Anda di halaman 1dari 20

PENDAHULUAN

Seksio sesarea adalah metode operasi modern diabad 20


yang berperan dalam menurunkan angka kesakitan pada ibu
bersalin. Seksio sesarea didefinisikan sebagai pengeluaran janin
hidup atau meninggal melalui insisi dinding abdomen dan dinding
uterus.

Katz

dan

kawan-kawan

menganjurkan

penggunaan

terminologi histeretomi sebagai pengganti seksio sesarea. Di


berbagai

bagian

dunia,

frekuensi

seksio

sesarea

mengalami

peningkatan, sementara di beberapa tempat lainnya frekuensinya


tetap karena perbedaan indikasi dan ketetapan. Seksio sesarea
merupakan jenis operasi yang paling sering dilakukan. Di Amerika
Serikat selang tahun 1991 telah dilakukan sekitar 1 juta operasi,
dengan frekuensi rata-rata 25-30 %. Sekitar 6 % dari seluruh pasien
obstetri setidaknya pernah menjalani 1 kali seksio sesarea, dengan
indikasi terbanyak adalah bekas seksio sesarea. Di Indonesia sendiri
angka kejadiannya sekitar 30 % di tahun 2002. Di RSCM Jakarta,
sebagai rumah sakit pusat rujukan, mempunyai angka kekerapan
rata-rata 41,2 % dengan 18 % diantaranya adalah kasus seksio
sesarea elektif.1-5
Pre-eklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda adanya
hipertensi, edema, dan atau proteinuria yang timbul karena

kehamilan, umumnya terjadi pada umur kehamilan 20 minggu atau


lebih.6,7,8
Faktor predisposisi dari terjadinya pre-eklampsia antara lain
adalah primigravida, molahidatidosa, kehamilan ganda, diabetes
melitus, hidrops foetalis, bayi besar, umur lebih dari 35 tahun,
penyakit ginjal dan hipertensi sebelum kehamilan serta obesitas.9
Pre-eklampsia dibagi atas dua yaitu pre-eklampsia ringan dan
pre-eklampsia berat. Diagnosis pre-eklampsia berat ditegakkan jika
didapatkan satu atau lebih gejala dan tanda: tekanan darah
160/110 mmHg diukur dalam keadaan rileks, proteinuria 5 gr atau
lebih dalam 24 jam atau plus 3 pada pemeriksaan kualitatif, oliguria
yaitu urine < 500 ml/ 24 jam disertai kenaikan kreatinin plasma,
gangguan visus dan cerebral, nyeri epigastrium, edema paru dan
sianosis, gangguan pertumbuhan janin dalam uterus atau adanya
HELLP

syndrome

(Hemolisis,

Elevated liver

syndrome,

Low

platelet count).6,9,10
Penanganan pre-eklampsi berat terbagi dua yaitu perawatan
aktif dan pengelolaan konservatif. Pemilihan penanganan dan
tindakan yang dilakukan tergantung pada usia kehamilan serta
keadaan ibu dan janin.6
Berikut ini akan kami sajikan sebuah laporan kasus tentang
seksio sesarea atas indikasi Pre-eklampsia berat.

LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama

: Ny. FY

Umur

: 44 tahun

Pendidikan : SMP
Pekerjaan

: IRT

Alamat

: Aertembaga, Bitung

Suku

: Gorontalo

Bangsa

: Indonesia

Agama

: Islam

Nama suami

: Tn. BK

Pekerjaan

: Pelaut

MRS

: 28 April 2014

ANAMNESIS
Anamnesis Utama
Anamnesis diberikan oleh penderita.
Keluhan utama:
Pasien dikirim dari PKM Likupang dengan diagnosa G4P3A0 44
tahun hamil aterm inpartu kala I. Janin intra uterin tunggal hidup
letak kepala.
Riwayat penyakit sekarang:
Nyeri perut bagian bawah ingin melahirkan dirasakan sejak jam
13.00, pelepasan lendir campur darah (+), pelepasan air dari jalan
lahir (+) sejak jam 13.00, pergerakan janin masih dirasakan sampai

saat masuk rumah sakit. Nyeri kepala (+), nyeri ulu hati (-),
pandangan kabur (-).
Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) biasa.
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat darah tinggi sejak 1 tahun yang lalu, tidak terkontrol
Riwayat

Penyakit

jantung,

paru,

hati,

ginjal,

kencing

manis

disangkal
Anamnesis Kebidanan
Riwayat Kehamilan Sekarang
Pemeriksaan Ante Natal (PAN)
PAN dilakukan sebanyak 5 kali di PKM Likupang
Riwayat Haid
Haid pertama pada usia 12 tahun dengan siklus teratur dan
lamanya haid tiap siklus 2-3 hari.

