Anda di halaman 1dari 12

FILSAFAT ILMU

Kesadaran dan Wawasan Sejarah

Oleh :
Moh. Abdul Purnomo
13010034024

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
2014

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahiladzi anama alaina wahadzana ala dzinil islam Sujud syukur


kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga tugas makalah
Filsafat Ilmu yang berjudul Kesadaran dan Wawasan Sejarah ini dapat terselesaikan
dengan baik.
Terselesaikannya makalah ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih
sebesar-besarnya kepada dosen pengampu mata kuliah Filsafar Ilmu serta kepada
teman-teman yang sudah mendukung dan memberi semangat untuk menyelesaikan
makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena
itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

.........................................................................................

.....................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

........................................................................................
........................................................................................
........................................................................................

1
1
1

Hakikat sejarah
........................................................................................
Kesadaran atas manusia, ruang dan waktu ....................................................
Kesadaran sejarah
........................................................................................
Wawasan sejarah
........................................................................................

2
4
5
7

BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.

BAB III PENUTUP


A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

........................................................................................

........................................................................................

iii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada awalnya perlu di tegaskan bahwa sejarah dapat di kategorikan sebagai suatu disiplin
ilmu yang tentu saja merupakan rangkaian peristiwa masa lampau yang tidak berhenti hanya
sampai pada titik kelampauan semata, tetapi bersenyawakan dengan masa sekarang maupun
masa depan.
Berdasarkan kategori tersebut, ternyata hakikat sejarah meliputi beberapa unsure yaitu,
manusia, waktu dan ruang. Tidak satupun peristiwa sejarah yang tidak melibatkan ketiga
unsure tersebut. Hanya dengan adanya , waktu dan ruang maka proses sejarah dapat berjalan.
Integrasi ketiga unsur tersebut kemudian melahirkan tema sejarah. Tema itu sendiri baru
tercipta kalau manusia melakukan aktivitas di dalam ruang dan dimensi waktu.
Dengan indikator ini,kemudian uraian dalam tulisan ini di kembangkan dengan
mengekplanasi lebih lanjut ansir-anasir hakikat sejarah kedalam struktur kesadaran, sehingga
secara sistematis di jelaskan mengenai kesadaran atas manusia sebagai pelaku sejarah
(peristiwa), kesadaran atas ruang dan kesadaran atas waktu.

B. Rumusan Masalah

Apa definisi hakikat sejarah?


Apa arti kesadaran atas manusia, ruang dan waktu?
Apa pengertian kesadaran sejarah?
Apa pengertian wawasan sejarah?

C. Tujuan Penulisan

Mengetahui hakikat sejarah


Mengetahui arti kesadarn atas manusia,waktu dan ruang
Mengetahui arti kesadaran sejarah
Mengetahui pengertian wawasan sejarah

iv

BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakikat Sejarah

Hakikat sejarah dapat di pahami dengan cara membuka pengertian-pengertian


peristilahan ( etimologis) dan terminologis untuk memaparkan dan sekaligus menunjukkan
secara relative tepat mengenai hakikat sejarah dalam rangka menemukan substansi sejarah.
Sejarah secara etimologis, berdasarkan pelacakan akar kata sejarah secara histories di
temukan bahwa kata sejarah mula- mula berasal dari bahasa Arab, yaitu SYAJARATUN (
di baca syajarah) yang berarti pohon kayu(Helius Syamsuddin dan Ismaun, 1996: 2). Sebuah
pohon senantiasa mendeskripsikan proses tumbuh dan berkembang, kemudian memunculkan
cabang, dahan atau ranting, daun, kembang, bunga dan buah.
Secara etimologis yang berarti pohon, dapat berarti pula silsilah atau asal usul, yang
menggambarkan proses tumbuh , hidup dan berkembang terus menerus. Namun, pengertian
semacam ini tidak bisa di pahami secara biologis. Karena itu, secara etimologis pengertian
sejarah lebih dari sekedar sebuah istilah, asal usul (pohon).
Untuk lebih memperluas pemahaman etimologis ada baiknya kalau di sebutkan beberapa
istilah sejarah dalam bahasa negara lain seperti, Geschiedenis (Belanda), History (Inggris),
Historia (Yunani), Geschichte (Jerman) (Helius Syamsuddin dan Ismaun, 1996: 3-4).
Sedangkan istilah sejarah yang di hubungkan dengan istilah istilah dalam bahasa nusantara
yang pengertiannya kurang lebih mengandung sejarah misalnya babad dan tambo.
Sedangkan secara terminologis (definisi) pengertian sejarah dapat di tarik dari beberapa
pendapat para ahli, karena tidak mudah mendefinisikan sesuatu yang bisa di terima secara
umum. Untuk kepentingan ini , definisi yang di kemukakan secara kuantitatif relative sedikit
karena pada dasarnya secara sistematis pengertian etimologis dan terminologis lebih di
maksudkan sebagai pengantar untuk sampai pada substansi sejarah, yakni apa yang menjadi
esensi dan nilai hakiki sejarah itu.

