Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Salah satu penyakit kulit yang selalu ngetren bagi para remaja dan dewasa muda
adalah jerawat atau dalam bahasa medisnya acne. Penyakit ini tidak fatal, tetapi cukup
merisaukan

karena

berhubungan

dengan

menurunnya

kepercayaan

diri

akibat

berkurangnya keindahan wajah penderita.


Jerawat adalah istilah awam untuk acne vulgaris, yang biasa terjadi pada usia
remaja ketika terjadi perubahan hormon sehingga menghasilkan lebih banyak minyak.
Keadaan ini cenderung diturunkan dalam kelurga dan sama sekali tidak berbahaya. Tetapi
beberapa orang yang mengalami kasus yang berat mungkin merasa sangat tertekan dan
kehilangan kepercayaan pada diri sendiri. Sayang sekali, sampai saat ini belum ada cara
penyembuh yang tuntas, meskipun ada beberapa cara yang sangat menolong. Untungnya,
kondisi ini akan mengalami perbaikan dengan bertambahnya usia.
Orang yang sudah menginjak masa pubertas umumnya pernah mengalami jerawat.
Dalam dunia medis, jerawat dikenal sebagai acne vulgaris. Merupakan peradangan kronis
dari folikel pilocebaceous (salah satu kelenjar pada kulit), disertai penyumbatan dan
penimbunan keratin, ditandai dengan adanya komedo, pustula, nodula, dankista.Daerah
yang terkena bukan hanya wajah, namun juga bahu, dada, punggung, dan lengan bagian
atas.

BAB II
Tinjauan Kasus

Kasus Diskel Kelompok 1


Seorang remaja putrid bernama K,akan merayakan ulang tahunnya yang ke 17 . K sudah
merencanakan sebuah acara bersama keluarga dan teman-temannya . Tiga hari
sebelumnya hari H K merasa panic sekali ,karena di dahi dan pipinya muncul bintik merah
yang cukup besar . K menyimpulkan bahwa itu adalah jerawat yang selama ini dia hindari .
K takut jika saat ulang tahunya nanti , Jerawatnya tidak akan hilang dan dia merusak
penampilanya . Tante K seorang perawat memperhatikan kekhawatiran K, dia mencoba
member pengertian bahwa K ada dalam masa pubertas. Karena Hormon Angrogen
menstimulasi

kelenjar

sebasea

untuk

mengsekresikan

minyak

alami

dan

sering

menimbulkan acne vulgaris.


Pertanyaan :
1. Apa yang dimaksud Acne Vulgularis dan bagaimana patofisiologinya ?
2. Bagaimana proses Keperawatan yang dapat dilakukna untuk mengatasi masalah An.
K?
3. Bagaimana terapiu yang dapat diberikan untuk masalah tertentu ?

BAB III
PEMBAHASAN

1. Apa yang dimaksud Acne Vulgularis dan bagaimana patofisiologinya ?

A. Definisi
Acne Vulgaris adalah Kondisi abnormal kulit akibat gangguan berlebih
produksi kelenjar minyak yang menyebabkan penyumbatan saluran felikel
Rambut dan pori-pori kulit gambaran khasnya komedo,papul,pustur,nodus dan
kista

pada

tempat-tempat

prediksinya

dan

dimana

keadaan

kelenjar

pilosebaseus mengalami over stimulasi oleh hormone androgen yang bersirkulasi


dalam sebum yang bisa muncul dibagian=bagian tubuh tertentu yaitu Muka,dada
dan punggung bagian atas.
( Sumber Ilmu Penyakit dan Kelamin )

B. Klasifikasi
Ada beberapa macam Acne :

Acne Ekskoriata : Terjadi pada individu yang memanipulasi jerawat secara


obsesif . Dengan demikian akan menimbulkan jaringan parut yang banyak
sekali.