Hari pertama haid terakhir

(HPHT) tidak diketahui pasti penderita, diperkirakan akhir bulan Juli


2013.
Riwayat Keluarga
Penderita menikah tiga kali dengan suami sekarang 2 tahun (Juni
2012).
Jumlah anak sekarang 3 orang
Keluarga Berencana
Pernah ikut KB : implant, pil.
Riwayat Kehamilan Terdahulu

1.

1990, laki-laki, cukup bulan, spontan kepala, di rumah oleh


biang kampung, BBL tidak ingat, hidup.

2.

1997, laki-laki, cukup bulan, spontan kepala di RS Budi Mulya


oleh dokter, BBL 3400 gr, hidup.

3.

2005, laki-laki, tidak cukup bulan, spontan letak sungsang di


RSAL Bitung oleh dokter, BBL 2200gr, hidup.

4.

2010, abortus, tidak dikuret.

5.

Hamil ini. Riwayat merokok (+), riwayat mengkonsumsi alkohol


disangkal.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik Umum
Status Praesens
Keadaan Umum

: Cukup.

Kesadaran

: Compos mentis.

Tekanan darah

: 180/110 mmHg

Nadi

: 88x/m.

Pernapasan

: 24x/m.

Suhu badan

: 36,8 0C.

Berat badan

: 64 kg.

Tinggi badan

: 147 cm.

Gizi

: Cukup.

Kepala
Kepala berbentuk simetris. Kedua konjungtiva tidak anemis, kedua
sklera tidak ikterik. Telinga berbentuk normal dan tidak ada sekret
yang keluar dari liang telinga. Hidung berbentuk normal dengan
kedua septum intak, tidak ada sekret yang keluar dari hidung. Pada
gigi tidak ditemukan adanya karies dentis. Tonsil T1/T1 tidak
hiperemis, faring tidak hiperemis.

Leher
Tidak ditemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening leher.
Dada
Bentuk simetris normal.
Jantung
Bunyi jantung I dan II normal, tidak terdengar bising dan suara
tambahan jantung.
Paru-paru
Tidak ditemukan adanya ronki dan wheezing di kedua lapangan
paru.
Abdomen
Hepar dan lien sukar dievaluasi
Anggota gerak
Ada edema pada kedua tungkai bawah. Varises tidak ada.
Refleks
Refleks fisiologis positif normal, tidak terdapat refleks patologis.
Kulit
Turgor normal.
Status Obstetri
Pemeriksaan luar

Tinggi fundus uteri: 32 cm.


Letak janin

: Letak kepala punggung kanan

Detak jantung janin

: 135-140 kali/menit.

His

: 8-9 menit // 10-15 detik

TBBA

: 3.000 3.100 gram

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hb

: 12,2 gr %.

Leukosit

: 20.600/mm3.

Trombosit

: 231.000/mm3.

Hematokrit

: 35,7 %

Eritrosit

: 4,19 x 106/L

Urinalisis
Leukosit

: ++

Protein

: +++

RESUME MASUK
G5P3A1, 44 tahun MRS tanggal 28 April 2014 dikirim dari PKM
Likupang dengan G4P3A0 45 tahun hamil aterm inpartu kala I, janin
intra uterin tunggal hidup. Tanda-tanda inpartu (+), gerak janin .
RPD: Hipertensi sejak 1 tahun, tidak terkontrol
Riwayat Gemelli (-), BAB/ BAK biasa
Status Praesens : KU: Cukup; Kes: CM;
T: 180/110 mmHg; N: 88 x/m; R: 24x/m; SB:
36.8 0C
Status Obstetri

: TFU: 32 cm; Letak kepala punggung kanan


BJA: 135-140 x/menit ; His: 8-9 menit // 10-15

detik
TBBA: 3000 - 3100 gram
DIAGNOSIS KERJA
G5P3A1, 44 tahun, hamil aterm, inpartu kala I + superimposed preeklampsi
Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak kepala
SIKAP/ TERAPI/ RENCANA
-

