Filsafat Ilmu
Disusun Oleh:
Alfi Bisri M
130034022
2013B
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiratTuhan yang Maha Esa yang telah memberikan, rahmat, tauhid serta
hidayahnya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas mata
kuliah Filsafat Ilmu.
Makalah ini selain disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu juga untuk
sedikit memberikan sumbangan ilmu pengetahuan kepada pembaca. Sebagai sumber referensi
bagi siapa saja yang ingin mengetahui tentang Hakikat Sejarah dan Fenomenologi.
Dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari berbagai dukungan pihak-pihak terkait
yang tidak bisa disebutkan satu persatu oleh penyusun. Sehingga penyusun mengucapkan banyak
terimakasih kepada semua pihak yang ikut membantu kelancaran makalah ini. Penyusun
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, sehingga makalah ini memerlukan
penyempurnaan di masa yanga akan datang.
Harapan penyusun makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukan dan
dapat mempermudah utuk keperluan tertentu.
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................. i
Daftar Isi.......................................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang.................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................. 1
1.3 TujuanPenulisan................................................................................................ 1
BAB II Pembahasan
2.1 Pengertian Sejarah............................................................................................ 2
2.2 Hakikat Sejarah................................................................................................ 3
2.3 Macam macam Reduks Sejarah......................................................................... .....3
BAB III Penutup
3.1 Kesimpulan........................................................................................................4
3.2 Saran.................................................................................................................4
BAB 1
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sejarah
Sejarah ialah kenangan dari tumpuan masa silam. Hal ini diungkapkan oleh Robert V.
Daniel. Kenangan yang dimaksud di sini adalah hal-hal yang ditangkap oleh memori manusia
terhadap peritiwa yang ia lihat. Apa yang ia lihat dapat menjadi tumpuan dalam mengetahui
peristiwa masa lalu. Walaupun demikian, kenangan yang ditangkap tersebut mengalami
keterbatasan. Keterbatasan yang dimaksud adalah kemampuan manusia dalam mengingat.
Semakin lama peristiwa itu dikenang, biasanya semakin sukar manusia untuk mengingat kembali
apa yang ia lihat atau dialaminya. Peristiwa Tsunami yang terjadi di Aceh akan menjadi sejarah
tentang bencana di Indonesia. Bagi mereka yang mengalaminya, peristiwa Tsunami tersebut akan
menjadi kenangan dan kenangan tersebut akan menjadi tumpuan bagi orang yang akan menulis
sejarah bencana.Menurut sejarawan Sartono Kartodirdjo, hakikat sejarah di batasi oleh dua
pengertian, yaitu sejarah objektif dan sejarah subjektif
a. Sejarah objektif, yaitu peristiwa atau kejadian masa lampau apa adanya
Objektivitas adalah hal-hal yang bisa diukur yang ada di luar pikiran atau persepsi
manusia. Sikap objektifitas tidak akan dipengaruhi oleh pendapat pribadi atau golongan didalam
mengambil keputusan. Jadi, objektivitas adalah usaha mendekatkan diri pada obyek atau dengan
kata lain berarti bertanggung jawab pada kebenaran objek. Seorang sejarawan dalam
merekonstruksi sejarah, harus mendekati objektivitas, karena akan didapat gambaran rekonstruksi
yang mendekati kebenaran.
b. Sejarah subjektif, yaitu hasil penafsiran (rekonstruksi) sejarawan atas peristiwa masa lampau.
Subjektivitas adalah kesaksian atau tafsiran yang merupakan gambaran hasil parasaan
atau pikiran manusia. Jadi, subjektivitas adalah suatu sikap yang memihak dipengaruhi oleh
pendapat pribadi atau golongan, dan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang melingkupinya. Dalam
sejarah sukyektifitas banyak terdapat dalam proses interpretasi. Sejarah, dalam mengungkapkan
faktanya membutuhkan interpretasi dan interpretasi melibatkan subyek. Dalam subjektivisme,
dimana objek tidak lagi dipandang sebagaimana seharusnya, tetapi dipandang sebagai kreasi dan
konstruksi akal budi.
2
Hakikat sejarah:
1. Sejarah sebagai peristiwa : peristiwa2 yang telah terjadi sejak masa lampau.
2. Sejarah sebagai kisah : peristiwa atau kejadian yang kejadian pada masa lampau kedalam suatu
tulisan sehingga dapat dibaca dengan lebih baik dan mudah dipahami.
3. sejarah sebagai ilmu : sejarah dikataka sebagai ilmu, karena memiliki syarat-syarat keilmuan.
syarat-syarat tersebut bersifat empiris, memiliki objek, teori, dan metode.
4. sejarah sebagai seni : sejarah dikatakan sebagai seni, karena seorang ahli sejarah membutuhkan
intuisi, imajinasi, dan emosi.
1. peristiwa abadi : peristiwa sejarah merupakan suatu peristiwa yang abadi, karena peristiwa
tersebut tidak berubah-ubah dan tetap dikenang sepanjang masa. contoh : idul fitri
2. peristiwa unik : peristiwa sejarah merupakan peristiwa unik, karena hanya terjadi satu kali dan
tidak pernah terulang persis kedua kalinya. contoh : penculikan sukarno hatta
3. peristiwa penting : peristiwa sejarah merupakan peristiwa yang penting dan dapat dijadikan
momentum, karena mempunyai arti dalam menentukan kehidupan orang banyak. contoh :
proklamasi kemerdekaan RI
Reduksi fenomenologis
Yaitu menyisihkan segala keputusan tentang realitas atau idealitas objek dan subjek.
