Anda di halaman 1dari 18

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN


PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN
NOMOR: Per-53/PB/2006
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELESAIAN PIUTANG NEGARA YANG
BERSUMBER DARI PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI,
REKENING DANA INVESTASI, DAN REKENING PEMBANGUNAN
DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

Menimbang :

a. bahwa berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.


107/PMK.06/2005 tentang Penyelesaian Piutang Negara
Yang Bersumber dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri,
Rekening Dana Investasi, dan Rekening Pembangunan
Daerah,
telah
ditetapkan
pengaturan
mengenai
Penyelesaian Piutang Negara Yang Bersumber dari
Penerusan Pinjaman Luar Negeri, Rekening Dana
Investasi, dan Rekening Pembangunan Daerah pada
Perusahaan Daerah Air Minum;
b. bahwa dalam rangka pelaksanaan dari Peraturan Menteri
Keuangan No. 107/PMK.06/2005 dimaksud telah
ditetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan
Nomor 43/PB/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penyelesaian Piutang Negara yang bersumber dari
Penerusan Pinjaman Luar Negeri, Rekening Dana
Investasi, dan Rekening Pembangunan Daerah pada
Perusahaan Daerah Air Minum;
c. bahwa untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan
Optimalisasi Penyelesaian Piutang Negara kepada PDAM
yang bersumber dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri,
Rekening Dana Investasi, dan Rekening Pembangunan
Daerah, dipandang perlu untuk menyempurnakan
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor
43/PB/2006;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, b, dan c perlu menetapkan kembali Peraturan
Direktur Jenderal Perbendaharaan tentang Petunjuk
Pelaksanaan
Penyelesaian Piutang
Negara
yang
Bersumber dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri,
Rekening Dana Investasi, dan Rekening Pembangunan
Daerah pada Perusahaan Daerah Air Minum.

Mengingat

1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan


Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003
Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4286);
2. Undang-undang
Nomor 1 Tahun 2004
tentang
Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 355);
3. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4438);
4. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata
Cara Penghapusan Piutang Negara/Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 31,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4488);
5. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999
tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan Daerah Air
Minum;
6. Peraturan Menteri Keuangan No. 107/PMK.06/2005
tentang Penyelesaian Piutang Negara Yang Bersumber
dari Penerusan Pinjaman Luar Negeri, Rekening Dana
Investasi, dan Rekening Pembangunan Daerah;
7. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
466/KMK.01/2006 tentang Organisasi dan Tatakerja
Departemen Keuangan;
8. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor
43/PB/2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyelesaian
Piutang Negara yang Bersumber dari Penerusan Pinjaman
Luar Negeri, Rekening Dana Investasi, dan Rekening
Pembangunan Daerah pada Perusahaan Daerah Air
Minum.
MEMUTUSKAN :

Menetapkan

: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN


TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELESAIAN
PIUTANG NEGARA YANG BERSUMBER DARI PENERUSAN
PINJAMAN LUAR NEGERI, REKENING DANA INVESTASI, DAN
REKENING PEMBANGUNAN DAERAH PADA PERUSAHAAN
DAERAH AIR MINUM

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini, yang
dimaksud dengan :
1. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.
2. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perbendaharaan,
Departemen Keuangan.
3. Kepala Daerah adalah Gubernur bagi Pemerintah Propinsi,
Bupati bagi Pemerintah Kabupaten, dan Walikota bagi
Pemerintah Kota.
4. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah unit pengelola
dan pelayanan air minum kepada masyarakat milik pemerintah
daerah berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1962 jo.
Undang-undang No. 6 tahun 1969.
5. Subsidiary Loan Agreement (SLA) atau Perjanjian Penerusan
Pinjaman adalah perjanjian penerusan pinjaman yang dananya
bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri oleh Pemerintah
Pusat kepada PDAM.
6. Pinjaman Rekening Dana Investasi (RDI) adalah pinjaman
yang dananya bersumber dari RDI kepada PDAM.
7. Pinjaman Rekening Pembangunan Daerah (RPD) adalah
pinjaman yang dananya bersumber dari RPD kepada PDAM.
8. Piutang Negara adalah jumlah utang yang wajib dibayar oleh
PDAM kepada Pemerintah Pusat sebagai akibat perjanjian
penerusan pinjaman dan/atau perjanjian pinjaman yang
bersumber dari RDI dan/atau RPD.
9. Rencana Perbaikan Kinerja Perusahaan (RPKP) adalah
dokumen yang berisi rencana tindak perbaikan kinerja yang
ditinjau dari berbagai aspek, yang akan dilakukan oleh PDAM
untuk meningkatkan pendapatan agar dapat memenuhi
kewajiban pembayaran Piutang Negara.
10. Cut-off date adalah tanggal terakhir perhitungan pembebanan
Piutang Negara pada PDAM.
11.Optimalisasi Penyelesaian Piutang Negara adalah upaya
pengurangan beban pembayaran kewajiban PDAM melalui
restrukturisasi Piutang Negara pada PDAM.
12.Restrukturisasi Piutang Negara adalah upaya penyehatan yang
dilakukan Pemerintah terhadap PDAM yang mengalami
kesulitan dalam memenuhi kewajibannya.
13.Bunga adalah beban yang timbul sebagai akibat atas
penarikan pokok utang yang dihitung berdasarkan posisi
pinjaman sesuai dengan perjanjian penerusan pinjaman.

