Penatalaksanaan Psoriasis Vulgaris
Penatalaksanaan Psoriasis Vulgaris
saluran nafas bagian atas oleh bakteri Streptococcus, merupakan faktor pencetus
timbulnya psoriasis, terutama psoriasis gutata. Obat-obatan tertentu seperti beta
blokers, lithium, dan anti malaria dapat memperburuk atau mencetuskan timbulnya
proriasis. Pajanan sinar matahari secara langsung terutama lebih dari 20 menit dapat
memperburuk psoriasis sekitar 10%. Stress dapat memperburuk psoriasis hingga 3040%. Puncak insiden psoriasis pada waktu pubertas dan menopause. Pada waktu
kehamilan umumnya membaik, sedangkan pada masa pasca partus memburuk 15,16,17
Perubahan morfologik dan kerusakan sel epidermis akan menimbulkan
akumulasi sel monosit dan limfosit pada puncak papil dermis dan di dalam stratum
basalis sehingga menyebabkan pembesaran dan pemanjangan papil dermis. Sel
epidermodermal bertambah luas, lipatan di lapisan bawah stratum spinosum
bertambah banyak. Proses ini menyebabkan pertumbuhan kulit lebih cepat dan masa
pertukaran kulit menjadi lebih pendek dari normal (28 hari menjadi 3-4 hari). Stratum
granulosum tidak terbentuk dan di dalam stratum korneum terjadi parakeratosis. 9
Pengetahuan tentang patogenesis psoriasis telah mengalami banyak perubahan
selama sepuluh tahun terakhir. Semula psoriasis dianggap sebagai gangguan hiperproliferasi keratinosit disertai diferensiasi abnormal epidermis, akan tetapi setelah
adanya publikasi kajian komprehensif pentingnya sitokin dalam imuno- patogenesis
psoriasis, para peneliti mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam tentang peran
utama sel T pada psoriasis. 4
Sitokin pro-inflamasi Th1 (IL-2, interferon gamma dan TNF alfa) mengalami
peningkatan ekspresi pada psoriasis, dan terjadi defisiensi relatif sitokin Th2 (IL-4,
IL-5, IL-6 dan IL-10). Di antara sitokin-sitokin tersebut, TNF- yang paling
berpengaruh langsung pada respon imun dan efeknya merangsang hiperproliferasi
keratinosit.5
TNF- merupakan sitokin proinflamasi yang dapat diproduksi oleh banyak sel
tubuh, melalui aktivasi sel T, keratinosit, dan sel langerhans. TNF- mempunyai
banyak efek pada tingkatan selular, dan efek ini dapat dihubungkan dengan
patofisiologi psoriasis. 6
Faktor genetik berperan. Bila orangtuanya tidak menderita psoriasis resiko
mendapat psoriasis 12%, sedangkan jika salah seorangtuanya menderita psoriasis
A = luas daerah tubuh dalam 4 bagian yang terkena yaitu: kepala dan leher (h=head),
badan (t=trunk), ekstremitas atas (ul=upper limb) dan ekstremitas bawah (ll=lower
limb) serta keparahan eritem (E), ketebalan infiltrat (l) dan skuamasi (S)
Penilaian persentase luas daerah tubuh (A) yang terkena : 7
<10%
10%-29%
30%-49%
50%-69%
70%-89%
90%-100%
Ringan
Sedang
Parah
Sangat parah
1. Kortikosteroid
Dosis kortikosteroid ekuivalen dengan prednisone 30 mg per hari.
Setelah membaik dosis diturunkan perlahan-lahan, kemudian diberi dosis
pemeliharaan. Penghentian obat secara mendadak akan menyebabkan
kekambuhan dan dapat terjadi pustulosa generalisata. 1
2. Obat Sitostatik
Obat sitostatik yang biasanya digunakan adalah metotreksat.
Indikasinya untuk psoriasis, psoriasis pustulosa, psoriasis antritis dengan lesi
kulit, dan eritroderma karena psoriasis yang susah terkontrol dengan obat
standar. 1
Menghambat
kerja
dihydrofolate
aminoimidazol-4-karbokamida
reduktase
ribonukleotida
(DHFR)
(AICAR)
dan
5-
transformylase,
100
mg
sehari.
