Anda di halaman 1dari 10

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Judul : pengaruh lingkungan belajar terhadap prestasi belajar siswa kelas V MI


Al Maarif 02 Singosari Kabupaten Malang (Studi Kasus Di SMA Negeri 1
Purbalingga)

2. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan yang vital bagi individu. Dalam arti sederhana
pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai
dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demikian, pendidikan bukan
hanya berkaitan dengan aspek kognitif atau pengetahuan saja yang ditekankan, melainkan
juga berkaitan aspek budaya atau perilaku yang juga ikut ditularkan kepada seorang anak. Hal
tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No.
20 Tahun 2003 tentang tujuan Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang berbunyi:
Pendidikan Nasional bertujuan mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dan jika berbicara mengenai penularan pendidikan yang notabene juga berisi
kebudayaan (sikap, perilaku, dan lain-lain), sangat berkaitan dengan pendidikan informal atau
pendidikan dalam keluarga. Pendidikan informal sejatinya merupakan pendidikan pertama
yang diperoleh seorang anak di dalam keluarga, tentunya sebelum anak terjun dalam
masyarakat dan menuju ke jenjang pendidikan formal. Fuck (2011) mengatakan bahwa
pendidikan di dalam keluarga merupakan pendidikan kodrati. Apalagi setelah anak lahir,
pengenalan diantara orang tua dan anak-anaknya yang diliputi rasa cinta kasih, ketentraman
dan kedamaian. Anak-anak akan berkembang kearah kedewasaan dengan wajar di dalam
lingkungan keluarga segala sikap dan tingkah laku kedua orang tuanya sangat berpengaruh
terhadap perkembangan anak, karena ayah dan ibu merupakan pendidik dalam kehidupan
yang nyata dan pertama sehingga sikap dan tingkah laku orang tua akan diamati oleh anak

baik disengaja maupun tidak disengaja sebagai pengalaman bagi anak yang akan
mempengaruhi pendidikan selanjutnya.
Lebih lanjut, pendidikan informal pasti akan selalu dilakukan di berbagai keluarga yang
ada, tidak terkecuali pada keluarga di Jawa, lebih spesifiknya yaitu di daerah Purbalingga,
Jawa Tengah. Daerah Purbalingga merupakan daerah yang termasuk dalam wilayah Jawa.
Oleh sebab itu, budaya yang ada juga tidak jauh berbeda dengan budaya yang ada di daerahdaerah Jawa lainnya. Sebagaimana dipahami bahwa budaya jawa adalah budaya yang
menjunjung tinggi nilai-nilai atau adat istidat yang sudah diterapkan oleh masyarakat
(Idrus,2012). Orang tua Jawa termasuk di daerah Purbalingga, mempunyai ciri khas tersendiri
yang tentunya tidak dimiliki oleh budaya lain. Idrus (2012), menyebutkan beberapa ciri
antara lain membelokkan dari tujuan yang tidak diinginkan, menunda kebutuhan sesaat,
mengajarkan kepatuhan, mengajarkan kesopanan, memberi perintah terperinci tanpa
emosional, memberi hadiah, dan mengajarkan kesopanan pada anak.
Kaitannya antara pendidikan informal yang diberikan orang tua terhadap anaknya dengan
kebudayaan yang ada di daerah Purbalingga jelas terlihat, dimana orang tua akan menularkan
kebudayaan yang memang berkembang di wilayahnya dengan pendidikan informal
(enkulturasi) semenjak si anak masih kecil. Diharapkan si anak akan menjadi orang yang
berbudaya, menjadi orang yang memang diharapkan oleh masyarakat. Namun, implikasinya
justru menjalar pada proses pendidikan formal si anak ketika ia sudah menjadi seorang siswa
di sekolah. Karakter yang sudah terbentuk melalui pendidikan informal di keluarga, ternyata
berpengaruh juga bagi sikap negatif anak (siswa) dalam proses pembelajaran di dalam kelas.
Kasus yang dapat ditemukan dalam hal ini yaitu tidak semua siswa dalam suatu kelas
mempunyai sikap yang aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan kata lain yaitu
pasifnya siswa dalam mengikuti proses belajar-mengajar di sekolah. Jika ditelaah, perilaku
dari para siswa di Purbalingga tersebut, ada kaitannya dengan pendidikan informal yang
sudah diterima seorang anak di keluarganya. Inilah yang menjadi permasalahan pendidikan
yang terjadi di wilayah Purbalingga, bahkan juga dalam lingkup Jawa.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih mendalam atau
mengadakan penelitian tentang Pengaruh Pendidikan Keluarga Terhadap Kepasifan Anak
Dalam Mengikuti Proses Pembelajaran Di Kelas. Studi kasus dari penelitian ini yaitu di
SMA Negeri 1 Purbalingga. Peneliti membuat penelitian ini memang berangkat dari

