Anda di halaman 1dari 5

Samiri dan Patung Anak Lembu

Patung Lembu dibuat daripada Emas

Dalam Alquran, diceritakan bahwa setelah Nabi Musa AS bersama umatnya (Bani Israil)
keluar dari Mesir dengan menyeberangi Laut Merah dari kejaran Firaun, Nabi Musa
kemudian pergi ke sebuah bukit untuk bertemu dengan Allah SWT.

Umatnya yang ditinggalkan bersama dengan Nabi Harun AS lantas merasa kepergian
Musa terlalu lama. Karena itu, mereka kemudian meminta Nabi Harun AS untuk
membuat sesuatu sebagai sesembahan mereka. Nabi Harun AS menolak permintaan Bani
Israil ini.

Namun, Nabi Harun tak kuasa melawan desakan kaumnya yang terus memaksakan diri
untuk membuat sebuah patung sebagai sesembahan. Hingga akhirnya, melalui sebuah
pengkhianatan salah seorang pengikutnya, yaitu Samiri, Bani Israil berhasil membuat
sebuah patung berupa anak lembu (sapi). Patung anak lembu itu terbuat dari emas.

Ketika keluar dari Mesir, banyak kaum Bani Israil yang membawa perhiasan mereka.
Perhiasan-perhiasan itu kemudian dibakar hingga meleleh, lalu oleh Samiri dibuat patung
anak lembu.Ketika Musa kembali, dia sangat kaget melihat perilaku umatnya itu. Musa
pun marah. Cerita ini selengkapnya dapat dilihat pada surah Thaha ayat 85-98 dan al-
A’raf ayat 148-154.

Patung anak lembu

Samiri adalah salah seorang umat Nabi Musa AS yang berasal dari suku Assamirah. Ulah
dan perbuatan Samiri inilah yang menyebabkan umat Nabi Musa tersesat dan
menyembah berhala (patung anak lembu).

Ketika keluar dari Mesir, umat Nabi Musa membawa banyak perhiasan. Perhiasan yang
dibawa itu diperintahkan Samiri untuk dilemparkan ke dalam api yang telah dinyalakan
dalam sebuah lubang untuk dijadikan ‘tuhan’ dalam bentuk anak lembu.

Patung yang dibuat oleh Samiri ini konon bisa melenguh (bersuara) apabila angin masuk
ke dalamnya. Menurut pendapat lain, patung anak lembu ini bisa bersuara karena
genggaman tanah yang diambil Samiri dari jejak utusan (Jibril) sehingga membuatnya
bisa melenguh.

Kendati perbuatan mereka ini sudah ditentang oleh Nabi Harun, Bani Israil tak
memedulikannya. Mereka tetap ngotot dan memaksakan diri untuk membuat patung
tersebut.Berbeda dengan penjelasan Alquran, dalam Perjanjian Lama, Nabi Harun AS
justru menjadi penyebab Bani Israil membuat patung tersebut. Berikut kutipan dari
Perjanjian Lama itu.

”Ketika bangsa itu melihat bahwa Musa mengundur-undurkan waktu untuk turun dari
gunung itu, berkumpullah mereka mengerumuni Harun dan berkata padanya, ”Mari,
buatkanlah untuk kami Allah yang akan berjalan di depan kami. Sebab, Musa ini adalah
orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir. Kami tidak tahu apa yang
telah terjadinya dengan dia.

” Lalu, berkatalah Harun kepada mereka, ”Tanggalkanlah anting-anting emas yang ada
pada telinga istrimu, anakmu laki-laki dan perempuan, dan bawalah semuanya
kepadaku.” Seluruh bangsa itu pun menanggalkan anting-anting emas yang ada pada
telinga mereka dan membawanya kepada Harun. Harun menerimanya dari tangan
mereka, lalu dibentuk dengan pahat, dan dibuatlah anak lembu tuangan. Kemudian,
berkatalah mereka, ”Hai, Bani Israil, inilah Allahmu yang telah menuntun engkau keluar
dari tanah Mesir.” (Keluaran Pasal 32 ayat 1-4).

