Anda di halaman 1dari 20

I.

Judul Praktikum
II.

: Pembuatan Hidroponik

Dasar Teori

Hidroponik berasal dari bahasa Latin hydros yang berarti air dan phonos yang berarti kerja. Hidroponik arti harfiahnya
adalah kerja air. Bertanam secara hidroponik kemudian dikenal dengan bertanam tanpa medium tanah (soilless cultivation,
soilless culture). Pada awalnya bertanam secara hidroponik menggunakan wadah yang hanya berisi air yang telah dicampur
dengan pupuk, baik pupuk mikro maupun pupuk makro. Pada perkembangannya, bertanam hidroponik meliputi berbagai cara
yaitu bertanam tanpa medium tanah, tidak hanya menggunakan wadah yang hanya diisi air berpupuk saja. Medium pasir, perlite,
zeolit, rockwool, sabut kelapa, adalah beberapa bahan yang digunakan oleh para praktisi di dunia dalam bertanam secara
hidroponik. Nitrogen merupakansuatu unsur yang paling banyak dibutuhkandalam hubungannya dengan pertumbuhantanaman.
Unsur ini dijumpai dalamjumlah besar pada bagian jaringan tanamanyang muda daripada di jaringan tanaman yangtua, terutama
berakumulasi pada bagian daundan biji. Nitrogen merupakan unsur penyusunsetiap sel hidup, karenanya terdapat padaseluruh
bagian tanaman dan dibutuhkansepanjang pertumbuhannya. Dengan demikian jumlah nitrogen yang diserap tanaman dari
dalam tanah berhubungan langsung dengan bobot basah dan bobot kering tanaman. (Dwijoseputro. 1990)
Dalam bidang pertanian, bioteknologi memberi andil dalam usaha pemenuhan kebutuhan makanan. Beberapa hasil
bioteknologi dalam bidang pertanian antara lain kultur jaringan, hidroponik, pembuatan tumbuhan kebal hama, dan tumbuhan
yang mampu mengikat nitrogen sendiri. Pada bagian ini kita akan mempelajari teknik tanam dengan sistem hidroponik, karena di
antara hasil bioteknologi bidang pertanian, teknik ini paling memungkinkan untuk kita lakukan. (Djajadi, dkk. 2010)
Dalam teknik Hidroponik ini mempunyai keunggulan, keunggulan itu diantaranya (Hilmi Yusuf, A. 1985):

III.

1.

Perawatan lebih praktis dan gangguan hama lebih terkontrol.

2.

Pemakaian pupuk lebih hemat.

3.

Tanaman hidroponik dapat tumbuh lebih pesat dengan keadaan tidak kotor dan tidak rusak.

4.

Beberapa jenis tanaman bisa dibudidayakan di luar musim.

5.

Tanaman hidroponik dilakukan pada lahan atau ruang yang terbatas.

Alat dan Bahan


A.

Alat

No

Alat

Jumlah

Botol plastik bekas air mineral 1500 ml

40 buah

Paralon berukuran 1 m

8 buah

Jerigen plastik

1 buah

Kain panel untuk sumbu

secukupnya

Bambu untuk meletakan paralon

secukupnya

Kamera

8 buah

Paku

32 buah

Kawat

32 buah

B.

Ember

1 buah

10

Drum plastik

1 buah

11

Timbangan digital

1buah

12

Guting dan pisau

8 buah

No

Bahan

Jumlah

Nutrisi Hidroponik A

50 ml

Nutrisi Hidroponik B

50 ml

Media tanam (rocwool, arang sekam, kerikil,


pasir malang, pecahan bata merah, tanah,
batu)

secukupnya

Bibit tanaman (bayam, kangkung, terong,


tomat, selada bokor, cabai merah, cabe rawit,
sosin)

secukupnya

Air

10

Bahan

iter

cara Kerja
A.

Membuat Media Hidroponik

Siapkan 5 buah botol plastik


bekas air mineral dan kain bekas

Potong setiap botol menjadi 2


bagian .

Masukan bagian atas botol kebagian


B.

Pasang sumbu pada bagian


bawah botol.

Lubangi

bagian

atas

botol

Proses Penyemaian

Siapkan wadah untuk pembibitan


dan
diisi
dengan
tanah

Siapkan benih yang akan ditanam


dan direndam terlebih dahulu.

Tanam benih tersebut pada wadah penyemaian yang telah


disediakan dan beri label. Tunggu sampai tumbuh

Siapkan nutrisi hidroponik A dan B sebanyak 500 ml.

Siapkan air sebanyak 1000 ml.

Proses Pembuatan Nutrisi dan Pemindahan Tanaman


Isi bagian atas botol dengan tanah dan tanam benih yang sudah tumbuh diatas tanahNutrisi
tsb. siap dipakai.

Bagian bawah botol diisi dengan nutrisi yang telah dibuat


tadi sebanyak
wadah.
Tanaman
sudah 250/
jadi dan
simpan diatas paralon untuk pertumb

11 Hasil Pengamatan
A.

Pembenihan

Hari ke-1 Belum


ada benih yang
muncul

Hari ke-3 Dari 5 benih Sudah ada bakal


akar yang muncul dan 1 benih sudah
muncul daun

Hari ke-51 benih mulai terlihat


batang dan daunnya, 2 benih mulai
terlihat daunnya, dan 2 benih
hanya terlihat bakal akar saja.

Hari ke-74 benih terlihat batang


dan daunnya, 1 benih mulai
terlihat daunnya

Hari ke-2 Belum


ada benih yang
muncul

Hari ke-4 Dari 5 benih Sudah ada bakal


akar yang muncul dan 1 benih sudah
muncul daun

Hari ke-63 benih mulai terlihat


batang dan daunnya, 2 benih mulai
terlihat daunnya

Hari ke-85 benih sudah tumbuh


dengan batang dan daun

Penanaman
Minggu ke-1 Dari 5 tanaman
sudah terlihat batang dan
daunnya, daun berbentuk
seperti huruf V, warna daun
hijau cerah.

Minggu ke-3 Panjang batang


mulai bertambah tinggi dan
daun mulai berbentuk daun
kangkung pada umumnya
dengan tangkai dan terlihat urat
daunnya. Batang terlihat
bengkok karena mencari
cahaya matahari.

Minggu ke-5 Panjang batang bertambah


tinggi dari minggu sebelumnya dan daun
bertambah lebar. Batang terlihat
bengkok karena mencari cahaya
matahari. Ada 1 tumbuhan yang hilang
dalam pot, kemungkinan di cabut atau
di makan hewan.

Minggu ke-7 Batang


kangkung berukuran
kecil, melengkung
dengan daun yang
panjang, warna daun
hijau cerah

Minggu ke-2 Dari 5 tanaman


sudah terlihat jelas batang
dan daunnya, jumlah daun
sudah mulai banyak akan
tetapi masih berbentuk
seperti huruf V, warna daun
hijau cerah.

Minggu ke-4 Panjang batang


bertambah tinggi dari minggu
sebelumnya dan jumlah daun
bertambah banyak dari minggu
k-2. Batang terlihat bengkok
karena mencari cahaya
matahari

Minggu ke-6 Panjang batang bertambah


tinggi dan daun bertambah lebar dan
panjang. Batang terlihat bengkok dan
mulai menebal.

Minggu ke-8 Batang


kangkung berukuran
kecil, melengkung dan
merambat seperti
kangkung rawa.

Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum ini, diketahui bahwa pembuatan hidroponik dengan intensitas waktu selama
kurang lebih dua bulan ini, menghasilkan tumbuhan yang baik dengan perkembangan yang cukup cepat. Pada praktikum ini
media yang digunakan adalah air yang telah dicampur dengan nutrisi hidroponik.
Tanaman membutuhkan 16 unsur hara atau nutrisi untuk pertumbuhan yang berasal dari udara, air dan pupuk. Unsur-unsur
tersebut adalah karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), sulfur (S), kalsium (Ca), besi (Fe),
magnesium (Mg), boron (B), mangan (Mn), tembaga (Cu), seng (Zn), molibdenum (Mo) dan khlorin (Cl). Unsur-unsur C, H dan O
biasanya disuplai dari udara dan air dalam jumlah yang cukup. Unsur hara lainnya didapatkan melalui pemupukan atau larutan
nutrisi (Rini Rosliani, 2005: 4).
Adapun substrat untuk melekatnya akar tanaman hidroponik adalah tanah, pasir, batu dan batu bata merah. Tanaman yang
digunakan dalam praktikum hidroponik ini adalah bayam, kangkung, terung, tomat, selada bokor, cabai merah, cabe rawit dan
sawi.
Dari delapan tumbuhan di atas, kelompok kami bertanggung jawab untuk menanam kangkung. Kelompok kami menggunakan
substrat batu, pasir dan tanah. Sebelum kangkung ditanam dalam media air untuk hidroponik, terlebih dahulu melakukan
penyemaian. Penyemaian yang kami lakukan membutuhkan waktu delapan hari sampai bibit kangkung benar-benar siap untuk di
tanam di media hidroponik.
Pertumbuhannya sendiri baru di mulai di hari ketiga sampai keempat, dimana sudah terlihat bakal akar yang muncul di
permukaan. Hari kelima sampai keenam mulai tumbuh batang dan daun. Begitupun dihari ketujuh. Dan kangkung siap untuk
ditanam di hari kedelapan dengan kondisi akar cukup kuat. Proses penyemaian bibit kangkung ini dapat dikatakan cukup cepat,
mengingat tumbuhan lain membutuhkan waktu cukup lama hampir dua minggu.

