Definisi
Ultrasonografi (USG) melibatkan penggunaan gelombang suara frekuensi tinggi untuk
membuat gambar organ dan sistem dalam tubuh. Sebuah mesin ultrasonograf menciptakan
gambar yang memungkinkan berbagai organ dalam tubuh untuk diperiksa. Mesin
mengirimkan gelombang suara frekuensi tinggi yang akan memantul saat mengenai berbagai
struktur tubuh. Sebuah komputer kemudian memproses gelombang yang terpantul untuk
menciptakan sebuah gambar. Berbeda dengan x-ray atau CT scan, tidak ada paparan radiasi
pengion dalam pemeriksaan ultrasonografi ini (Dugdale, 2010).
Gambar 1. Produksi echo tergantung pada impedansi akustik relatif dari kedua media
(Aldrich, 2007)
Pantulan echo yang berasal dari jaringan-jaringan tersebut akan membentur transduser,
dan kemudian diubah menjadi pulsa listrik lalu diperkuat dan selanjutnya diperlihatkan dalam
bentuk cahaya pada layar osiloskop. Dengan demikian bila transduser digerakkan seolah-olah
kita melakukan irisan-irisan pada bagian tubuh yang diinginkan, dan gambaran irisan-irisan
tersebut akan dapat dilihat di layar monitor. Masing-masing jaringan tubuh mempunyai
impedansi akustik (rasio tekanan yang timbul pada garis imajiner gelombang dengan laju
partikel yang melewati garis tersebut) tertentu. Dalam jaringan yang heterogen akan
ditimbulkan bermacam-macam echo, jaringan tersebut dikatakan echogenic. Sedang pada
jaringan yang homogen hanya sedikit atau sama sekali tidak ada echo, disebut anechoic atau
echofree atau bebas eko. Suatu rongga berisi cairan bersifat anechoic, misalnya: kista, asites,
pembuluh darah besar, perikardial atau pleural effusion. Dengan demikian kista dan suatu
massa solid akan dapat dibedakan (Rasad, 2005).
Ultrasonografi Abdomen
Ultrasonografi abdomen merupakan ultrasonografi medis yang difokuskan pada
pemeriksaan organ dalam abdomen antara lain: hepar, kandung empedu, lien, pankreas, dan
ren. Beberapa pembuluh darah besar yang mengarah ke organ-organ tersebut juga dapat
dilihat dengan USG abdomen (Dugdale, 2012).
Indikasi untuk pemeriksaan USG abdomen adalah, tetapi tidak terbatas pada:
1. Nyeri perut, panggul dan / atau nyeri punggung.
2. Tanda-tanda atau gejala yang dapat mengarah ke kelainan abdomen seperti ikterus
atau hematuria.
3. Massa abdomen atau organomegali.
4. Temuan hasil laboratorium abnormal atau temuan abnormal pada pemeriksaan
pencitraan lainnya yang mengarah pada kelainan abdominal.
5. Follow up dari kelainan abdominal yang telah diketahui.
6. Mencari metastasis abdominal atau neoplasma primer abdomen.
7. Curiga kelainan kogenital pada abdomen.
8. Trauma abdomen.
9. Pre-transplantasi dan evaluasi post-transplantasi.
10. Perencanaan dan bantuan pada prosedur invasif.
Pemeriksaan USG abdomen harus dilakukan ketika ada alasan medis yang sah. Tidak
ada kontraindikasi absolut (AIUM, 2012).
Ultrasonografi Hepar
Pemeriksaan USG hepar termasuk dalam USG Abdomen. USG Hepar harus meliputi
tampilan longitudinal dan transversal. Parenkim hati harus dievaluasi untuk kelainan
fokal/difus. Jika memungkinkan, echogenisitas hati harus dibandingkan dengan ginjal kanan.
Beberapa hal yang harus dicitrakan antara lain: pembuluh darah utama pada hepar, termasuk
vena kava inferior, vena hepatika, vena portal, lobus hati (dexter, sinister, dan caudatus) dan
jika memungkinkan, hemidiafragma dan ruang pleura (AIUM, 2012).
Gambar 2. Jalur pemeriksaan ultrasonografi hepar. Potongan longitudinal dan transversal dari
hepar (Block, 2004).
Anatomi ultrasonografi hepar normal adalah sebagai berikut (Abraham et al., 2010):
Vena porta: masuk melalui hilum, bercabang menjadi ramus dexter dan ramus
sinister. Dinding vena tebal dan echogenik.
Vena hepatika: Vena hepatika dextra, media, dan sinistra bermuara pada vena cava
inferior. Dinding lebih tipis dibanding vena porta.
Gambar . Hepar normal potongan longitudinal. Echo sedang. Panah putih: anechoic,
pembuluh darah. Panah hitam: hiperechoic, diafragma (Abraham et al., 2010).
Gambar . Hepar normal potongan transversal. RT: lobus dexter LT: lobus sinister, CL: lobus
caudatus, C: vena cava inferior (Abraham et al., 2010).
Gambar . Hepar normal potongan longitudinal. RL: Lobus dexter, RK: Ren Kanan,
mempunyai echogenisitas yang hampir sama (Abraham et al., 2010).
Gambar . Hepar normal potongan transversal. Vena porta dan cabangnya. RT: Ramus Dexter,
LT: Ramus Sinister, I: Vena cava (Abraham et al., 2010).
Gambar . Hepar normal potongan transversal. Tiga vena hepatika. 2: V. Hepatica dextra, 3:
V. Hepatica media, 4: V. Hepatica sinistra, 1: Vena cava (Abraham et al., 2010).
hamburan, dan divergensi dan detail arsitektur vaskular intra-hepatik yang menurun. Terdapat
juga bebedaan yang berlebihan antara echogenisitas hepar dan antara parenkim ginjal dan
echogenicity hati (Dietrich et al., 2012). Berikut pembagian deskripsi fatty liver pada USG
menurut Abraham et al. (2010):
Stadium ringan:
o Peningkatan minimal echogenisitas hepar
o Pembuluh darah intrahepatik dan diafragma terlihat
Stadium sedang:
o Peningkatan sedang echogenisitas hepar
o Pembuluh darah intrahepatik dan diafragma sedikit lebih kabur
Stadium berat:
o Peningkatan echogenisitas yang signifikan
o Visualisasi liver posterior terganggu
o Pembuluh darah dan dan diafragma susah terlihat
Gambar . Hepar potongan longitudinal. Fatty liver ringan. Echogenisitas hepar sedikit
meningkat. Pembuluh darah dan diafragma masih terlihat (Abraham et al., 2010).
Gambar . Hepar potongan longitudinal. Fatty liver berat. Echogenisitas hepar menngkat.
Pembuluh darah tidak terlihat. Panah putih: diafragma tidak jelas (Abraham et al., 2010).
Dugdale