Partus pervaginam percepat kala I dan II

Metildopa 3 x 500 mg

MgSO4 sesuai protokol

Periksa darah lengkap, urinalisa, USG, EKG

Admission test

Konsul mata, konsul interna

Terminasi kehamilan dengan seksio sesarea

Sedia donor setuju operasi

Konseling sterilisasi

Lapor konsulen

Observasi tekanan darah, nadi, respirasi, suhu badan, his, BJA

OBSERVASI
Tanggal 14 Desember 2004
Jam 14.00

: Kes: CM; T; 170/110 mmHg; N: 88 x/mnt; R: 24


x/mnt
His (-) BJA: 12-13-13

Diagnosis:
G3P1A1, 39 tahun, hamil aterm, belum inpartu + superimposed
pre-eklampsi
Janin intrauterin, tunggal, hidup, letak kepala punggung kiri
Sikap:
- IVFD Dekstrosa 5 %
- MgSO4 sesuai protokol
- Kateterisasi, urin albumin +++
- Konsul mata, konsul interna
- EKG
- Terminasi kehamilan dengan seksio sesarea
- Sedia donor setuju operasi
- Konseling sterilisasi
- Lapor konsulen
- Observasi T, N, R, S, BJA
Jam 16.00

: T: 160/100, N: 96, R: 24, His: (-), BJA: 12-12-13

Jam 18.00

: T: 160/100, N: 92, R: 24, His: (-), BJA: 13-11-13

Jam 20.00

: T: 170/100, N: 96, R: 24, His: (-), BJA: 12-12-13


MgSO4 4% 10 cc (IM) bokong kanan

Jam 22.00

: T: 160/100, N: 92, R: 24, His: (-), BJA: 12-12-11

Jam 23.00

: Penderita didorong ke OK cito

Jam 23.45

: operasi dimulai, dilakukan SCTP

Laporan Operasi:

- Penderita terlentang diatas meja operasi, dilakukan tindakan


antiseptik pada abdomen dan sekitarnya, ditutup dengan doek
steril kecuali lapangan operasi
- Dalam GA dilakukan insisi linea mediana inferior dan insisi
diperdalam lapis demi lapis secara tajam dan tumpul sampai
tampak peritoneum. Peritoneum dijepit dengan 2 pinset
- Setelah yakin tidak ada

usus di bawahnya,

digunting dan

diperlebar, tampak uterus gravidarum


- Identifikasi plika vesiko uterina, dijepit dan digunting, diperlebar
kekiri dan kekanan, disisihkan kebawah, vesika urinaria dilindungi
dengan haak abdomen.
- Insisi pada SBR diperdalam sampai ke kavum uteri, ketuban
dipecahkan, keluar cairan dan di suction kira-kira 100 cc. Bayi
dlahirkan dengan cara meluksir kepala.
- Jam 23.50 lahir bayi laki-laki, BBL: 2900 gr, PBL: 46 cm,
Apgar Score: 9-10 sementara jalan napas dibersihkan, tali pusat
dijepit pada 2 tempat dan digunting diantaranya.
- Bayi diserahkan ke neonati, Eksplorasi implantasi plasenta pada
korpus uteri depan, plasenta dilahirkan dengan tarikan ringan,.
Kavum uteri dibersihkan dari sisa-sisa selaput ketuban
- Luka SBR dijepit dengan beberapa ringtang, uterus dijahit 2 lapis
simpul dan jelujur, kontrol perdarahan, perdarahan tidak ada,
dilakukan reperitonealisasi, kontrol perdarahan kembali, jika tidak
ada perdarahan kavum abdomen dibersihkan dari sisa-sisa
perdarahan dan bekuan darah.
- Eksplorasi uterus bentuk normal, dilanjutkan dengan sterilisasi
Pomeroy, dinding abdomen ditutup lapis demi lapis, kulit dijahit
subkutikuler. Luka ditutup dengan gaas steril
Jam 00.55

