Disusun oleh :
dr. Paramitha Kusuma
Pembimbing :
dr. Judy Dermawan, M.MKes
dr. Ni Ketut Tini Utami
BAB I
PENDAHULUAN
Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang termasuk
di Indonesia, dan merupakan salah satu penyebab kematian an kesakitan tertinggi pada anak,
terutama usia dibawah 5 tahun.1,2 Selain itu diare juga menjadi masalah kesehatan yang paling
umum bagi para pelancong dari negara-negara industri yang mengunjungi daerah-daerah
berkembang terutama di daerah tropis. Perkiraan konservatif menempatkan angka kematian
global dari penyakit diare sekitar dua juta kematian pertahun (1,7 juta-2,5 juta kematian),
merupakan peringkat ketiga diantara semua penyebab kematian penyakit menular di seluruh
dunia.2
Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih
dari biasanya (>3 kali/hari) disertai perubahan konsistensi tinja (menjadi cair). Dengan atau
tanpa darah dan atau lendir. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak pada bayi
dan anak yang sebelumnya sehat. Diare kronik adalah diare yang berlanjut sampai 2 minggu
atau lebih dengan kehilangan berat badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive)
selama masa diare tersebut.1
Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar kasus
penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit,
akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut, termasuk sindroma
malabsorbsi. Diare karena virus umumnya bersifat self limiting, sehingga aspek terpenting
yang harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi penyebab utama
kematian dan menjamin nutrisi untuk mencegah gangguan pertumbuhan dan perkembangan
pada anak akibat diare.1
Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil kasus diare pada An.F yang jumlah
kunjungannya semakin meningkat pada IGD Rumah sakit Bhayangkara Palu.
BAB II
ILUSTRASI KASUS
Identitas Pasien
Nama
: An. F
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Usia
Nomer RM
Nama Orang Tua
Caretaker
Kebangsaan
Alloanamnesis
Admisi
Tanggal pemeriksaan
: 8 bulan
: xxxxxx
: Tn. S dan Ny. O
: Ibu
: Indonesia
: Ibu
: 23 November 2014 (IGD)
: 24 November 2014
Keluhan Utama
Buang air besar cair sejak 1 hari SMRS.
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak 1 hari SMRS pasien diare lebih dari 10 kali per hari. BAB encer, disertai sedikit
ampas, berwarna coklat kekuningan, tidak tampak terlihat lendir, tidak ada darah, tidak
berbau busuk dan tidak keruh seperti air cucian beras. Ibu pasien mengganti popok lebih dari
4 kali dan popok selalu penuh dengan BAB encer. Ibu pasien mengatakan mata anaknya
nampak cekung, lebih haus dari biasanya, dan lebih rewel. Perut kembung disangkal,dan
pasien tidak nampak pucat. BAK dapat keluar namun sedikit dan warna lebih pekat. Pada hari
tersebut pasien juga sempat mengalami muntah satu kali sebanyak gelas yang berisi cairan
dan makanan tanpa lendir, darah, dan cairan hitam. Setelah itu, muncul demam pada pasien
yang mendadak tetapi suhu tidak pernah diukur. Pasien juga sulit untuk diberi makan dan
minum karena selalu dimuntahkan. Saat
Puskesmas dekat rumahnya dan diberikan obat puyer dan oralit. Menurut Ibu pasien, keadaan
pasien tidak membaik. Keluhan BAB cair dan demam berlangsung terus sampai sebelum
masuk rumah sakit
Saat ini, menurut orang tua pasien keadaannya lebih membaik, anak nampak lebih
tenang, sudah tidak muntah, nafsu makan membaik, diare hanya 1 kali, lebih berbentuk,
namun masih nampak encer, berwarna coklat kekuningan. BAK dapat keluar, kurang lebih
sebanyak setengah gelas aqua, warna lebih muda dibandingkan dengan sebelumnya. Demam
tidak ada, keluhan batuk pilek tidak ada.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya. Pasien sesekali batuk dan pilek
namun sembuh dengan obat dari Puskesmas dan diare hanya sekali sebanyak kurang dari 4
kali per hari dan tidak pernah lebih dari 3 hari. Tidak ada riwayat alergi.