Berikut definisi sejarah menurut beberapa ahli :


a.

Sidi Gazalba, mendefinisikan sejarah sebagai: Gambaran masa lalu tentang manusia dan
sekitarnya sebagai mahkluk social yang di susun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan
fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan, yang memberi pengertian tentang apa yang
telah berlalu.(1986: 13).

b.

Roeslan Abdul Gani, sejarah adalah salah satu bidang ilmu yang meneliti dan menyelidiki
secara sistematis keseluruhn perkembangan masyarakat dan kemanusiaan di masa lampau
beserta segala kejadiannya dengan maksud untuk meneliti secara kritis seluruh hasil penelitian
dan penyidikan tersebut, untuk di jadikan suatu perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan
penentuan keadaan sekarang serta arah program masa depan (1986:74)

c.

Edward Hallet Carr, History is a continous process of interaction between the historian and
his facts, and unending dialogue between the present and the past. Jadi, Carr berpendapat
bahwa sejarah ialah suatu proses interaksi terus menerus antara sejarawan dengan fakta- fakta
yang ada padanya: suatu dialog yang tidak henti- hentinya antara masa sekarang dengan masa
silam.

d. Robert V. Daniels, bahwa history is the memory of human group experience.


e. J. Bank, semua peristiwa masa lampau adalah sejarah (sejarah dalam kenyataan).
f. J. Huezinga, Sejarah adalah bentuk rohaniah di mana suatu kebudayaan mempertanggung
jawabkan masa yang lampau.(Helius Syamsuddin dan Ismaun, 1996: 9)
Setelah mendefinisikan sejarah, perlu di tegaskan bahwa sejarah dapat di kategorikan
sebagai suatu disiplin ilmu yang tentu saja merupakan rangkaian peristiwa masa lampau yang
tidak berhenti hanya sampai pada titik kelampauan semata, tetapi bersenyawakan dengan masa
sekarang maupun masa depan.
Berdasarkan kategori tersebut, ternyata hakikat sejarah meliputi beberapa unsure yaitu,
manusia, waktu dan ruang. Tidak satupun peristiwa sejarah yang tidak melibatkan ketiga
unsure tersebut. Hanya dengan adanya , waktu dan ruang maka proses sejarah dapat berjalan.
Integrasi ketiga unsur tersebut kemudian melahirkan tema sejarah. Tema itu sendiri baru
tercipta kalau manusia melakukan aktivitas di dalam ruang dan dimensi waktu.
Dengan indikator ini,kemudian uraian dalam tulisan ini di kembangkan dengan
mengekplanasi lebih lanjut ansir-anasir hakikat sejarah kedalam struktur kesadaran, sehingga
secara sistematis di jelaskan mengenai kesadaran atas manusia sebagai pelaku sejarah
(peristiwa), kesadaran atas ruang dan kesadaran atas waktu

