Menimbang :
Mengingat
Menetapkan
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini, yang
dimaksud dengan :
1. Menteri adalah Menteri Keuangan Republik Indonesia.
2. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perbendaharaan,
Departemen Keuangan.
3. Kepala Daerah adalah Gubernur bagi Pemerintah Propinsi,
Bupati bagi Pemerintah Kabupaten, dan Walikota bagi
Pemerintah Kota.
4. Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) adalah unit pengelola
dan pelayanan air minum kepada masyarakat milik pemerintah
daerah berdasarkan Undang-undang No. 5 Tahun 1962 jo.
Undang-undang No. 6 tahun 1969.
5. Subsidiary Loan Agreement (SLA) atau Perjanjian Penerusan
Pinjaman adalah perjanjian penerusan pinjaman yang dananya
bersumber dari pinjaman/hibah luar negeri oleh Pemerintah
Pusat kepada PDAM.
6. Pinjaman Rekening Dana Investasi (RDI) adalah pinjaman
yang dananya bersumber dari RDI kepada PDAM.
7. Pinjaman Rekening Pembangunan Daerah (RPD) adalah
pinjaman yang dananya bersumber dari RPD kepada PDAM.
8. Piutang Negara adalah jumlah utang yang wajib dibayar oleh
PDAM kepada Pemerintah Pusat sebagai akibat perjanjian
penerusan pinjaman dan/atau perjanjian pinjaman yang
bersumber dari RDI dan/atau RPD.
9. Rencana Perbaikan Kinerja Perusahaan (RPKP) adalah
dokumen yang berisi rencana tindak perbaikan kinerja yang
ditinjau dari berbagai aspek, yang akan dilakukan oleh PDAM
untuk meningkatkan pendapatan agar dapat memenuhi
kewajiban pembayaran Piutang Negara.
10. Cut-off date adalah tanggal terakhir perhitungan pembebanan
Piutang Negara pada PDAM.
11.Optimalisasi Penyelesaian Piutang Negara adalah upaya
pengurangan beban pembayaran kewajiban PDAM melalui
restrukturisasi Piutang Negara pada PDAM.
12.Restrukturisasi Piutang Negara adalah upaya penyehatan yang
dilakukan Pemerintah terhadap PDAM yang mengalami
kesulitan dalam memenuhi kewajibannya.
13.Bunga adalah beban yang timbul sebagai akibat atas
penarikan pokok utang yang dihitung berdasarkan posisi
pinjaman sesuai dengan perjanjian penerusan pinjaman.
Pasal 3
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
(4)
Pasal 5
(1)
(2)
(3)
administrasi
masa
b.
(2) Tunggakan utang pokok dan utang pokok belum jatuh tempo,
yang
dijadwalkan
kembali
dikenakan
bunga/biaya
administrasi.
(3) Tunggakan
bunga/biaya
administrasi,
bunga/biaya
administrasi masa tenggang yang belum jatuh tempo,
tunggakan biaya
komitmen, dan tunggakan denda, yang
dijadwalkan
kembali,
tidak
dikenakan
bunga/biaya
administrasi.
(4) Dalam hal kas PDAM pada proyeksi arus kas tidak mencukupi
untuk dilakukannya alokasi pembebanan pembayaran secara
prorata sebagaimana dimaksud ayat (1), maka pembebanan
pembayaran dilakukan secara proporsional berdasarkan
komposisi kewajiban utang pokok, tunggakan bunga/biaya
administrasi, dan tunggakan denda, setelah dikurangi
pembayaran tunggakan biaya komitmen dan bunga/biaya
administrasi berjalan.
Bagian Kedua
Perubahan Persyaratan
Pasal 9
(1) PDAM yang dapat memperoleh perubahan persyaratan
adalah PDAM yang memiliki saldo kas minimum kurang dari
45 (empat puluh lima) hari, apabila hanya diberikan
penjadwalan kembali sampai batas paling lama sebagaimana
Pasal 7 ayat (6).
BAB VII
TATA CARA RESTRUKTURISASI
Bagian Pertama
Pengajuan Permintaan Restrukturisasi
Pasal 13
(1) PDAM menyampaikan permintaan restrukturisasi Piutang
Negara secara tertulis kepada Menteri u.p. Direktur Jenderal
sebagaimana lampiran 1, dengan tembusan kepada Deputi
Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas, Direktur Jenderal
Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum, dan Deputi
Bidang Akuntan Negara Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan yang dilampiri dokumen pendukung sebagai
berikut :
a. Lembar Penguji Lampiran, sebagaimana lampiran 4;
b. Laporan keuangan PDAM 3 (tiga) tahun terakhir yang telah
diaudit oleh auditor independen;
c. Laporan hasil evaluasi kinerja PDAM 1 (satu) tahun
terakhir yang telah dilakukan oleh Lembaga Independen;
d. Rencana
Kerja
dan
Anggaran
Perusahaan
(RKAP)/Rencana Anggaran Biaya (RAB) PDAM 1 (satu)
tahun terakhir dan realisasinya serta RKAP/RAB tahun
anggaran berjalan dan realisasinya;
e. RPKP yang telah disetujui Pemerintah Propinsi/
Kabupaten/Kota dan DPRD berikut soft copy;
(2) Direktur Jenderal untuk selanjutnya meneruskan permohonan
restrukturisasi kepada Ketua Komite Teknis.
