Anda di halaman 1dari 6

BAB I

DASAR TEORI
I. TRANSFORMATOR
Transformator atau trafo adalah suatu alat listrik yang dapat
memindahkan dan mengubah energi listrik dari satu atau lebih rangkaian listrik ke
rangkaian listrik yang lain melalui suatu gandengan magnet dan berdasarkan
prinsip induksi elektromagnet tanpa perubahan frekuensi. Penggunaan
transformator dalam sistem tenaga listrik adalah untuk menaikkan tegangan yang
dihasilkan dari generator pembangkit hingga mencapai 380 kV atau 500 kV dari
11 kV atau 22 kV yang bertujuan untuk menurunkan rugi tembaga sehingga
transmisi lebih ekonomis. Kemudian melalui trafo step down, tegangan
diturunkan menjadi 10 kV atau 20 kV kembali untuk bisa memberikan suplai
pada jaringan distribusi. Kemudian tegangan tersebut diturunkan lagi menjadi 380
V untuk bisa dipakai pada beban seperti motor induksi. Dengan trafo pembakaian
motor AC lebih digemari dibandingkan dengna motor DC.
Transformator mempunyai dua buah sisi, yaitu sisi primer dan sisi
sekunder. Selain itu trafo juga memiliki dua buah konstruksi, yaitu tipe shell dan
tipe core. Pada trafo dengan tipe shell, inti baja akan mengelilingi kumparan dan
pada tipe core, kumparan akan mengelilingi bagian inti dari trafo.
II. KARAKTERISTIK TRANSFORMATOR
II.1.KEADAAN TRANSFORMATOR TANPA BEBAN
Bila kumparan primer transformator dihubungkan dengan sumber
tegangan V1 yang sinusoid maka akan mengalir arus primer I o yang juga
sinusoid dan dengn menganggap belitan N1 reaktif murni, Io akan
tertinggal 90o dari V1 dan fluks sefasa dengn Io. Dengan mengabaikan rugi
tahanan dan adanya fluks bocor:
E1 V1
N

1
E 2 V2 N 2
Arus primer Io yang mengalir dalam kenyataannya bukan merupakan
arus induktif murni, tapi terdiri atas komponen:
Komponen arus pemagnetan (Im)
Komponen arus rugi tembaga (Ic)
II.2.KEADAAN BERBEBAN
Apabila kumparan skunder dihubungkan dengan beban ZL, I2 akan
mengalir pada kumparan skunder dimana I2 = V2/ZL. Persaman arus yang
mengalir: I1 = Io + I2
Io = Im dianggap kecil
N1 I1 = N2 I2 atau I1 / I2 = N2 / N1

II.3. RANGKAIAN EKIVALEN


Rangkaian ekivalen dari transformator seperti pada gambar
I1
I2
Io
Ic
Im
V1
E1
E2

Gambar 1.1 Rangkaian ekivalen transformator

Untuk memudahkan analisis (perhitungan) model rangkain diatas


dapat diubah menjadi
I1

I2

a2

a2

I0
V1

Gambar 1.2 Rangkaian ekivalen transformator

III. TRANSFORMATOR TIGA FASA


Transformator 3 fasa dipakai karena pertimbangan ekonomi. Dari
pembahasan berikut ini akan terlihat pemakaian inti besi pada transformator 3
fasa jauh lebih sedikit dibandingkan dengan pemakaian tiga buah transformator
fasa tunggal.
Pada suatu bidang a b c d hanya diperlukan aliran fluks sebesar:
A B
2

dan diketahui vektor tersebut adalah


3
A
2

Apabila digunakn transformator fasa tunggal, pada bagian tersebut akan


mengalir fluks sebesar
1
1
A dan B atau sebesar A.
2
2

Demikian juga halnya untuk bidang n, m, q, r.


Jadi pemakaian inti besi jelas menunjukkan penghematan pada
transformator tiga fasa. Penghematan tersebut akan lebih terasa lagi bila kini

kita merubah polaritas transformator sedemikian rupa sehingga arah B ke atas.


Dengan arah B ke atas fluks yang mengalir pada bidang abcd menjadi
A B
1

dan besaran vektor ini hanya sebesar A .


