Cesaria, et al.
2Fakultas
ABSTRAK
Industri tapioka adalah salah satu jenis industri yang menghasilkan limbah cair yang dapat
menyebabkan pencemaran apabila tidak dikelola dengan baik karena mengandung senyawa
organik yang cukup tinggi, untuk mengatasi permasalahan tersebut timbul gagasan untuk
memanfaatkan limbah cair tapioka menjadi produk akhir yang bernilai dengan cara
mengelolanya sebagai pupuk cair organik yang juga berguna untuk membantu penyelamatan
lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan C organik, fosfor, nitrogen,
rasio C/N, kalium dan pH pada pupuk cair dari limbah cair tapioka untuk mengetahui mutu
pupuk cair yang dihasilkan. Pada penelitian ini terdapat tiga perlakuan, yaitu pengolahan
limbah cair tapioka tanpa starter (Kontrol), pengolahan limbah cair tapioka dengan
penambahan Trichoderma koningii (Pupuk A), dan pengolahan limbah cair dengan penambahan
EM4 (Pupuk B). Analisis parameter kualitas pupuk seperti C/N, C organik, N, P, K dan pH
pada Pupuk A dan Pupuk B berbeda nyata dibandingkan dengan Kontrol. Sementara itu,
semua parameter kualitas pada Pupuk A lebih tinggi dibandingkan dengan Pupuk B.
Kandungan N, P, K dari Pupuk A sudah memenuhi nilai standar kualitas pupuk sesuai SNI 197030-2004.
Kata kunci : Limbah cair tapioka, Starter, Pupuk cair
Abstract
Industry tapioca is one of the types of industries that produce wastewater that can use pollution
properly because contains an organic compound relatively high, to overcome these problems
arise the idea to utilize tapioca liquid waste into into a final product in a way to it as a liquid
organic fertilizer that is also useful to help rescue the environment. The research purpose to
analyze the content of C organic, nitrogen, ratio C/N, phosphorus, and potassium in liquid
fertilizers derived from tapioca wastewater. this study there were three treatments, namely
tapioca processing wastewater without starter (control), tapioca wastewater treatment with the
addition of Trichoderma koningii (Fertilizer A), and the treatment of wastewater with the
addition of EM4 (Fertilizer B). Analysis of fertilizer quality parameters such as C / N, organic C,
N, P, K and pH on Fertilizer A and B were significantly different compared with controls.
Meanwhile, all the quality parameters on Fertilizer A is higher than B. Content of Fertilizer N,
P, K of Fertilizer A value has met quality standards in accordance with SNI 19-7030-2004
fertilizer.
Keywords : Tapioca liquid waste, Starter, Liquid fertilizer
9
Cesaria, et al.
PENDAHULUAN
Industri merupakan salah satu kegiatan
ekonomi yang cukup strategis untuk
meningkatkan
pendapatan
dan
perekonomian masyarakat secara cepat.
Akan tetapi, selain memberikan dampak
yang positif ternyata perkembangan di
sektor industri juga memberikan dampak
yang negatif berupa limbah industri yang
bila tidak dikelola dengan baik dan benar
akan menyebabkan pencemaran, sehingga
pembangunan
yang
berwawasan
lingkungan tidak tercapai (Hamrad et al.,
2007).
Salah satu jenis pencemaran yang
terjadi adalah pencemaran yang disebabkan
oleh limbah industri tapioka yang jika
langsung dibuang ke perairan akan
menyebabkan pencemaran pada lingkungan
sungai
sekitarnya.
Menurut
Tjokroadikoesoemo (1986), limbah cair
industri tapioka yang masih baru berwarna
putih kekuningan, sedangkan limbah yang
sudah busuk berwarna abu-abu gelap.
Kekeruhan yang terjadi pada limbah
disebabkan oleh adanya bahan organik,
seperti pati yang terlarut, jasad renik dan
koloid lainnya yang tidak dapat mengendap
dengan cepat.
limbah industri tapioka
banyak mengandung amilum yang bila
terlarut dalam air akan menyebabkan
turunnya oksigen terlarut dan menimbulkan
bau busuk yang berasal dari proses
degradasi bahan organik yang kurang
sempurna.
Permasalahan tersebut, dapat diatasi
dengan cara memanfaatkan limbah cair
tapioka menjadi produk akhir yang lebih
bernilai dengan cara mengelolanya sebagai
pupuk cair organik yang juga berguna
untuk membantu penyelamatan lingkungan
karena mengurangi penggunaan pupuk
kimia yang dapat menyebabkan degradasi
lahan.