14.Biaya Administrasi adalah beban yang timbul sebagai akibat


atas penarikan pokok utang yang dihitung berdasarkan posisi
pinjaman sesuai dengan perjanjian pinjaman untuk RDI dan
RPD.
15.Denda adalah beban yang timbul sebagai akibat dari
keterlambatan dan/atau kekurangan pembayaran.
16.Tunggakan adalah Piutang Negara yang tidak dibayar sampai
dengan tanggal jatuh tempo atas utang pokok/bunga berjalan/
bunga masa tenggang/biaya administrasi berjalan/biaya
administrasi masa tenggang/biaya komitmen/denda.
17.Saldo kas minimum adalah batasan pengaman kas PDAM
yang diperlukan untuk menghindari kemungkinan kekurangan
kas untuk kebutuhan operasional PDAM selama 45 (empat
puluh lima) sampai dengan 60 (enam puluh) hari berikutnya.
18.Jatuh Tempo adalah tanggal dimana segala beban yang timbul
sebagai akibat perjanjian pinjaman/perjanjian penerusan
pinjaman yang terdiri dari hutang pokok, bunga/biaya
administrasi, biaya komitmen, dan denda yang harus dibayar
oleh PDAM.
19.Komite Kebijakan adalah tim yang dibentuk oleh Menteri yang
diwakili oleh Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Deputi
Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas, dan Direktorat
Jenderal Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum.
20.Komite Teknis adalah tim yang dibentuk oleh Direktur Jenderal
yang diwakili oleh Direktorat Pengelolaan Penerusan Pinjaman
Departemen
Keuangan,
Direktorat
Permukiman
dan
Perumahan Bappenas, Direktorat Bina Program dan Direktorat
Pengembangan Air Minum Departemen Pekerjaan Umum, dan
Direktorat Pengawasan BUMD Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan.
21.Lembaga Independen adalah institusi yang berkompeten untuk
mengevaluasi dan memberikan opini atas kinerja PDAM.
BAB II
OPTIMALISASI PENYELESAIAN PIUTANG NEGARA
Pasal 2
(1)Optimalisasi Penyelesaian Piutang Negara didasarkan pada
hasil evaluasi kinerja dan hasil evaluasi RPKP dalam rangka
penyehatan PDAM dengan meminimalisasi berkurangnya
penerimaan Negara.
(2) Optimalisasi Penyelesaian Piutang Negara kepada PDAM
dilakukan melalui tahapan restrukturisasi sebagai berikut:
a. penjadwalan kembali pembayaran utang pokok, tunggakan
bunga/biaya administrasi, tunggakan denda, dan tunggakan
biaya komitmen;
b. perubahan persyaratan utang;
c. penghapusan.

Pasal 3
(1)

Untuk dapat mengikuti program Optimalisasi Penyelesaian


Piutang Negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat
(1), PDAM harus menunjukkan salah satu tingkat
keberhasilan di bawah ini :
a. Cukup;
b. Kurang;
c. Tidak baik.

(2)

Terhadap PDAM yang menunjukkan tingkat keberhasilan


Baik maupun Baik Sekali, tidak diperkenankan mengikuti
program Optimalisasi Penyelesaian Piutang Negara.

(3)

Tingkat keberhasilan sebagaimana tersebut dalam ayat (1)


dan ayat (2) harus didasarkan pada laporan hasil evaluasi
kinerja PDAM satu tahun terakhir dengan mempergunakan
kriteria sesuai Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47
Tahun 1999 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Perusahaan
Daerah Air Minum sebagaimana ditambah atau diubah dari
waktu ke waktu.

(4)

Pelaksanaan evaluasi kinerja PDAM sebagaimana dimaksud


dalam ayat (3) harus dilakukan oleh Lembaga Independen.
Pasal 4

(1)

PDAM yang melaksanakan pembayaran Piutang Negara


kurang dari 5% (lima per seratus) dari kewajiban jatuh tempo
sampai dengan cut-off date, di luar biaya komitmen, hanya
dapat diberikan penjadwalan kembali atas pembayaran
utang pokok, tunggakan bunga/biaya administrasi,
tunggakan denda, dan tunggakan biaya komitmen.

(2)

Pembayaran Piutang Negara sebagaimana dimaksud dalam


ayat (1) termasuk pembayaran atas kewajiban pinjaman yang
telah dilunasi paling lama 4 (empat) tahun sebelum cut-off
date.