vi

B. Kesadaran Atas Manusia, Waktu Dan Ruang


Manusia adalah salah satu esensi hakikat sejarah yang mempunyai kesadaran mendalam
terhadap sejarahnya. Ini merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat di temukan pada diri
makhluk lain selain manusia. Oleh karena itu, kesadaran sesungguhnya dari manusia adalah
termasuk menyadari bahwa ia merupakan makhluk sejarah.
Sebagai makhluk sejarah manusia dalam lingkup ini bukan hanya merupakan uraian
tentang perilaku personal melainkan dapat berupa perilaku kolektif yang peristiwa sejarahnya
dapat di tuangkan dalam cerita sejarah demi mempertegas posisi manusia dalam sejarah setelah
melalui penelaahan secara metodik, juga mengeksplisitkan peran penting manusia, meskipun
tema-tema sejarah yang di kisahkan meliputi tema majemuk, manusia selalu hadir dalam
keseluruhan tema sejarah.
Selanjutnya dapat di bahas kesadaran atas waktu, meskipun hanya manusia yang sadar
akan waktu, tetapi harus diakui bahwa menyangkut kesadaran waktu atas sejarah penjelasannya
tidak terlalu gampang. Waktu adalah isi, kreativitas, dinamika, perubahan. Oleh karena itu
waktu adalah harapan kontinuitas .Waktu berproses terus menerus . Dengan demikian tidak
ada eksistensi yang eksak. Semua keberadaan dalam ruang terekam dalam waktu. pantharei,
semua berubah kata Heraklitus . perubahan selalu bersenyawa dalam dimensi temporal. Di
dalam ruang ada gerak. Perpindahan dari satu titik ketitik yang lain (perubahan ) adalah gerak.
Waktupun terimplementasi di dalam ruang.
Sejarah membutuhkan waktu (dimensi temporal ). Tanpa waktu sejarah menjadi diam
bahkan tidak ada..Dengan waktu inilah sejarah menjadi dinamis, berkembang. Konsepsi
sejarah tentang dimensi temporal, memiliki tiga aspek, yaitu masa lampau, masa sekarang, dan
masa yang akan datang. Memang sejarah bertumpu pada masa lalu. Sebab masa lalu itulah
yang merupakan bahan untuk menyusun cerita sejarah. Akan tetapi bukan berarti bahwa
sejarah hanya untuk masa lalu semata, melainkan pengetahuan masa lalu itu dapat membekali
manusia pada penemuan kesadaran kekinian yang pada akhirnya menjadi modal untuk suatu
proyeksi abstrak ke akanan.
Perlakuan sejarah atas waktu sangat mendasar, sejarah sebagai disiplin ilmu mempunyai
karakteristik berbeda dengan disiplin ilmu lain. Dalam sejarah terutama di tinjau dari sudut
eksplanasi dan metodologi, sebuah karya sejarah lebih banyak menimbukan gugatan kritis yang
boleh jadi sampai pada tingkat di ragukan jika aspek temporal ini tidak tergarap secara eksplisit.
Di sisi lain, pentingnya waktu dalam sejarah juga tampak pada periodisasi atau pembabakan
dalam sejarah.

vii

Kesadaran atas ruang, dapat kita fahami bahwa:


a. Semua sejarah membutuhkan ruang untuk mementaskan sejarahnya. Tanpa ruang sejarah tidak
mungkin ada.
b. Ruang merupakan integritas panjang, lebar dan tinggi. Pada ruanglah manusia menyejarah dan
membuat sejarah.
c. Ruang memberikan kemungkinan konkretisasi sesuatu yang faktual.
d. Adanya kategorisasi sejarah berdasarkan ruang. Misalnya, sejarah lokal, sejarah nasional, dan
sejarah global.
e.

Konsepsi tentang ruang tidak perlu terikat dengan pendefinisian, namun yang yang paling
penting adalah wujud ruang yang di maksudkan di mana manusia melakonkan sejarahnya.

f.