Menurut Simamora et al. (2005) pupuk
organik cair adalah pupuk yang berasal dari
hewan atau tumbuhan yang sudah
mengalami fermentasi. Didalam proses
fermentasi senyawa organik terurai menjadi
senyawa yang lebih sederhana seperti gula,
gliserol, asam lemak dan asam amino.
Penguraian
senyawa
organik
atau
dekomposisi dapat dilakukan dengan
10
Cesaria, et al.
Pengujian
nitrogen
dilakukan
menggunakan metode kjedahl. Sampel
sebanyak 5 ml ditambahkan dengan H2SO4
pekat, kemudia didestruksi sampai jernih.
Sampel didinginkan setelah itu didestilasi
dengan menambahkan 20 ml NaOH 50%
untuk melepaskan NH3 yang ditampung
dengan larutan asam borat 1%. Sampel yang
telah didestilasi selanjutnya dititrasi dengan
HCL encer (0.05 N) dengan indikator
Conway (AOAC, 1999).
Rasio C/N
Rasio C/N adalah perbandingan kadar
karbon (C) dan kadar nitrogen (N) dalam
suatu bahan. Jumlah rasio C/N dapat
digunakan
sebagai
indikator
proses
fermentasi yaitu jika jumlah perbandingan
antara karbon dan nitrogen masih berkisar
antara 20% sampai 30% maka hal tersebut
mengindikasikan bahwa pupuk yang di
fermentasi sudah bisa untuk digunakan.
Perbedaan kandungan C dan N tersebut
akan menentukan kelangsungan proses
fermentasi pupuk cair yang pada akhirnya
mempengaruhi kualitas pupuk cair yang
dihasilkan (Pancapalaga, 2011).
Kandungan rasio C/N didapatkan dari
perbandingan antara nilai C organik dan
nitrogen.
Fosfor
Fosfor merupakan unsur hara yang
terpenting bagi tumbuhan setelah nitrogen.
Unsur ini merupakan bagian penting dari
nukleoprotein inti sel yang mengendalikan
pembelahan
dan
pertumbuhan
sel,
demikian pula untuk DNA yang membawa
sifat-sifat keturunan organismpe hidup.
Senyawa Fosfor juga mempunyai peranan
dalam
pembelahan
sel,
merangsang
pertumbuhan awal pada akar, pemasakan
buah,
transport
energi
dalam
sel,
pembentukan buah dan produksi biji
(Yulipriyanto, 2010).
Pengujian fosfor menggunakan metode
spektrofotometer. Sampel sebanyak 1 ml
diekstrak dengan 10 ml larutan Bray II (NH4
+ HCl) disaring, kemudian ditambahkan
dengan larutan ammonium molibdat + asam
borat dan direduksi dengan pereduksi asam
askorbat sampai timbul warna biru.
Absorban
sampel
diukur
dengan
menggunakan spektrofotometer dengan
11
Cesaria, et al.
Standar
> 0.40%
9.80 32.00%
11 20
> 0.10%
> 0.20%
4-9
Ke-1
5.26 a
5.27 a
5.27 a
0.20
pH
Ke-14
5.53 a
5.40 b
5.40 c
0.00
Ke-28
5.01 a
5.03 a
5.13 a
0.28
12
Cesaria, et al.
C organik (%)
Ke-1
Ke-1
Ke-1
0.41 a
1.09 a
1.15 a
0.57 a
1.26 bc
1.86 ab
0.79 a
1.41 c
2.53 b
0.39
0.17
0.84
Ke-1
0.62 a
0.66 a
0.67 a
0.06
Nitrogen (%)
Ke-14
0.63 a
0.71 bc
0.75 c
0.08
Ke-28
0.64 a
0.73 bc
0.77 c
0.09
Ke-1
0.66 a
0.87 b
1.18 c
0.17
Rasio C/N
Ke-1
1.71 a
1.77 ab
1.88 c
0.11
Ke-1
1.79 a
2.54 ab
3.27 b
0.94
13
Cesaria, et al.
Ke-1
0.54 a
0.39 a
0.19 a
0.81
Fosfor (%)
Ke-14
1.17 a
1.33 b
1.53 c
0.15
Ke-28
1.17 a
1.37 b
1.58 c
0.17
Ke-1
0.42 a
0.28 a
0.27 a
Kalium (%)
Ke-14
0.72 a
0.79 ab
1.08 c
Ke-28
0.87 a
1.05 ab
1.25 b
BNT 5%
0.25
0.20
0.29
Keterangan : bilangan rata-rata yang didampingi
huruf yang sama tidak berbeda nyata pada P (0.05);
Kontrol = Limbah Cair Tapioka; B = Limbah Cair
Tapioka + Trichoderma Koningii; C = Limbah Cair
Tapioka + EM4
14
Cesaria, et al.