Masuk ke proses penanaman. Kelompok kami menanam lima bibit kangkung dalam 5 tempat hidroponik yang berbeda
dengan media tanah, pasir dan batu. Minggu pertama dan kedua kangkung mulai tumbuh membesar, batang dan daun mulai
jelas akan tetapi untuk daun masih berbentuk seperti huruf V, warna daun hijau cerah. Artinya, klorofil yang terkandung dalam
daun masih sedikit mengingat intensitas untuk fotosintesisnya pun masih kurang karena kangkung masih muda.
Minggu ketiga sampai kelima perkembangan dan pertumbuhan kangkung semakin terlihat perubahannya. Panjang batang
mulai bertambah tinggi dan daun mulai berbentuk daun kangkung pada umumnya dengan urat daun yang terlihat jelas. Batang
terlihat bengkok karena mencari cahaya matahari. Hal ini terjadi karena rak hidroponik disimpan di tempat teduh yaitu di saung
yang mana membuat cahaya matahari sedikit diterima oleh tumbuhan. Apalagi tanaman kangkung disimpan di rak kedua, maka
cahaya matahari yang diterima semakin sedikit. Akibatnya, batang daun melengkung kea rah datangnya cahaya matahari.
Selain itu, di minggu kelima, salah satu tumbuhan kangkung menghilang dalam pot, kemungkinan karena ulah manusia atau
dimakan oleh hewan.
Di minggu keenam, batang terlihat menebal dan daun mulai melebar. Berbeda dengan minggu ke tujuh, b atang kangkung
berkembang menjadi berukuran kecil, melengkung dengan daun yang panjang, warna daun hijau cerah. Hal ini terjadi akibat,
tumbuhan berusaha untuk mencari cahaya, sehingga batang daun menjadi lebih kecil agar bisa memanjang dan membuat daun
bisa menerima cahaya, meskipun tidak optimal yang mengakibatkan daun berklorofil sedikit, sehingga warnanya hijau cerah.
Terhambatnya proses fotosintesis ini juga mengakibatkan O2 yang dihasilkan sedikit, sehingga pengambilan unsur mineral
tidak seimbang, mengingat kondisi oksigen di perakarannya pun menurun, sebaliknya akan terangsang bila konsentrasi oksigen
di zona perakaran meningkat. Akumulasi karbondioksida (CO 2) di dalam larutan hara akan menghambat absorbsi sebagian besar
unsur hara tersebut oleh tanaman, sedangkan kekurangan oksigen (O 2) walaupun tidak akan menekan absorbsi air (dalam
periode tertentu) akan tetapi menekan pengambilan unsur hara dari larutan hara (Anas D. Susila, 2013: 6). Dengan demikian,
tumbuhan kekurangan nutrisi akibatnya, batang kangkung berukuran kecil.
Diminggu terakhir, yaitu minggu kedelapan batang kangkung masih berukuran kecil, melengkung dan merambat seperti
kangkung rawa. Kangkung tumbuh memanjang dengan jumlah daun yang cukup banyak. Hal ini memiu tumbuhan kangkung
yang memang kekurangan cahaya matahari serta nutrisi untuk mengejar arah datangnya cahaya. Dengan kondisi daun yang
cukup banyak ini, batang tidak bisa menahan beban daun, yang mengakibatkan tumbuh seperti kangkung rawa yang ingin
merambat.
Setelah dua bulan, hidroponik kangkung ini bisa dikatakan berhasil. Meskipun dengan batang yang berukuran kecil dan daun
hijau cerah. Keberhasilan sistem kultur air dipengaruhi oleh beberapa faktor yang langsung berhubungan dengan perakaran
tanaman diantaranya adalah (1) aerasi di zona perakaran, (2) kondisi perakaran, dan (3) sistem penopang tanaman yang
memungkinkan tanaman tumbuh tegak (Anas D. Susila, 2013: 6-7).
Pertanyaan dan Jawaban
A.

Pertanyaan

1.

Yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hidroponik diantaranya:

a.

Unsur Hara: Pemberian larutan hara yang teratur sangatlah penting pada hidroponik, karena media hanya berfungsi sebagai
penopang tanaman dan sarana meneruskan larutan atau air yang berlebihan.

b.

Media Tanam Hidroponik: Jenis media tanam yang digunakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Media yang baik membuat unsur hara tetap tersedia, kelembaban terjamin dan drainase baik. Media yang
digunakan harus dapat menyediakan air, zat hara dan oksigen serta tidak mengandung zat yang beracun bagi tanaman.

c.

Oksigen:Keberadaan Oksigen dalam sistem hidroponik sangat penting. Rendahnya oksigen menyebabkan permeabilitas
membran sel menurun, sehingga dinding sel makin sukar untuk ditembus, Akibatnya tanaman akan kekurangan air. Hal ini
dapat menjelaskan mengapa tanaman akan layu pada kondisi tanah yang tergenang. Tingkat oksigen di dalam pori-pori
media mempengaruhi perkembangan rambut akar. Pemberian oksigen ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti:
memberikan gelembung-gelembung udara pada larutan (kultur air), penggantian larutan hara yang berulang-ulang, mencuci
atau mengabuti akar yang terekspose dalam larutan hara dan memberikan lubang ventilasi pada tempat penanaman untuk
kultur agregat.

d.

Air : Kualitas air juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan hidroponik, misalnya kalau tidak sesuai dengan
pemberian air setiap harinya, maka hidroponik itu perlahan akan mati laju pertumbuhan dan perkembangannya.

2.

Berdasarkan bibit yang ditanam, tanaman kangkung yang paling cepat panennya, dan jangan biarkan tanaman itu terlalu
besar. Karena kalau terlalu besar, kemungkinan tanaman itu kurang sirkulasi udara. Tanaman kangkung dapat di panen saat
hari 26-29 hari, jangan lebih dari tanggal itu, nanti rasa sayurannya akan sangat pahit. Adapun penyebab hidroponik tidak
berhasil dikarenakan oleh kurangnya perawatan, terutama dalam pemberian air dan nutrisi tanaman. Pemberian nutrisi yang
kurang teratur pada hidroponik sehingga tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik dan subur.

I.
II.

Judul Praktikum
Pendahuluan

: Pembuatan Kompos

Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara
artifisial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau anaerobik (J.H.
Crawford, 2003).
Menurut Sutedjo (2002), kompos merupakan zat akhir suatu proses fermentasi, tumpukan sampah/ seresah tanaman dan ada
kalanya pula termasuk bingkai binatang. Sesuai dengan humifikasi fermentas suatu pemupukan, dirincikan oleh hasil bagi C/N
yang menurun. Perkembangan mikrobia memerlukan waktu agar tercapai suatu keadaan fermentasi yang optimal. Pada kegiatan
mempercepat proses dipakai aktifator, baik dalam jumlah sedikit ataupun banyak, yaitu bahan dengan perkembangan mikrobia
dengan fermentasi maksimum. Aktifator misalnya: kotoran hewan. Akhir fermentasi untuk C/N kompos 15 17.
III.

Alat dan Bahan

NO

ALAT

BAHAN

1.

Karung atau bekas spanduk sebagai alas

1.

Sampah Organik

2.

Golok/pisau/gunting

2.

Bibit kompos (Bio Phosko)

3.

Sarung tangan

3.

Serbuk gergaji

4.

Talenan/sejenisnya

4.

Dedak/bekatul

5.

Ember

6.

Sendok

7.

Komposter

Prosedur kerja Rendam 2 sendok bio phosko dalam 2 L air, (buat formula sesuai kebutuhan). Rajang sampah organic hingga ukuran merata 2cm. Rajang
sampah organic hingga ukuran merata. Emrat formula pada langkah 1 secara merata pada sampah bahan kompos hingga tingkat kebasahannya mencapai
60%. (ditandai dengan meratanya basah pada sampah, namun tidak samapi menetes). Aduk hingga merata. Bisa ditambahkan dedak kasar (kulit padi 3% dari
volume sampah untuk memperoleh hasil lebih baik). Masukan ke dalam komposter.Cek dan aduuk satu minggu sekali.Panen satu bulan kemudian untuk hasil
sempurna

IV.