Acne Konglobata : Merupakan bentuk akne kistik yang paling berat dengan
kista posfunda ,komedo multiple dan jaringan parut yang nyata . Keadaan ini
disertai dengan Malaise dan Demam.

C. Etiologi
Berbagai faktor. Penyebab akne sangat banyak (multifaktorial), antara lain :
genetik, endokrin (androgen, pituitary sebotropic factor, dsb), faktor makanan,
keaktifan dari kelenjar sebasea sendiri, faktor psikis, musim, infeksi bakteri
(Propionibacterium acnes), kosmetika, dan bahan kimia lainnya.
Penyebab

yang

pasti

belum

diketahui,

tetapi

banyak

faktor

yang

berpengaruh:
1.

Sebum
sebum merupakan faktor utama penyebab timbulnya akne. Akne yang
keras selalu disertai pengeluaran sebore yang banyak

2.

Bakteria
3

Mikroba yang terlibat pada terbentuknya akne adalah corynebacterium


acnes, Stafilococcus epidermidis, dan pityrosporum ovale.
Dari ketiga mikroba ini yang terpenting yakni C. Acnes yang bekerja secara
tidak langsung.
1. Herediter
Faktor herediter yang sangat berpengaruh pada besar dan aktivitas
kelenjar palit (glandula sebasea). Apabila kedua orang tua mempunyai
parut bekas akne, kemungkinan besar anaknya akan menderita akne.
2. Hormon
Hormon androgen. Hormon ini memegang peranan yang penting karena
kelenjar palit sangat sensitif terhadap hormon ini. Hormon androgen
berasal dari testes dan kelenjar anak ginjal (adrenal). Hormon ini
menyebabkan kelenjar palit bertamabah besar dan produksi sebum
meningkat. Pada penyelidikan Pochi, Frorstrom dkk. & Lim James
didapatkan bahwa konsentrasi testosteron dalam plasma penderita akne
pria tidak berbeda dengan yang tidak menderita akne.Berbeda dengan
wanita, pada testosteron plasma sangat meningkat pada penderita akne.
Estrogen. Pada keadaan fisiologi, estrogen tidak berpengaruh terhadap
produksi sebum. Estrogen dapat menurunkan kadar gonadotropin yang
berasal dari kelenjar hipofisis. Hormon gonadotropin mempunyai efek
menurunkan produksi sebum.
Progesteron. Progesteron, dalam jumlah fisiologik tak mempunyai efek
terhadap efektivitas terhadap kelenjar lemak. Produksi sebum tetap
selama siklus menstruasi, akan tetapi kadang-kadang progesteron dapat
menyebabkan akne premenstrual.
Hormon-hormon dari kelenjar hipofisis. Pada tikus, hormon tirotropin,
gonadotropin, dan kortikotropin dari kelenjar hipofisis diperlukan untuk
aktivitas kelenjar palit. Pada kegagalan dari kelenjar hiopofisis, sekresi
sebum lebih rendah dibandingkan dengan orang normal. Penurunan
sebum diduga disebabkan oleh adanya suatu hormon sebotropik yang
berasal dari baga tengah (lobus intermediate) kelenjar hipofisis.
3. Diet
Beberapa pengarang terlalu membesar-besarkan pengaruh makanan
terhadap akne, akan tetapi dari penyidikan terakhir ternyata diet sedikit
atau tidak berpengaruh terhadap akne. Pada penderita yang makan
banyak karbohidrat dan zat lemak, tidak dapat dipastikan akan terjkadi
4