Efek
sampingnya
ialah
anemia
hemolitik,
1,12,13,14
dan hepatotoksik. 1
7. Anti histamin
Bersifat simptomatik mengurangi rasa gatal. 9
8. Fumeric Acid Esters
Mempengaruhi regulasi redoks intraseluler, menghabat translokasi NFkB. Kontraindikasi : wanita hamil, ibu menyusui, ada riwayat keganasan,
penyakit kronik GI tract dan penyakit ginjal. Efek samping : mual, muntah,
diare, nyeri kepala, limfopenia, gagal ginjal akut. Dosis maximal 1,2 g/hari. 12
9. Hidroksiurea
Menghambat ribonukleotide diphosphate reduktase yang mengubah
ribonucleotides menjadi deoxyribonukleotides dengan demikian terjadi
penghambatan secara selektif terhadap sintesis DNA. Kontraindikasi :
leukopenia, thrombositopeni, anemia, wanita hamil, wanita menyusui dan hatihati pada gangguan ginjal. Efek samping : depresi sumsum tulang, anemia
megaloblastik, mual, muntah dan diare. Dosis 500 mg/hari dinaikan menjadi
1,0-1,5 g/hari jika respon penderita baik dan ditoleransi.12,14
10. 6 -Tioguanin
Merupakan analog purin yang mempengaruhi biosintesis purin
kemudian siklus sel terhenti dan terjadi kematian sel. Kontraindikasi : penyakit
Pengobatan Topikal
1. Ter
Obat topikal ter digunakan sebagai anti radang yang dapat menghambat
proliferasi keratinosit. Menurut asalnya ter dibagi menjadi 3 yakni : 1
a. Fosil, misalnya : Iktiol
b. Kayu, misalnya : oleum kadini dan oleum ruski
c. Batubara, misalnya : liantral dan likuor karbonis detergen
Preparat ter yang terbuat dari kayu dan batubara lebih efektif, tetapi
lebih besar juga menyebabkan iritasi. Ter yang berasal dari kayu berbau
kurang sedap dan memberikan warna coklat kehitaman. Pada psoriasis yang
menahun diberikan ter yang berasal dari batubara, sedangkan psoriasis akut
5. Calcipotriol
Calcipotriol ialah sintetik vitamin D, preparatnya berupa salap atau
krim 50mg/g, efeknya antiproliferasi. Perbaikan setelah satu minggu. Efek
sampingnya berupa iritasi yakni rasa terbakar, tersangat, eritema, dan
skuamasi. Rasa tersebut akan hilang setelah beberapa hari sesudah obat
dihentikan. 1
6. Tazaroten
Obat ini merupakan molekul retinoid asetilinik topical, efeknya
menghambat proliferasi dan normalisasi pertanda diferensiasi keratinosit dan
menghambat petanda proinflamasi pada sel radang yang menginfiltrasi kulit. 1
Tazaroten tersedia dalam bentuk gel dan krim dengan konsentrasi
0,05% dan 0,1%. Bila dikombinasi dengan steroid topikal potensi sedang dan
kuat akan mempercepat penyembuhan dan mengurangi iritasi. 1
Efek sampingnya ialah iritasi berupa gatal, rasa terbakar, eritema pada
30% kasus, dab bersifat fotosensitif. 1
7. Emolien
Emolien adalah lanolin dan minyak mineral. Efek emolien ialah
melembutkan permukaan kulit. Pada batang tubuh, Ekstremitas atas dan
bawah, digunakan salap dengan bahan dasar vaselin, fungsinya Meningkatkan
daya penetrasi bahan aktif. 1
8. ODT (oxidant drainage therapy)
Psoriasis biasanya terjadi di daerah yang lembab seperti lipatan ketiak,
selangkangan, dan daerah genital, tetapi terdapat juga di kulit yang terbuka
seperti di kulit wajah atau punggung. Psoriasis terjadi karena adanya timbunan
oxidant di daerah kulit dan dapat timbul rasa nyeri karena ujung syaraf
mengalami peradangan yang tertekan oleh oxidant. 8
Dengan dikeluarkan oxidant yang terkumpul maka rasa nyeri akan
spontan hilang setelah terapi. Pemberian anti oxidant 2 x 3 tablet per hari juga
dibutuhkan. 8
Terapi Biologis
Terapi yang menggunakan protein (agen biologi) dalam bentuk antibodi
monoklonal, protein fusi, dan sitokin rekombinan yang bekerja selektif pada elemen
spesifik sistem imun. 18
Kesimpulan
Psoriasis merupakan penyakit kronik rekuren pada kulit dengan gambaran
klinis yang bervariasi. Lesi pada psoriasis berupa eritropapuloskuamosa yang
menunjukkan keterlibatan vaskuler dan epidermis. Sampai saat ini, penyebab pasti
penyakit ini belum diketahui. Namun, faktor genetik diduga memegang peranan
penting pada beberapa kasus.