Kesadaran atas ruang dan waktu menuntut sebuah kearifan, yaitu kesadaran yang mendalam
untuk senantiasa mengakui, menghayati dan meresapi bahwa dalam sejarah elemen ruang dan
waktu menjadi barometer utama untuk menyatakan peristiwa sejarah yang satu dengan yang
lain tidak dapat di samakan. Dengan kata lain bahwa penilaian komparatif terhadap peristiwa
sejarah yang berbeda dimensi spasial dan temporalnya tidak bisa bersifat general. Oleh karena
itu, tidak tepat untuk memaksakan dan menyatakan sisi positif zaman tertentu relevan untuk
zaman lain dan ruang lain. Peristiwa sejarah sangat terikat dengan spasial dan temporal yang
melingkupinya

C. Kesadaran Sejarah
Memahami kesadaran sejarah niscaya bermula dari pemahaman sejarah itu sendiri yang
bertaut erat dengan peristiwa sejarah, fakta sejarah. Hal ini tampak pula dari pandangan Ismail
yang berpandangan bahwa kesadaran sejarah memang harus dimulai dengan mengetahui
fakta-fakta sejarah. Malahan ada kalanya harus pula pandai menghafalkan kronologi tahuntahun kejadian dalam sejarah itu, plus pengetahuan tentang sebab musababnya antara faktafakta itu. (Anhar Gonggong(editor), 1990: 27) Dalam batas-batas tertentu , pembinaan sejarah
harus bertumpu pada pengetahuan tentang fakta, mengandung kebenaran yang dapat di
peranggung jawabkan. Akan tetapi, fakta sejarah belumlah cukup dan ini di akui pula oleh
Ismail. Yang terpenting bagaimana mengaperesiasi secara cerdas kausalitas peristiwa dalam
konteks kekinian untuk tujuan yang lebih kedepan, maka hakikatnya kita sudah berusaha
memaksimalkan kesadaran sejarah khususnya di daerah.
Keyakinan mendasar bahwa kesadaran sejarah tidak semata-mata terkontak dalam
pengetahuan tentang fakta sejarah melainkan lebih dari fakta sejarah berarti selain fakta
sejarah, kesadaran mencerminkan pula kausalitas fakta,
viii

munculnya logika dari kausalitas itu dan adnya sikap kearifan yang tinggi. Dengan demikian
kesdaran sejarah adalah sikap mental, jiwa pemikiran yang dapat membawa untuk tetap berada
dalam rotasi sejarah. Artinya, dengan adanya kesadaran sejarah kita seharusnya semakin arif
dan bijaksana dalam memaknai kehidupan ini. Inilah esensi yang paling penting dalam
menghadapi segenap peristiwa sejarah yang terpenting adalah bukan bagaimana belajar dari
sejarah tetapi bagaimana belajar dari sejarah.
Prinsip pertama akan membawa kita pada setumpuk data tentang peristiwa masa lampau,
sedangkan prinsip kedua akan mengisi jiwa kita dengan sikap yang lebih arif dan bijaksana,
sebagai inti dari kesadaran sejarah.
Betapapun masyarakat dunia telah demikian maju dengan pesat dalam pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, tapi tidak satupun yang sanggup dengan meyakinkan
membangun sebuah argumentasi untuk menyatakan bahwa nilai-nilai semacam patriotisme,
nasionalisme, demokratisme, cinta tanah air, cinta kedamaian, kejujuran, dan keadilan sudah
tidak di butuhkan lagi. Dalam kaitan ini, J. Boorstin secara cerdas berpendapat bahwa justeru
dalam masyarakat yang semakin di dominasi oleh teknologi , semakin di perlukan kesadaran
sejarah itu. Inti dari kesadaran sejarah itu adalah perspektif waktu dan kontinuitas kebudayaan
(I Gde Widja, 1992:7-8).
Dengan demikian urgensi kesadaran sejarah adalah antara lain :
a. Menjadi wadah untuk menumbuhkan motivasi yang lebih tinggi dalam berteknologi.
b. Semakin arif dalam memaknai hidup.
c.

Kesadaran sejarah lebih berorientasi pada pada sikap mental semangat jiwa etis dan muatan
moral.

d. Memperkukuh semangat dan nilai-nilai nasionalisme


e.

Menurut Reiner kita dapat mengembangkan ide tentang konsekuensi dari apa yang kita
lakukan. Artinya kesadaran sejarah akan memberikan sikap tanggap terhadap berbagai
kemungkinan yang akan terjadi dari apa yang telah di lakukan.

f.

