siap bertarung di ajang AFTA 2020 nanti. Oleh karena itu, dalam percepatan
pembaharuan ekonomi sangat dibutuhkan sekali kebijakan MEA ini, agar kita tak
hanya sebagai loser dalam persaingan global.
Namun yang menjadi pertanyaan disini adalah kenapa harus ada MEA?.
Jawabannya adalah bahwa Indonesia adalah pasar terbesar karena jumlah
konsumsi yang besar. Tetapi dengan melihat data tingkat persaingan Indonesia
dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN, Indonesia masih terlihat di kelas
bawah. Artinya kita bisa saja diserang oleh produk-produk luar. Tidak hanya
produk luar, tetapi juga oleh serbuan Tenaga Kerja (Skilled Labour) yang bisa
menggeser mata pencaharian kita. Singapura adalah negara ASEAN yang dapat
dikatakan paling siap menghadapi MEA 2015. Meski bukan negara yang paling
tertinggal, Indonesia masih perlu kerja ekstra untuk menghadapi MEA 2015 ini.
Ini mengingat dalam beberapa hal strategis, Indonesia relatif tertinggal, seperti
daya saing dan infrastruktur.
Studi Bank Dunia (2013) menyebutkan, daya saing produk ekspor
Indonesia relatif tertinggal dibanding negara-negara ASEAN lain, terutama
kaitannya dengan nilai tambah produk ekspor kita. Ekspor kita menjadi kurang
bersaing karena nilai tambahnya rendah. Di sisi lain, Indonesia akan menjadi
pasar barang dan jasa impor yang empuk, sementara nilai tambah dari barang dan
jasa impor tersebut bagi kita sangat kecil. Saat ini dampak dari rendahnya daya
saing kita tersebut sudah terasa. Sejak 2012 neraca perdagangan kita telah defisit.
Sementara neraca jasa kita sejak dulu tidak mengalami perbaikan, dalam arti
selalu defisit.
yang dilakukan oleh pemerintah indonesia sudah 82 persen, namun itu hanya
persiapan sosialisasi mengenai apa itu MEA bukan persiapan strategi apa yang
akan dilakukan untuk menghadapi MEA nanti. Pemerintah harus memikirkan
matang-matang apa strategi yang harus dipersiapkan agar pada era MEA nanti
Indonesia bukan hanya sebagai pendonor SDA saja semntara SDM kita hanya
sebagai budak, namun Indonesia harus tampil sebagai penguasa bisnis dari
seluruh negara anggota ASEAN. Karena hanya ada dua pilihan bagi kita pada era
MEA nanti, yaitu menjadi loser atau winer, mnjadi penguasa atau menjadi budak,
itu semua tergantung seberapa jauh kita telah mempersiapkan diri untuk
menghadapi MEA mendatang.
Agar Indonesia tidak hanya sebagai pasar empuk bagi produsen dari
negara ASEAN lainnya, maka Indonesia harus segera menyusun langkah strategis
yang dapat diimplementasikan secara target specific agar peluang pasar yang
terbuka dapat dimanfaatkan secara optimal. Langkah strategis tersebut disusun
secara terpadu diantara sektor mulai dari hulu hingga ke hilir dibawah koordinasi
suatu Badan Khusus atau Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian.
Adapun langkah yang dapat diambil diantaranya adalah Peningkatan kualitas
sumber daya manusia baik dalam birokrasi maupun dunia usaha ataupun
professional,
diakses oleh pelaku usaha dari berbagai skala, dan perbaikan infrastruktur fisik
melalui
pembangunan
atau
perbaikan
infrastruktur
seperti
transportasi,
Policy paper. 2013. Masyarakat Ekkonomi ASEAN : Peluang dan Tantangan bagi
UMKM Indonesia. Jakarta : Kadin Indonesia.
Keliat, Makmur, dkk. 2013. Pemetaan Pekerja Terampil Indonesia dan
Liberalisasi Jasa ASEAN (Laporan Penelitian ASEAN Study Centre UI
Bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia).
http://ekspor-impor.net/news-update/strategi-dalam-menghadapi-masyarakatekonomi-asean-2015.html
http://jakartagreater.com/masyarakat-ekonomi-asean-2015/
http://www.beritasatu.com/ekonomi/147060-persiapan-indonesia-menghadapipasar-bebas-asean-masih-belum-optimal.html
http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/bisnis/13/11/20/mwjxrm-hadapi-meaindonesia-butuh-lebih-banyak-wirausahawan