1. Maksud
2. Tujuan
DASAR TEORI
Well log merupakan catatan yang mencakup semua data yang dikumpulkan selama
pemboran sebuah sumur dan diperlukan untuk mendapatkan gambaran terperinci mengenai
strata bawah permukaan (Kamus Minya dan Gas Bumi. Ed 4, PPPTGMB LEMIGAS, 1999).
Sedangkan well logging adalah pengukuran di dalam lubang bor untuk mengetahui kondisi
bawah permukaan. Log atau yang disebut juga rekaman dapat dibuat berdasarkan
pengamatan visual dari batuan yang terbawa ke permukaan maupun berdasarkan pengukuran
fisika dengan instrumen yang diturunkan ke dalam lubang pemboran. Ada 3 jenis log, antara
lain:
a. Log radioaktif: Log Gamma Ray (GR Log), Log Densitas, Log Nautron
b. Log Listrik: Log Resistivity, Log SP
c. Log Akustik (Sonic Log)
Log Gamma Ray atau disingkat GR Log berfungsi untuk menentukan jenis litologi
dan menentukan lapisan yang berpori serta permeabilitasnya. Prinsip kerja dari log ini yaitu
menangkapn pancaran radioaktif yang dipancarkan oleh suatu formasi batuan. Pada lapisan
yang mengandung hidrokarbon umumnya tidak ditemukan unsur-unsur radioaktif (U, Th, dan
K), sedangkan pada litologi shale sering ditemukan.
INTERPRETASI
Berdasarkan hasil analisis kualitatif yang telah dilakukan terhadap rekaman log, maka
dapat kita ketahui jenis litologi secara vertikalnya. Litologi yang dapat terbaca ada 2 jenis
yaitu sandstone dan shale. Rekaman ini terbaca di kedalaman 5100 ft hingga 5180 ft, yang
artinya ketebalan lapisan-lapisannya yaitu 80 ft. Lapisan litologinya pun bervariasi, dengan
ketebalan lapisan paling tebal yaitu pada sandstone paling bawah pada kedalaman 5153 ft
hingga 5180 ft. Lapisan paling atas dan paling bawah berupa sandstone, kemudian di bagian
tengah terdapat shale dengan sisipan sandstone yang lebih tipis.
Kemudian berdasarkan log MSFL dan LLD dapat kita ketahui adanya hidrokarbon
dalam lapisan-lapisan tersebut. Litologi sandstone merupakan batuan yang kemungkinan
besar berpotensi membawa hidrokarbon. Sedangkan untuk shale kemungkinannya sangat
kecil karena di dalam shale terdapat banyak mud sehingga porositasnya kecil. Porositas ini
dipeelukan sebagai wadah reservoar dalam batuan. Sehingga untuk lapisan shale diabaikan.
Dari hasil analisis log, didapatkan bahwa terdapat potensi hidrokarbon pada lapisan sandstone
di bagian paling atas dan paling bawah. Sedangkan lapisan sandstone di tengahnya
terkandung fluida berupa air (water).
Selanjutnya dari log densitas bisa diketahui tipe hidrokarbonnya, gas atau minyak
(oil). Hal tersebut dapat diketahui dari besar space atara log RHOB dengan log NPHI.
Apabila space nya besar, maka di lapisan tersebut terdapat hidrokarbon gas. Jika space nya
kecil, maka hidrokarbonnya berupa minyak. Maka dari hal tersebut, lapisan sandstone yang
di paling bawah dapat terbagi menjadi lapisan hidrokarbon gas dan minyak dengan kontak
berupa gas oil contact (GOC). Lapisan gasnya lebih tebal dari minyaknya yaitu 20 ft dan 7 ft.
Data analisis ini kemudian dapat digunakan untuk menentukan posisi dan sampai
kedalaman berpa pengeboran tersebut harus dilakukan agar mendapat minyak atau
hidrokarbon gas. Pada kedua lapisan sandstone bagian atasa dan bawah sama-sama ada
potensi hidrokarbon, namun yang paling besar adalah yang di bagian lapisan sandstone
bawah. Sehingga lebih baik melakukan pengeboran hingga mencapai kedalaman 5153 ft
untuk mendapatkan gas dan kedalaman 5174 ft untuk mendapatkan minyak.
REFERENSI
https://barkun.wordpress.com/2012/03/30/aplikasi
-well-logging-dalam-evaluasi-formasi-3/
LAMPIRAN