(3)

Dikecualikan dari ketentuan ayat (1) dan (2), PDAM diijinkan


untuk mengikuti restrukturisasi tahap berikutnya sepanjang
PDAM dapat membuktikan secara tertulis bahwa Piutang
Negara pada PDAM digunakan untuk membiayai :
a. suatu proyek yang bukan kehendak PDAM dan proyek
tersebut sama sekali tidak menghasilkan penerimaan;
atau
b. suatu proyek yang tidak berfungsi karena kerusuhan
massa atau kejadian alam di luar kontrol manajemen
PDAM sehingga proyek tersebut sama sekali tidak
menghasilkan penerimaan.

(4)

Pernyataan sebagaimana tersebut pada ayat (3) harus


dikonfirmasi secara tertulis oleh Menteri Pekerjaan Umum
c.q. Direktur Jenderal Cipta Karya dalam waktu 14 (empat
belas) hari kerja terhitung mulai tanggal diterima.

Pasal 5
(1)

Cut-off date dalam memperhitungkan kewajiban yang terkait


dengan restrukturisasi, tidak boleh lebih dari 6 (enam) bulan
sebelum tanggal pengajuan permohonan restrukturisasi.

(2)

Cut-off date sebagaimana ayat (1) ditetapkan bersama oleh


Menteri Keuangan c.q. Direktur Jenderal dan Direktur
Utama/Direktur PDAM.

(3)

Dalam hal PDAM memiliki lebih dari 1 (satu) pinjaman, cut-off


date untuk semua pinjaman ditetapkan dalam 1 (satu)
tanggal.
BAB III
RENCANA PERBAIKAN KINERJA PERUSAHAAN (RPKP)
Pasal 6

(1) RPKP merupakan dokumen yang berisi rencana PDAM dalam


melakukan optimalisasi kegiatan operasional perusahaan,
yang akan dilaksanakan sejak tanggal cut-off date pinjaman
sampai
dengan
jangka
waktu
pinjaman
berakhir
sebagaimana lampiran 2.2.
(2) RPKP PDAM hanya dapat dijadikan dasar pemrosesan upaya
pengurangan beban pembayaran kewajiban PDAM
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) apabila telah
disetujui oleh Pemerintah Propinsi/Kabupaten/Kota dan
DPRD.
(3) Dalam hal RPKP mencantumkan rencana kegiatan ekspansi
dalam rangka meningkatkan kinerja PDAM, RPKP hanya
dapat dijadikan dasar pemrosesan upaya pengurangan
beban pembayaran kewajiban PDAM sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) apabila :
a. memenuhi persyaratan dalam ayat (2);
b. rencana kegiatan ekspansi dimaksud didasarkan pada
Perhitungan dan Analisis Kelayakan Investasi dengan
menggunakan discount rate minimal sama dengan imbal
hasil Surat Utang Negara (SUN) dalam mata uang Rupiah
yang mempunyai sisa jangka waktu sama dengan jangka
waktu restrukturisasi pinjaman.
(4) RPKP sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), harus dilampiri
rencana tindak 4 (empat) tahunan, yang akan diikuti dengan
penyampaian rencana tindak 4 (empat) tahunan berikutnya
secara periodik sampai dengan jangka waktu pinjaman
berakhir.

(5) RPKP harus berisi rencana tindak perbaikan berupa


optimalisasi kegiatan operasional perusahaan yang
mempunyai keterkaitan langsung dengan kondisi saat ini,
permasalahan, penyebab masalah, rencana investasi, dan
rencana sumber pendanaan investasi pada PDAM yang
meliputi aspek teknik/operasional, manajemen, dan
keuangan sesuai dengan lampiran 2.2.
(6) RPKP harus mencantumkan rencana restrukturisasi pinjaman
yang diminta PDAM, meliputi perlakuan terhadap :
a. Tunggakan secara keseluruhan sampai dengan cut-off
date;
b. Utang pokok dan bunga/biaya
tenggang yang belum jatuh tempo;