Riwayat Penyakit Keluarga/Lingkungan Sekitar
Saat ini tidak ada keluarga yang sedang diare. Orang tua pasien mengatakan disekitar
lingkungan tempat tinggalnya banyak anak-anak yang sedang mengalami diare.
Riwayat Kehamilan/Kelahiran
- Merupakan kehamilan dan ketiga dengan usia saat melahirkan 24 tahun.
Ibu pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit karena penyakit tertentu selama masa
kehamilan.
- Riwayat demam atau panas tinggi, bengkak di kaki, tangan, atau wajah disertai sakit
kepala atau kejang, batuk lama, keputihan, bercak-bercak merah di tubuh, kontak dengan
hewan peliharaan dan kotoran hewan semua disangkal. Jarang makan sayur lalapan, sate,
dan makanan yang dibakar atau dipanggang. Konsumsi obat-obatan dan jamu-jamuan
selama kehamilan disangkal.
- Ibu pasien tidak memiliki tekanan darah tinggi dan diabetes mellitus.
- Ibu pasien rajin memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas atau bidan.
- Pasien lahir di rumah bersalin dibantu oleh bidan.
- Lahir spontan, cukup bulan, langsung menangis, pucat (-), biru (-), kuning (-), kejang (-),
BL 3600 gr, PL 49 cm.
Riwayat Makanan
- ASI : diberikan sejak lahir dan lanjut hingga saat ini
- Susu formula : diberikan sejak usia 6 bulan.
- Pisang : mulai diberikan saat pasien berusia 4 bulan pada pagi dan sore hari.
- Bubur susu : mulai diberikan saat pasien berusia 4 bulan, sebanyak 2-3 kali sehari.
- Nasi tim lembek : mulai diberikan saat pasien berusia 5 bulan, sebanyak 3 kali sehari.
Riwayat Imunisasi
Menurut keterangan dari ibu pasien, pasien mendapatkan imunisasi lengkap sesuai dengan
jadwal di Puskesmas. Saat lahir pasien langsung di imunisasi di rumah bersalin dan imunisasi
berikutnya selalu dilakukan di Puskesmas.
Riwayat Tumbuh Kembang
Saat ini pasien sudah dapat mengangkat kepala dan dadanya tegak, sudah dapat merangkak,
dapat berubah posisi dari tengkurap ke telentang, dan sudah dapat duduk dengan dibantu.
Kesan : Tidak ada gangguan perkembangan
PEMERIKSAAN FISIK
(Pemeriksaan fisik dilakukan di IGD RS Bhayangkara tanggal 23 November 2014)
Keadaan umum
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: tidak diukur
Frekuensi nadi
Frekuensi nafas
Suhu
: 37,5C aksila
Status gizi
Kepala
Rambut
Mata
THT
Mulut
Leher
Thorax
Paru
Abdomen
Genitalia
: tidak diperiksa
Anus
Ekstremitas
: akral hangat, CRT <2 detik, parut BCG (+), edema (-),
pitting edema (-), wasting (-), baggy pants (-)
Status Neurologi
Motorik
: 5555 5555
5555 5555
Jenis Pemeriksaan
Hematologi
Darah perifer
: 59 cm
lengkap
BB/PB
Hb
10,3 g/dl
Ht
30,2 %
Leukosit
4000/l
Trombosit
368.000/l
MCV
80,1 fl
MCH
27,3 pg
MCHC
34,1 g/dl
Diagnosis
Diare akut dehidrasi ringan sedang
Rencana Tatalaksana
- IVFD RL 12 tpm
- Paracetamol 4xcthI
- Domperidon 3x1cth
- Zinc syrup 1x1cth
Prognosis
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : bonam
Follow-up tanggal 24 November 2014-11-2014
S: BAB cair 2x sejak pagi, ada ampas, tidak ada muntah, masih demam
O:
Kesadaran
Keadaan umum
Denyut nadi
Kompos mentis
Tampak sakit ringan, tidak tampak lemas
104 kali/ menit, reguler, isi cukup, equal
Laju napas
Suhu
Kepala
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
Leher
Paru
Jantung
Abdomen
wheezing
Inspeksi: iktus kordis tidak terlihat
