanker

atau dengan miokard infark sebaiknya Hb dipertahankan 10-11 g/dL.


Preparat Besi
Pemberian preparat besi masih dalam perdebatan sehingga belum
direkomendikan pada anemia penyakit kronis. Sebagian pakar masih
memberikan preparat besi dengan alasan dapat mencegah pembentukan TNF. Alasan lain, pada penyakit indlamasi usus dan gagal ginjal, preparat besi

terbukti dapat meningkatkan kadar hemoglobin.


Eritropoietin
Data penelitian menunjukkan bahwa pemberian eritropioetin bermanfaat
dan sudah disepakati untuk diberikan pada anemia akibat kanker, gagal ginjal,
multiple myeloma, arthritis rheumatoid, dan pasien HIV. Selain dapat
menghindari tranfusi beserta efek sampingnya, eriropoietin memiliki beberapa
keuntungan yakni: menekan produkso TNF- dan interferon, menambah
proliferasi sel-sel kanker ginjal, serta meningkatkan reukrensi pada kanker
kepala dan leher.

Anda mungkin juga menyukai