administrasi

masa

c. Perlakuan sebagaimana tersebut pada huruf a dan b di


atas, dikaitkan dengan upaya perbaikan keseluruhan
kinerja PDAM dimaksud.
(7) RPKP harus memuat proyeksi keuangan, yang terdiri dari
Proyeksi Laba Rugi, Proyeksi Arus Kas, dan Proyeksi
Neraca, selama jangka waktu restrukturisasi.
(8) Proyeksi keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (7)
harus didasarkan pada laporan keuangan selama tiga tahun
terakhir yang telah diaudit dan realisasi anggaran
perusahaan tahun berjalan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan
sebelum tanggal surat permintaan restrukturisasi pinjaman.
(9) Proyeksi keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (8)
sekurang-kurangnya harus menunjukkan hal-hal sebagai
berikut :
a. Saldo kas minimum;
b. Saldo persediaan paling banyak 2,25 (dua koma dua lima)
kali kebutuhan operasional per bulan;
c. Rasio kemampuan membayar pinjaman (DCR) minimal
1,0 (satu koma nol) kali tiap tahun selama masa
restrukturisasi;
d. Tingkat kehilangan air sampai dengan akhir periode
restrukturisasi setinggi-tingginya 20% (dua puluh per
seratus);
e. Percepatan periode penagihan piutang dan efisiensi
penagihan minimal 5 (lima) hari setiap tahun, sehingga
pada akhir periode restrukturisasi periode penagihan
piutang paling tinggi 45 (empat puluh lima) hari;
f. Efisiensi pegawai per 1000 (seribu) pelanggan setiap
tahun secara proporsional terhadap pertambahan jumlah
pelanggan sehingga pada akhir periode restrukturisasi
mencapai standar maksimal efisiensi pegawai sebesar 5
(lima) pegawai per 1000 (seribu) pelanggan untuk PDAM
kota/propinsi dan 6 (enam) pegawai per 1000 (seribu)
pelanggan untuk PDAM kabupaten;

g. Pencapaian pemulihan biaya penuh (full cost recovery)


selambat-lambatnya pada akhir tahun ke-5 (lima) masa
restrukturisasi.
BAB IV
TAHAPAN RESTRUKTURISASI
Bagian Pertama
Penjadwalan Kembali
Pasal 7
(1) Penjadwalan kembali pembayaran utang pokok meliputi
penjadwalan kembali pembayaran tunggakan utang pokok
sampai dengan cut-off date dan penjadwalan kembali
pembayaran utang pokok yang belum jatuh tempo.
(2) Penjadwalan kembali pembayaran bunga/biaya administrasi
meliputi penjadwalan kembali pembayaran tunggakan
bunga/biaya administrasi sampai dengan cut-off date dan
penjadwalan kembali bunga/biaya administrasi masa
tenggang yang belum jatuh tempo.
(3) Penjadwalan kembali pembayaran denda meliputi penjadwalan
kembali pembayaran tunggakan denda sampai dengan cut-off
date.
(4) Penjadwalan kembali pembayaran biaya komitmen meliputi
penjadwalan kembali pembayaran tunggakan biaya komitmen
sampai dengan cut-off date.
(5) Penjadwalan kembali pembayaran utang pokok, bunga/biaya
administrasi, dan denda, sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), (2), dan (3), dapat dilakukan dengan atau tanpa
perpanjangan jangka waktu pinjaman.
(6) Dalam hal penjadwalan kembali sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) dilakukan dengan perpanjangan jangka waktu
pinjaman, maka perpanjangan jangka waktu pinjaman
dimaksud dibatasi paling lama 20 (dua puluh) tahun terhitung
sejak cut-off date.
(7) a.

b.

Dalam hal jangka waktu pinjaman belum terlewati,


penjadwalan kembali pembayaran tunggakan biaya
komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat (4) hanya
dapat dilakukan tanpa perpanjangan jangka waktu
pinjaman.
Dalam hal jangka waktu pinjaman telah terlewati,
penjadwalan kembali pembayaran tunggakan biaya
komitmen sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dilakukan
dengan perpanjangan jangka waktu pinjaman, dengan
ketentuan perpanjangan jangka waktu dimaksud
pembayarannya dilakukan persetengahtahunan selama 2
(dua) tahun.

(8) Dalam restrukturisasi pinjaman PDAM, untuk 4 (empat) tahun


pertama sejak cut-off date, PDAM dimungkinkan tidak
melakukan pembayaran atas berbagai kewajiban pinjaman,
kecuali :
a. angsuran pokok pinjaman;
b. bunga/biaya administrasi berjalan;
c. tunggakan biaya komitmen yang direstrukturisasi.
(9) Penetapan jangka waktu penjadwalan kembali pinjaman
sebagaimana tersebut pada ayat (5), ayat (6), dan ayat (7)
huruf b didasarkan pada proyeksi kemampuan arus kas yang
tercermin pada hal-hal sebagaimana dimaksud dalam pasal 6
ayat (9) huruf a dengan terpenuhinya indikator huruf b sampai
dengan huruf g.
Pasal 8
(1)

Rencana pembayaran tunggakan, utang pokok yang belum


jatuh tempo dan bunga/biaya administrasi masa tenggang
yang belum jatuh tempo harus dilakukan dengan
pembebanan secara prorata.