Menurut Sami bin Abdullah al-Maghluts dalam bukunya Atlas Sejarah Nabi dan Rasul ,
pernyataan dalam Perjanjian Lama ini sangat jelas telah menuduh Nabi Harun AS terlibat
dalam perbuatan sesat Bani Israil itu. Sebaliknya, dalam Alquran, justru Allah
membebaskan Nabi Harun dari tuduhan tersebut.

Sementara itu, Dr Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar, dalam Shahih Qashashin Nabawi
atau Ensklopedia Kisah Shahih Sepanjang Masa (terjemahan Izzudin Karimi, Lc, Pustaka
Yassir, 2008: hlm 134-137), mengutip sebuah hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh
Hakim dalam Mustadrak dari Ali.

”Ketika Musa bersegera kepada Tuhannya, Samiri mengumpulkan perhiasan


semampunya: perhiasan Bani Israil. Dia mencetaknya menjadi anak sapi, kemudian dia
memasukkan segenggam (dari jejak rasul) ke dalam perutnya. Ternyata, ia menjadi anak
sapi yang bersuara. Maka, Samiri berkata kepada mereka, “Ini adalah Tuhan kalian dan
Tuhan Musa.

” Harun berkata kepada mereka, ”Wahai kaum, bukankah Tuhan kalian telah memberi
janji baik kepada kalian?” Ketika Musa kembali kepada Bani Israil yang telah disesatkan
oleh Samiri, Musa memegang kepala saudaranya. Maka, Harun berkata apa yang
dikatakan Musa kepada Samiri, ”Apa yang membuatmu melakukan ini?” Samiri
menjawab, ”Aku mengambil segenggam dari jejak rasul, lalu aku melemparkannya.
Demikianlah nafsuku membujukku.”
Lalu, Musa mendatangi anak sapi itu. Dia meletakkan serutan dan menyerutnya di tepi
sungai. Maka, tidak seorang pun yang menyembah anak sapi meminum dari air itu,
kecuali wajahnya akan menguning seperti emas. Mereka berkata kepada Musa,
”Bagaimana taubat kami?” Musa menjawab, ”Sebagian dari kalian membunuh sebagian
yang lain.” Lalu, mereka mengambil pisau. Maka, mulailah seorang membunuh bapaknya
dan saudaranya tanpa peduli hingga yang terbunuh berjumlah tujuh puluh ribu. Lalu,
Allah memberi wahyu kepada Musa, ”Perintahkan mereka agar berhenti. Aku telah
mengampuni yang terbunuh dan memaafkan yang hidup.”

Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti di mana keberadaan patung anak lembu
yang dibuat oleh Samiri tersebut. Namun, di sebuah bukit di Sinai (Mesir), terdapat
sebuah patung berupa anak lembu yang dipahat. Patung anak lembu pahatan ini lokasinya
berdekatan dengan bukit Musa.

Paganisme Mesir Kuno

Bani Israil sebenarnya adalah penganut agama monoteistik (satu Tuhan), yaitu Allah
SWT. Mereka adalah keturunan dari Ibrahim, Ishak, Ya’kub, Yusuf, hingga zaman Musa
dan Harun Alaihimussalam.

Menurut Harun Yahya dalam situsnya, perbuatan mereka (Bani Israil) yang menyimpang
dari ajaran monoteistik ini karena terpengaruh oleh kaum pagan yang hidup bersama
mereka. ”Bani Israil lalu meniru pola hidup, perilaku, dan perbuatan orang-orang yang
hidup di sekitar mereka. Dan, mereka menggantikan agama yang dipilihkan bagi mereka
oleh Allah dengan penyembahan berhala,” tulis Harun Yahya.

Dalam catatan sejarah, sekte pagan yang memengaruhi Bani Israil terdapat di Mesir
Kuno. Sebuah bukti penting yang mendukung kesimpulan ini adalah patung anak sapi
emas yang disembah Bani Israil saat Musa berada di Gunung Sinai itu sebenarnya adalah
tiruan dari berhala Mesir, yaitu Hathor dan Aphis.
Seorang penulis Kristen, Richard Rives, dalam bukunya Too Long in the Sun , menulis,
”Hathor dan Aphis adalah dewa-dewa sapi betina dan jantan bangsa Mesir yang
merupakan lambang dari penyembahan matahari. Penyembahan mereka hanyalah
satu tahapan dalam sejarah pemujaan matahari oleh bangsa Mesir. Anak sapi emas
di Gunung Sinai adalah bukti yang lebih dari cukup untuk mengetahui bahwa pesta
yang dilakukan berhubungan dengan penyembahan matahari.” (Richard Rives, Too
Long in the Sun, Partakers Pub, 1996: 130-31).