Hasil pegamatan

Minggu ke-/Gambar

Warna

Bau

Tekstur

Kematangan

Hari pertama 28 Oktober


2014

Hijau

Busuk

Keras

Mentah

Minggu ke-1 4 November


2014

Jingga

Busuk sekali

Empuk

Matang, banyak belatung,


berair

Minggu ke-2 11 November


2014

Kuning busuk

lebih busuk dari


minggu 1

Empuk

Matang

Hitam

Biasa/

Renyah, agak

Matang

Minggu ke-3 20 November


2014

Minggu ke-4 28 November


2014

Coklat, menyatu
dengan tanah

Tidak terlalu berbau


busuk

kering

Bau kotoran manusia

Kasar

Matang

V. Pembahasan
Dari praktikum yang dilakukan langkah utama yang dilakukan adalah dipersiapkan bahan-bahan organik yang dipotongpotong atau dicacah agar proses pengomposan berlangsung cepat, disini juga menggunakan substrat yang lain seperti dedak
halus, gula pasir, mikroorganisme berupa bekteri (EM4), dan air. substrat yang ini pula yang dapat mempercepat pengomposan.
Berdasarkan sumber, untuk mendapatkan hasil kompos yang baik yaitu dengan meihat perubahannya terutama pada
warna, semakin hitam kompos bertandakan ini sudah jadi atau sudah siap untuk digunakan menjadi pupuk. Dilihat dari data hasil
pengamatan kompos yang kami buat dari waktu satu bulan lebih satu minggu dimulai minggu 1-5 telah mengalami perubahan
baik perubahan wujud maupun bau yang ditimbulkan dari kompos tersebut.
Dari segi perubahan wujud (warna) dimulai dari minggu 1-5 disini mengalami pembusukan dengan menunjukan perubahan
warna yang baik. dimulai dari minggu 1 : warna kompos masih belum ada perubahan masih berwarna hijau serta tekstur yang
masih keras, pada minggu ke-2 sudah mulai ada perubahan yaitu berwarna jingga serta teksturnya mulai empuk, pada minggu
ke-3 perubahannya sudah mulai lebih dari minggu ke-2 yaitu berwarna kuning busuk agak kehitam-hitaman dan teksturnya tetap
empuk, dan pada minggu ke 4 kompos sudah berubah menjadi warna hitam serta teksturnya agak renyak dan minggu ke-5
kompos sudah hampir menyerupai tanah dan dilihat dari tingkat kematangan dimulai minggu ke-2-minggu ke-5 sampahya
matang tidak metah lagi(mengalami pembusukan). Dilihat dari data tersebut jika dilihat dari ukuran partikel ketika
pemotongannya pas berukuran kecil sehingga proses penghancurannya lebih cepat sehingga menghasilkan kompos yang hampir
menyerupai tanah, dan juga Besarnya penyusutan tergantung pada karakteristik bahan mentah dan tingkat kematangan kompos.
Penyusutan berkisar antara 20 40 %. Apabila penyusutannya masih kecil/sedikit, kemungkinan proses pengomposan belum
selesai dan kompos belum matang. Penyusutan kompos terlihat pada kompos dengan menggunakan aktivator EM4, hal ini
dikarenakn EM4 lebih cepat dalam memproses bahan limbah menjadi kompos.
Selain warna yang berubah dapat dirasakan aroma kompos yang berbau busuk yang semakin pekat sampai minggu terakhir
sehingga menghasilkan aroma bau busuk seperti kotoran manusia. Ini artinya bahwa kompos ini mengalami penguraian oleh
bakteri-bakteri penghasil sulfur yaitu jenis bakteri anaerobik yang juga selama proses pengomposan tempatnya ditutup tanpa
oksigen, selain sulfur bakteri-bakteri ini menghasilkan senyawa lain dan macam asam organik seperti : asam asetat, butirat,
valerat, puttrecine, amonia dan H2S. Hal ini juga bisa dari faktor kelembaban yang lebih besar dari 60%, maka hara akan tercuci,
volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan
bau tidak sedap..
Dari beberapa kondisi yang terlihat, pengomposan tanpa udara/anaerob memacu bakteri-bakteri yang suka tanpa oksigen
untuk menguraikan substrat ini dan kerja bakteri suka oksigen terhambat akibatnya bakteri anaerobik ini yang mendominasi dan
mereduksi senyawa-senyawa khas beraroma tak sedap. Dari segi ukuran antara sebelum pengkomposan dengan yang sudah
terlihat perubahan, ini yang mengakibatkan proses pengkomposan terlaksana.
Adappun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembuatan kompos ini diantaranya :
1. Penambahan aktivator : Sampel yang pertama menggunakan Mikroorganisme Efektif (EM) yang merupakan kultur campuran
berbagai jenis mikroorganisme yang bermanfaat (bakteri fotosintetik, bakteri asam laktat, ragi, aktinomisetes dan jamur
peragian).
2. Temperatur/ Suhu : Selama tahap-tahap awal proses, oksigen dan senyawa- senyawa yang mudah terdegradasi akan segera
dimanfaatkan oleh mikroba mesofilik. Suhu tumpukan kompos akan meningkat dengan cepa. Suhu akan meningkat hingga di
atas 50o 70o C. Suhu akan tetap tinggi selama waktu tertentu. Mikroba yang aktif pada kondisi ini adalah mikroba Termofilik,
yaitu mikroba yang aktif pada suhu tinggi. Pada saat ini terjadi dekomposisi/penguraian bahan organik yang sangat aktif.
Mikroba-mikroba di dalam kompos dengan menggunakan oksigen akan menguraikan bahan organik menjadi CO2, uap air dan
panas. Setelah sebagian besar bahan telah terurai, maka suhu akan berangsur- angsur mengalami penurunan. Namun dari
hasil pengomposan yang kami lakukan tidak terdeteksi peningkatan suhu ketika di pegang secara langsung.
3. Sumber karbon dan Nitrogen : Sampah hijau sebagai sumber N dan sampah kering sebagai sumber C. Sampah dapur berupa
sayuran hijau, buah-buahan (kulit jeruk, melon), sedangkan sampah kering yaitu daun-daun kering, sekam, serbuk gergaji.
Mikroba memecah senyawa C sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Sehingga pada dengan
menggunakan EM4, terjadi pemadatan volume sampah lebih cepat.
4. Kelembaban : Kelembaban memegang peranan yang sangat penting dalam proses metabolisme mikroba dan secara tidak
langsung berpengaruh pada suplai oksigen. Kelembaban 40 60 % adalah kisaran optimum untuk metabolisme mikroba.
Apabila kelembaban di bawah 40%, aktivitas mikroba akan mengalami penurunan dan akan lebih rendah lagi pada kelembaban
15%. Apabila kelembaban lebih besar dari 60%, hara akan tercuci, volume udara berkurang, akibatnya aktivitas mikroba akan
menurun dan akan terjadi fermentasi anaerobik yang menimbulkan bau tidak sedap.
5. Kompos yang telah matang akan terasa lunak ketika dihancurkan. Bentuk kompos mungkin masih menyerupai bahan asalnya,
tetapi ketika diremas remas akan mudah hancur. Beberapa jenis sampah ada yang sudah hampir menyerupai tanah, namun
ada beberapa yang bentuknya masih sama seperti daun-daun kering, hal ini dikarenakan potongan daun yang kurang kecil
sehingga memerlukan waktu yang lebih lama untuk dapat hancur. Selain itu terjadi penyusutan volume/bobot kompos seiring
dengan kematangan kompos. Besarnya penyusutan tergantung pada karakteristik bahan mentah dan tingkat kematangan
kompos. Penyusutan berkisar antara 20 40 %. Apabila penyusutannya masih kecil/sedikit, kemungkinan proses pengomposan
belum selesai dan kompos belum matang. Penyusutan kompos lebih terlihat pada kompos yang menggunakan aktivator EM4,
hal ini dikarenakn EM4 lebih cepat dalam memproses bahan limbah menjadi kompos.

VI.

Pertanyaan dan jawaban

1. Apa perbedaan pembuatan kompos dengan MOL dan biophosko?


Jawaban: Perbedaan pembuatan kompos dengan MOL dan biophosko yaitu: pembuatan kompos dengan MOL (Mikroorganisme
lokal) menggunakan bahan terasi, ikan asin busuk, dedak, air kelapa, gula pasir, kotoran ayam dan air bersih sehingga akan
didapatkan mikroorganisme dari bahan-bahan tersebut tanpa menggunakan bibit kompos. Sedangkan pembuatan kompos
dengan biophosko bahan yang digunakannya adalah sampah organik yang diambil dari sampah sayur dan buahan serta
memerlukan bibit kompos. Pembuatan kompos dengan MOL (Mikroorganisme lokal) selama 1 bulan digunakan jolang sebagai
wadah penyimpanan, sedangkan kompos biophosko dimasukan kedalam komposter (dalam tanah). Hasil dari pembuatan kompos
dengan MOL berupa cairan yang akan dicampur dengan air untuk disemprotkan pada tanaman, sedangkan hasil dari pembuatan
kompos biophosko berupa kompos dengan tekstur yang remah.
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi pembuatan kompos?
Jawaban:Faktor yang mempengaruhi pembuatan kompos adalah:
1)

Ukuran dan jenis bahan organik adalah salah satu komponen penting untuk mendapatkan hasil yang diharapkan dari
pengomposan. Ukuran bahan organik yang relatif lebih kecil akan mempermudah percepatan proses pengomposan,
disamping ukuran, jenis dan karakter dari bahan organik juga sangat menentukan, misalkan gabah, partikel kayu/ranting,
sabut kelapa, yang semuanya relatif mempunyai unsur karbon yang tinggi. Ukuran partikel bahan yang optimal untuk
dikomposkan berkisar dari 1/8 inci hingga 1/2 inci, ukuran ini sangat relatif.