(2) Tunggakan utang pokok dan utang pokok belum jatuh tempo,
yang
dijadwalkan
kembali
dikenakan
bunga/biaya
administrasi.
(3) Tunggakan
bunga/biaya
administrasi,
bunga/biaya
administrasi masa tenggang yang belum jatuh tempo,
tunggakan biaya
komitmen, dan tunggakan denda, yang
dijadwalkan
kembali,
tidak
dikenakan
bunga/biaya
administrasi.
(4) Dalam hal kas PDAM pada proyeksi arus kas tidak mencukupi
untuk dilakukannya alokasi pembebanan pembayaran secara
prorata sebagaimana dimaksud ayat (1), maka pembebanan
pembayaran dilakukan secara proporsional berdasarkan
komposisi kewajiban utang pokok, tunggakan bunga/biaya
administrasi, dan tunggakan denda, setelah dikurangi
pembayaran tunggakan biaya komitmen dan bunga/biaya
administrasi berjalan.
Bagian Kedua
Perubahan Persyaratan
Pasal 9
(1) PDAM yang dapat memperoleh perubahan persyaratan
adalah PDAM yang memiliki saldo kas minimum kurang dari
45 (empat puluh lima) hari, apabila hanya diberikan
penjadwalan kembali sampai batas paling lama sebagaimana
Pasal 7 ayat (6).

(2) Perubahan persyaratan dibatasi hanya pada penurunan


tingkat bunga/biaya administrasi atas Piutang Negara pada
PDAM.
(3) Penurunan tingkat bunga/biaya administrasi ditentukan
sebagai berikut :
a. Paling banyak 4% (empat per seratus) di bawah tingkat
bunga/biaya administrasi pinjaman yang telah ditetapkan
sebelumnya untuk pinjaman dalam mata uang Rupiah
dengan ketentuan tingkat bunga/biaya administrasi yang
baru tidak lebih kecil dari 8,3% (delapan koma tiga per
seratus);
b. Paling banyak 0,25% (nol koma dua lima per seratus) di
bawah tingkat bunga/biaya administrasi pinjaman yang
telah ditetapkan sebelumnya untuk pinjaman dalam mata
uang asing.
(4) Penetapan besarnya penurunan tingkat bunga/biaya
administrasi sebagaimana dimaksud ayat (3) didasarkan pada
proyeksi kemampuan arus kas yang tercermin pada hal-hal
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (9) huruf a
dengan terpenuhinya indikator huruf b sampai dengan huruf
g.
(5) Penurunan tingkat bunga/biaya administrasi sebagaimana
dimaksud dalam ayat (3) berlaku sejak cut-off date sampai
dengan masa restrukturisasi Piutang Negara berakhir.
(6) Dalam hal kas PDAM pada proyeksi arus kas tidak mencukupi
untuk dilakukannya alokasi pembebanan pembayaran secara
prorata sebagaimana dimaksud Pasal 8 ayat (1), maka
pembebanan pembayaran dilakukan secara proporsional
berdasarkan komposisi kewajiban utang pokok, tunggakan
bunga/biaya administrasi, dan tunggakan denda, setelah
dikurangi pembayaran tunggakan biaya komitmen dan
bunga/biaya administrasi berjalan.
Bagian Ketiga
Penghapusan
Pasal 10
(1) PDAM yang dapat memperoleh penghapusan atas Piutang
Negara adalah PDAM yang memiliki saldo kas minimum
kurang dari 45 (empat puluh lima) hari untuk melakukan
pembayaran piutang negara apabila hanya diberikan dua hal
tersebut di bawah ini :
a. penjadwalan kembali pinjaman sampai batas paling lama
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (6);
b. penurunan tingkat bunga/biaya administrasi sampai batas
paling banyak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9
ayat (3).

(2) Penghapusan atas Piutang Negara pada PDAM meliputi


penghapusan tunggakan denda dan penghapusan tunggakan
bunga/biaya administrasi sampai dengan cut-off date.
(3) Penghapusan atas Piutang Negara pada PDAM sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) setinggi-tingginya:
a. sebesar 100% (seratus per seratus) dari tunggakan
denda;
b. sebesar 40% (empat puluh per seratus) dari tunggakan
bunga/biaya administrasi.
(4) Penetapan besarnya penghapusan sebagaimana dimaksud
ayat (3) didasarkan pada proyeksi kemampuan arus kas yang
tercermin pada hal-hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6
ayat (9) huruf a dengan terpenuhinya indikator huruf b sampai
dengan huruf g.
(5) Dalam hal kas PDAM pada proyeksi arus kas tidak mencukupi
untuk dilakukannya alokasi pembebanan pembayaran secara
prorata terhadap tunggakan bunga/biaya administrasi dan
tunggakan denda yang tidak dihapus, maka pembebanan
pembayaran dilakukan secara proporsional berdasarkan
komposisi kewajiban utang pokok, tunggakan bunga/biaya
administrasi, dan tunggakan denda, setelah dikurangi
pembayaran tunggakan biaya komitmen dan bunga/biaya
administrasi berjalan.
(6) Tahapan penghapusan tunggakan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (2) diatur sebagai berikut :
a. Penghapusan tunggakan tahap pertama dilakukan setelah
2 (dua) tahun sejak tanggal penetapan Surat Persetujuan
Menteri Keuangan mengenai Persetujuan Pemberian
Program Optimalisasi Penyelesaian Piutang Negara;
b. Penghapusan tunggakan berikutnya diberikan secara
bertahap setiap tahunnya sejalan dengan tingkat
keberhasilan pelaksanaan RPKP oleh PDAM sampai
berakhirnya masa restrukturisasi sebagaimana pada
lampiran 3.
(7) Penghapusan tunggakan sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2) diberikan setelah :
a. PDAM melaksanakan pembayaran seluruh kewajiban
pinjaman yang jatuh tempo setelah direstrukturisasi;
b. PDAM melaksanakan rencana tindak yang disepakati
bersama Komite Teknis.

