Oleh :
Moh. Abdul Purnomo
13010034024
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
.........................................................................................
.....................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
........................................................................................
........................................................................................
........................................................................................
1
1
1
Hakikat sejarah
........................................................................................
Kesadaran atas manusia, ruang dan waktu ....................................................
Kesadaran sejarah
........................................................................................
Wawasan sejarah
........................................................................................
2
4
5
7
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
........................................................................................
........................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awalnya perlu di tegaskan bahwa sejarah dapat di kategorikan sebagai suatu disiplin
ilmu yang tentu saja merupakan rangkaian peristiwa masa lampau yang tidak berhenti hanya
sampai pada titik kelampauan semata, tetapi bersenyawakan dengan masa sekarang maupun
masa depan.
Berdasarkan kategori tersebut, ternyata hakikat sejarah meliputi beberapa unsure yaitu,
manusia, waktu dan ruang. Tidak satupun peristiwa sejarah yang tidak melibatkan ketiga
unsure tersebut. Hanya dengan adanya , waktu dan ruang maka proses sejarah dapat berjalan.
Integrasi ketiga unsur tersebut kemudian melahirkan tema sejarah. Tema itu sendiri baru
tercipta kalau manusia melakukan aktivitas di dalam ruang dan dimensi waktu.
Dengan indikator ini,kemudian uraian dalam tulisan ini di kembangkan dengan
mengekplanasi lebih lanjut ansir-anasir hakikat sejarah kedalam struktur kesadaran, sehingga
secara sistematis di jelaskan mengenai kesadaran atas manusia sebagai pelaku sejarah
(peristiwa), kesadaran atas ruang dan kesadaran atas waktu.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Sejarah
Sidi Gazalba, mendefinisikan sejarah sebagai: Gambaran masa lalu tentang manusia dan
sekitarnya sebagai mahkluk social yang di susun secara ilmiah dan lengkap, meliputi urutan
fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan, yang memberi pengertian tentang apa yang
telah berlalu.(1986: 13).
b.
Roeslan Abdul Gani, sejarah adalah salah satu bidang ilmu yang meneliti dan menyelidiki
secara sistematis keseluruhn perkembangan masyarakat dan kemanusiaan di masa lampau
beserta segala kejadiannya dengan maksud untuk meneliti secara kritis seluruh hasil penelitian
dan penyidikan tersebut, untuk di jadikan suatu perbendaharaan pedoman bagi penilaian dan
penentuan keadaan sekarang serta arah program masa depan (1986:74)
c.
Edward Hallet Carr, History is a continous process of interaction between the historian and
his facts, and unending dialogue between the present and the past. Jadi, Carr berpendapat
bahwa sejarah ialah suatu proses interaksi terus menerus antara sejarawan dengan fakta- fakta
yang ada padanya: suatu dialog yang tidak henti- hentinya antara masa sekarang dengan masa
silam.
vi
vii
Konsepsi tentang ruang tidak perlu terikat dengan pendefinisian, namun yang yang paling
penting adalah wujud ruang yang di maksudkan di mana manusia melakonkan sejarahnya.
f.
Kesadaran atas ruang dan waktu menuntut sebuah kearifan, yaitu kesadaran yang mendalam
untuk senantiasa mengakui, menghayati dan meresapi bahwa dalam sejarah elemen ruang dan
waktu menjadi barometer utama untuk menyatakan peristiwa sejarah yang satu dengan yang
lain tidak dapat di samakan. Dengan kata lain bahwa penilaian komparatif terhadap peristiwa
sejarah yang berbeda dimensi spasial dan temporalnya tidak bisa bersifat general. Oleh karena
itu, tidak tepat untuk memaksakan dan menyatakan sisi positif zaman tertentu relevan untuk
zaman lain dan ruang lain. Peristiwa sejarah sangat terikat dengan spasial dan temporal yang
melingkupinya
C. Kesadaran Sejarah
Memahami kesadaran sejarah niscaya bermula dari pemahaman sejarah itu sendiri yang
bertaut erat dengan peristiwa sejarah, fakta sejarah. Hal ini tampak pula dari pandangan Ismail
yang berpandangan bahwa kesadaran sejarah memang harus dimulai dengan mengetahui
fakta-fakta sejarah. Malahan ada kalanya harus pula pandai menghafalkan kronologi tahuntahun kejadian dalam sejarah itu, plus pengetahuan tentang sebab musababnya antara faktafakta itu. (Anhar Gonggong(editor), 1990: 27) Dalam batas-batas tertentu , pembinaan sejarah
harus bertumpu pada pengetahuan tentang fakta, mengandung kebenaran yang dapat di
peranggung jawabkan. Akan tetapi, fakta sejarah belumlah cukup dan ini di akui pula oleh
Ismail. Yang terpenting bagaimana mengaperesiasi secara cerdas kausalitas peristiwa dalam
konteks kekinian untuk tujuan yang lebih kedepan, maka hakikatnya kita sudah berusaha
memaksimalkan kesadaran sejarah khususnya di daerah.
Keyakinan mendasar bahwa kesadaran sejarah tidak semata-mata terkontak dalam
pengetahuan tentang fakta sejarah melainkan lebih dari fakta sejarah berarti selain fakta
sejarah, kesadaran mencerminkan pula kausalitas fakta,
viii
munculnya logika dari kausalitas itu dan adnya sikap kearifan yang tinggi. Dengan demikian
kesdaran sejarah adalah sikap mental, jiwa pemikiran yang dapat membawa untuk tetap berada
dalam rotasi sejarah. Artinya, dengan adanya kesadaran sejarah kita seharusnya semakin arif
dan bijaksana dalam memaknai kehidupan ini. Inilah esensi yang paling penting dalam
menghadapi segenap peristiwa sejarah yang terpenting adalah bukan bagaimana belajar dari
sejarah tetapi bagaimana belajar dari sejarah.
