Definisi
Idhiopaticpolyneuritis, acute febrile polyneuritis,
Epidemiologi
Penyakit ini terjadi di seluruh dunia pada semua
Klasifikasi
Acute inflammatory demyelinating
polyradiculoneuropathy (AIDP)
a. Paling sering.
b. Disebabkan oleh respon autoimun yang menyerang
membran sel schwan .
c. Kelemahan otot simetris ascending progresif, dan
hiporeflek dengan atau tanpa gejala sensorik atau
otonom.
Subacute inflamatory demyelinating
polyradiculoneuropathy
Acute motor axonal neuropathy (AMAN)
a. Disebabkan oleh respon autoimun yang menyerang
axoplasma saraf perifer.
b. Biasanya pada anak-anak.hiperreflek dan
kelelamah progresif yang cepat.
(AMSAN)
a. Menyerang aksoplasma saraf perifer
b. Menyerang saraf sensorik dengan kerusakan
akson yang berat.
c. Biasanya pada dewasa.
d. Mengakibatkan disfungsi motorik dan sensorik
dan atrofi otot.
Miller Fishers Syndrome
a. Jarang terjadi.
b. Manifestasi sebagai paralisis descenden.
c. Trias klasik : ataxia, areflexia,ophtalmoplegia.
d. Bisa juga terdapat mild limb weakness, ptosis,
facial palsy, atau bulbar palsy (penderita
Acute Panautonomia
a.
b.
c.
d.
e.
Jarang terjadi.
Melibatkan sistem saraf simpatis dan
parasimpatis.
Termasuk kardiovaskular.
Sembuh bertahap.
Biasanya incomplete, atau meninggalkan
gejala.
Etiologi
Etiologi pasti belum diketahui, beberapa keadaan
Patogenesis
Kerusakan syaraf yang terjadi karena mekanisme
imunologi.
Bukti-bukti bahwa imunopatogenesa merupakan
mekanisme yang menimbulkan jejas syaraf tepi
pada sindroma ini adalah :
1. Didapatkannya antibodi atau adanya respon
kekebalan seluler (cell mediated immunity)
terhadap agen infeksius pada syaraf tepi.
2. Adany autoantibody terhadap sistem syaraf
tepi.
3. Didapatkan penimbunan kompleks antigen
antibodi dari peredaran pada pembuluh darah
Gejala Klinis
Diagnosis SGB ditegakkan secara klinis
Kelumpuhan
a. kelumpuhan otot ekstremitas tipe LMN.
Gangguan Sensibilitas
a. Parestesi biasanya lebih jelas pada bagian
distal ekstresmitas.
b. Defisit sensorid objektif biasanya minimal
dan sering dengan distribusi seperti pola
kaus kaki dan sarung tangan.
c. Sensibilitas ekstroseptif lebih sering
daripada sensibilitas proprioseptif.
d. Nyeri otot sering ditemui seperti nyeri
setelah melakukan aktivitas fisik.
Saraf kranialis
a. Saraf yang sering terkena N.VII.
b. Kelumpuhan otot muka awalnya 1sisi
c.
d.
e.
f.
kemudian bilateral.
Semua saraf kranialis bisa dikenai kecuali
N.I dan N.VIII.
Diplopia terjadi akibat terkenanya N.IV dan
N.III.
Sukar menelan, disfonia, terjadi akibat
terkenanya N.IX dan N.X.
Kegagalan pernafasan disebabkan oleh
paralisis n. laringeus.
c.
d.
e.
f.
lebih jarang.
Facial flushing (muka memerah)
Hipertensi atau hipotensi berfluktuasi.
Hilangnya keringat atau episodic profuse
diaphoresis.
Jarang yang menetap lebih dari 1 atau 2
minggu.
Kegagalan pernafasan
Papiledema
a. Terjadi kadang-kadang.
b. Disebabkan oleh peninggian kadar protein
Perjalanan Penyakit
Fase progresif : dimulai dari
Kriteria Diagnosis
Diferensial Diagnosis
Poliomyelitis
Paralisis Periodik
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
a. Gambaran laboratorium yang menonjol adalah
Terapi
Self limiting disease
Tujuan terapi : mengurangi berat penyakit, dampak,
Pengobatan imunosupresan :
Imunoglobulin IV
1.
a.
b.
2.
Obat Sitotoksik
pemberian obat sitotoksis yang dianjurkan :
a. 6 merkaptopurin
b. azathioprine
c. cyclophosphamide
efek samping dari obat-obatan ini adalah alopecia,
muntah, mual, sakit kepala.
Komplikasi
Gagal nafas
Prognosis
Umumnya baik, tetapi ada sebagian kecil yang
Sekian
Wassalamualaikum wr wb