2)

Keseimbangan Nutrisi (Rasio C:N) sangat berpengaruh terhadap kinerja mikroorganisme dalam merombaka bahan organik
selama proses pengomposan berlangsung. Karbon (C) dibutuhkan oleh mikroorganisme, seperti bakteri, jamur dan
aktinomisetes sebagai sumber energi (makanan), sedangkan Nitrogen (N) yang umumnya berasal dari protein yang
terkandung dalam bahan organik diperlukan untuk membiakan diri. Apabila kandungan C terlalu tinggi maka proses
pengomposan akan cenderung menurun (melambat), namun apabila kandungan N terlalu tinggi maka umumnya akan
cenderung menimbulkan bau ammonia atau bahkan cenderung mengarah pada pembusukan (putrefaction). Keseimbangan
rasio C:N dalam pengomposan secara umum berkisar antara 20-40 bagian karbon(C) yang berbanding dengan 1 bagian
Nitrogen (N).

3)

Suhu atau Temperatur yang ditimbulkan selama proses pengomposan merupakan hasil pelepasan energi reaksi eksotermik
dalam tumpukan. Untuk menjaga kondisi suhu yang optimum sedianya suhu dalam tumpukan dipertahankan antara 50-60 C,
selama kurun waktu 9-11 hari pertama sejak awal pengomposan atau cukup 7-9 hari pertama dengan menjaga suhu berkisar
antara 60-65 C. Makin tinggi volume tumpukan maka makin besar isolasi panas yang terjadi dalam tumpukan bahan yang
dikomposkan.

4)

Perlakuan pembalikan tumpukan kompos akan sangat membantu proses aerasi dan homogenitas suhu dan bahan.
Pembalikan secara berkala dan teratur akan membantu pemerataan kondisi terhadap tumpukan kompos bagian bawah,
tengah dan atas, namun sebaiknya pembalikan jangan sering dilakukan, terutama fase awal /dekomposisi, hal ini untuk
menjaga kondisi suhu tumpukan dan aktivitas mikroorganisme dalam tumpukan. Suhu tumpukan yang dingin akan berakibat
proses pengomposan menjadi lambat.

5)

Kelembaban atau Kadar Air. Dalam proses pengomposan sangat penting. Air merupakan media reaksi kimia atau pelarut
media membawa nutrisi dan bahan utama bagi kehidupan mikroorganisme. Jika kondisi kadar air (kelembaban) dalam
tumpukan bahan yang dikomposkan sangat rendah, maka proses pengomposan akan berjalan sangat lambat, sebaliknya
apabila kadar air terlalu tinggi proses pengomposan juga akan kurang baik, dimana ruang oksigen dalam tumpukan akan
berkurang serta akan menimbulkan bau yang kurang sedap, proses pengomposan akan cenderung pada anaerob. Kondisi
kelembaban yang optimal berkisar antara 45%-60%.

6)

Aerasi atau Oksigen diperlukan oleh mikroorganisme untuk melakukan respirasi. Ketika kandungan oksigen dalam tumpukan
kurang dari 10% akan menimbulkan bau yang kurang sedap dan proses pengomposan akan mengarah pada kondisi anaerob.
Untuk menjaga kondisi udara baik yang jumlahnya besar, dapat dilakukan dengan menyuntikkan udara ke dalam tumpukan
atau bila jumlahnya sedikit dapat juga tumpukan dibalik/ diaduk. Pembalikan tumpukan sebaiknya setiap minggu sekali
gunanya untuk menghomogenkan bahan-bahan yg dikomposkan dan memberikan proses pengomposan yg stabil antara
tumpukan kompos bagian bawah, tengah dan atas.

7)

Bioaktivator adalah penambahan aktivator mikroorganisme yg menguntungkan akan sangat membantu dalam proses
percepatan pengomposan, dilain pihak penambahan ini akan memungkinkan kompos yg dihasilkan memiliki karakteristik
yang lebih sehat dan lebih baik bila diterapkan ke dalam tanah. Juga dapat membantu menekan populasi mikroorganisme
penyakit (pathogen) yang banyak terdapat dalam bahan organik yang dikomposkan terutama bila yang berasal dari kotoran
hewan atau limbah tanaman berpenyakit.

3.

Jelaskan jenis-jenis kompos?


Jawaban:

a.

Pupuk kompos aerob. Pupuk kompos aerob dibuat melalui proses biokimia yang melibatkan oksigen. Bahan baku utama
pembuatan pupuk kompos aerob adalah sisa tanaman, kotoran hewan atau campuran keduanya. Proses pembuatannya
memakan waktu 40-50 hari, untuk lebih jelasnya silahkan baca cara membuat kompos. Lamanya waktu dekomposisi
tergantung dari jenis dekomposer dan bahan baku pupuk.

b.

Pupuk bokashi. Pupuk bokashi merupakan salah satu tipe pupuk kompos anaerob yang paling terkenal. Ciri khas pupuk
bokashi terletak pada jenis inokulan yang digunakan sebagai starter-nya, yaitu efektif mikroorganisme (EM4) . Inokulan ini
terdiri dari campuran berbagai macam mikroorganisme pilihan yang bisa mendekomposisi bahan organik dengan cepat dan
efektif. Untuk mengetahui cara membuatnya, silahkan baca artikel cara membuat pupuk bokashi.

c.

Vermikompos. Vermikompos merupakan salah satu produk kompos yang memanfaatkan makroorganisme sebagai pengurai.
Makroorganisme yang digunakan adalah cacing tanah dari jenis Lumbricus atau jenis lainnya. Vermikompos dibuat dengan
cara memberikan bahan organik sebagai pakan kepada cacing tanah. Kotoran yang dihasilkan cacing tanah inilah yang
dinamakan vermikompos. Jenis organisme lain yang bisa digunakan untuk membuat kompos adalah belatung (maggot black
soldier fly).

d.

Pupuk organik cair. Pupuk organik cair merupakan pupuk kompos yang dibuat dengan cara pengomposan basah. Prosesnya
bisa berlangsung aerob ataupun anaerob. Pupuk organik cair dibuat karena lebih mudah diserap oleh tanaman. Dari
beberapa praktek, pupuk organik cair lebih efektif diberikan pada daun dibanding pada akar (kecuali pada sistem
hidroponik). Penyemprotan pupuk organik cair pada daun harus menggunakan takaran atau dosis yang tepat. Pemberian
dosis yang berlebihan akan menyebabkan kelayuan daun dengan cepat. Untuk mengetahui cara membuatnya silahkan
baca cara membuat pupuk organik cair.

4.

Jelaskan indikasi kandungan kompos yang baik? Jawaban: indikasi kandungan kompos yang baik adalah: Warna kompos
biasanya coklat kehitaman , Arom kompos yang baik mengeluarkan aroma yang menyengat, tidak mengeluarkan aroma
lemah seperti bau tanah atau bau humus hutan, Apabila dipegang dan dikepal, kompos akan menggumpal. Apabila ditekan
dengan lunak, gumpalan kompos akan hancur dengan mudah. PH netral, Rasio karbon/nitrogen: 15 20, Kadar air kompos
30 %, Bebas bakteri patogen.
I

Judul Praktikum

: Pembuatan Donat Secara Fermentasi

II

Tanggal Praktikum : 9 Desember 2014

III

Tujuan Praktikum

Dapat memperkirakan waktu yang dibutuhkan adonan donat untuk berfermentasi.

Dapat mengetahui tata cara kerja fermentasi adonan donat dan proses pembuatan donat.

IV

Dasar Teori

Fermentasi merupakan suatu cara yang telah dikenal dan digunakan sejak lama sejak jaman kuno. Fermentasi merupakan suatu
cara untuk mengubah substrat menjadi produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan bantuan mikroba. Bioteknologi
berbasis fermentasi sebagian besar merupakan proses produksi barang dan jasa dengan menerapkan teknologi fermentasi atau
yang menggunakan mikroorganisme untuk memproduksi makanan dan minuman (Heru Nurcahyo, 2011: 18).
Pembuatan roti merupakan bentuk lain dari pemanfaatan proses fermentasi yang dilakukan oleh jamur ragi (Saccharomyces sp).
dalam proses fermentasi, Saccharomyces sp merubah karbohidrat menjadi karbondiokasida dan alkohol. Karbondioksida
merupakan gas yang dapat dilepaskan ke udara bebas. Di dalam sebuah adonan, gas yang dihasilkan dari proses fermentasi oleh
Saccharomyces sp terjebak oleh pekatnya adonan tersebut, sehingga gas tersebut tidak dapat dilepaskan ke udara bebas. Gas
yang dihasilkan dari proses fermentasi ini dimanfaatkan untuk mengembangkan adonan. Dengan pemanasan pada oven dengan
suhu tinggi gas akan memuai, sehingga adonan akan tambah mengembang. Pemanasan juga berfungsi untuk mematikan sel-sel
ragi (Diana Rochintaniawati, 2013: 1).
V