Tidak mau diperhatikan apakah memang ada atau tidak; eksistensi
dikesampingkan.[20]Walaupun demikian, fenomen itu memang merupakan data, sebab sama
sekali tidak disangkal eksistensinya; hanya tidak diperhatikan. Namun obyek yang diteliti hanya
yang sejauh saya sadari. Dalam suasana kesadaran itu dengan tenang saya pandang objek
menurut relasinya dengan kesadaran. Tidak diberikan refleksi mengenai fakta-fakta; tidak pula
diberi statement tentang yang faktual.[21]
Hal yang dilakukan oleh Husserl dalam reduksi fenomenologis ini adalah :
1) Dengan mengurung atau meminggirkan keyakinan kita akan totalitas obyek-obyek dan
segala hal yang kita terlibat dengannya dari pendirian alamiah dan malah menemui pengalaman
kita tentangnya.
2)
Menjelaskan struktur dari apa yang tetap ada setelah dilakukan pengurungan.[22]
b.
Reduksi eidetis
Maksud reduksi ini ingin menemukan eidos, intisari; atau sampai kepada wesen-nya
(hakikat). Karena itu, reduksi ini juga disebut : wesenchau; artinya di sini juga kita melihat
hakikat sesuatu. Hakikat yang dimaksud Husserl bukan dalam arti umum, misalnya: manusia
adalah hakikatnya dapat mati; bukan suatu inti yang tersembunyi, misalnya: hakikat hidup;
bukan pula hakikat seperti yang dimaksud Aristoteles, seperti: manusia adalah binatang yang
berakal. Hakikat yang dimaksud Husserl adalah struktur dasariah, yang meliputi: isi
fundamental, ditambah semua sifat hakiki, ditambah semua relasi hakiki dengan kesadaran
dengan objek lain yang disadari.[23]
Tujuan sebenarnya dari reduksi adalah untuk mengungkap struktur dasar (esensi, eidos, atau
hakikat) dari suatu fenomena (gejala) murni atau yang telah dimurnikan. Oleh karena itu, dalam
reduksi eidetis yang harus dilakukan adalah jangan dulu mempertimbangkan atau mengindahkan
apa yang sifatnya aksidental atau eksistensial itu. Caranya adalah dengan menunda dalam tanda
kurung
BAB III
PENUTUP
3.1 Saran
Dalam berfilsafat sebaiknya kita tidak berfkir sendiri, mengajak teman atau guru
merupakan pilihan untuk menuju suatu kebenaran yang konkrit. Juga bantuan dari pihak kedua
atau dari sumber juga dapatmenambahh suatu ideologi atau persepsi kita.
3.1 Kesimpulan
Berfilsafat membantu kita menemukan kebenaran, bagaimana proses kita berfikir
mengolah informasi yang didapat, menerapkan dan membuktikan suatu yang konkrit, dengan
berfikir secara universal ajan dapat menemukan suatu kebenaran.
Pertanyaan
1. Bagaimana mengaitkan hikikat sejarah dan fenomenologi (Wahyu 046), Riski menambah (077)
2. Contoh dari Hakikat Subjektifitas dan Objektifitas (Lisa 039), Riski menambah (077), Ervita Sari
(070) Rinawati menambah ( 041)
3. Hubungan Sejarah, filsafat, fenomenologi dan letak intensionalitas pada fenomenologi (Ervita
Sari 070)
Jwb:
1.
Hakikat sejarah:
5. Sejarah sebagai peristiwa : peristiwa2 yang telah terjadi sejak masa lampau.
6. Sejarah sebagai kisah : peristiwa atau kejadian yang kejadian pada masa lampau kedalam suatu
tulisan sehingga dapat dibaca dengan lebih baik dan mudah dipahami.
7. sejarah sebagai ilmu : sejarah dikataka sebagai ilmu, karena memiliki syarat-syarat keilmuan.
syarat-syarat tersebut bersifat empiris, memiliki objek, teori, dan metode.
8. sejarah sebagai seni : sejarah dikatakan sebagai seni, karena seorang ahli sejarah membutuhkan
intuisi, imajinasi, dan emosi
letak fenomenologi tentunya terdapat pada sejarah dimana kita bisa saling menghubungkkan
dan mensinergisakannya
2.
Sejarah objektif, yaitu peristiwa atau kejadian masa lampau apa adanya
Objektivitas adalah hal-hal yang bisa diukur yang ada di luar pikiran atau persepsi manusia.
Sikap objektifitas tidak akan dipengaruhi oleh pendapat pribadi atau golongan didalam
mengambil keputusan. Jadi, objektivitas adalah usaha mendekatkan diri pada obyek atau
dengan kata lain berarti bertanggung jawab pada kebenaran objek. Seorang sejarawan dalam
merekonstruksi sejarah, harus mendekati objektivitas, karena akan didapat gambaran
rekonstruksi yang mendekati kebenaran.
b. Sejarah subjektif, yaitu hasil penafsiran (rekonstruksi) sejarawan atas peristiwa masa lampau.
Subjektivitas adalah kesaksian atau tafsiran yang merupakan gambaran hasil parasaan atau
pikiran manusia. Jadi, subjektivitas adalah suatu sikap yang memihak dipengaruhi oleh
pendapat pribadi atau golongan, dan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang melingkupinya. Dalam
sejarah
sukyektifitas
banyak
terdapat
dalam
proses
interpretasi.
Sejarah,
dalam