Ditambahkan Harun Yahya, pengaruh agama pagan bangsa Mesir terhadap Bani Israil
terjadi dalam banyak tahapan yang berbeda. Begitu mereka bertemu dengan kaum pagan,
kecenderungan ke arah kepercayaan ini muncul.

Lihatlah ungkapan Bani Israil. Mereka berkata, ”Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah
tuhan (berhala) sebagaimana mereka memunyai beberapa tuhan (berhala).” (QS Al-
A’raaf: 138). ”Hai, Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat
Allah dengan terang.” (Albaqarah: 55).

Sikap mereka ini menunjukkan bahwa Bani Israil memiliki kecenderungan untuk
menyembah benda nyata yang dapat mereka lihat, sebagaimana yang terdapat pada
agama pagan bangsa Mesir. sya

Pengkhianatan Samiri

Sebagaimana diketahui, Samiri adalah salah seorang pengikut Nabi Musa AS yang
akhirnya melakukan pengkhianatan. Pengkhianatan Samiri ini juga sekaligus sebagai
ujian terhadap keimanan umat Nabi Musa AS.

Dalam surah Thaha ayat 85-91 dan 95-98, diceritakan secara lengkap tentang perbuatan
yang dilakukan Samiri.”Maka, sesungguhnya, Kami telah menguji kaummu sesudah
kamu tinggalkan dan mereka telah disesatkan oleh Samiri.”

Kemudian, Musa kembali kepada kaumnya dengan marah dan bersedih hati. Berkata
Musa, “Hai, kaumku, bukankah Tuhanmu telah berjanji kepadamu suatu janji yang baik?
Maka, apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki
kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu dan kamu melanggar perjanjianmu dengan aku?”

Mereka berkata, “Kami sekali-kali tidak melanggar perjanjianmu dengan kemauan kami
sendiri, tetapi kami disuruh membawa beban-beban dari perhiasan kaum itu. Maka, kami
telah melemparkannya dan demikian pula Samiri melemparkannya.”

Kemudian, Samiri mengeluarkan anak lembu yang bertubuh dan bersuara (dari lubang
itu) untuk mereka. Maka, mereka berkata, “Inilah Tuhanmu dan Tuhan Musa, tetapi
Musa telah lupa.”Maka, apakah mereka tidak memerhatikan bahwa patung anak lembu
itu tidak dapat memberi jawaban kepada mereka dan tidak dapat memberi kemudaratan
kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan?

Sesungguhnya, Harun telah berkata kepada mereka sebelumnya, “Hai, kaumku,


sesungguhnya kamu hanya diberi cobaan dengan anak lembu itu dan sesungguhnya
Tuhanmu ialah (Tuhan) Yang Maha Pemurah. Maka, ikutilah aku dan taatilah
perintahku.”

Mereka menjawab, “Kami akan tetap menyembah patung anak lembu ini hingga Musa
kembali kepada kami.” (QS 20: 85-91).Lalu, pada ayat 95-98, dijelaskan tentang
kemarahan Musa pada Samiri.Musa berkata, ”Apakah yang mendorongmu (berbuat
demikian), Samiri?”

Samiri menjawab, ”Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya. Maka,
aku ambil segenggam dari jejak rasul, lalu aku melemparkannya. Demikianlah nafsuku
membujukku.”Musa berkata, ”Pergilah kamu. Maka, sesungguhnya bagimu di dalam
kehidupan di dunia ini (hanya dapat mengatakan, ‘Janganlah menyentuh aku).’

Sesungguhnya, bagimu hukuman (di akhirat) yang kamu sekali-kali tidak dapat
menghindarinya dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya.
Sesungguhnya, kami akan membakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh akan
menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakan).”Sesungguhnya,
Tuhanmu hanyalah Allah yang tidak ada tuhan selain Dia. Pengetahuan-Nya meliputi
segala sesuatu.” (QS 20: 95-98).

Anda mungkin juga menyukai