Alat dan Bahan

Alat

No

Alat

Keterangan

Timbangan

4/kelas

Sendok makan

4/kelompok

Jam tangan

1/kelompok

Baskom

1/kelompok

Gelas plastik

4/kelompok

Katel

1/kelas

Kompor

1/kelas

Serok

1/kelas

Plastik transparan

4/kelompok

10

Penggaris

1/kelompok

11

Kertas label

Secukupnya

12

Lap bersih

1/kelompok

Bahan

No

Alat

Keterangan

Tepung terigu

2 kg

Telur

8/kelas

Kentang kukus

3 / kelompok

Ubi jalar

Secukupnya

Gula halus

Secukupnya

Ragi

Secukupnya

Air hangat

Secukupnya

Minyak goreng

Secukupnya

Minyak tanah

VI

Prosedur Kerja

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, Siapkan 4 buah gelas plastis kemudian diberi label A, B, C, D, siapkan telur
yang dipisahkan dari telur putihnya. Dan siapkan kentang yang sudah dikupas serta haluskan,Timbang lah terigu 90% (270 gr)
dan 10% kentang (30 gr) 75% Terigu (225 gr) dan 25% kentang (75 gr) begitupun dengan Ubi jalar. Timbanglah ragi sebanyak 2.4
gr. Masukan semua bahan kedalam baskom (terigu, ketang, gula halus) dan aduk sampai merata.Masukan bahan kedalam
baskom (kuning telur, ragi) dan aduk sampai merata.Masukan air panas kedalamnya sehingga adonan menjadi kalis. Ambil
sample dan Amati keseluruhan adonan donat tersebut pada gela plastik yang telah diberi label, dan amati setiap 5 menit dalam
waktu 30 menit. goreng donatnya dan ukur diameter serta tinggi sebelum digoreng ataupun sesudah digoreng dan juga amati
tekstur, warna, dan rasa dari donat tersebut

VII Hasil Pengamatan


A.

Donat yang didiamkanselama 10 menit


1.

DonatSebelum di goreng
Ukuran

Warna

Tekstur

Perubahan Rasa

D = 0,2 cm.T = 2,5 cm

Putih kekuningan

Lembut

Kurang manis

D = 6 cm T = 1,6cm

Putihkekuningan

Lembut

Kurangmanis

2.

D = 4,5cm T = 1,2 cm

Putihkekuningan

Lembut

Kurangmanis

D = 4,5 cm T = 1,5cm

Putih kekuningan

Lembut

Kurang manis

D = 4cm T = 1,5cm

Putihkekuningan

Lembut

Kurangmanis

D= 4,5 cm T = 1,5 cm

Putih kekuningan

Lembut

Kurang manis

D = 2 cm T = 1 cm

Putih kekuningan

Lembut

Kurang manis

Donatsesudah di goreng
Ukuran

Warna

Tekstur

Perubahan Rasa

D = 2 cm T = 3 cm

Kuning kecoklatan

Lembut

Manis

D = 7,2cm T = 2,4 cm

Kuningkecoklatan

Lembut

Kurangmanis

D = 5,5 cm T = 2 cm

Kuningkecoklatan

Lembut

Kurangmanis

D = 4,7 cm T = 1,9 cm

Kuning kecoklatan

Lembut

Sedikit manis

D = 5cm T = 3,5 cm

Kuningkecoklatan

Lembut

Kurangmanis

D = 5,2 cm T = 2,3 cm

Krem

Lembut

Kurang manis

D = 1 cm T = 3 cm

Kuning kecoklatan

Lembut

Sedikit manis

B.

Donat yang didiamkanselama60 menit (6 x 5 menit)

Waktu

Donat

1 x 5 menit

2 x 5 menit

3 x 5 menit

4 x 5 menit

5 x 5 menit

6 x 5 menit

0.5 cm

1.4 cm

2 cm

2.3 cm

2.5 cm

2.8 cm

1 cm

1.8 cm

1.9 cm

2 cm

2.1 cm

2.5 cm

1 cm

1.5 cm

1.8 cm

2 cm

2.2 cm

2.5 cm

0.5 cm

1 cm

1.2 cm

1.5 cm

2 cm

2.1 cm

VIII Pembahasan
Pada praktikum kali ini dari semua donat (A,B,C,D) semua mengalami penambahan jumlah volume ini disebabkan oleh Udara
(oksigen) yang masuk ke dalam adonan pada saat pencampuran dan pengulenan (kneading) akan dimanfaatkan untuk tumbuh
oleh khamir. Akibatnya akan terjadi kondisi yang anaerob dan terjadi proses fermentasi. Gas CO 2 yang dihasilkan selama proses
fermentasi akan terperangkap di dalam lapisan film gluten yang impermiabel. Gas akan mendesak lapisan yang elastis dan
extensible yang selanjutnya menyebabkan pengembangan (penambahan volume) adonan. Ini terlihat dari donat A yang awalnya
memiliki volume 0,4 cm menjadi 1,9 cm setelah 30 menit, dan begitu seterusnya dengan donat yang lainnya.
Pada pembuatan donat, adonan tepung akan mengembang. Pada adonan tepung akan menjadikan proses fermentasi, yaitu akan
menghasilkan gas karbon dioksida dan alkohol. Gas karbon dioksida tersebut dapat berguna untuk mengembangkan roti,
sedangkan alkohol dibiarkan menguap. Selanjutnya, akan terlihat jika adonan tersebut digoreng akan tampak lebih mengembang
dan ukurannya membesar, hal ini dikarenakan gas akan mengembang jika temperatur tinggi. Hasilnya seperti yang dilihat donat
akan berwarna kekuningan, tetapi jika tidak beruntung donat akan keras dan padat (bantat). (Heru Nurcahyo. 2011).
Dan dari segi rasa donat yang paling pas dan juga dikatakan enak adalah kelompok 5, karena gula dan campuran adonan nya
pas jadi rasanya pun pas, gulanya terasa dan kematangannya sempurna jadi terasa enak. Tapi dari tampila atau tekstur yang
paling bagus adalah kelompok 6 karena dari segi pengadonan, adonan tercampur rata hingga kalis dan menghasilkan hasil yang
bagus, sehingga pada saat digoreng dan disajikan donat kelompok 6 adalah yang terlihat paling baik secara kasat mata.

IX

Pertanyaan dan Jawaban

Apa fungsi tepung terigu? Jawaban: Tepung terigu berfungsi sebagai jaringan/kerangka sebagai akibat terbentuknya gelembunggelembung udara hasil pengocokan yang diikat oleh telur. Tepung terigu yang digunakan untuk pembuatan donat diharapkan
yang berprotein rendah sampai sedang (8% 10%). Bila membuat cake dengan volume yang tinggi dan besar kita menggunakan
tepung yang berprotein 10 11%. Tetapi berakibat tekstur donat akan besar dan kasar.

Apa fungsi gula? Jawaban: Fungsi gula Selain memberikan rasa manis, gula juga membuat tekstur roti lebih lembut,
memperpanjanga umur roti, serta memberikan warna pada permukaan roti. Gula yang dipakai dalam resep-resep roti manis
spesial adalah gula pasir halus (granulated sugar) yang mudah larut dalam air, sebaiknya hindari pemakaian gula pasir yang
kristalnya besar dan susah larut dalam air.

Apa fungsi air hangat dalam pebuatan adonan? Jawaban: Fungsi air hangat untuk melarutkan bahan-bahan kering menjadi
adonan, membentuk gluten, dan mengontrol suhu adonan. Kalau memakai air tanah sebaiknya direbus dulu untuk menetralkan
PH air, dan gunakan air es dalam setiap pembuatan roti, supaya adonan tidak panas.

Bgaimana proses fermentasi oleh ragi? Jawaban: Proses fermentasi oleh ragi juga berhubungan dengan aktifitas enzim yang
terdapat pada ragi. Enzim yang terdapat pada ragi adalah invertase, maltase dan zymase. Gula pasir atau sukrosa tidak
difermentasi langsung oleh ragi.