: Operasi selesai
KU post Operasi: T: 140/90, N: 92 x/m, R: 24 x/m

10

Kontraksi uterus baik


Perdarahan kira-kira 500 cc
Diuresis kira-kira 200 cc
Follow up Ruangan
16 Desember 2004
Keluhan: (-), flatus (+)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 140/70 mmHg; N: 80 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 36,6 0C
Status Puerpuralis:
TFU: 1 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik
Payudara: Laktasi -/- ; Tanda-tanda infeksi: -/Abdomen: Peristaltik , luka operasi baik,

tertutup kain

gaas.
Lokia: Rubra
Vulva: edema (-)
BAB (-)/ BAK (+) diuresis 600 cc
Diagnosis:
P2A1 39 tahun post SCTP Hr I a.i. Superimposed PEB + sterilisasi
pomeroy
Lahir bayi laki-laki, BBL 2900 gr, PBL 46 cm, AS 910
Sikap:
- Aff infus, aff kateter, obat ganti oral
- Cefadroksil 3 x 500 mg
- Metronidazol 3 x 500 mg
- Becomzet 1 x 1 tab
- Periksa HB post OP ( HB: 12,0 mg%)
17 Desember 2004
Keluhan: (-)

11

Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 110/80 mmHg; N: 80 x/mnt; R: 24 x/mnt; SB: 36,6 0C
Status Puerpuralis:
TFU: 1 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik
Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/Abdomen: Peristaltik , luka operasi baik,

tertutup kain

gaas.
Lokia: Rubra
Vulva: edema (-)
BAB (-)/ BAK (+)
Diagnosis:
P2A1 39 tahun post SCTP Hr II a.i. Superimposed PEB + sterilisasi
pomeroy
Lahir bayi laki-laki, BBL 2900 gr, PBL 46 cm, AS 910
Sikap:
- Cefadroksil 3 x 500 mg
- Metronidazol 3 x 500 mg
- Becomzet 1 x 1 tab
- Nifedipin 3 x 10 mg
18 Desember 2004
Keluhan: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 110/70 mmHg; N: 84 x/mnt; R: 24 x/mnt
Status Puerpuralis:

12

TFU: 1 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik


Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/Abdomen: Peristaltik , luka operasi baik,

tertutup kain

gaas.
Lokia: Sanguinolenta
Vulva: edema (-)
BAB (-)/ BAK (+)
Diagnosis:
P2A1 39 tahun post SCTP Hr III a.i. Superimposed PEB + sterilisasi
pomeroy
Lahir bayi laki-laki, BBL 2900 gr, PBL 46 cm, AS 910
Sikap:
- Cefadroksil 3 x 500 mg
- Metronidazol 3 x 500 mg
- Becomzet 1 x 1 tab
- Nifedipin 3 x 10 mg
19 Desember 2004
Keluhan: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 110/70 mmHg; N: 88 x/mnt; R: 24 x/mnt
Status Puerpuralis:
TFU: 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik
Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/Abdomen: Peristaltik , luka operasi baik,
gaas.
Lokia: Sanguinolenta
Vulva: edema (-)

13

tertutup kain

BAB (+)/ BAK (+)


Diagnosis:
P2A1 39 tahun post SCTP Hr IV a.i. Superimposed PEB + sterilisasi
pomeroy
Lahir bayi laki-laki, BBL 2900 gr, PBL 46 cm, AS 910
Sikap:
- Cefadroksil 3 x 500 mg
- Metronidazol 3 x 500 mg
- Becomzet 1 x 1 tab
- Nifedipin 3 x 10 mg
20 Desember 2004
Keluhan: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 120/80 mmHg; N: 80 x/mnt; R: 24 x/mnt.
Status Puerpuralis:
TFU: 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik
Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/Abdomen: Peristaltik , luka operasi baik,

tertutup kain

gaas.
Lokia: Sanguinolenta
Vulva: edema (-)

Diagnosis:
P2A1 39 tahun post SCTP Hr V a.i. Superimposed PEB + sterilisasi
pomeroy
Lahir bayi laki-laki, BBL 2900 gr, PBL 46 cm, AS 910

14

Sikap:
- Cefadroksil 3 x 500 mg
- Metronidazol 3 x 500 mg
- Becomzet 1 x 1 tab
- Nifedipin 3 x 10 mg
- Ganti gaas
21 Desember 2004
Keluhan: (-)
Pemeriksaan Fisik:
KU: Cukup; Kes: CM
Status Praesens:
T: 120/80 mmHg; N: 80 x/mnt; R: 24 x/mnt.
Status Puerpuralis:
TFU: 2 jari bawah pusat, kontraksi uterus baik
Payudara: Laktasi +/+ ; Tanda-tanda infeksi: -/Abdomen: Peristaltik , luka operasi baik,

tertutup kain

gaas.
Lokia: Sanguinolenta
Vulva: edema (-)
BAB (+)/ BAK (+)
Diagnosis:
P2A1 39 tahun post SCTP Hr VI a.i. Superimposed PEB + sterilisasi
pomeroy
Lahir bayi laki-laki, BBL 2900 gr, PBL 46 cm, AS 910
Sikap:
- Cefadroksil 3 x 500 mg
- Metronidazol 3 x 500 mg
- Becomzet 1 x 1 tab
Rencana Pulang