Palpasi: iktus kordis teraba di sela iga IV linea midklavikula kiri,
tidak ada heaving, lifting, maupun thrilling
Perkusi: tidak dapat diperiksa
Auskultasi: BJ I-II normal, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Inspeksi: datar, lemas, tidak terdapat venektasi
Auskultasi: bising usus meningkat 8 kali/menit
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan, hepar teraba 1 cm di bawah
arcus costae, 2 cm di bawah prosesus xyphoideus, tepi tajam,
Kompos mentis
Tampak sakit ringan, tidak tampak lemas
100 kali/ menit, reguler, isi cukup, equal
24 kali/ menit, reguler, dalam, abdominotorakal
36C di axilla
Normosefal, tidak ada deformitas, rambut hitam, persebaran merata,
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
Leher
Paru
Jantung
Abdomen
wheezing
Inspeksi: iktus kordis tidak terlihat
Palpasi: iktus kordis teraba di sela iga IV linea midklavikula kiri,
tidak ada heaving, lifting, maupun thrilling
Perkusi: tidak dapat diperiksa
Auskultasi: BJ I-II normal, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Inspeksi: datar, lemas, tidak terdapat venektasi
Auskultasi: bising usus meningkat 6 kali/menit
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan, hepar teraba 1 cm di bawah
arcus costae, 2 cm di bawah prosesus xyphoideus, tepi tajam,
Kompos mentis
Tampak sakit ringan, tidak tampak lemas
102 kali/ menit, reguler, isi cukup, equal
23 kali/ menit, reguler, dalam, abdominotorakal
36,5C di axilla
Normosefal, tidak ada deformitas, rambut hitam, persebaran merata,
Mata
Hidung
Mulut
Telinga
Leher
Paru
Jantung
Abdomen
wheezing
Inspeksi: iktus kordis tidak terlihat
Palpasi: iktus kordis teraba di sela iga IV linea midklavikula kiri,
tidak ada heaving, lifting, maupun thrilling
Perkusi: tidak dapat diperiksa
Auskultasi: BJ I-II normal, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Inspeksi: datar, lemas, tidak terdapat venektasi
Auskultasi: bising usus meningkat 8 kali/menit
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan, hepar teraba 1 cm di bawah
arcus costae, 2 cm di bawah prosesus xyphoideus, tepi tajam,
Punggung
Genital
Anus
Extremitas
Kulit
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Diare
Diare adalah buang air besar yang cair atau lebih lunak yang biasanya minimal 3 kali dalam
24 jam. Seringkali perubahan konsistensi kotoran lebih penting dibandingkan frekuensi
buang air besar.1,2,3,4
Penyakit diare merupakan penyebab kematian kedua tertinggi pada anak di bawah 5 tahun
dengan jumlah sekitar 760.000 kematian per tahun. Secara global, sekitar 1,7 miliar kasus
diare terjadi setiap tahun dan diare menjadi penyebab utama malnutrisi pada anak di bawah 5
tahun. Namun, penyakit diare masih dapat dicegah dan diobati.4
Dua tipe dasar diare akut infeksi adalah inflamasi dan non-inflamasi.
Non-infeksi
Penyebab diare non-infeksi antara lain kesulitan makan, defek anatomis,
malabsorpsi, endokrinopati, keracunan makanan, neoplasma, dan lain-lain
(seperti inflammatory bowel disease dan gangguan motilitas usus).
b. Mekanisme
a.
Sekresi1,2
Keadaan ini terjadi ketika sistem transport pada epithelial intestinal berada
pada fase aktif yang disebabkan oleh secretagogue. Osmolalitas feses
diketahui berdasarkan elektrolit dan ion gap dengan nilai 100mOsm/kg atau
kurang. Nilai ion gap diketahui berdasarkan
b.