Prevalensi penyakit ini bervariasi diseluruh dunia, hal ini mungkin
dipengaruhi oleh lingkungan.
Daerah predileksi psoriasis adalah batas rambut kepala, lutut, siku,
lumbosakral dan kuku. Namun, secara umum daerah predileksinya adalah di daerah
ekstensor yaitu daerah yang mudah terkena trauma.
Pengobatan psoriasis dapat dilakukan secara topikal, sistemik, dengan
penyinaran dan sekarang ada lagi pengobatan secara biologi.
Pengobatan secara sistemik dilakukan apabila pengobatan secara topikal tidak
memberikan perbaikan atau pada psoriasis derajat sedang sampai berat berdasarkan
skor PASI.
Daftar Pustaka
Adhi Djuanda, Hamzah Mochtar, Siti Aisah, Editors. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi 5. Dermatosis Eritrosquamosa. Jakarta: FK UI. 2007.
Prinz JC. 2010. From bench to bedside translational research in psoriasis.
Dermatology; 24: 1-4.
Fitra Deny, Sri Lestari,KS, Isramiharti, Zainal H, dkk., Respon Klinis dan Histologik
pada Psoriasis Vulgaris Tipe Plak Rekalistran yang di Terapi Metrotreksat di RS DR.
M. Djamil Padang. Majalah Kedokteran Andalas No.2. Volume 28. Juli Desember
2004.
Steinhoff M, Luger TA. The skin cytokine network. Dalam: immun system cutaneous
immunology and clinical immunodermatology Bos JD, ed. Skin. 3 Amsterdam. CRC
Press LLC: 2005;349-72.
Peters BP, Weissman FG, Gill MA. Patophysiology and treatment of psoriasis. Am J
Health Syst Pharm. April 2000:V ol. 57:645-59.
Krueger JG. The immunologic basis for the treatment of psoriasis with new biologic
agents. J Am Acad Dermatol. 2002;46:1-23.
Budiastuti Asih, Korelasi Kadar TNF- dan Skor Psoriasis Area and Severity Index
(PASI) pada Pasien Psoriasis. Semarang: FK UNDIP, 2011.
Sdmx
Baru..
Atlas..
Jurnal..
Gudjonsson JE, Elder JT. Psoriasis. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest
BA, Paller AS, Leffell DJ, eds. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine
Volume one. Sevent edition. New York: MeGraw Hill. 2008. Pp 169-193.
Woodfork KA, Dyke KV, Sikic BI. Antiinflammatory and antirheumatic drugs-The
rational basis for cancer. In: Modern pharmacology with clinical application. Sixth
Edition. Pp 432-661.
Katzung BG. Basic & Clinical Pharmacology. 9th Edition. Pp 826-1468.
Hunter JAA, Savin JA, Dahl MV. Psoriasis. In: Clinical Dermatology. Third Edition.
Victoria, Australia. Blackwell Science Ltd.2003. Pp 48-62.
Gawkrodger DJ. Psoriasis-epidemiology, pathophysiology, presentation, complication
and management. In: Dermatology an Illustrated Colour Text. Third Edition. Sheffield
UK. Churchill Livingstone. 2002. Pp 26-29
Tambah 1
medicastore