perubahan pada pengeluaran sebum atau komposisinya karena kelenjar


lemak bukan alat pengeluaran lemak yang kita makan.
4. Iklim
Di daerah yang mempunyai empat musim, biasanya akne bertambah
hebat pada musim dingin, sebaliknya kebanyakan membaik pada musim
panas.
Sinar ultraviolet (UV) mempunyai efek membunuh bakteri pada
permukaan kulit. Selain itu, sinar ini juga dapat menembus epidermis
bagian bawah dan bagian atas dermis sehingga berpengaruh pada
bakteri yang berada dibagian dalam kelenjar palit. Sinar UV juga dapat
mengadakan pengelupasan kulit yang dapat membantu menghilangkan
sumbatan saluran pilosebasea.
Menurut Cunliffe, pada musim panas didapatkan 60% perbaikan akne,
20% tidak ada perubahan, dan 20% bertambah hebat. Bertambah
hebatnya akne pada musim panas tidak disebabkan oleh sinar UV
melainkan oleh banyaknya keringat pada keadaan yang sangat lembab
dan panas tersebut.
5. Psikis
Pada

beberapa

penderita,

stress

dan

gangguan

emosi

dapat

menyebabkan eksaserbasi akne. Mekanisme yang pasti mengenai hal ini


belum diketahui. Kecemasan menyebabkan penderita memanipulasi
aknenya secara mekanis, sehingga terjadi kerusakan pada dinding folikel
dan timbul lesi yang beradang yang baru, teori lain mengatakan bahwa
eksaserbasi

ini

disebabkan

oleh

meningkatnya

produksi

hormon

androgen dari kelenjar anak ginjal dan sebum, bahkan asam lemak dalam
sebum pun meningkat.
6. Kosmetika
Pemakaian bahan-bahan kosmetika tertentu, secara terus menerus
dalam waktu lama, dapat menyebabkan suatu bentuk akne ringan yang
terutama terdiri dari komedo tertutup dan beberapa lesi papulopustular
pada pipi dan dagu. Bahan yang sering menyebabkan akne ini terdapat
pada berbagai krem muka seperti bedak dasar (faundation), pelembab
(moisturiser), krem penahan sinar matahari (sunscreen), dan krem
malam. Yang mengandung bahan-bahan, seperti lanolin, pektrolatum,
minyak tumbuh-tumbuhan dan bahan-bahan kimia murni (butil stearat,
lauril alcohol, dan bahn pewarna merah D &C dan asam oleic).

Jenis kosmetika yang dapat menimbulkan akne tak tergantung pada


harga, merk, dan kemurnian bahannya. Suatu kosmetika dapat bersifat
lebih komedogenik tanpa mengandung suatu bahan istimewa, tetapi
karena kosmetika tersebut memang mengandung campuran bahan yang
bersifat komedogenik atau bahan dengan konsentrasi yang lebih besar.
Penyelidikan terbaru diLeeds tidak berhasil menemukan hubungan antara
lama pemakaian dan jumlah kosmetika yang diapai dengan hebatnya
kane.
7. Bahan-bahan Kimia
Beberapa macam bahan kimia dapat menyebabkan erosi yang mirip
dengan akne (akneform eruption), seperti yodida, kortikosteroid, INH,
obat anti konvulsan (difenilhidantoin, fenobarbital dan trimetandion),
tetrasiklin, vitamin B 12.
8. Reaktivitas
Disamping faktor-faktor diatas masih ada factor X pada kulit yang
merupakan factor penting yang menentukan hebatnya akne.

D. Patofisiologi
Pada anak anak. Kelenjar sebasae berukuran kecil dab pada hakikatnya
belum berfungsi. Kelenjar ini berada dibawah kendali endokrin, Khususnya
hormone-hormon

androgen.

Dalam

usia

pubertas,

Hormon

Androgen

menstimulasi kelenjar sebasae dan menyebabkan kelenjar tersebut membesar


serta mengekresikan suatu minyak alami yaitu seibum,yang merembes naik ke
puncak folikel ranbut dan mengalir keluar pada permukaan kulit. Pada remaja
yang berjerawat, Stimulasi androgenic akan meningkatkan daya responsive
kelenjar sebasae sehingga acne terjadi ketika duktus polibaseus tersumbat oleh
tumpukan sebum. Bahan yang bertumpuk ini akan membentuk jerawat