15

DISKUSI
Dalam diskusi ini akan dibahas mengenai:
1. Diagnosis
2. Penanganan
3. Komplikasi
4. Prognosis
Diagnosis
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
kebidanan serta pemeriksaan laboratorium, penderita didiagnosis
dengan G3P1A1, 39 tahun, hamil aterm, belum inpartu dengan
superimposed pre-eklampsia.
Dari anamnesis didapatkan bahwa penderita hamil yang
ketiga, pernah melahirkan 1 kali dan abortus 1 kali, hari pertama
haid terakhir tidak diketahui pasti oleh penderita, kira-kira awal
bulan februari 2004. Saat datang, belum terlihat adanya tandatanda inpartu seperti his tidak ada juga pelepasan lendir dan air
tidak ada. Dari riwayat penyakit dahulu didapatkan penderita
mengalami hipertensi sejak 1 tahun yang lalu, tidak terkontrol.
Pada pemeriksaan fisik, tekanan darah penderita 170/110
mmHg, edema pada kedua tungkai bawah dan pada pemeriksaan
laboratorium urin kualitatif didapatkan proteinuria (albumin +++).
Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan bahwa
diagnosis pre-eklampsia berat ditegakkan jika didapatkan satu atau
lebih gejala dan tanda: tekanan darah 160/110 mmHg diukur
dalam keadaan rileks, proteinuria 5 gr atau lebih dalam 24 jam atau
plus 3 pada pemeriksaan kualitatif, oliguria yaitu urine < 500 ml/ 24
jam disertai kenaikan kreatinin plasma, gangguan visus dan
cerebral, nyeri epigastrium, edema paru dan sianosis, gangguan

16

pertumbuhan janin dalam uterus atau adanya HELLP syndrome


(Hemolisis, Elevated liver syndrome, Low platelet count). 6,9,10 Karena
hipertensi

sudah

berlangsung

sebelum

kehamilan

maka

ini

dikatakan sebagai suatu superimposed pre-eklampsi.


Pada kasus ini faktor predisposisi dari pre-eklampsia adalah
usia > 35 tahun (39 tahun) dan adanya hipertensi sebelum
kehamilan. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan
bahwa faktor predisposisi dari terjadinya pre-eklampsia antara lain
adalah primigravida, molahidatidosa, kehamilan ganda, diabetes
melitus, hidrops foetalis, bayi besar, umur lebih dari 35 tahun,
penyakit ginjal dan hipertensi sebelum kehamilan serta obesitas.9
Penanganan
Berdasarkan diagnosis maka diambil sikap:
-

MgSO4 sesuai protokol

Konsul mata, konsul interna

EKG

Terminasi kehamilan dengan seksio sesarea

Sedia donor setuju operasi

Konseling sterilisasi

Lapor konsulen

Observasi T, N, R, S, BJA

Setelah diagnosis ditegakkan pada kasus ini maka penderita


secepatnya

ditangani

dengan

pemberian

MgSO4,

hal

ini

dimaksudkan untuk mencegah timbulnya kejang (Eklampsi),


disamping itu juga dapat menurunkan tekanan darah dan
menambah diuresis.8,10

17

Cara pemberian:6
Dosis awal 4 gram MgSO4 20 % (20 cc) IV, kecepatan 1 gram
permenit disusul 8 gram MgSO4 40 % (20 cc) IM diberikan pada
bokong kiri dan kanan masing-masing 4 gram.
Dosis

pemeliharaan

diberikan

gram IM

setelah 6

jam

pemberian dosis awal, selanjutnya diberikan 4 gram IM tiap 6


jam.
Syarat-syarat pemberian:6
1. Harus tersedia antidotum, yaitu calsium glukonac 10 % (1
gram dalam 10 cc) diberikan IV pelan-pelan
2. Refleks patella (+) kuat
3. Frekuensi pernapasan > 16 kali permenit
4. Produksi urin > 30 cc dalam 1 jam sebelumnya.