KELOMPOK 2/VII/A

a Invertase mengubah sukrosa menjadi invert sugar (glukosa dan fruktosa) yang difermentasi langsung oleh ragi. Sukrosa dalam
adonan akan diubah menjadi glukosa pada tahap mixing.
b Maltase mengubah matl sugar atau maltosa yang ada pada malt syrup menjadi dekstrosa. Dekstrosa difermentasi secara
langsung oleh ragi.
c Zymase mengubah invert sugar dan dekstrosa menjadi gas karbondioksida yang akan menyebabkan adonan mengembang dan
terbentuk alkohol. Enzim zymase merupakan biokatalis yang digunakan dalam proses pembuatan roti. Kompleks enzim zymase
ini dapat mengubah glukosa dan fruktosa menjadi CO2 dan alkohol. Penambahan enzim zymase dilakukan pada proses
peragian pengembangan roti. Ragi ditambahkan kedalam adonan roti sehingga glukosa dakan adonan akan terurai menjadi etil
alkohol dan karbon dioksida. Proses penguraian ini berlangsung dengan bantuan enzim zymase yang dihasilkan oleh ragi.
Berikut ini reaksi penguraian yan terjadi akibat adanya penambahan enzim zymase dalam adonan roti.
5 Apa yang terjadi setelah adonan diberi ragi? Jawaban: Setelah adonan diberi ragi adonan jadi mengembang, sehingga
memudahkan pembentukan gluten dan memberikan aroma pada adonan.
6 Mengapa adonan harus ditutup dengan serbet? Jawaban: Tujuan penutupan dengan serbet adalah untuk mencegah penguapan.
7 Berdasarkan grafik yang kamu buat, perbandingan bahan dasar manakah (A, B, C, atau D) yang mengalami pertaambahan
volume? Berikan alasannya!
Jawaban: Semuanya mengalami pertambahan volume, namun ada yang mengalami pertambahan banyak dan ada yang hanya
mengalami pertambahan volume sedikit. Pertambahan volume yang banyak pada donat A dengan volume 2,8 cm.
8 Dari hasil pengamatan diameter dan kualitas donat (warna, tekstur, dan rasa)
a Bagaimana perubahan diameter, warna, tekstur, dan rasa? Jawaban: Diameter donat menjadi mengembang setelah digoreng ke
dalam minyak.Warna donat sebelum digoreng berwarna kuning, setelah digoreng warnanya coklat keemasan.Tekstur donat
sebelum digoreng teksturnya kalis, setelah digoreng tekstur luarnya renyah dan tekstur dalamnya lembut.Rasa donat ada yang
manis dan ada yang hambar
b

Apakah arti dari perubahan tersebut? Jawaban: Perubahan diameter, warna, tekstur, dan rasa terjadi karena adanya proses
fermentasi pada donat yang sudah d diamkan sebelumnya, sehingga warna menjadi kekuningan, rasa menjadi manis, tekstur
menjadi lembut, dan diameter menjadi mengembang.

Adakah perubahan lain yang dapat kamu amati? Jelaskan! Jawaban: Selain perubahan tekstur, diameter, warna dan rasa tidak
ada perubahan lain yang dapat kami amati.

Menurutmu perlakuan donat manakah yang terbaik? Jelaskan! Jawaban: Menurut kelompok kami, perlakuan donat yang terbaik
adalah kelompok 5, karena gula dan campuran adonan nya pas jadi terasa enak. Tapi dari tekstur yang paling bagus adalah
kelompok 6 karena dari segi pengadonan, adonan tercampur rata hingga kalis dan menghasilkan hasil yang bagus

Apa yang dapat kamu simpulkan dari percobaan ini?


Jawaban: Dari hasil pengamatan ini dapat disimpulkan bahwa takaran donat yang terbaik adalah pada bahan kentang. Perubahan
diameter, warna, tekstur, dan rasa terjadi karena adanya proses fermentasi pada donat yang sudah d diamkan sebelumnya,
sehingga warna menjadi kekuningan, rasa menjadi manis, tekstur menjadi lembut, dan diameter menjadi mengembang.

10

Kesulitan/kendala apa yang kamu hadapi dalam percobaan ini?


Jawaban: Kesulitan/kendala yang di hadapi dalam percobaan ini adalah pada saat membuat adonan donat, takaran dan
penambahan air harus sangat diperhatikan, karena jika terlalu banyak air adonan menjadi tidak kalis dan lembek

11 Saran apa yang dapat kamu berikan untuk percobaan-percobaan berikutnya?


Jawaban: Untuk praktikum pembuatan donat selanjutnya disarankan untuk alat seperti kompor, katel, dan lainya disediakan dari
laboratorium, agar kegiatan praktikum lebih cepat selesai.

Kesimpulan

Dengan diadakannya praktikum pembuatan donat ini, kita telah memperoleh banyak sekali pengetahuan. Antara lain, Ragi roti
(Saccharomyces cereviceae) dapat membuat adonan mengembang.kita sudah dapat menentukan jumlah ragi yang diberikan
untuk fermentasi pada pembuatan donat, kita juga dapat memperkirakan waktu dalam menunggu proses fermentasi, dan
tentunya setelah kita mengadakan praktikum ini kita dapat membuat donat dengan tahapan-tahapan yang baik dan benar
dengan hasil yang semaksimal mungkin dan hasilnya ini terlihat dari donat A yang awalnya memiliki volume 0,4 cm menjadi 1,9
cm setelah 30 menit, dan begitu seterusnya dengan donat yang lainnya. Fermentasi dalam pembuatan donat akan maksimal
apabila menggunakan alat, bahan, prosedur yang tepat, baik, dan benar.

KELOMPOK 2/VII/A

Judul Praktikum

: Pembuatan Minyak Kelapa Secara Fermentasi (VCO)

Tanggal Praktikum

: 02 Desember 2014

Tujuan

Setelah melakukan praktikum, mahasiswa diharapkan dapat mengetahui cara pembuatan minyak kelapa dengan cara fermentasi (VCO)
Dasar Teori
Minyak kelapa adalah minyak yang dihasilkan dari buah kelapa. Minyak kelapa dapat diekstrak dari daging buah kelapa segar atau diekstrak dari daging kelapa
yang sudah dikeringkan. Minyak kelapa memiliki banyak manfaat bagi manusia. Minyak kelapa biasa digunakan untuk berbagai bahan baku industri atau sebagai
minyka goreng. Selain itu, minyak kelapa dapat dipakai untuk menjaga kesehatan dan menyembuhkan berbagai penyakit seperti diabetes, jantung, kolesterol,
kangker, dan lain-lain. Hal ini salah satunya dikarenakan miyak kelapa memiliki kandungan asam laurat yang tinggi. (Sukardi dkk.1995).
Teknik pembuatan minyak kelapa secara umum dapat digolongkan menjadi 3 cara, yaitu teknik basah, teknik pres, dan teknik ekstraksi pelarut. Teknik basah
merupakan teknik yang paling sederhana. Secara garis besar minyak yang dihasilkan dari teknik ini adalah dengan memisahkan minyak pada santan hasil remasan
parutan buah kelapa segar. Pemanasan dan sentrifugasi merupakan cara yang digunakan untuk memisahkan minyak pada santan yang dihasilkan. Namun, dengan
melakukan intensifikasi teknik basah ini dapat digolongkan lagi menjadi tekinik basah tradisional, basah fermentasi, basah lava process, dan teknik basah
kraussmaffei process. Teknik pres dan ekstraksi pelarut menggunakan kopra sebagai bahan bakunya dan memerlukan biaya relatif besar karena harus membeli alat,
mesin, dan larutan pelarut. (Winarno, F.G. 2004).
Pembuatan minyak kelapa secara fermentasi memiliki banyak keuntungan dibandingkan dengan cara tradisional. Pada cara tradisional, rendahan minyak yang
diperoleh sekitar 15-17%, sedangkan cara fermentasi , rendeman minyak yang diperoleh sekitar 22-24% selain itu, pembuatan minyak kelapa secara fermentasi
prosedurnya lebih mudah, dapat menghemat bahan bakar, dan menghasilkan minyak yang berwarna jernih dengan kualitas yang memenuhi standar minyak
Indonesia. Namun perlu diperhatikan bahwa keberhasilan pembuatan minyak dengan metoda ni sangat dipengaruhi oleh jenis substrat, jenis ragi dan factor
lingkungan yang mempengaruhi kehidupan saccharomyces sp.(Tri wahyu Agustina,2014)
Jika dibandingkan dengan minyak kelapa biasa, atau sering disebut dengan minyak goreng (minyak kelapa kopra), minyak kelapa murni mempunyai kualitas yang
lebih baik. Minyak kelapa kopra akan berwarna kuning kecoklatan, berbau tidak harum, dan mudah tengik, sehingga daya simpannya tidak bertahan lama (kurang
dari dua bulan). Dari segi ekonomi, minyak kelapa murni mempunyai harga jual yang lebih tinggi dibanding minyak kelapa kopra, sehingga studi pembuatan VCO
perlu dikembangkan. (Sukardi dkk.1995).
Alat dan Bahan
AlatNo

Alat

Jumlah

Stoples plastik

Waskom

Saringan / kassa

Gelas ukur

Beaker glass

Timbangan

Termometer

KELOMPOK 2/VII/A

BahanN
o

Alat

Jumlah

Kelapa diparut sendiri

1 kg

Kelapa diparut dipasar

1 kg

Kara

3 buah

Air hangat dengan suhu 50o-60oC

Secukupnya

Ragi roti Fermipan

1, 1.5, 2, 2.5 gr

KELOMPOK 2/VII/A

Cara Kerja
Pembuatan Krim Santan
Kelapa yang telah diparut disiram dengan air hangat suhu 50 o-60oC sampai mendapatkan santan sebanyak 200 ml. Peras parudan kelapa tersebut sampai
mendapatkan santan sebanyak 200 ml yang cukup kental pada beeker glas menggunakan saringan. Santan yang diperoleh masukan kedalam toples plastik, tutup
agar tidak banyak terkontaminasi dan simpan 6-12 jam agar terjadi pemisahan antara air dengan krim santan. Setelah terjadi pemisahan buanglah airnya sehingga
hanya ada santan
Fermentasi dan Inkubasi Timbang ragi sebanyak 1,5 gr kemudian tambahka ragi tersebut pada kream santan dan aduk-aduk hingga merata. Tutup dan simpan
krim tersebut pada ruang inkubasi suhu 30 oC selama 24 jam. Setelah masa inkubsi 24 jam minyak terbentuk akan tampak berada diatas permukaan serta ukur
brapa tinggi keseluruhan dan dedaknya. Pisahkan hasil minyak yang telah difermentasikan dengan dedaknya . Panaskan minyak yang telah dipisahkan dari
dedaknya. Dan setelah dipanaskan hasil minyaknya jernih.
Hasil Pengamatan
KEL

