Anda di halaman 1dari 7

Panduan praktik klinis

ANEMIA PENYAKIT KRONIK

Disusun oleh : dr. Ufi Aminatun

Pembimbing
dr. Agus Sukamto, sp.PD

Pendamping
dr.Rahman Syahputra, Sp.An
dr.Elmi Astrabel

PROGRAM INTERSIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT ANGKATAN UDARA dr. SUKIRMAN
PEKANBARU
2020
ANEMIA PENYAKIT KRONIK

Definisi

Anemia adalah suatu keadaan berkurangnya sel darah merah dalam tubuh. Anemia

penyakit kronik adalah anemia yang terjadi pada yang ditemukan pada kondisi penyakit

kronik seperti infeksi kronik, inflamasi kronik, atau beberapa keganasan. Pada penyakit

inflamasi, sitokin dihasilkan oleh leu yang aktif dan sel lain yang ikut berperan menurunkan

kadar hemoglobin (Hb). Ada beberapa mekanisme terjadinya anemia pada anemia penyakit

kronik :

 Anemia yang terjadi disebabkan karena sitokin inflamasi yaitu interleukin-6 (IL-6)

menghambat produksi sel darah merah. IL-6 meningkatkan produksi hormon

hepcidin yang diproduksi oleh sel hepatosit berperan dalam regulator zat besi.

Hormon hepcidin akan menghambat pelepasan zat besi dari makrofag dan hepastosit,

sehingga jumlah zat besi untuk pembentukan sel darah merah terbatas.

 Inhibisi pelepasan eritropoietin dari ginjal oleh IL-1 dan TNF a (tumour necrosis

factor)

 Inhibisi langsung proliferasi progenitor eritroid oleh TNF a dan INF Y (interferon y),

dan IL 1

 peningkatan eritrofagositosis makrofag RES (reticuloendothelial system) oleh TNF a

Keadaan yang berkaitan dengan anemia penyakit kronik yaitu :


Penyebab dari anemia penyakit kronik :

 Ketidakmampuan tubuh meningkatkan produksi eritrosit (sel darah merah) sebagai

kompensasi pemendekan umur eritrosit

 Destruksi sel darah merah

 Sekresi hormon eritropoietin yang tidak adekuat dan resistensi terhadap hormon

tersebut

 Eritropoiesis yang terbatas karena menurunnya jumlah zat besi

 Absorpsi zat besi dari saluran cerna yang terhambat

Diagosis

Diagnosis cukup sulit terutama jika bersamaan dengan defisiensi zat besi. Penyebab

anemia lain harus disingkirkan sebelum mendiagnosis, seperti perdarahan, malnutrisi,

defisiensi asam folat, defisiensi vitamin B12, dan hemolisis

Anamnesis

 Keluhan-keluhan yang didapatkan berupa rasa lemah dan lelah, sakit kepala, nafas

pendek

Pemeriksaan fisik

 Pemeriksaan Fisik Pucat,

 tampak anemis, dapat ditemukan kelainan-kelainan sesuai penyakit penyebabnya.


. Pemeriksaan Penunjang

 Hemoglobin (Hb): menurun ( kadar: 8-9 g/dl)

 Hitung retikulosit absolut : normal atau meningkat sedikit

 Feritin serum: normal atau meningkat. Merupakan penanda simpanan zat besi, kadar

15 ng/ml mengindikasikan tidak adanya cadangan zat

 besi Besi dalam serum: menurun (hipoferemia). Half-life : 90 menit

 Transferin serum: menurun. Half-life : 8-12 hari, sehingga penurunan transferin

serum lebih lama terjadi daripada penurunan kadar besi serum.