Pathway
Agen Komegonik

Reseptor androgen sitoplasma

Obat-obatan pencetus acne

(Petrolatum dan kosmetik


yang mengandung minyak )
Aliran sebum terhambat

Poliferasi sel penghasil sebum

Kortikosteroid oral kronik

Tingginya sekresi sebum

Kortikosteroid oral kronik

Naik ke permukaan kulit

Dapat menimbulkan

Oleh komedo
P. Acne akan menghasilkan
Lipase mengubah sebum
trigliserida akan lemak
Asam lemak & Bakteri

Pustula dipermukaan kulit

Terbentuknya trigliserida

Daya Resfonsif kelenjar sebasae

Wajah

dalam sebum
Kekentalan sebum
Sumbatan Saluran Pilosrbasea

Duktus Pilosebaseus tersumbat oleh sebum

Acne

Dilatasi Folikel sebasae


Lesi obstuktif

Komedo

Peradangan pada dermis


Terbentuknya papula,eritmatosa,pustule,papul,nodus,kista
Pustula Pecah

Pustula yang lebih dalam meninggalkan

Pustula / acne ringan sembuh tanpa parut

parut permanen

2. Bagaimana proses Keperawatan yang dapat dilakukna untuk mengatasi masalah An.
K?
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN ACNE VULGARIS
Rencana Keperawatan
1. Anamnesa
2. Pengkajian riwayat
3. Pemeriksaan fisik
PENGKAJIAN
1. Identitas klien
Seorang remaja putri bernama K mengalami kemerahan dan bintik-bintik merah
didahi dan pipinya yang cukup besar.
2. Pengkajian riwayat : 3. Pemeriksaan fisik :

Inspeksi :Didaerah dahi dan pipinya muncul bintik-bintik merah yang cukup
besar

Infeksi kulit dengan meregangkan kulit secara perlahan , lihat adanya


papul,pustule,nodul,kista dan komedo.

4. Catat Derajat Acne


5. Catat adanya Lesi Inflamasi
6. Pemakaian kosmetik atau obat pelembab kulit yang digunakan klien.
7. Menilai persepsi klien yang memicu peningkatan intensitas Acne.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidaknyamanan nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
2. Integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit
3. Ansietas berhubungan dengan lesi akne
4. Gangguan citra diri berhubungan dengan rasa mali prustasi terhadap penampila diri
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangya informasi tentang penyakitnya
6. Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan pertahanan primer yang adekuat

INTERVENSI
Diagnosa 1
Ketidaknyamanan nyeri berhubungan dengan proses inflamasi
a. Kaji adanya nyeri
b. R/ Untuk mengetahui nyeri yang dirasakan
c. Hindari bahan-bahan atau benda-benda yang menyebabkan nyeri
d. R/ Mencegah timbulnya nyeri
e. Intruksikan klien untuk menjauhkan tanganya dari wajah
f.

R/ Menghindari garukan tangan yang menyebabkan nyeri.

g. Kolaborasi medis pemberian analgetik sesuai indikasi


h. R/ Mengurangi nyeri
Diagnosa 2
Integritas kulit berhubungan dengan kerusakan permukaan kulit
a. Kaji derajat acne untuk mengetahui seberapa parah lesi pada kulit.
b. R/ Mengetahui tingkat keparahan guna memberikan terapi yang tepat.
c. Hindari keadaan kulit yang terlalu lembab.
d. R/ Mencegah produksi minyak berlebih
e. Anjurkan klien untuk menghindari garukan pada daerah yang terkena acne atau lesi
f.

R/ Mencegah kerusakan integritas kulit

g. Anjurkan klien untuk menghindari pemakaian kosmetik yang mengandung bahan


kimia.
h. R/ Mencegah kerusakan permukaan kulit
i.

Kolaborasi : pemberian terapi topical dan sistemik.

j.

R/ Mempercepat proses penyembuhan.