(8) PDAM melaporkan kepada Komite Teknis atas pelaksanaan


rencana tindak dimaksud, dan selanjutnya Komisi Teknis
melaporkan kepada Komite Kebijakan.
(9) Atas dasar laporan Komite Teknis pada ayat (8) di atas, maka
Komite Kebijakan melaporkan kepada Menteri untuk
mendapatkan persetujuan penghapusan.
(10)Dalam hal terdapat jumlah penghapusan yang ditetapkan
dalam Surat Persetujuan Menteri tidak terhapus seluruhnya,
maka terhadap sisa yang tidak terhapus tersebut akan ditinjau
kembali 1 (satu) tahun sebelum berakhirnya masa
restrukturisasi.
BAB V
KEWENANGAN PENETAPAN PENGHAPUSAN
Pasal 11
Penetapan penghapusan atas Piutang Negara pada PDAM
dilakukan oleh :
a. Menteri untuk jumlah sampai dengan Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah);
b. Presiden untuk jumlah lebih dari Rp10.000.000.000,00
(sepuluh miliar rupiah) sampai dengan Rp100.000.000.000,00
(seratus miliar rupiah); dan
c. Presiden dengan persetujuan DPR untuk jumlah lebih dari
Rp100.000.000.000,00 (seratus miliar rupiah).
BAB VI
PEMBAYARAN PIUTANG NEGARA
Pasal 12
(1) Dalam hal PDAM membayar kewajiban pinjaman lebih kecil
daripada jumlah kewajiban yang jatuh tempo setelah
disetujuinya restrukturisasi, maka pembayaran tersebut
dialokasikan secara proporsional untuk masing-masing
kewajiban yang jatuh tempo.
(2) Kekurangan pembayaran atas kewajiban yang jatuh tempo
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diperlakukan sebagai
tunggakan dan dikenakan bunga/biaya administrasi sebesar
tingkat bunga/biaya administrasi yang berlaku pada pinjaman
dimaksud setelah dilakukannya restrukturisasi.

BAB VII
TATA CARA RESTRUKTURISASI
Bagian Pertama
Pengajuan Permintaan Restrukturisasi
Pasal 13
(1) PDAM menyampaikan permintaan restrukturisasi Piutang
Negara secara tertulis kepada Menteri u.p. Direktur Jenderal
sebagaimana lampiran 1, dengan tembusan kepada Deputi
Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas, Direktur Jenderal
Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, dan Deputi
Bidang Akuntan Negara Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan yang dilampiri dokumen pendukung sebagai
berikut :
a. Lembar Penguji Lampiran, sebagaimana lampiran 4;
b. Laporan keuangan PDAM 3 (tiga) tahun terakhir yang telah
diaudit oleh auditor independen;
c. Laporan hasil evaluasi kinerja PDAM 1 (satu) tahun
terakhir yang telah dilakukan oleh Lembaga Independen;
d. Rencana
Kerja
dan
Anggaran
Perusahaan
(RKAP)/Rencana Anggaran Biaya (RAB) PDAM 1 (satu)
tahun terakhir dan realisasinya serta RKAP/RAB tahun
anggaran berjalan dan realisasinya;
e. RPKP yang telah disetujui Pemerintah Propinsi/
Kabupaten/Kota dan DPRD berikut soft copy;
(2) Direktur Jenderal untuk selanjutnya meneruskan permohonan
restrukturisasi kepada Ketua Komite Teknis.
(3) Laporan keuangan PDAM 3 (tiga) tahun terakhir sebagaimana
ayat (1) huruf a yang disampaikan kepada Direktur Jenderal
tidak diperkenankan menunjukkan opini tidak wajar atau tidak
memberikan pendapat.
Bagian Kedua
Evaluasi dan Analisis Atas
Permintaan Restrukturisasi
Pasal 14
(1) Komite Teknis melakukan evaluasi dan analisis terhadap
kelayakan RPKP berdasarkan ketentuan sebagaimana
dimaksud pada Pasal 6.
(2) Hasil evaluasi dan analisis sebagaimana dimaksud ayat (1)
dituangkan dalam berita acara, yang menyatakan bahwa
RPKP dinilai dapat diproses lebih lanjut atau ditolak, yang
ditandatangani bersama-sama antara Komite Teknis dan
Direksi PDAM atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan surat
kuasa dari Direksi.