pengalaman reflektif penelitisendiri, dimana peneliti memang berasal dari daerah


Purbalingga.
Alasan-alasan yang Mendorong Peneliti :
1. Adanya kecenderungan bahwa disetiap sekolah atau lebih spesifiknya di kelas,
terdapat siswa yang pasif dalam mengikuti proses pembelajaran. Sehingga perlu perlu
mendapat perhatian dan penanganannya.
2. Salah satu penanganannya adalah perlunya mencari latar belakang masalah tersebut.
3. Salah satu indicator yang menyebabkan kepasifan siswa di dalam kelas yaitu
pengaruh dari didikan orang tuanya (pendidikan informal).
4. Disisi lain diagnosa pendidikan orang tua (keluarga) didalam dunia pendidikan formal
dirasa cukup penting dan perlu untuk dibahas dan diteliti. Keduanya mempunyai
hubungan yang erat, pendidikan informal merupakan pendidikan pertama dari seorang
anak, sebelum anak tersebut melanjutkan lagi ke jenjang pendidikan formal yaitu di
sekolah. Bisa saja pendidikan yang sudah didapatkan oleh anak di keluarganya,
dibawa sampai ke ranah pembelajaran di kelas.
5. Bahwa keaktifan dan kepasifan siswa dalam suatu lembaga pendidikan formal
merupakan hal yang sangat pokok untuk diperhatikan. Apalagi sekarang masih
berlaku kurikulum 2013 di beberapa sekolah dan SMA Negeri 1 Purbalingga
merupakan salah satu sekolah di Purbalingga yang masih menggunakan kurikulum
tersebut.
6. Seperti yang sudah kita ketahui bersama, dalam kurikulum 2013 terdapat aspek
Afektif yang harus ada dalam setiap pembelajaran, termasuk penilaian. Sikap aktif
dan pasif dari seorang siswa termasuk indikator aspek Afektif dalam kurikulum 2013.
Sehingga penting untuk diteliti.
7. Peneliti merasa, belum ada penelitian yang membahas tentang Pengaruh Pendidikan
Keluarga Terhadap Kepasifan Anak Dalam Mengikuti Proses Pembelajaran Di
Kelas. Apabila terwujud, tentunya akan sangat bermanfaat.
8. Peneliti merupakan orang asli Purbalingga, sehingga tidak akan kesulitan untuk
meneliti terkait dengan permasalahan yang ada. Apalagi masalah dalam penelitian ini
juga berangkat dari pengalaman reflektif dari peneliti selama mengikuti proses
pembelajaran di sekolahnya (di Purbalingg).

3. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang peneliti kemukakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Apakah terdapat pengaruh pendidikan keluarga terhadap kepasifan siswa SMA Negeri
1 Purbalingga?
2. Bagaimana pengaruh pendidikan keluarga terhadap kepasfan siswa SMA Negeri 1
Purbalingga?
3. Seberapa besar pengaruh pendidikan keluarga terhadap kepasifan siswa SMA Negeri
1 Purbalingga?

4. Tujuan
Secara umum penelitian ini bertujuan menganalisis Pengaruh Pendidikan Keluarga
Terhadap Kepasifan Anak Dalam Mengikuti Proses Pembelajaran Di Kelas, pada SMA
Negeri 1 Purbalingga. Adapun secara khusus tujuan dari penelitian ini sesuai dengan rumusan
masalah yakni :
1. Untuk menjelaskan apakah terdapat pengaruh pendidikan keluarga terhadap kepasifan
siswa SMA Negeri 1 Purbalingga.
2. Untuk menjelaskan pengaruh pendidikan keluarga terhadap kepasfan siswa SMA
Negeri 1 Purbalingga.
3. Untuk menjelaskan seberapa besar pengaruh pendidikan keluarga terhadap kepasifan
siswa SMA Negeri 1 Purbalingga.