Diagnosa 3
Ansietas berhubungan dengan lesi akne
a. Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
b. Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa aman untuk mendiskusikan
perasaan
c. Observasi derajat ansietas pasien
d. Informasikan pasien bahwa perasaannya normal
e. Berikan kenyamanan fisik,lingkungan tenang dan istirahat
9

Diagnosa 4
Gangguan citra diri berhubungan dengan rasa mali prustasi terhadap penampila diri
a. Berikan motivasi dan harapan kepada klien bahwa penyakitacne dapat diobati
b. R/ Mengurangikecemasan dan meningkatkan rasa percaya diri
c. Berikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaanya
d. R/ Mengurangi kecemasan
e. Anjurkan klien untuk melakukan pengobatan secara konsisten
f.

Mempercepat proses penyembuhan

Diagnosa 5
Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangya informasi tentang penyakitnya
a. Tekankan pada klien bahwa masalah yang dihadapinya tidak berhubungan dengan
ketidakbersihan, kesalahan makan, aktivitas seksual, ataupun kesalahan konsep
lainnya yang sering dijumpai.
b. Informasikan mengenai obat-obat oral serta topical beserta efek sampingnya yang
potensial.
c. Diskusikan perawatan kulit contohnya : Penggunaan pelembab dan pelindung sinar
matahari
d. Berikan HE tentang hygiene pencegahan dan pengobatan penyakitnya.
e. Tekankan pentingnya mengevaluasi perawatan

Diagnosa 6
Resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan pertahanan primer yang adekuat
a. Tekankan klien untuk tidak memijat jerawat atau mengotak-ngatiknya.
b. Pertahankan personal hygiene, terutama pada area tangan
c. Observasi keadaan luka pasien
d. Gunakan teknik septic dan aseptic selama perawatan luka
e. Tekankan teknik cuci tangan yang baik untuk setiap individu yang kontak dengan
pasien
f.

Kolaborasi pemberian antibiotik

10

3. Bagaimana terapi yang dapat diberikan untuk masalah tertentu ?


Pengobatan atau Terapi
Tujuan pengobatan akne adalah mencegah timbulnya sikatrik serta mengurangi
frekuensi dan kerasnya eksaserbasi akne, untuk itu, selain diperlukan obat-obatan juga
diperlukan kerjasama yang baik antar si penderita dengan dokter yang merawatnya.
Obat-obatan
Ada tiga hal yang penting pada pengobatan akne:
a. Mencegah timbulnya komedo : biasanya dipakai bahan-bahan pengelupasan kulit
b. Mencegah pecahnya mikrokomedo atau meringankan reaksi keradangan.dalam hal
ini, antibiotika mempunyai pengaruh.
c. Mempercepat resolusi beradang.
Tiap-tiap bahan kimia atau iritan fisik dapat menambah aliran darah, dapat
mempercepat regresi lesi yang beradang, karena dapat mempercepat hilangnya
mediator perradangan dan bahan-bahan toksik:
Iritan fisik:
o

Sinar UV

Cryo Slush: CO2 padat, nitrogen cair, dan freon.

Iritan Kimiawi :
Resorsinol, sulfur, fenol, asam salisilat dan lain-lain.
Pengobatan akne memerlukan waktu yang lama berbulan-bulan bahkan
sampai bertahun-tahun. Untuk mengontrol penyakitnya dan mencegah terjadinya
sikatrik. Akne ringan hanya membutuhkan terapi topical, sedangkan penderita akne
sedang dan berat membutuhkan terapi oral dan topical. Penderita mungkin
membutuhkan antibiotika oral secara.
Obat-obatanya :
o

Azalaic Acid

: Untuk tipe acne yang masih berbentuk komede dipakai 2x

sehari.

11

Antibiotik : Untuk acne yang sudah meradang . Bentuknya dapat berupa gel
,lation,dan dapat juga kombinasi denga antibiotic oral.