 Saturasi transferin

 Reseptor transferin terlarut (soluble transferrin receptor): menurun

 Rasio reseptor transferin terlarut dengan log feritin

 Kadar sitokin

 Eritropoietin Hapusan darah tepi: normositik normokrom, dapat hipokrom mikrositik

ringan

 Aspirasi dan biopsi sumsum tulang : jarang dilakukan untuk mendiagnosis anemia

penyakit kronik, tetapi dapat dilakukan sebagai gold standard untuk membedakan

dengan anemia defisiensi besi. Morfologi sumsum tulang dan pewarnaan zat besi

normal, kecuali dikarenakan penyakit penyebabnya. Hal yang penting diperhatikan

adanya simpanan zat besi dalam sitoplasma makrofag atau berfungsi di dalam

nucleus. Pada individu normal, dengan pewarnaan Prussian blue partikel dapat

ditemukan di dalam atau di sekitar makrofag, sepertiga mukleus mengandung 1-4

badan inklusi halus bewarna biru (sideroblas). Pada anemia penyakit kronik, partikel

besi di sideroblas bekurang atau tidak ada, tetapi di makrofag meningkat.

Peningkatan simpanan zat besi di makrofag berhubungan dengan menurunnya kadar

besi di sirkulasi.
Perbedaan anemia penyakit kronik dengan anemia defisiensi besi dari hasil pemeriksaan

labroratorium

Diagnosis banding

 Supresi sumsum tulang karena obat: besi serum meningkat, hitung retikulosit rendah

 Hemolisis karena obat: hitung retikulosit, haptoglobin, bilirubin, dan laktat

dehidrogenase meningkat

 Kehilangan darah kronik: serum besi menurun, feritin serum menurun, transferin

meningkat

 Gangguan ginjal

 Gangguan endokrin: hipotiroid, hipertiroid, diabetes mellitus

 Metastasis sumsum tulang: poikilosit, normoblas, teardrop-shaped red cells, sel

mieloid imatur

 Thalasemia minor

Tatalaksana

 Mengenali dan mengatasi penyakit penyebabnya

 Terapi besi: kegunaannya masih dalam perdebatan

 Kontraindikasi jika feritin normal (>100 ng/ml )

 Agen Erythropoietic :

Indikasi: anemia pada kanker yang akan menjalani kemoterapi, gagal ginjal

kronik, infeksi HIV yang akan menjalaní terapi mielosupresif


3 jenis: epoetin a, eportin B, darbepoetin a Epoetin :

Dosis awal 50-150 U/kg berat badan diberikan 3 kali seminggu selama

minimal 4 mingu, jika tidak ada respon dosis dinaikkan 300 U/kg diberikan 3

kali seminggu 4-8 minggu setelah dosis awal. •

Target: Hb 11-12 gram/dl

Sebelum pemberian harus menyingkirkan adanya anemia defisiensi besi

Monitoring selama terapi: setelah terapi selama 4 minggu dilakukan

pemeriksaan kadar Hb, dan 2-4 minggu kemudian. Jika Hb meningkat <1

gram/ dl, evaluasi ulang status besi dan pertimbangkan pemberian suplemen

besi. Jika Hb mencapai 12 gram/dl, diperlukan penyesuaian dosis. Jika tidak

ada respon dengan dosis optimal dalam 8 minggu, berarti pasien tidak

responsif terhadap terapi agen erythropoietic.

Transfusi darah: jika anemia sedang-berat (Hb<6.5 gram/dl) dan bergejala

Komlikasi

 Gagal jantung,

 kematian

Prognosis

Keluhan anemia akan berkurang jika mengobati penyakit penyebabnya. Pada suatu

penelitian dinyatakan bahwa anemia berhubungan dengan gagal ginjal, gagal jantung

kongestif, dan kanker. Derajat anemia berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit,

prognosis buruk pada pasien dengan penyakit keganasan, gagal ginjal kronik, dan gagal

jantung kongestif. Kematian yang terjadi tidak dikarenakan anemia secara langsung. Belum

terbukti bahwa perbaikan anemia saja akan meningkatkan prognosis penyakit penyebabnya

seperti kanker atau penyakit inflamasi.

Anda mungkin juga menyukai