JENIS

KETERANGAN

Sebelum Fermentasi Volume sebelum di fermentasi = 250 ml Tinggi Krim = 5 cm Warna krim
putih kental

Santan kara

Setelah Fermentasi Tinggi minyak = 0 Tinggi endapan = 5 cm Tidak terdapat warna minyak
yang terlihat

Minyak setelah dipanaskan Tidak terdapat minyak yang terlihat

Sebelum Fermentasi Volume sebelum di fermentasi = 250 ml Tinggi air = 2 cm Tinggi Krim
= 1.2 cmWarna krim putih gading, aroma agak asam

Kelapa parutan
pasar

Setelah Fermentasi Tinggi minyak = 1.2 cm Tinggi endapan = 0.6 cm Warna minyak bening,
aroma agak asam

Minyak setelah dipanaskan Warna minyak bening, aroma wangi kelapa goreng

Sebelum di fermentasi Volume sebelum di fermentasi : 250 ml Tinggi krim: 250 ml Warna
krim putih kekuningan
Wangi kelapa

Kelapa parutan
sendiri

Setelah di fermentasi 24 jam Tinggi minyak : 3,2 cm Tinggi endapan : 1,5 cm Warna kuning,
wanginya seperti kelapa

Setelah di panaskan Warna minyak agak kekuningan karena pada parutan yang digunakan sebelumnya telah
digunakan untuk memarut koneng, wangi kelapa goreng.

Kekentalan krim berkurang dari sebelumnya, berbusa, aroma asam, tidak ada cairan lain, hanya krim saja yang ada.
4

Santan Kara
Volume sebelum di fermentasi = 250 ml Volume setelah di fermentasi tingginya= 7 cm

Kelapa parutan

SebelumFermentasi Volume sebelum di fermentasi = 250 ml Tinggi air =3 cm Tinggi Krim =

KELOMPOK 2/VII/A

4cm
Warna krim putih, aroma wangi kelapa

pasar

SetelahFermentasi Tinggi minyak = 1,5 cm Tinggi endapan = 2,5 cm


Warna minyak bening, aroma agak asam, tapi khas minyak

Minyak setelah dipanaskan Warna minyak kuning, aroma wangi minyak kelapa

Sebelum Fermentasi Volume sebelum di fermentasi = 200 ml Tinggi air = 0,8 cm Tinggi Krim
= 0,7 cm
Warna krim putih gading, aroma agak asam
6

Parutan sendiri
Setelah Fermentasi Tinggi minyak = 5 cm Tinggi endapan = 1,2 cm Warna minyak bening,
aroma agak asam

Minyak setelah dipanaskan Warna minyak bening, aroma wangi kelapa goreng

Kelapa parutan
pasar

Volume sebelum di fermentasi = 250 ml Tinggi Seluruh (air + Krim) = 9 cm Tinggi Krim = 2
cm Tinggi setelah 24 Jam= 1,5 cm

Sebelum Fermentasi Volume sebelum di fermentasi = 250 ml Tinggi air = 3 cm Tinggi Krim
= 4 cm
Warna krim putih, aroma agak asam
8

Kelapa parutan
tangan

Setelah Fermentasi Tinggi minyak = 2 cm Tinggi endapan = 2,5 cm Warna minyak bening,
aroma agak asam

Minyak setelah dipanaskan Warna minyak bening, aroma wangi minyak kelapa

Pembahasan
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktikum ini, diketahui bahwa hasil pembuatan minyak kelapa dengan cara pengolahan bahan utama yang berbeda
menghasilkan minyak kelapa yang berbeda pula, hal ini terlihat dari perlakuannya baik sebelum fermentasi, setelah fermentasi dan setelah dipanaskan. Pada
praktikum ini bahan dasar yang digunakan adalah kelapa yang telah diparut sendiri, kelapa yang diparut di pasar dan kelapa yang sarinya sudah jadi (Kara) .
Sedangkan jenis jamur yang digunakan adalah ragi roti atau disebut juga fermipan yang terdapat jamur Saccharomyces sp. Saccharomyces sp bertujuan untuk
memisahkan minyak dari karbohidrat dan protein yang terdapat dalam sel-sel endosperm biji kelapa. Pada pembuatan minyak ini sebenarnya yang diperlukan
adalah enzim-enzim yang dihasilkan oleh jamur Saccharomyces sp. (Adi Rahmat dan Amprasto. 1995)
Diketahui bahwa sebelum fermentasi, semua santan kelapa ini memiliki volume 250 ml dengan warna putih gading kecuali pada santan kelapa parutan sendiri (kel
3) berwarna putih kekuningan karena terkontaminasi warna kunyit yang terdapat pada parutan sehingga membekas dan luntur pada hasil parutan kelapanya.
Aroma pada santan sebelum difermentasi adalah wangi kelapa kecuali santan kelapa hasil parutan pasar yaitu agak asam. Untuk memperoleh minyak yang
berwarna jernih sebaiknya sebelum diparut kelapa yang akan digunakan dikupas terlebih dahulu, sehingga bagian yang putihnya saja yang diparut. (Adi Rahmat
dan Amprasto. 1995)
Sesudah difermentasi kara1 memiliki tinggi endapan 5 cm dan warnanya putih sedangkan kara 2 tinggi endapan 7 cm dan aromanya agak asam, kelapa parut di
pasar1 memiliki tinggi minyak 1.2 cm, tinggi endapan 0.6 cm, warna bening dan aromanya agak asam, kelapa parut dipasar 2 memiliki tinggi minyak 1.5 cm, tinggi

KELOMPOK 2/VII/A

endapan 2.5 cm, warnanya bening dan aromanya asam, kelapa parut dipasar 3 memiliki warna yang bening, dan pada bahan terakhir yaitu kelapa yang diparut
sendiri1 memiliki tinggi minyak 3.2 cm, tinggi endapan 1.5 cm, warna kuning dan aromanya khas dari kelapa, kelapa yang diparut sendiri 2 memiliki tinggi minyak
5 cm, tinggi endapan 1.2 cm, warna bening dan aromanya agak asam, yang terakhir kelapa yang diparut sendiri 3 memiliki tinggi minyak 2 cm, tinggi endapan 2.5
cm, warna bening dan aromanya agak asam. Krim santan yang baik setelah difermentasi selama 24 jam tidak menimbulkan bau tak sedap. Timbulnya bau tak
sedap pada krim santan yang telah difermentasikan menandakan bahwa krim tersebut telah terkontaminasi. (Adi Rahmat dan Amprasto. 1995).
Sesudah difermentasi maka dihasilkannya minyak. Minyak tersebut terbentuk dari proses penghancuran karbohidrat oleh enzim-enzim yang dihasilkan oleh
Saccharomyces sp. maka minyak maupun protein masing-masing akan terlepas. Minyak akan berada dipermukaan karena memiliki berat jenis yang lebih ringan,
sedangkan proteinnya akan mengendap. (Adi Rahmat dan Amprasto. 1995). Hasil minyak kelapa yang bagus adalah yang memiliki warna bening atau jernih dan
aroma khas dari kelapanya yaitu pada hasil kelapa yang diparut dipasar 1 dan 3, kara2, kelapa yang diparut sendiri2 dan 3. Keberhasilan pembuatan minyak dengan
metode ini sangat dipengaruhi oleh jenis substrat, jenis ragi dan faktor lingkungan juga mempengaruhi kehidupan Saccharomyces sp. (Adi Rahmat dan Amprasto.
1995).
Pertanyaan dan Jawaban
Mengapa dalam pembuatan santan harus menggunakan air hangat? Dalam pembuatan santan harus menggunakan air hangat karena dengan menggunakan air
hangat santan akan keluar lebih banyak dibandingkan menggunakan air dingin, jika air dingin maka santan akan menggumpal.
Mengapa selama fermentasi toples yang digunakan harus ditutup? Selama fermentasi toples yang digunakan harus ditutup agar tidak terkontaminasi oleh bakteri
lain sehingga minyak tetap harum dan tidak busuk.
Mengapa minyak yang diproleh harus dipanaskan selama 10-40 menit? Minyak yang diproleh harus dipanaskan selama 10-40 menit yaitu agar steril dan tidak
menggumpal
Dari semua bahan mana yang menghasilkan minyak paling banyak? Dari semua bahan yang menghasilkan minyak paling banyak adalah kelapa yang diparutan
sendiri oleh kelompok 6 dengan tinggi minyak = 5 cm, tinggi endapan = 1,2 cm warna minyak bening, akan tetapi aroma agak asam

A.

Tujuan

1.

Adapun tujuan dari praktik kuliah lapangan Badan Tenaga Nuklir Nasional Bandung adalah:
Mengetahui aplikasi nuklir di berbagai bidang, khususnya bidang kebiologian

2.