Retinoid

: (Vitamin A) dapat mencegah perluasan acne dan dapat mengobati

tipe acne yang tanpa peradangan dapat diberikan berupa krim yang dioleskan .
Namun obat ini dapat meningkatkan kadar lemak darah sehingga harus dengan
rekomendasin dokter.
o

Pil KB

: Yang dapat diberikan pada wanita yang terserang acne seiring

dengan siklus mentruasi , Pil KB berisi estrogen yang dapat mencegah


terbentuknya acne
Adapun Menurut Indramuhtad. Weebly. Com pengobatan dibagi menjadi
beberapa bagian yaitu :
I. Pengobatan topikal
Pengobatan topical yang paling banyak adalah benzoil peroksida, vitamin A
asam, dan antibiotika topical.
Sulfur dan resorsinol telah dipakai selama bertahun-tahun sebagai bahan
yang mengadakan pengelupasan kulit (peeling) atau mengeringkan jerawat. Sulfur
sampai sekarang masih dipakai. Zat dapat bersifat komedogenik dan komedolitik.
Zat ini merupakan counter iritan yang efektif. Asam salisilat dalam propelen glikol
dan etil laktat mungkin juga berguna.
a. Tretinoin (vitamin A asam)
Tretinoin adalah suatu obat kerass yang dapat menyebabkan eritema hebat
dengan pengelupaan kulit, biasanya disertai rasa seperti tersengat atau terbakar,
pada permulaan, penderita dianjurkan untuk memakai obat sekali sehari pada
malam hari. Bila terjadi eritema dan diskuamasi setelah lima hari obat dpat
dipakai untuk dua kali sehari. Efeknya tergantung pada konsentrasi, bahan dasar
yang dipakai, jenis kulit yang diobati, dan umur penderita. Pada umumnya hasil
terapi baru tampak setelah 8 minggu pengobatan.
Cara kerja tretinoin :

Komedolitik: mencegah sel-sel tanduk melekat satu sama lain dengan


menghambat pembentukan tonofilamen dan mengurangi ikatan antara
sel-sel keratin

Mempercepat pergantian sel epitel folikel

12

Epitel folikel yang membentuk mikrokomedo menjadi lebih permiabel,


sehingga bahan-bahan toksik dapat lebih mudah keluar dan komedo akan
pecah.

Sebagai counter-iritan, karena menyebabkan vaskularisasi bertambah


dan membantu resorpsi papula dan nodul yang sukar hilang.

Pada pemakaian tretinoin dianjurkan :


a. Menghindar dari sinar matahari
b. Tidak mencuci muka terlalu sering
c. Tidak memakai obat terlalu banyak
d. Hati-hati pemakaian disudut mulut, hidung, dan mukosa.
Iso tretinoin. Disbanding denga tretinoin, sifat komedogeniknya 80% dari
tretinoin, anti-inflamasi lebih baik dan kurang ritatif.
b. Benzoil peroksida
zat ini tidak saja membunuh bakteri, melainkan juga menyebabkan deskuamasi
dan juga timbulnya gumpalan di ddalm folikel. Pada permulaan pengobatan,
pasien merasa seperti terbakar. Gejala ini akan berkurang dalam beberapa
minggu. Sebaiknya dimulai dari dosis rendah dahulu, kemudian lambat laun
diganti dengan dosis tinggi. Efek samping pada pemakaian lama adalah
sensitisasi secara kontak (2,5 % dari kasus).
Cara kerja:

Anti bakteri yang kuat

Komedolitik

counter-iritan

Dibanding dengan vitamin A asam benzoil peroksida


1. kurang menyebabkan iritasi dan rasa tak menyenangkan bagi penderita.
2.Tidak menyebabkan bertambah hebatnya (flare-up) akne pada bulan pertama
pengobatan.
3. Mengeringkan pustula lebih tepat daripada tretinoin.
13