Pasal 15
(1) Hasil evaluasi dan analisis RPKP yang dinyatakan dapat
diproses lebih lanjut disampaikan oleh Komite Teknis kepada
Komite Kebijakan setelah diterimanya surat pernyataan
tentang komitmen atas Program Restrukturisasi Pinjaman
PDAM yang ditandatangani oleh Kepala Daerah sesuai
lampiran 5 dan Ketua DPRD sesuai lampiran 6.
(2) Komite Kebijakan membuat rekomendasi persetujuan
restrukturisasi berdasarkan laporan yang dibuat oleh komite
teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) kepada Menteri
untuk dapat diterbitkan Surat Persetujuan Optimalisasi
Penyelesaian Piutang Negara kepada PDAM.
(3) Berdasarkan penetapan persetujuan Menteri sebagaimana
dimaksud ayat (2), Direktorat Jenderal Perbendaharaan
melakukan amandemen perjanjian pinjaman atau perjanjian
penerusan pinjaman antara Pemerintah dan PDAM.
Pasal 16
(1) Hasil evaluasi dan analisis RPKP yang dinyatakan ditolak
disampaikan oleh Komite Teknis kepada Komite Kebijakan
untuk dilaporkan kepada Menteri.
(2) Atas dasar laporan Komite Kebijakan pada ayat (1) diatas,
Menteri atau pejabat yang ditunjuk menerbitkan surat
penolakan.
BAB VIII
PELAPORAN
Pasal 17
(1) Selama jangka waktu restrukturisasi Piutang Negara, PDAM
wajib menyampaikan laporan pelaksanaan RPKP kepada
Direktur Jenderal setiap tahun, paling lambat diterima pada
tanggal 1 Februari tahun berikutnya.
(2) Selama masa restrukturisasi Piutang Negara, PDAM wajib
menyampaikan dokumen RKAP/RAB yang telah ditetapkan
setiap tahun anggaran kepada Direktur Jenderal, paling
lambat diterima 30 (tiga puluh) hari kerja setelah tanggal
pengesahan.
(3) PDAM wajib menyampaikan laporan keuangan yang diaudit
oleh auditor independen dan laporan hasil evaluasi kinerja
yang dibuat oleh Lembaga Independen kepada Direktur
Jenderal setiap tahun selama masa restrukturisasi paling
lambat diterima 2 (dua) bulan sejak laporan dimaksud
ditetapkan.

(4) Copy Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2)
dan ayat (3) disampaikan oleh PDAM kepada Deputi Bidang
Sarana dan Prasarana Bappenas, Direktur Jenderal Cipta
Karya Departemen Pekerjaan Umum, dan Deputi Bidang
Akuntan Negara Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan.
BAB IX
EVALUASI DAN PEMANTAUAN ATAS PELAKSANAAN
RESTRUKTURISASI
Pasal 18
(1) Direktur Jenderal melakukan evaluasi dan pemantauan atas
pelaksanaan restrukturisasi Piutang Negara pada PDAM
secara periodik selama jangka waktu restrukturisasi pinjaman
untuk memonitor pelaksanaan RPKP dalam rangka
meminimalisasi kegagalan pelaksanaan restrukturisasi.
(2) Dalam melakukan evaluasi dan pemantauan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), Direktur Jenderal dapat menunjuk
pihak lain untuk bertindak sebagai konsultan atau nara
sumber.
(3) Dalam hal hasil evaluasi dan pemantauan mengindikasikan
penyimpangan pelaksanaan RPKP, Direktur Jenderal
mengingatkan secara tertulis kepada PDAM.
BAB X
REVISI RPKP
Pasal 19
(1) Revisi RPKP dapat dilakukan oleh PDAM dengan persetujuan
Direktur Jenderal dalam hal asumsi-asumsi perbaikan dalam
RPKP tidak tercapai.
(2) Revisi RPKP dapat dilakukan maksimal 2 (dua) kali selama
masa restrukturisasi.
(3) Revisi RPKP sebagaimana dimaksud ayat (1) hanya dapat
dilakukan terhadap upaya pencapaian asumsi tanpa
mengubah rencana pembayaran Piutang Negara yang telah
direstrukturisasi.

BAB XI
SANKSI
Pasal 20
Terhadap PDAM yang tidak melakukan pembayaran secara tepat
jumlah dalam 2 (dua) kali jatuh tempo berturut-turut, maka
penyelesaian Piutang Negara tunduk pada persyaratan
sebagaimana ditetapkan dalam perjanjian sebelum dilakukan
restrukturisasi.
BAB XII
KETENTUAN LAIN
Pasal 21
(1)

Perlakuan jasa bank dalam restrukturisasi diatur sebagai berikut :


a. Dalam hal restrukturisasi ditetapkan hanya sampai
penjadwalan kembali, maka jadwal pembayaran jasa bank
dilakukan sama dengan jadwal pembayaran bunga;
b. Dalam hal restrukturisasi ditetapkan sampai dengan perubahan
persyaratan melalui penurunan tingkat bunga, maka besarnya
jasa bank akan berubah secara proporsional mengikuti
perubahan tingkat bunga;
c. Dalam hal restrukturisasi ditetapkan sampai dengan
penghapusan bunga, maka jasa bank yang dihapus mengikuti
besarnya persentase bunga yang dihapus.