5. Manfaat Penelitian
Setiap penelitian pastilah mempunyai suatu manfaat atau kegunaan. Adapun hasil penelitian
ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :
Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian dan pengembangan
ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya
yang berkaitan dengan masalah sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran di kelas
(kepasifan siswa ketika mengikuti pembelajaran).
Bagi Orang Tua
Penelitian ini, diharapkan dapat memberikan pengetahuan baru bagi para orang tua (terutama
orang tua di daerah Purbalingga). Hal tersebut berguna bagi orang tua ketika mereka hendak
mendidik anaknya.
Bagi Guru
Melalui hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi masukan bagi guru untuk setidaknya
dapat memahami sikap para siswanya yang memiliki sikap pasif selama proses pembelajaran.
Selain itu, juga dapat menjadi pertimbangan guru dalam memberikan penilaian terhadap
siswa-siswa tersebut.

6. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan penjelasan atas konsep atau variabel penelitian yang ada
dalam judul penelitian. Definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Pendidikan Keluarga (Pendidikan Informal)
2. Kepasifan Siswa

BAB II
TELAAH PUSTAKA

1. Kajian Pustaka
1. Pendidikan Keluarga (Pendidikan Informal)
a. Pengertian Keluarga
b. Pengertian Pendidikan Keluarga (Pendidikan Informal)
2. Kepasifan Siswa
a. Pengertian Siswa Pasif
b. Indikator Pengukur Kepasifan Siswa
Kemudian disajikan perbedaan dan persamaan bidang kajian yang diteliti antara peneliti
dengan peneliti-peneliti sebelumnya. Hal demikian diperlukan untuk menghindari adanya
pengulangan kajian terhadap hal-hal sama. Dengan demikian akan diketahui sisi-sisi apa saja
yang membedakan antara penelitian kita dengan penelitian-penelitian terdahulu.
Beberapa penelitian lain memiliki kaitan dengan penelitian ini, antara lain penelitian yang
dilakukan oleh I Wayan Rai pada tahun 2005 dengan judul Hubungan Lingkungan Keluarga
Dengan Hasil Belajar Sosiologi Pada Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri Di Singaraja.
Dalam penelitian tersebut di jelaskan tentang hubungan lingkungan keluarga dengan hasil
belajar sosiologi. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara
faktor lingkungan keluarga terhadap prestasi belajar sosiologi siswa. Persamaan dengan
penelitian ini di variabel bebasnya yaitu tentang keluarga (pendidikan dalam keluarga),
sedangkan variabel terikatnya merupakan hal yang saling berbeda. Dalam penelitian I Wayan
Rai tersebut, variabel terikatnya yaitu prestasi belajar siswa, sedangkan dalam penelitian ini
variabel terikatnya yaitu kepasifan siswa.

Penelitian serupa juga di lakukan oleh Rian Adhe Widana Putra, dengan judul Pengaruh
Kebiasaan Belajar, Komunikasi Interpersonal Dan Pola Asuh Orangtua Terhadap Keaktifan
Belajar Siswa Kelas Xi Smk Muhammadiyah Prambanan. Hasil penelitian tersebut antara
lain

Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kebiasaan belajar dan pola asuh
orangtua secara bersama-sama dengan keaktifan belajar siswa kelas XI SMK
Muhammadiyah Prambanan tahun ajaran 2013/2014. Sedangkan komunikasi
interpersonal memiliki pengaruh positif namun secara signifikan tidak berpengaruh
terhadap keaktifan belajar siswa kelas XI SMK Muhammadiyah Prambanan dengan
koefisien determinasi sebesar 10,5%,

Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kebiasaan belajar dengan
keaktifan belajar siswa kelas XI SMK Muhammadiyah Prambanan tahun ajaran
2013/2014 dengan koefisien determinasi sebesar 2,45%,

Terdapat pengaruh yang positif namun tidak sigifikan antara komunikasi interpersonal
dengan keaktifan belajar siswa kelas XI SMK Muhammadiyah Prambanan tahun
ajaran 2013/2014 dengan koefisien determinasi sebesar 6,73%,

Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara pola asuh orangtua dengan
keaktifan belajar siswa kelas XI SMK Muhammadiyah Prambanan tahun ajaran
2013/2014 dengan koefisien determinasi sebesar 1,32%.