4. Pada bentuk komedo, kurang efektif dibandingkan dengan tretinoin.


Kombinasi vitamin A asam dengan benzoil peroksida. Bila vitamin A asam dan
benzoil peroksida digunakan bersama-sama, diperoleh efek sinergistik, tetapi
sayang keduanya tak dapat dipakai bersama-sama dalam satu bahan dasar.
Vitamin

asam

dapat

menyebabkan

kulit

lebih

permiabel

sehingga

meningkatkan konsentrasi benzoil peroksida dalam jaringan


c. Antibiotika topical
Pemakaian bahan antimikroba dapat dibenarkan, bila mengurangi populasi C.
Acnes atau hasil metabolismenya seperti lipase atau porfirin. Tetapi tak satupun
bahan-bahanyang memiliki efek seperti ini terdapat dalam bentuk krem, larutan,
jel, dan sabun.
Antibiotika yang sering dipakai :
o

Clindamisin 1 %: relatif stabil, kecuali pada beberapa kasus terjadi colitis


pseudomembranosa.

Eritromisin 2 % : tidak mengadakan iritasi dan dapat menyebabkan suatu


dermatitis kontak.

Tetrasiklin 0,5 % -5 % : sekarang jarang dipakai karena menyebabkan kulit


berwarna kuning.

d. Asam aseleik
Suatu dikarbosilisik yang dapat mengurangi jumlah C. Acnes.
Efeknya :
o

Sama dengan benzoil peroksida, vitamin A asam, eritromisi topical,


tetrasiklin oral.

Mengurangi granula keratohialin pada saluran pilosebasea

Sifat iritasinya lebih kecil dan dapt ditolelir dengan baik

Mempunyai efek anti inflamasi

e. Asam-asam alfa hidroksi (AAAH)


Mekanisme kerja

Konsentrasi rendah : mengurangi kohesi korniosit berguna untuk lesi yang


tidak beradang.

Konsentrasi tinggi :
o

Epidermolisis subkorneal atap pustula pecah.

Dermis : mensintesa kolagen baru.

14

Efek asam alfa hodroksi tergantung pada macam, konsentrasi, vehikulum,


waktu pajanan dan kondisi-kondisi lain.
1. Antibiotika Oral
Karena obat-obat ini digunakan dalam jangka waktu yang lama, toksisitasnya
harus rendah. Dalam hal ini, tetrasiklin merupakan antibiotika primer, sebab
sudah diketahui aktivitas dan toksisitasnya. Nampaknya eritromisin juga
mempunyai efek terapi yang sama dan cukup aman.
Indikasi primer antibiotika oral adalah bentuk papulopustular sedang sampai
berat akne.
II. Pengobatan Sistemik
1. Antibiotika
Antibiotik sistemik digunakan pada lesi acne dengan inflamasi. Antibiotik
sistemik juga mempunyai efek langsung terhadap reaksi inflamasi yaitu dengan
menekan faktot kemotaktik.
Antibiotik yang sering dipakai adalah :
a. Tetrasiklin
Yang paling dikenal adalah tetrasiklin HCL, doksisiklin, minosiklin.

Efektif terhadap Corynebakterium Acnes invitro

Dapat menghambat lipase ekstra seluler yang dikeluarkan oleh


bakteri.

Terkonsentrasi pada tempat peradangan.

Dosis konvensional: tetrasiklin 1 gram per hari diberikan setengah jam


sebelum makan.
Minosiklin : diabsorbsi lebih bagus dan tidak dipengaruhi oleh makanan, akan
tetapi mahal. Dosis 50-100 mg perhari.
Dimiklosiklin 600 mg perhari

15

b. Eritromisin
Eritromisin adalah obat pilihan untuk penderita yang sensitive terhadap
tetrasiklin atau wanita hamil.
Eritromisin dan eritromisin stearat adalah bentuk yang dapat diterima.

Mempunyai efek bakterisida terhadap C. Acnes.

Tak menghambat lipase C. Acnes.


