TAHUN 2013
Mata Kuliah : Perencanaan Pendidikan dan Pelatihan
Program Studi
: Teknologi Pendidikan
Fakultas
: PASCASARJANA UNIMED
Dosen
: l. Prof. Dr. Sahat Siagian, M.Pd
2. Prof. Dr. Efendi Napitupulu, M.Pd
Waktu/Tanggal
: Jawaban diserahkan paling lambat tanggal 20 Desember
2014, pukul 16.00 WIB
di Kantor Prodi TP
Soal.
Berdasarkan hasil observasi lapangan yang sudah anda lakukan terhadap
pelaksanaan pelatihan, tuliskanlah jawaban dari hal-hal sebagai berikut:
1. Apakah perencanan pelatihan diawali dengan analisis kebutuhan pelatihan?
Kalau ya bagaimana analisis kebutuhan pelatihan tersebut dilakukan. Kalau
tidak apa komentar anda.
2. Aspek-aspek apakah yang dilakukan berkaitan dengan perencanaan pelatihan?
Teknik perencanaan yang seperti apa yang diterapkan? Apa komentar anda
3. Berkaitan dengan pelaksanaan pelatihan, aspek-aspek apakah yang perlu
dipantau (dimonitor) dan dengan teknik apa monitoring dilakukan. Apa
komentar anda.
4. Berkaitan dengan evalusi program pelatihan, aspek-aspek apakah yang perlu
dievaluasi dan bagaimana teknik evaluasi program dilakukan. Apa komentar
anda
5. Berkaitan dengan evalusi program pelatihan, untuk menilai aspek-aspek
yang diperlukan, model evaluasi apakah yang digunakan ?
SELAMAT BEKERJA
pelatihan
bertujuan
untuk
menemukan
kesenjangan
antara
Padahal,
klasifikasi
dan
penentuan
peserta
pelatihan
akan
mempengaruhi design pelatihan, baik yang menyangkut tujuan, isi atau materi
dan metodologi pelatihan itu sendiri.Untuk itu maka, profil peserta perlu dibuat
dan diketahui jauh sebelum menyusun dan mengembangkan design (rancangan)
program pelatihan sehingga pelatihan yang dilakukan efektif.
Domain
Afektif
(Sikap)
dan
Domain
Psychomotoric
Menentukan materi apa saja yang harus disampaikan dalam sebuah pelatihan
harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu :
1. Target-target sikap/kemampuan yang harus dimiliki (output)
Hal ini menjadi pedoman utama dalam pemilihan materi, namun paling
sering dilupakan.
2. Waktu pelatihan
Jika waktu pelatihan amat terbatas, maka tanpa meninggalkan pertimbangan
target sikap/kemampuan, maka materi dapat disusut dengan menyatukan
materi-materi yang sifatnya/misinya sama. Selain itu pengemasan materi
dengan mempertimbangkan waktu dapat menggunakan berbagai alternatif
metode pelatihan
e. Menentukan metode dan media pelatihan
Metode dan media merupakan cara dan alat bantu yang dipergunakan oleh
fasilitator dalam membahas dan mengkaji materi pelatihan sehingga mencapai
tujuan yang diharapkan. Banyak metoda dan media yang dapat dipergunakan,
mulai dari yang bersifat komunikasi satu arah, dua arah sampai ke berbagai
metoda yang berifat multi atau banyak arah.Namun demikian, hal yang perlu
diperhatikan bahwa dalam menetapkan dan menentukan metoda pelatihan, yaitu
prinsip pendekatan yang dipergunakan.Dalam hal ini adalah pendekatan
partisipatif dengan menggunakan Belajar Berdasarkan Pengalaman. Untuk
itu, maka diharapkan bahwa metoda dan media yang dipergunakan hendaknya
mampu mendorong keterlibatan aktif peserta dengan cara mengurangi dominasi
dan peranan fasilitator atau pelatih. Diharapkan metoda dan media yang ada