Menurut Rowse kesadaran sejarah merupakan kebutuhan yang tidak dapat di pisahkan dari
kehidupan manusia, akan tetapi semangat yang di sampaikannya tidaklah berlebihan. (I Gde
Widja,1989: 9)

g.

Menurut I Gde Widja, (1989:7), sejarah (kesadaran sejarah) dasar bagi terbinanya identitas
nasional yang merupakan satu modal utama di dalam kita membangun bangsa dan negara kita
masa kini maupun di masa yang akan datang.

ix

D. Wawasan Sejarah
Wawasan, pandangan, atau perspektif dimaksudkan bagi suatu disiplin ilmu dapat di
nilai sebagai sesuatu yang mendasar dalam memberikan karakter tersendiri ilmu itu. Oleh
karena itu, setiap disiplin ilmu mempunyai pula wawasan tersendiri dalam mengeksplanasi
berbagai persoalan yang menjadi titik perhatian maupun dalam memahami fenomena yang
berkembang.. tanpa wawasan suatu disiplin iilmiah akan sangat sulit memposisikan
signifikansi pragmatisnya.
Di banding dengan ilmu sosial ang lain, sejarah mempunyai perspektif temporal atau
mengandung perspektif yang bersifat diakronis.sedangkan ilmu- ilmu sosial yang lain
cenderung mengabaikan dimensi temporal (atemporal) atau dengan kata lain lebih
mengandung perspektif yang bersifat sinkronis dari pada perspektif yang bersifat diakronis,
walaupun pendekatan sinkronis dapat di ungkap secara analitis, interdependensi, fungsi
berbagai elemen sehingga fenomena dan realitas yang di telaah terindentifikasi secara relatif
tepat. Namun bagaimanapun juga dengan tidak di masukkannya unsur temporal, maka hal ini
dapat mengakibatkan tidak komprehensifnya pengungkapan realitas. Disinilah pentingnya
pendekatan diakronis yang mampu menyajikan realitas sebagai suatu proses dari awal hingga
akhir atau seperti apa yang tergambar pada waku sekarang.
Oleh karena itu, perspektif sejarah sangat di butuhkan untuk mengetahui secara mendasar
akar permasalahan , sebab hanya perspektif historis yang dapat menggambarkan secara utuh,
awal, proses hingga akhir terjadinya suatu peristiwa. Wawasan kesejarahan dapat memberrikan
kontribusi

yang

tidak

kecil

dalam

memepertegas

identitas

kebangsaan

dalam

memformulasikan apa yang mestidan tidak mesti di lakukan untuk menata kehidupan
kebangsaan itu sendiri secara kreatif.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hakikat sejarah tidak terlepas dari ketiga unsure yakni manusia, ruang dan waktu.
Tanpa adanya ketiga unsure itu tidak akan ada tema sejarah muncul.
Memahami kesadaran sejarah niscaya bermula dari pemahaman sejarah itu sendiri yang
bertaut erat dengan peristiwa sejarah, fakta sejarah. Hal ini tampak pula dari pandangan
Ismail yang berpandangan bahwa kesadaran sejarah memang harus dimulai dengan
mengetahui fakta-fakta sejarah.
Wawasan, pandangan, atau perspektif dimaksudkan bagi suatu disiplin ilmu dapat di
nilai sebagai sesuatu yang mendasar dalam memberikan karakter tersendiri ilmu itu.
Oleh karena itu, setiap disiplin ilmu mempunyai pula wawasan tersendiri dalam
mengeksplanasi berbagai persoalan yang menjadi titik perhatian maupun dalam
memahami fenomena yang berkembang.. tanpa wawasan suatu disiplin iilmiah akan
sangat sulit memposisikan signifikansi pragmatisnya.

xi

DAFTAR PUSTAKA

Juraid Abdul Latief. 2006. Manusia, Filsafat, dan Sejarah. Jakarta: Pt Bumi Aksara

xii

Anda mungkin juga menyukai