Mengetahui manfaat-manfaat nuklir

B.

Manfaat

Dengan kegiatan praktik kuliah lapangan ini, mahasiswa menambah wawasan, pengetahuan serta pengalaman dan
memberikan semangat unuk mengembangkan juga menerapkan ilmu Bioteknologi dalam bidang industri.
C.

Waktu dan Tempat Pelaksanaan


Waktu Pelaksanaan

: Selasa, 18 November 2014

Tempat pelaksanaan : Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN)


Jalan Tamansari No. 107 Bandung Jawa Barat
D.

Prosedur Pelaksanaan

1.
2.

Mahasiswa mengikuti perkenalan kegiatan BATAN yang dipresentasikan oleh pemandu


Mahasiswa mengamati proses pemanfaatan nuklir yang dijelaskan oleh pemandu

3.

Mahasiswa mencatat setiap hasil kegiatan yang dilaksanakan

E. Hasil Pengamatan
1.
Tentang Batan Bandung
BATAN yang semula berkepanjangan Batan Tenaga Atom Nasional berubah menjadi Badan Tenaga Nuklir Nasional.
BATAN adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen yang mempunyai tugas pokok membantu Presiden dalam merumuskan
kebijaksanaan dibidang nuklir dan melaksanakan pemanfaatan tenaga nuklir di Indonesia.
BATAN Bandung berdiri pada tahun 1964 dan disahkan oleh Presiden Soekarno. Sebelumnya, menurut UU No. 31 tahun
1964, BATAN dinyatakan sebagai lembaga pelaksana dan pengawas mengenai segala sesuatu yang terkait dengan nuklir.
Kebijakan ini kemudian diubah melalui UU No. 10 tahun 1997 yang menyatakan BATAN sebagai pelaksana dan BAPETEN sebagai
pengawas. Ini dimaksudkan agar pengawasan lebih terjamin. Di BATAN Bandung atau biasa disebut PTNBR BATAN (Pusat
Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri), terdapat beberapa fasilitas, yaitu:
a. Fasilitas reaktor
b.

Fasilitas bidang Fisika

KELOMPOK 2/VII/A

c.

Fasilitas bidang K2 (Kesehatan dan Keselamatan)

Gambar 1. Mini Reaktor


d.

Fasilitas bidang BIE (Balai Instrumentasi & Elektromekanik)

e.

Fasilitas bidang SBR (Senyawa Bertanda & Radiometri)

f.

Fasilitas bagian TU

g.

Fasilitas bidang UPN (Unit Pengamanan Nuklir)

2.

Pemanfaatan Nuklir

a.

b.

c.

Manfaat nuklir yang sudah diterapkan di berbagai belahan dunia antara lain untuk hal-hal berikut:
Kesehatan
1)

Jaringan Biologi Steril, Amnion dari ibu hamil tidak dibuang, namun diproses dengan nuklir dan dimanfaatkan kembali
untuk menutup luka bakar atau sambungan tulang.

2)

Alat-alat kesehatan seperti renograf, thyroid uptake, dan gamma camera.

Pertanian
1)

Tanaman Pangan (Varietas Unggul)

2)

Tanaman Holtikultura (Efisiensi Pemupukan)

3)

Tanaman Industri (TSM/PHT)

4)

Tanaman Obat (Ekstraksi)

5)

Pasca Panen (Bebijian/Umbi)

Peternakan
1)

Nutrisi Ternak (Efisiensi penggunaan pakan dan penggemukan)

2)

Reproduksi Ternak (RIA, IB, Pembibitan)

3)

Kesehatan Ternak (Koksivet Supra 95)

4)

Perikanan (Pakan dan Hormon)

d.

Rekayasa Bahan

e.

Hidrologi

f.

Radiometri

g.

Energi (PLTN)

3.

Prinsip Kerja Reaktor Nuklir

Sebuah reaktor nuklir paling tidak memiliki empat komponen dasar, yaitu elemen bahan bakar, moderator neutron,
batang kendali, dan perisai beton. Bahan yang biasa digunakan sebagai bahan bakar adalah uranium U. Elemen bahan bakar
dapat berbentuk batang yang ditempatkan di dalam teras reaktor. Laju dijalankan oleh moderator neutron yang umumnya
berupa air. Jadi, di dalam teras reaktor terdapat air sebagai moderator yang berfungsi memperlambat kelajuan neutron karena
neutron akan kehilangan sebagian energinya saat bertumbukan dengan molekul-molekul air.
Fungsi pengendalian jumlah neutron dilakukan oleh batang-batang kendali. Agar reaksi berantai yang terjadi terkendali
dimana hanya satu neutron saja yang diserap untuk memicu fisi nuklir berikutnya, digunakan bahan yang dapat menyerap
neutron-neutron di dalam teras reaktor, seperti boron atau kadmium digunakan karena efektif dalam menyerap neutron.

KELOMPOK 2/VII/A

Skema 1. Reaktor Nuklir


Batang kendali didesain sedemikian rupa agar secara otomatis dapat keluar-masuk teras reaktor. Jika jumlah neutron di
dalam teras reaktor melebihi jumlah yang diizinkan (kondisi kritis), maka batang kendali dimasukkan ke dalam teras reaktor
untuk menyerap sebagian neutron agar tercapai kondisi kritis. Batang kendali akan dikeluarkan dari teras reaktor jika jumlah
neutron di bawah kondisi kritis (kekurangan neutron), untuk mengembalikan kondisi ke kondisi kritis yang diizinkan.
Radiasi yang dihasilkan dalam proses pembelahan inti atom atau fisi nuklir dapat membahayakan lingkungan di sekitar
reaktor. Diperlukan sebuah pelindung di sekeliling reaktor nuklir agar radiasi dari zat radioaktif di dalam reaktor tidak menyebar
ke lingkungan di sekitar reaktor. Fungsi ini dilakukan oleh perisai beton yang dibuat mengelilingi teras reaktor. Beton diketahui
sangat efektif menyerap sinar hasil radiasi zat radioaktif sehingga digunakan sebagai bahan perisai.
4.

Pengolahan Limbah Radioaktif

Secara keseluruhan, pengelolaan limbah radioaktif yang lazim dilakukan meliputi tiga pendekatan pokok bergantung
besar kecilnya volume limbah, tinggi rendahnya aktivitas zat radioaktif serta sifat-sifat fisika dan kimia limbah tersebut. Tiga
pendekatan pokok itu meliputi :
a

Limbah radioaktif dipekatkan dan dipadatkan yang pelaksanaannya dilakukan di dalam wadah khusus untuk selanjutnya
disimpan dalam waktu yang cukup lama. Cara ini efektif untuk pengelolaan limbah radioaktif cair yang mengandung zat
radioaktif beraktivitas sedang dan atau tinggi.

Limbah radioaktif disimpan dan dibiarkan meluruh dalam tempat penyimpanan khusus sampai aktivitasnya sama
dengan aktivitas zat radioaktif lingkungan. Cara ini efektif jika dipakai untuk pengelolan limbah radioaktif cair atau padat
yang beraktivitas rendah dan berwaktu paroh pendek.

Limbah radioaktif diencerkan dan didispersikan ke lingkungan. Cara ini efektif untuk pengelolaan limbah radioaktif cair
atau gas beraktivitas rendah.

Dengan ketiga pendekatan itu diharapkan bahwa aktivitas limbah radioaktif yang lepas ke lingkungan sama dengan
aktivitas zat radioaktif yang secara alamiah sudah ada pada lingkungan.
5.

PLTN Reaktor Air Bertekanan

Reaktor ini menggunakan air sebagai pendingin. Reaktor ini memiliki dua system sirkulasi pendingin, yaitu sirkulasi
pendingin primer yangberhubungan langsung dengan sumber panas. Sirkulasi pendingin sekunder dibuat bertekanan tinggi
sehingga tidak akan mendidih walaupun berada dalam temperature yang sangat tinggi. Panas dari sistem pendingin primer
dialirkan ke system sekunder. Air dalam system sekunder ini akan berubah menjadi uap dan kemudian dimanfaatkan untuk
menggerakkan turbin generator dan menghasilkan listrik.

KELOMPOK 2/VII/A

Skema 2. PLTN Jenis PWR


o
Untuk mengangkut kalor sebesar mungkin, suhu air dikondisikan mencapai 300 C. Untuk menjaga air tidak mendidih
o
(yang dapat terjadi pada suhu 100 C pada tekanan 1 atm), air diberi tekanan 160 atm. Air panas diangkut melalui suatu alat
penukar panas, dan kalor dari air panas dipindahkan ke air yang mengalir di sekitar alat penukar panas (sistem pendingin
sekunder). Kalor yang dipindahkan ke sistem pendingin sekunder memproduksi uap yang memutar turbin. Turbin dikopel dengan
suatu generator listrik, tempat daya keluaran listrik menuju konsumen melalui kawat transmisi tegangan tinggi. Setelah keluar
dari turbin, uap didinginkan kembali menjadi air oleh pengembun (condenser) dan kemudian dikembalikan lagi ke alat penukar
panas oleh pompa sekuder.

KELOMPOK 2/VII/A

Anda mungkin juga menyukai