mampu menciptakan suasana belajar yang kondusif bagi peserta untuk
menyampaikan
gagasan,
pendapat
dan
dalam
suasana
yang
lebih
Kegiatan
lainnya
Tahap 1
Analisis
Jabatan/Pekerjaaa
n
Tahap 2
Keputusan
untuk Pelatihan
Diskrepansi/
Kesenjangan Kinerja
Tahap 3
Penetapan Tujuan
Pelatihan &
Prosedur Evaluasi
Formatif
Tahap 4
Desain Pelatihan
Tahap 6
Tindak Lanjut &
Evaluasi Sumatif
Tahap 5
Implementasi
tertentu,
yaitu
auditor
ditunjuk
untuk
melaksanakan
4. BERKAITAN DENGAN EVALUSI PROGRAM PELATIHAN, ASPEKASPEK APAKAH YANG PERLU DIEVALUASI DAN BAGAIMANA
TEKNIK EVALUASI PROGRAM DILAKUKAN. APA KOMENTAR ANDA
Menurut Pendapat Saya adalah :
Banyak pimpinan perusahaan mengeluh, mengapa anak buah yang dikirim
untuk mengikuti pelatihan, seminar dsb nya, hasilnya tak signifikan dengan
peningkatan kinerjanya.Agak sulit memang, bagi seorang pembicara seminar
selain dituntut dapat menularkan ilmunya, juga harus bisa bertindak sebagai
entertainer. Apabila si pembicara tak dapat menarik minat peserta, nilai evaluasi
akan rendah, namun di satu sisi seminar yang dibawakan secara menarik belum
tentu sesuai dengan yang diharapkan oleh perusahaan.
Evaluasi yang dilakukan pada umumnya masih bersifat evaluasi dari peserta
pelatihan, dengan cara mengisi kuestioner apakah pelatihan dimaksud sesuai
dengan bidang kerjanya, apakah penyajiannya baik, akomodasi bagus dsb nya.
Sedangkan evaluasi yang dilakukan oleh staf, berupa laporan hasil seminar yang
ditujukan kepada perusahaan pada umumnya bernilai baik, dengan harapan
staf tadi dapat dikirim lagi ke seminar atau pelatihan berikutnya.
Pada dasarnya, evaluasi setiap program pelatihan dapat dilakukan, dengan
memperoleh feedback dari peserta, yang dapat dibagi menjadi 4 (empat)level,
sebagai berikut:
1. Evaluasi pada tingkat reaksi (Reaction level). Pada evaluasi ini yang
diukur dan dinilai adalah reaksi peserta. Dalam hal ini diukur tingkat
kepuasan peserta terhadap program pelatihan yang diselenggarakan, sehingga
dapat dilakukan perbaikan atas program tersebut.
Teknik Evaluasinya :Evaluasi di tingkat ini dilakukan dengan mengungkap
pendapat peserta tentang :
a. Pelatih
Pokok-pokok yang perlu dievaluasi; cara penyajian, penampilan, penguasaan materi, penguasaan metode.
b. Materi
Kegunaan materi yang disampaikan, apakah isi materi cukup menarik.
c. Peserta
untuk
diperoleh dari evaluasi tersebut. Evaluasi ini tidak dapat dilakukan kalau
hanya berdiri sendiri, melainkan harus selalu digunakan bersama dengan
bentuk evaluasi yang lain. Salah satu cara untuk mengadakan evaluasi
kegiatan adalah secara teratur menggunakan formulir penjajakan sesi yang
pengisiannya dilakukan setiap akhir sesi.
2. Evaluasi pada tingkat pembelajaran (Learning Level).
Evaluasi ini dilakukan dengan tujuan utama mengukur seberapa jauh
perubahan kompetensi para peserta segera setelah pelatihan berakhir,
sebelum mereka kembali bekerja. Dengan kata lain, tujuan evaluasi pada
tingkat ini adalah peningkatan kompetensi peserta dalam kelas dan untuk
mengidentifikasikan keberhasilan komponen sistem pelatihan (metode,
materi, dll).