(2)

PDAM hanya diperkenankan memiliki cadangan dalam bentuk


deposito jangka pendek dan/atau jangka panjang di luar uang
jaminan langganan setelah dipenuhinya pembayaran kewajibankewajiban kepada Piutang Negara.
Pasal 22
Terhadap PDAM yang masih mempunyai saldo kas minimum
kurang dari 45 (empat puluh lima) hari setelah dilakukan
perhitungan rencana pembayaran kembali pinjaman selama
pelaksanaan restrukturisasi Piutang Negara, maka Pemerintah
Propinsi/Kabupaten/Kota wajib mengalokasikan kekurangan saldo
kas minimum dimaksud dalam APBD sesuai surat komitmen pada
lampiran 5, dan DPRD Propinsi/Kabupaten/Kota menyetujui
alokasi kekurangan saldo kas minimum dimaksud sesuai dengan
surat komitmen pada lampiran 6.
Pasal 23
Pelaksanaan percepatan pelunasan pinjaman mengikuti
persyaratan pada masing-masing perjanjian pinjaman, kecuali
untuk perjanjian penerusan pinjaman mengikuti ketentuan dalam
Naskah Perjanjian Pinjaman/Hibah Luar Negeri.

BAB XIII
PENUTUP
Pasal 24
Pada saat Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku,
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor:43/PB/2006
tanggal 25 Agustus 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penyelesaian Piutang Negara yang Bersumber dari Penerusan
Pinjaman Luar Negeri, Rekening Dana Investasi, dan Rekening
Pembangunan Daerah pada Perusahaan Daerah Air Minum,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 25
Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 30 Oktober 2006
DIREKTUR JENDERAL

MULIA P. NASUTION
NIP. 060046519

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL NOMOR : PER-53


/ PB / 2006 TANGGAL 30 OKTOBER 2006 TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELESAIAN PIUTANG
NEGARA YANG BERSUMBER DARI PENERUSAN
PINJAMAN LUAR NEGERI, REKENING DANA
INVESTASI,
DAN
REKENING
PEMBANGUNAN
DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM.

LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
Tentang
PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELESAIAN PIUTANG NEGARA YANG BERSUMBER DARI
PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI, REKENING DANA INVESTASI, DAN REKENING
PEMBANGUNAN DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

Lampiran peraturan ini terdiri dari 6 Lampiran dan 11 Sub Lampiran


Lampiran 1
Lampiran 2.1
Lampiran 2.2
Lampiran 2.2.1
Lampiran 2.2.2 (a)
Lampiran 2.2.2 (b)
Lampiran 2.2.3
Lampiran 2.2.4
Lampiran 2.2.5
Lampiran 2.2.6
Lampiran 2.2.7
Lampiran 2.2.8
Lampiran 2.2.9
Lampiran 2.2.10
Lampiran 2.2.11
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6

Contoh Surat Permintaan Restrukturisasi Pinjaman


Contoh Lembar Pengesahan RPKP
Contoh Rencana Perbaikan Kinerja Perusahaan (RPKP)
Tabel Permasalahan, Penyebab Masalah, dan Rencana Tindak Lanjut
Tabel Rincian Biaya Rencana Tindak Perbaikan 4 tahunan (Action Plan)
Tabel Rincian Biaya Rencana Perbaikan Kinerja Perusahaan selama Masa
Restrukturisasi
Data Pembukaan/Awal (data audit 3 tahun terakhir dan realisasi tahun berjalan)
Rencana Tindak Manajemen, Keuangan, dan Teknis
Asumsi dan proyeksi biaya operasi dan pemeliharaan yang digunakan dalam
penyusunan proyeksi-proyeksi dalam RPKP
Asumsi dan proyeksi data produksi, pelanggan dan pendapatan selama jangka
waktu restrukturisasi
Daftar Rincian Kewajiban sampai dengan cut-off date dan jadwal pembayaran
kembali pinjaman
Ringkasan Indikator Keuangan Utama
Tabel Proyeksi Perhitungan Laba/(Rugi) Selama Masa Restrukturisasi
Tabel Proyeksi Perputaran Kas (Arus Kas) Selama Masa Restrukturisasi
Tabel Proyeksi Neraca Selama Masa Restrukturisasi
Perhitungan pengukuran tingkat keberhasilan pelaksanaan RPKP dan penentuan
jumlah penghapusan tunggakan
Contoh Lembar Penguji Lampiran
Contoh Surat Komitmen Gubernur/Bupati/Walikota
Contoh Surat Komitmen Ketua DPRD Propinsi/Kabupaten/Kota

Anda mungkin juga menyukai