Apabila dikaitkan dengan penelitian ini, maka terdapat perbedaan. Penelitian dari Rian Adhe
Widana Putra memiliki 3 variabel bebas yakni kebiasaan belajar,kKomunikasi interpersonal
dan pola asuh orangtua, sedangkan dalam penelitian ini variabel bebas hanya 1 yakni
pendidikan keluarga. Sedangkan letak persamaannya ada di variabel terikatnya, dimana
sama-sama memilih Keaktifan Siswa sebagai variabel terikat.
Penelitian yang selanjutnya yaitu dilakukan oleh Sovie Devina Utama & Desi Nurwidawati
(2013), berjudul Hubungan Persepsi Keharmonisan Keluarga Dan Kepercayaan Diri Dengan
Prestasi Belajar Siswa Sma Trimurti Surabaya. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan
nilai signifikansi yang ditunjukkan oleh variabel kepercayaan diri dengan prestasi belajar
adalah 0,126 yang berarti nilainya di atas nilai standart signifikansi yaitu 0,005 dan memiliki
koefisien korelasi sebesar 0,119, yang berarti tidak adanya hubungan antara kepercyaan diri
dengan prestasi belajar. hal ini dapat disimpulkan bahwa pada variabel X1 yaitu
keharmonisan keluarga dan variabel X2 yaitu kepercayaan diri secara bersama-sama tidak

dapat mempengaruhi variabel Y yaitu prestasi belajar siswa SMA Trimurti Surabaya.
Penelitian tersebut tidak memiliki persamaan dengan penelitian ini, karena variabel bebas dan
terikatnya pun sama sekali tidak sama. Variabel bebas sejumlah 2 yaitu keharmonisan
keluarga dan kepercayaan diri, sedangkan variabel terikatnya yaitu prestasi belajar.

Dari ketiga penelitian yang sudah dilakukan oleh orang-orang tersebut, sebenarnya memiliki
perbedaan yang mencolok dengan penelitian ini yang hendak dilakukan oleh peneliti. Dari
variabelnya pun sama sekali tidak ada yang sama. Hal ini menunjukan tingginya originalitas
penelitian ini.

Teori

BAB III
METODE PENELITIAN

Dasar Penelitian
Penelitian ini hendak mengkaji pengaruh pendidikan keluarga terhadap keaktifan siswa di
SMA Negeri 1 Purbalingga. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan Kuantitatif. Penelitian kuantitatif mencakup setiap jenis penelitian yang
didasarkan atas perhitungan persentasi, rata-rata, chi kuadrat dan perhitungan statistik
lainnya. Dengan kata lain, penelitian kuantitatif melibatkan diri pada perhitungan atau angka
atau kuantitas.
Penelitian ini berjenis korelasional yaitu penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat
hubungan variabel-variabel yang berada dalam suatu populasi. Penelitian korelasi, seperti
yang dikatakan Gay (dalam Sukardi, 2012), merupakan salah satu bagian penelitian ex-post
facto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada dan langsung
mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan dalam
koefisien korelasi.
Penelitian ini bukan bukan hanya mendeskripsikan saja tetapi juga bisa memastikan berapa
besar hubungan antar variabel. Karena penelitian ini berjenis korelasional, maka hubungan
antar variabel dalam penelitian ini berbentuk hubungan tidak simetris yang bertujuan
mengetahui besarnya hubungan antar variabel, variabel independen (pendidikan keluarga)
terhadap variabel dependen (keaktifan siswa di kelas). Dengan demikian, nantinya dapat
diketahui dari data yang diperoleh yang telah dianalisis mengenai seberapa besar variabel
independen (lingkungan belajar) memiliki pengaruh terhadap variabel dependen (prestasi

belajar) yang ditunjukkan dengan angka-angka mengingat penelitian ini menggunakan


pendekatan kuantitatif.

Lokasi Penelitian
Sesuai dengan hasil pengamatan dan penjajagan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh
peneliti, maka diperoleh gambaran yang menyeluruh tentang keberadaan MI Al Maarif 02
Singosari Kabupaten Malang sehingga lokasi penelitian dalam karya ini dilakukan di MI Al
Maarif 02 Singosari Kabupaten Malang.
Lokasi tempat penelitian adalah di SMA Negeri 1 Purbalingga. Dipilihnya sekolah ini
sebagai tempat penelitian karena dipandang menarik untuk diteliti berkaitan dengan letak
sekolah yang berdekatan dengan pondok pesantren besar. Letak sekolah yang seperti itu
merupakan tempat yang ideal untuk mengembangkan pembelajaran. Sebab dengan begitu ada
sinergitas antara pendidikan pesantren yang memiliki lingkungan khas islami di padu dengan
pembelajaran dilingkungan sekolah sehingga akan berdampak pada pencapaian prestasi
siswa.

Anda mungkin juga menyukai