Konsul penyakit dalam dan mata dan EKG dimaksudkan untuk


mengetahui adanya gangguan di bidang tersebut sehubungan
dengan PEB.

Penanganan aktif berupa seksio sesarea dilakukan berdasarkan


indikasi umur kehamilan aterm, dimana syarat untuk terminasi
pervaginam tidak terpenuhi yaitu belum ada tanda-tanda
inpartu. Hal ini sesuai dengan kepustakaan yang menyatakan
bahwa penanganan aktif dilakukan berdasarkan indikasi umur
kehamilan > 37 minggu dengan syarat indikasi lahir pervaginam
tidak terpenuhi.6
Penanganan aktif berupa terminasi kehamilan.
Cara terminasi kehamilan:6
a. Belum inpartu
1. Induksi persalinan
Amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor bishop 6
2. Seksio sesarea bila syarat tetes oksitosin tidak dipenuhi
atau adanya kontra indikasi tetes oksitosin, atau bial 8 jam

18

sejak dimulainya tetes oksitosin belum masuk kedalam


fase aktif.
b. Sudah inpartu
Kala I
Fase laten: Amniotomi + tetes oksitosin dengan syarat skor
bishop 6
Fase aktif: Dilakukan amniotomi, bila his tidak adekuat
diberikan tetes oksitosin dan bial 6 jam setelah
amniotomi

belum

terjadi

pembukaan

lengkap,

dilakukan seksio sesarea.


Kala II
Pada persalinan pervaginam, maka kala II diselesaikan
dengan partus buatan.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan skor bishop < 6 maka syarat
induksi tidak terpenuhi sehingga dilakukan seksio sesarea.
Komplikasi
Komplikasi yang biasa terjadi pada pre-eklampsia adalah
perdarahan otak, solutio plasenta, hipofibrinogenemia, hemolisis,
kelainan mata, edema paru, nekrosis hati, sindroma HELLP, kelainan
ginjal, lidah tergigit, trauma dan fraktur. 11 Pada kasus ini tidak ada
komplikasi pada ibu maupun anak.
Prognosis
Pada kasus ini keadaan ibu dan anak setelah operasi baik,
dimana tekanan darah post operasi menurun dan apgar skore pada
anak adalah 9-10, serta selama perawatan di ruangan ibu dan bayi
dalam keadaan sehat. Maka prognosisnya adalah dubia ad bonam.

19

DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG, MacDonad PC, Gant NF, Leveno KJ, Gilstrap LC.
Caesarean section and caesarean hysterectomy. In: Williams
obstetrics. 19th ed. New Jersey: Prentice Hall International Inc,
1993.p. 591-604
2. Hanskins GDV, Clark SL, Cunningham FG, Gilstrap LC. Caesarean
section in operative obstetrics. 1st ed. Connecticut: Appleton and
Lange, 1995.p. 308-28
3. Wiknjosastro GH, Baslamah A. Iatrogenic obstetrics intervention
and high caecarea section tare. In: Saifuddin AB, Afandi B,
Wiknjosastro GH, editors. Womens health. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 1995.p. 391-4
4. Quilingan EJ. Caesarean section: modern prospective in
management of high risk pregnancy. 3th ed. Boston: Blackwell
Scientific Publication, 1994.p. 520-3
5. Saifuddin AB, Afandi B, Wiknjosastro GH. Kehamilan dan
persalinan dengan parut uterus. Dalam: Buku panduan praktis
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2002; 76-7
6. Tim Pengajar Obstetri dan Ginekologi FK UNSRAT. Pedoman
diagnosis dan terapi obstetri dan ginekologi. Manado:
Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi FK UNSRAT, 1996
7. Pritchard JA, McDonald PC, Gant NF. Williams Obstetri, edisi 17.
Surabaya: Airlangga University Press, 1991
8. Wiknjosastro H. Ilmu kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 1999
9. Pengurus Besar POGI. Gestosis. Dalam: Standar pelayanan medik
obstetri dan ginekologi, bagian I. Jakarta: Balai penerbit FKUI,
2000; 1-8.
10. Rachimhadi T. Pre-eklampsia dan eklampsia. Dalam: Ilmu
kebidanan, edisi ke-3. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka, 1997: 281300
11. Hipertensi selama kehamilan. Dalam: Kapita selekta
kedaruratan obstetri dan ginekologi. Jakarta: EGC, 1994: 235-45.

20

Anda mungkin juga menyukai