Osmotik1,2
Mekanisme ini terjadi setelah masuknya zat kurang diserap akibat zat tersebut
memang sulit diserap atau tidak diabsorpsi dengan baik karena gangguan
pada usus halus. Karbohidrat yang tidak terabsorpsi akan difermentasi oleh
bakteri di kolon sehingga terbentuk asam lemak rantai pendek. Meskipun
asam lemak rantai pendek dapat diserap di kolon dan digunakan sebagai
energy, asam lemak tetap menyebabkan peningkatan tekanan osmotik di
lumen. Osmolalitas feses tidak dapat diterangkan berdasarkan elektrolit pada
feses dan nilai anion gap lebih dari 100 mOsm.
c. Lama/durasi
a.
Diare akut
:
Diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b.
Diare kronik
Diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi non-infeksi
c.
Diare persisten
Diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan etiologi infeksi
Diare merupakan manifestasi klinis. Diagnosis diferensial diare dapat terbagi sesuai usia,
tetapi diketahui bahwa gastroenteritis merupakan penyebab diare tersering.
Gastroenteritis adalah infeksi pada saluran gastrointestinal oleh bakteri, viral, atau parasit.
Kebanyakan infeksi tersebut adalah penyakit yang berasal dari makanan. Manifestasi yang
paling sering adalah diare dan muntah, meskipun bisa terdapat juga keluhan sistemik, seperti
nyeri abdomen dan demam. Infeksi virus, terutama rotavirus, merupakan penyebab dari 75-
90% kasus. Patogen bakterial menyebabkan 10-20% kasus dan parasit menyebabkan kurang
dari 5% kasus.2,3
Gejala
Klinik
Rotavirus
Shigela
Salmonela
ETEC
EIEC
Kolera
Masa
Inkubasi
17-72 jam
24-48 jam
6-72 jam
Demam
++
++
Mual
muntah
Sering
jarang
sering
Tenesmus
kram
Nyeri
kepala
Lama sakit
5-7 hari
> 7 hari
6-72 jam
48-72
jam
++
Sering
Tenesmus
kolik
Tenesmus
kram
Kram
3-7 hari
2-3 hari
variasi
3 hari
Sedikit
Banyak
Sedikit
Banyak
6-72 jam
-
Sifat Tinja
Volume
Sedang
Sedikit
Frekuensi
5-10
kali/hari
>
10
Sering
kali/hari
Sering
Sering
Terus
menerus
Konsistensi Cair
Lembek
Lembek
Cair
Lembek
Cair
Darah
Sering
Kadang
Bau
Langu
Busuk
Tidak
Amis
khas
Warna
Kuning
hijau
merahhijau
Kehijauan
Tak
berwarna
Merahhijau
Air
cucian
beras
Leukosit
Lain-lain
Anoreksia
kejang
sepsis
meteorismus
Infeksi
sistemik
Manifestasi lain bergantung pada komplikasi, yaitu dehidrasi dan gangguan elektrolit.1,2
Tabel 3. Gejala dan Tanda Derajat Dehidrasi3
B.
intraseluler dan larutan ekstraseluler. Larutan ekstraseluler terbagi kembali menjadi cairan
interstitial dan plasma. Persentasenya terhadap berat badan adalah cairan intraseluler 30-40%,
interstitial 15%, dan plasma 5%. Cairan intravaskular atau plasma merupakan cairan yang
penting untuk menjaga perfusi tubuh. Volume cairan intravaskular dijaga oleh tekanan
hidrostatik dan tekanan onkotik.2 Komposisi elektrolit, yang terbagi menjadi anion dan
kation, pada cairan intraseluler dengan cairan ekstraseluler sangat berbeda. Adanya molekul
intraseluler yang tidak dapat melewati membrane sel menyebabkan perbedaan komposisi
anion. Sedangkan perbedaan distribusi kation disebabkan karena adanya pompa Na+-K+-
ATPase yang secara aktif mengeluarkan natrium dari sel dan memasukkan potasium ke dalam
sel.2
Cairan tubuh juga memiliki osmolalitas. Cairan intraseluler dan ekstraseluler berada pada
keseimbangan osmolalitas karena membran sel permeabel terhadap air sehingga perubahan
osmolalitas pada salah satu cairan akan mengakibatkan perpindahan air dari osmolalitas
rendah ke tinggi sehingga akan menjaga keseimbangan osmolalitas. Osmolalitas plasma
memiliki nilai normal 285-295 mOsm/kg dan diukur berdasarkan perhitungan:
C.