2

Apabila ditambah lagi dengan sistem pendingin yang bagus maka


transformator tiga fasa menjadi lebih ekonomis.
Tegangan transformator tiga fasa dengan kumparan yang dihubungkan
secara delta, yaitu VAB,VBCdan VCA masing masing berbeda fasa 120o
VAB+VBC+VCA = 0
Untuk beban yang seimbang
IA = IAB - ICA
IB = IBC - IAB
IC = ICA IBC
IA
IAC

IC

IB

IAB
IBC

Gambar 1.3 (a) Hubungan delta

IB

ICA

IC

IBC

IAB
IA
Gambar 1.3 (b) Diagram fasor hubungn delta

Dari fektor diagram diketahui arus IA (arus jala-jala) adalah 3 x IAB (arus
fasa). Tegangn jala-jala dalam hubungan Delta sama dengan tegangn fasanya.
VA hubungan delta = 3Vp Ip = 3 VL (

IL
3

)=

V L IL

Arus transformator 3 fasa dengankumparan yang dihubungkan secara


bintang yaitu IA, IB dan IC, masing - masing berbeda fasa 120o
IN = I A + I B + I C = 0
VAB +VBN = VAN - VBN
VBC = VBN - VAN
VCA = VCN -VAN
IA

IB
IN
IC

Gambar 1.4 (a) Hubungan bintang

VAN

VBC
VBN

VAB

VCA
VCN
Gambar 1.4 (b) Diagram fasor hubungn bintang

VAB =

VAN atau

VP

; IP = I L

Jadi VA hubungn bintang = 3Vp Ip = 3 (

VL
3

) IL =

V L IL

Setiap sisi primer atau sisi sekunder transformator tiga fasa dapat
dihubungkan menurut tiga cara yaitu hubungn bintang, hubungan delta dan
hubungn zig-zag.
Di dalam praktek hubungan bintang dan hubungan delta paling banyak
digunakan. Ujung awal biasanya diberi simbol A, B, C sedangkan ujung akhirnya
diberi simbol X, Y, Z untuk sisi tegangan tinggi.
Untuk sisi tegangan rendah ujung awal lilitan diberi simbol a, b, c dan
ujung akhirnya diberi simbol X, Y, Z seperti pada Gambar 1.5.
A

y
z

Gambar 1.5 (a) sisi tegangan tinggi

Gambar 1.5 (b).sisi tegangn rendah

Seperti telah diuraikan terdahulu, vektor tegangn primer dan sekunder


suatu transformator dapat dibuat searah atau berlawanan dengan mengubah cara
melilit kumparan. Untuk tranformator tiga fasa, arah tegangn akan menimbulkan

perbedaan fasa. Arah dan besar perbedaan fasa tersebut mengakibatkan adanya
berbagai kelompok hubungan pada transformator.
IV. ANGKA JAM TRANSFORMATOR TIGA FASA
Untuk mengetahui angka jam sebuah transformator yang angka jamnya belum
diketahui dapat dilakukan melalui beberapa cara. Antara lain ialah dengan
membandingkan besar tegangan pada tiap-tiap terminal pada Transformator dan
dengan melihat beda fasa tegangan input dan output.

1. Melihat Beda Fasa Tegangan Input Dan Output


Angka jam pada suatu Transformator menunjukkan arah GGL
induksi dan arah perputaran vector tegangan induksi di sisi
sekunder terhadap vector tegangan di sisi primer bila dilihat dari
arah perputaran angka jam.

Gambar 1.6. Gambar Empat Buah Transformator Tiga Fasa Terhubung


Delta/Star dengan Polaritas dan Urutan Fasa Yang Berbeda

(terdapat dua belas arah angka jam) dimana vector tegangan di


sisi primer dianggap sebagai arah jarum panjang (selalu
menunjuk ke arah angka 12), dan vector tegangan di sisi
sekunder dianggap sebagai arah jarum pendek seperti
ditunjukkan pada Gambar 1.6

Gambar 1.7. Transformator Hubungan Bintang/Delta Dy11

Vektor tegangan primer dan sekunder suatu transformator


dapat dibuat searah atau berlawanan dengan merubah cara
melilit kumparan. Untuk transformator tiga fasa, arah tegangan
akan menimbulkan perbedaan fasa. Arah dan besar perbedaan
fasa tersebut mengakibatkan adanya berbagai kelompok
hubungan pada transformator.
Notasi untuk hubungan Delta, Bintang, dan Zig-zag, masingmasing adalah D, Y, dan Z untuk sisi tegangan tinggi. Dan notasi
d, y, dan z untuk sisi tegangan rendah. Sudut antara jarum jam
panjang dan pendek adalah pergeseran antara
vector A dan a.

Gambar 1.8. Beda Sudut Fasa Antara Tegangan di Sisi Primer dan Sekunder.

Dengan melihat contoh pada Gambar 1.7 dan memperhatikan


patokan yang telah diberikan diatas, diketahui bahwa perbedaan
fasa pada Transformator diatas mempunyai kelompok hubungan
Dy 11. Atau bisa juga dikatakan Angka Jam ialah besar sudut fasa
antara tegangan di sisi sekunder terhadap tegangan di sisi
primer seperti ditunjukkan pada Gambar 1.8

Anda mungkin juga menyukai