Teknik
pengukuran sesudah dan sebelum pelatihan, oleh karenanya perlu test awal dan
test akhir pelatihan. Keuntungan cara ini :
1. Test awal (pre test) memperlihatkan data dasar kepada pelatih mengenai
kekuatan-kekuatan maupun kelemahan-kelemahan para peserta, sehingga
dia tahu apa-apa yang perlu ditekankan.
2. Test awal (pre test) membantu para peserta mengenal daerah kebutuhan
sendiri.
3. Test akhir (post test) membantu pelatih dalam melihat apa-apa yang sudah
dipelajari para peserta sehingga pelatih dapat memperbaiki program
pelatihan.
4. Test akhir (post test) membantu para peserta pelatihan melihat kemajuan
yang sudah dicapai, dan mengusahakan bagian-bagian lain yang masih perlu
dikembangkan.
3. Evaluasi pada tingkat perilaku dalam pekerjaan (On the job behavioral
Level).
Evaluasi pada tingkat ini yang diukur adalah pengaruh program pelatihan
terhadap penerapannya ditempat kerja. Dengan kata lain, tujuan evaluasi
pada tahap ini adalah perbaikan perilaku peserta dalam pekerjaan.
Teknik Evaluasinya : Evaluasi tahap ini dilakukan dengan cara
mengumpulkan
informasi
mengenai
apakah
peserta
pelatihan
sudah
Pada umumnya kita baru bisa mengukur pada tahap 3, karena untuk menilai
sesuai tahap 4 dibutuhkan data base yang bagus, serta keterlibatan dengan
pimpinan unit kerja yang telah mengirimkan stafnya ke pelatihan tersebut.
Bagi yang ditempatkan di unit kerja yang profit oriented, mereka pada
umumnya telah disibukkan dengan target-target bisnis, sehingga tak
memungkinkan untuk melibatkan diri secara aktif, baik melalui kuestioner
ataupun melalui penilaian langsung, apakah hasil pelatihan dapat
diaplikasikan di bidang pekerjaannya.
Penilaian learning level ini ada yang menyebut dengan penilaian hasil (output)
belajar. Mengukur hasil belajar lebih sulit dan memakan waktu dibandingkan
dengan mengukur reaksi. Mengukur reaksi dapat dilakukan dengan reaction
sheet dalam bentuk angket sehingga lebih mudah dan lebih efektif. Menurut
Kirkpatrick (1998: 40), untuk menilai hasil belajar dapat dilakukan dengan
kelompok pembanding. Kelompok yang ikut pelatihan dan kelompok yang
tidak ikut pelatihan diperbandingkan perkembangannya dalam periode waktu
tertentu. Dapat juga dilakukan dengan membandingkan hasil pre-test dengan
post-test, tes tertulis maupun tes kinerja (performance test).
3. Evaluasi perilaku (Behaviour Level)
Evaluasi pada level ke-3 (evaluasi tingkah laku) ini berbeda dengan evaluasi
terhadap sikap pada level ke-2. Penilaian sikap pada evaluasi level 2
difokuskan pada perubahan sikap yang terjadi pada saat kegiatan pembelajaran
dilakukan sehingga lebih bersifat internal, sedangkan penilaian tingkah laku
difokuskan pada perubahan tingkah laku peserta setelah selesai mengikuti
pembelajaran. Sehingga penilaian tingkah laku ini lebih bersifat eksternal.
Karena yang dinilai adalah perubahan perilaku setelah mengikuti kegiatan
pembelajaran dan kembali ke lingkungan mereka maka evaluasi level 3 ini
dapat disebut sebagai evaluasi terhadap outcomes dari kegiatan pelatihan.
Evaluasi perilaku dapat dilakukan dengan membandingkan perilaku kelompok
kontrol dengan perilaku peserta training, atau dengan membandingkan
perilaku sebelum dan sesudah mengikuti training maupun dengan mengadakan
survei atau interview dengan pelatih, atasan maupun bawahan peserta training
setelah mereka kembali ketempat kerja.