Diagnosis diare ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang.1,2,3
1. Anamnesis
Hal yang perlu ditanyakan adalah lama diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja, warna,
bau, dan ada tidaknya lendir dan darah. Bila disertai muntah, perlu ditanyakan volume dan
frekuensinya. Buang air kecil juga perlu ditanyakan apakah seperti biasa ataukah terjadi
perubahan, seperti berkurang atau tidak kencing dalam 6-8 jam terakhir. Makanan dan
minuman yang diberikan selama diare juga perlu ditanyakan. Keluhan demam dan penyakit
lain yang menyertai juga perlu ditanyakan. Selain gejala pada pasien, tindakan yang sudah
dilakukan selama anak diare juga perlu ditanyakan.
2. Pemeriksaan Fisik
Hal yang perlu diperiksa pada pemeriksaan fisik adalah berat badan, suhu tubuh, frekuensi
denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah. Selanjutnya, perlu dicari tanda-tanda utama
dehidrasi, yaitu kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen serta tanda tambahan lain,
seperti ubun-ubun besar cekung, mata cekung, air mata, dan keringnya bibir, mukosa mulut,
dan lidah.
Pernapasan yang cepat dan dalam menandakan kemungkinan terjadinya asidosis metabolik.
Bising usus yang lemah atau tidak ada dapat menandakan terjadinya hipokalemia. Selain itu,
pemeriksaan ekstremitas perlu dilakukan untuk menghitung perfusi dan capillary refill time
sehingga dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi.
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut umumnya tidak diperlukan dan
diindikasikan pada keadaan tertentu, seperti penyebab dasar yang tidak diketahui atau adanya
dehidrasi berat.
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan adalah:
a. Pemeriksaan darah
Tata laksana diare akut menurut WHO dilakukan sesuai dengan derajat dehidrasi.
Berdasarkan WHO, klasifikasinya adalah diare tanpa dehidrasi, diare dengan dehidrasi
ringan-sedang, dan diare dengan dehidrasi berat.
Setelah mengetahui diare dengan derajat dehidrasi, tata laksananya terbagi menjadi rencana
terapi A untuk diare tanpa dehidrasi, rencana terapi B untuk diare dengan dehidrasi ringansedang, dan rencana terapi C untuk diare dengan dehidrasi berat.
Rehidrasi
Penggantian Cairan
Tidak perlu
dehidrasi
Tanpa dehidrasi
Rencana terapi A
Ringan-sedang
Rencana terapi B
Idem
jam)
Parenteral
175 ml/kgBB/hari (<10 kg)
200 ml/kgBB/hari (>10 kg)
Berat
Rencana terapi C
Idem
ml/kg/5 jam
>1 tahun: 30 ml/kg/ 1/2 jam +
70 ml/kg/2 1/2 jam
Lintas Diare merupakan singkatan dari Lima Langkah Tuntaskan Diare yang terdiri dari5:
1. Berikan oralit
Oralit merupakan campuran garam elektrolit, yaitu natrium klorida, kalium klorida,
dan trisodium sitrat hidrat, serta glukosa anhidrat. Oralit diberikan untuk mengganti
cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Oralit disiapkan dengan
memasukkan satu bungkus oralit ke dalam satu gelas air matang dengan volume
sekitar 200cc. Oralit diberikan sebanyak 50-100 cc setiap kali buang air besar pada
anak kurang dari 1 tahun dan sebanyak 100-200 cc setiap kali buang air besar pada
anak lebih dari 1 tahun.