Prinsip pertama akan membawa kita pada setumpuk data tentang peristiwa masa lampau,
sedangkan prinsip kedua akan mengisi jiwa kita dengan sikap yang lebih arif dan bijaksana,
sebagai inti dari kesadaran sejarah.
Betapapun masyarakat dunia telah demikian maju dengan pesat dalam pengembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, tapi tidak satupun yang sanggup dengan meyakinkan
membangun sebuah argumentasi untuk menyatakan bahwa nilai-nilai semacam patriotisme,
nasionalisme, demokratisme, cinta tanah air, cinta kedamaian, kejujuran, dan keadilan sudah
tidak di butuhkan lagi. Dalam kaitan ini, J. Boorstin secara cerdas berpendapat bahwa justeru
dalam masyarakat yang semakin di dominasi oleh teknologi , semakin di perlukan kesadaran
sejarah itu. Inti dari kesadaran sejarah itu adalah perspektif waktu dan kontinuitas kebudayaan
(I Gde Widja, 1992:7-8).
Dengan demikian urgensi kesadaran sejarah adalah antara lain :
a. Menjadi wadah untuk menumbuhkan motivasi yang lebih tinggi dalam berteknologi.
b. Semakin arif dalam memaknai hidup.
c.
Kesadaran sejarah lebih berorientasi pada pada sikap mental semangat jiwa etis dan muatan
moral.
Menurut Reiner kita dapat mengembangkan ide tentang konsekuensi dari apa yang kita
lakukan. Artinya kesadaran sejarah akan memberikan sikap tanggap terhadap berbagai
kemungkinan yang akan terjadi dari apa yang telah di lakukan.
f.
Menurut Rowse kesadaran sejarah merupakan kebutuhan yang tidak dapat di pisahkan dari
kehidupan manusia, akan tetapi semangat yang di sampaikannya tidaklah berlebihan. (I Gde
Widja,1989: 9)
g.
Menurut I Gde Widja, (1989:7), sejarah (kesadaran sejarah) dasar bagi terbinanya identitas
nasional yang merupakan satu modal utama di dalam kita membangun bangsa dan negara kita
masa kini maupun di masa yang akan datang.
ix
D. Wawasan Sejarah
Wawasan, pandangan, atau perspektif dimaksudkan bagi suatu disiplin ilmu dapat di
nilai sebagai sesuatu yang mendasar dalam memberikan karakter tersendiri ilmu itu. Oleh
karena itu, setiap disiplin ilmu mempunyai pula wawasan tersendiri dalam mengeksplanasi
berbagai persoalan yang menjadi titik perhatian maupun dalam memahami fenomena yang
berkembang.. tanpa wawasan suatu disiplin iilmiah akan sangat sulit memposisikan
signifikansi pragmatisnya.
Di banding dengan ilmu sosial ang lain, sejarah mempunyai perspektif temporal atau
mengandung perspektif yang bersifat diakronis.sedangkan ilmu- ilmu sosial yang lain
cenderung mengabaikan dimensi temporal (atemporal) atau dengan kata lain lebih
mengandung perspektif yang bersifat sinkronis dari pada perspektif yang bersifat diakronis,
walaupun pendekatan sinkronis dapat di ungkap secara analitis, interdependensi, fungsi
berbagai elemen sehingga fenomena dan realitas yang di telaah terindentifikasi secara relatif
tepat. Namun bagaimanapun juga dengan tidak di masukkannya unsur temporal, maka hal ini
dapat mengakibatkan tidak komprehensifnya pengungkapan realitas. Disinilah pentingnya
pendekatan diakronis yang mampu menyajikan realitas sebagai suatu proses dari awal hingga
akhir atau seperti apa yang tergambar pada waku sekarang.
Oleh karena itu, perspektif sejarah sangat di butuhkan untuk mengetahui secara mendasar
akar permasalahan , sebab hanya perspektif historis yang dapat menggambarkan secara utuh,
awal, proses hingga akhir terjadinya suatu peristiwa. Wawasan kesejarahan dapat memberrikan
kontribusi
yang
tidak
kecil
dalam
memepertegas
identitas
kebangsaan
dalam
memformulasikan apa yang mestidan tidak mesti di lakukan untuk menata kehidupan
kebangsaan itu sendiri secara kreatif.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Hakikat sejarah tidak terlepas dari ketiga unsure yakni manusia, ruang dan waktu.
Tanpa adanya ketiga unsure itu tidak akan ada tema sejarah muncul.
Memahami kesadaran sejarah niscaya bermula dari pemahaman sejarah itu sendiri yang
bertaut erat dengan peristiwa sejarah, fakta sejarah. Hal ini tampak pula dari pandangan
Ismail yang berpandangan bahwa kesadaran sejarah memang harus dimulai dengan
mengetahui fakta-fakta sejarah.
Wawasan, pandangan, atau perspektif dimaksudkan bagi suatu disiplin ilmu dapat di
nilai sebagai sesuatu yang mendasar dalam memberikan karakter tersendiri ilmu itu.
Oleh karena itu, setiap disiplin ilmu mempunyai pula wawasan tersendiri dalam
mengeksplanasi berbagai persoalan yang menjadi titik perhatian maupun dalam
memahami fenomena yang berkembang.. tanpa wawasan suatu disiplin iilmiah akan
sangat sulit memposisikan signifikansi pragmatisnya.
xi
DAFTAR PUSTAKA
Juraid Abdul Latief. 2006. Manusia, Filsafat, dan Sejarah. Jakarta: Pt Bumi Aksara
xii