Dosis : 1 gr / hari

c. Linkomisin dan Klindamisin


Keduanya merupakan obat yang paling baru dan sama efektivitasnya. Sering
menyebabka colitis pseudomembranosa.
Klindamisin :

Efektif untuk akne yang terbentuk kistik

Absorbsinya tak berpengaruh makanan

Dapat menghambat lipase C. Acnes.

d. Trimetoprim
Obat ini sama efektif dengan tetrasiklin, dapat diberikan pada penderita yang
tidak respon / toleran terhadap tetrasiklin dan eritromisin. Berguna untuk folikulitis
gram negatif.
2. Isotretinoin
Aspek yang nyata dari pengobatan isotretinoin adalah remisi yang komplit
pada hamper semua kasus dan remisi dapat bertahan selama beberapa bulan
sampai beberapa tahun.
Isotretinoin merupakan derifat vitamin A sintetik yang mempengaruhi
keratinisasi dengan menekan produksi sebum dan pertumbuhan P. Acne.
Efek samping isotretinoin pada kulit dan mikosa berupa kheilitis ,
konjungtivitis, kulit dan mulut kering dan efek samping lainnya adalah psudotumor
serebry , sakit kepala, penurunan visus dimalam hari dan hyperostosis yang
asimtomasis
16

3. Hormon
Pemakaiaan pada terafi acne bertujuan untuk menghambat efek androgen pada
kelanjar sebasea, obat yang digunakan adalah :
a. Glukokortikoid
Digunakan untuk acne karena mempunyai efek anti inflamasi dan dapat
mengurangi produksi androgen adrenal
b. Gonadotropin Relasing hormone agonist
Bekerja pada kelanjar pituitary dengan menghambat siklus pelepasan
gonadotropin sehingga menekan streoidogenesis ovarium. Obat ini efektif
untuk acne dan hirsutism. Penggunaannya terbatas karena efek sampingnya
berupa gejala monopous.
c. Antiandrogen
Siproteron asetat bekerja dengan menghambat reseptor androgen. Untuk
pengobatan acne diberikan dalam bentuk kombinasi dengan etinil estradiol
sebagai kontasepsi oral.

17

BAB IV
KESIMPULAN
Acne Vulgaris adalah Kondisi abnormal kulit akibat gangguan berlebih produksi
kelenjar minyak yang menyebabkan penyumbatan saluran felikel Rambut dan pori-pori kulit
gambaran khasnya komedo,papul,pustur,nodus dan kista pada tempat-tempat prediksinya
dan dimana keadaan kelenjar pilosebaseus mengalami over stimulasi oleh hormone
androgen yang bersirkulasi dalam sebum yang bisa muncul dibagian=bagian tubuh tertentu
yaitu Muka,dada dan punggung bagian atas.

18

DAFTAR PUSTAKA
Andrianto, P., dan Sukardi, E., 1988, Kapita Selekta Dermato-Venerologi, Akne Vulgaris,
EGC, Jakarta, Hal : 132-135.
Strauss, J. S., 1991, Acne & Rosacea, Dermathology, Ed. Milton Orkin, dkk., firs edition,
Alarge Medical Book, Hall International Inc., Minnesota, Hal : 332-339.
Wasitaatmadja, S., 2002, Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea, Rinofema, Ilmu Penyakit kulit
Dan Kelamin, Ed. Adhi Djuanda, Edisi ke-3, Cetak ulang 2002 dengan perbaikan, FKUI, Hal
:235-241.
Widjaja, E., 2000, Rosasea dan Akne Vulgaris, Ilmu Penyakit Kulit, Ed. Marwali Harahap,
Cetakan 1, Hipokrates, Jakarta, Hal :31 45.
Siregar , R. S., Akne Vulgaris, Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit, Ed. Carolin wijaya &
Peter Anugrerah, Cetakan III, EGC, Jakarta, Hal : 209 214.

19

Anda mungkin juga menyukai