Terdapat oralit baru dan oralit lama, yaitu oralit WHO/UNICEF 2004 dan oralit
WHO/UNICEF 1978. Perbedaannya terdapat pada tingkat osmolaritasnya, yaitu oralit
baru 245 mmol/L dan oralit lama 331 mmol/L. Oralit baru dapat mengurangi volume
tinja hingga 25%, mual-muntah hingga 30%, dan pemberian cairan intravena.
2. Berikan tablet zinc selama 10 hari berturut-turut
Zinc merupakan salah satu mikronutrien. Diare menyebabkan penurunan zinc
sehingga dibutuhkan suplementasi tambahan zinc. Zinc diberikan satu kali sehari
selama 10 hari berturut-turut meskipun diare sudah berhenti. Dosisnya adalah tablet
(10 mg) per hari untuk balita usia kurang dari 6 bulan dan 1 tablet (20 mg) per hari
untuk balita lebih dari sama dengan 6 bulan.
3. Teruskan ASI-makan
ASI dan makanan sesuai dengan usia anak harus tetap diteruskan untuk mencegah
kehilangan berat badan dan mengganti nutrisi yang hilang.
4. Berikan antibiotik secara selektif
Tidak seluruh diare diberikan antibiotik. Antibiotik diberikan hanya bila terdapat
indikasi, yaitu diare berdarah atau kolera. Antibiotik diberikan pada diare dengan
etiologi:
Tabel 6. Etiologi Diare dan Antibiotik1
Etiologi
Antibiotik Pilihan
Alternatif
Kolera
Tetrasiklin
12,5 mg/kgBB
4x/hari selama 3 hari
Eritromisin
12,5 mg/kg BB
4x/hari selama 3 hari
Disentri Shigella
Ciprofloxacin
15 mg/kg BB
2x/hari selama 3 hari
Ceftriaxone
50-100 mg/kg BB
1x/hari IM selama 2-5 hari
Amoebiasis
Metronidazole
10 mg/kg BB 3x/hari selama 5 hari (10 hari bila kasus berat)
Giardiasis
Metronidazole
5 mg/kg BB 3x/hari selama 5 hari
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien bayi perempuan usia 8 bulan datang dengan buang air besar cair 10 x/hari
sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit. Buang air besar cair sebanyak 4-5 kali sehari dalam
sehari sudah dapat dikategorikan sebagai diare akut, yaitu adanya perubahan konsistensi feses
dan peningkatan frekuensi buang air besar. Penyebab diare akut dapat berasal dari infeksi dan
non-infeksi. Diare akibat penggunaan antibiotik atau obat-obatan lain disingkirkan karena
tidak ada riwayat pengobatan sebelumnya. Intoleransi protein susu sapi disingkirkan karena
tidak ada riwayat penggunaan susu formula. Oleh karena itu, penyebab infeksi lebih mungkin
dengan epidemiologi penyebab diare akut adalah gastroenteritis. Secara epidemiologi,
sebagian besar penyebab gastroenteritis adalah infeksi virus, terutama rotavirus. Deskripsi
feses yang cair, berwarna kuning, tanpa lendir dan tanpa darah, sebanyak 10 kali sehari, dan
volume gelas tiap kali buang air besar. Selain itu, terdapat juga demam serta mual dan
muntah berisi makanan. Berdasarkan gejala klinis, diare pada kasus cocok dengan diare yang
disebabkan oleh infeksi rotavirus.
Derajat dehidrasi perlu dicari tahu setelah diare diketahui. Pasien dikatakan semakin
sering minum dibandingkan biasanya dan lebih rewel dibandingkan biasanya. Kedua gejala
tersebut merupakan gejala dehidrasi ringan-sedang menurut WHO.
Di instalasi gawat darurat, didapatkan kesadaran kompos mentis dan suhu tubuh
37,50C. Selain itu, diketahui frekuensi nadi 112 kali/menit dan frekuensi napas 25 kali/menit.
Selain itu, didapatkan ubun-ubun cekung, mata cekung, turgor menurun, CRT melambat,
tetapi akral hangat. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik tersebut ditambah dengan hasil
anamnesis, diketahui bahwa pasien berada pada keadaan dehidrasi ringan-sedang.
Berdasarkan hasil laboratorium tidak didapatkan leukositosis yang dapat menandakan infeksi
sistemik atau adanya infeksi bacterial. Berdasarkan tata laksana WHO, diare akut dengan
dehidrasi ringan-sedang tidak perlu dilakukan pemberian cairan parenteral dan perawatan di
rumah sakit. Pasien seharusnya dapat dilakukan rehidrasi dengan ORS (oral rehydration
solution) dengan pemantauan selama 3 jam. Namun, pasien memiliki riwayat pemberian
terapi cairan sebelumnya tetapi keadaan pasien tidak membaik sehingga dipertimbangkan
untuk dilakukan terapi cairan parenteral sambil terus dipantau keadaan pasien.
Cairan parenteral yang diberikan adalah RL yang memang dipakai untuk keadaan
diare dengan dehidrasi. Di IGD diberikan cairan RL sebesar 12 tetes per menit makrodrip
sehingga diketahui pemberian cairannya adalah 36 cc per jam atau 864 cc per hari.
Kebutuhan cairan pasien adalah kebutuhan cairan rumatan dan pengganti dehidrasi (ringansedang), yaitu 6,5 kg dikalikan 100cc/kg dalam 10 kg awal ditambah dengan 3% (hilangnya
cairan tubuh dalam dehidrasi ringan sedang) dikalikan 6,5 kg dikalikan 1000 cc/kg sehingga
didapatkan 864 cc/hari. Selain itu, pasien diberikan parasetamol sirup sebanyak 125 mg
(dosis parasetamol 10-15 mg/kgBB/kali) dengan dosis pada pasien ini adalah 65-97,5 mg.
Di ruang rawat inap pasien masih tetap mengalami dehidrasi ringan-sedang. Oleh
karena itu, di ruang rawat inap pasien masih tetap diberikan cairan RL sebanyak 16 tetes per
menit makrodrip, yaitu 47 cc per jam atau 1138 cc per hari. Selain itu, diberikan juga
parasetamol sirup sebanyak 3 kali per hari masing-masing 1 sendok takar (1 sendok takar 5
ml yang berisi 120 mg) dan Zink sebanyak 1x20 mg per hari. Pada hari selanjutnya, tanda
dehidrasi tidak ada pada pasien sehingga dapat dikategorikan pasien berada pada keadaan
tanpa dehidrasi sehingga pasien direncanakan pulang. Dalam tata laksana diare, terdapat
prinsip lintas diare yang meliputi rehidrasi, pemberian zinc, antibiotik yang sesuai, lanjutkan
pemberian makanan, dan edukasi pada pasien. Pengobatan untuk pulang yang ditambahkan
adalah zinc sebanyak 1 sendok takar per hari.
DAFTAR PUSTAKA
1. Juffrie M, Soenarto SSY, Oswari H, Arief S, Rosalina I, Mulayni NS, editor. Buku
Ajar Gastroentero-hepatologi. 3rd ed. Jakarta: Badan Penerbit IDAI. 2010; p. 87-118.
2. Marcdante KJ, et al. Nelson essentials of pediatrics. 6th ed. Philadelphia: Saunders.
2011.
3. Churgay CA, Aftab Z. Gastroenteritis in children: part 1 diagnosis [Online]. 2012
[cited 2014 Mar 30]. Available from: URL:www.aafp.org/afp
4. WHO. Diarrhoeal disease: WHO fact sheet on diarrhoeal disease provides key facts
and information on scope, causes, prevention and treatment, WHO response [Online].
2013
Apr
[cited
2014
Mar
30].
Available
from:
URL:http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs330/en/.
5. Departemen Kesehatan RI. Buku saku petugas kesehatan: Lima langkah tuntaskan
diare. Jakarta: Penerbit Departemen Kesehatan RI. 2011; p. 1-31.
6. Sastroasmoro S, et al. Panduan pelayanan medis departemen ilmu penyakit anak. 1st
ed. Jakarta: RSCM. 2007; 75-84.