(3) Laporan keuangan PDAM 3 (tiga) tahun terakhir sebagaimana
ayat (1) huruf a yang disampaikan kepada Direktur Jenderal
tidak diperkenankan menunjukkan opini tidak wajar atau tidak
memberikan pendapat.
Bagian Kedua
Evaluasi dan Analisis Atas
Permintaan Restrukturisasi
Pasal 14
(1) Komite Teknis melakukan evaluasi dan analisis terhadap
kelayakan RPKP berdasarkan ketentuan sebagaimana
dimaksud pada Pasal 6.
(2) Hasil evaluasi dan analisis sebagaimana dimaksud ayat (1)
dituangkan dalam berita acara, yang menyatakan bahwa
RPKP dinilai dapat diproses lebih lanjut atau ditolak, yang
ditandatangani bersama-sama antara Komite Teknis dan
Direksi PDAM atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan surat
kuasa dari Direksi.
Pasal 15
(1) Hasil evaluasi dan analisis RPKP yang dinyatakan dapat
diproses lebih lanjut disampaikan oleh Komite Teknis kepada
Komite Kebijakan setelah diterimanya surat pernyataan
tentang komitmen atas Program Restrukturisasi Pinjaman
PDAM yang ditandatangani oleh Kepala Daerah sesuai
lampiran 5 dan Ketua DPRD sesuai lampiran 6.
(2) Komite Kebijakan membuat rekomendasi persetujuan
restrukturisasi berdasarkan laporan yang dibuat oleh komite
teknis sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) kepada Menteri
untuk dapat diterbitkan Surat Persetujuan Optimalisasi
Penyelesaian Piutang Negara kepada PDAM.
(3) Berdasarkan penetapan persetujuan Menteri sebagaimana
dimaksud ayat (2), Direktorat Jenderal Perbendaharaan
melakukan amandemen perjanjian pinjaman atau perjanjian
penerusan pinjaman antara Pemerintah dan PDAM.
Pasal 16
(1) Hasil evaluasi dan analisis RPKP yang dinyatakan ditolak
disampaikan oleh Komite Teknis kepada Komite Kebijakan
untuk dilaporkan kepada Menteri.
(2) Atas dasar laporan Komite Kebijakan pada ayat (1) diatas,
Menteri atau pejabat yang ditunjuk menerbitkan surat
penolakan.
BAB VIII
PELAPORAN
Pasal 17
(1) Selama jangka waktu restrukturisasi Piutang Negara, PDAM
wajib menyampaikan laporan pelaksanaan RPKP kepada
Direktur Jenderal setiap tahun, paling lambat diterima pada
tanggal 1 Februari tahun berikutnya.
(2) Selama masa restrukturisasi Piutang Negara, PDAM wajib
menyampaikan dokumen RKAP/RAB yang telah ditetapkan
setiap tahun anggaran kepada Direktur Jenderal, paling
lambat diterima 30 (tiga puluh) hari kerja setelah tanggal
pengesahan.
(3) PDAM wajib menyampaikan laporan keuangan yang diaudit
oleh auditor independen dan laporan hasil evaluasi kinerja
yang dibuat oleh Lembaga Independen kepada Direktur
Jenderal setiap tahun selama masa restrukturisasi paling
lambat diterima 2 (dua) bulan sejak laporan dimaksud
ditetapkan.
(4) Copy Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2)
dan ayat (3) disampaikan oleh PDAM kepada Deputi Bidang
Sarana dan Prasarana Bappenas, Direktur Jenderal Cipta
Karya Departemen Pekerjaan Umum, dan Deputi Bidang
Akuntan Negara Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan.
BAB IX
EVALUASI DAN PEMANTAUAN ATAS PELAKSANAAN
RESTRUKTURISASI
Pasal 18
(1) Direktur Jenderal melakukan evaluasi dan pemantauan atas
pelaksanaan restrukturisasi Piutang Negara pada PDAM
secara periodik selama jangka waktu restrukturisasi pinjaman
untuk memonitor pelaksanaan RPKP dalam rangka
meminimalisasi kegagalan pelaksanaan restrukturisasi.
(2) Dalam melakukan evaluasi dan pemantauan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), Direktur Jenderal dapat menunjuk
pihak lain untuk bertindak sebagai konsultan atau nara
sumber.
(3) Dalam hal hasil evaluasi dan pemantauan mengindikasikan
penyimpangan pelaksanaan RPKP, Direktur Jenderal
mengingatkan secara tertulis kepada PDAM.
BAB X
REVISI RPKP
Pasal 19
(1) Revisi RPKP dapat dilakukan oleh PDAM dengan persetujuan
Direktur Jenderal dalam hal asumsi-asumsi perbaikan dalam
RPKP tidak tercapai.
(2) Revisi RPKP dapat dilakukan maksimal 2 (dua) kali selama
masa restrukturisasi.
(3) Revisi RPKP sebagaimana dimaksud ayat (1) hanya dapat
dilakukan terhadap upaya pencapaian asumsi tanpa
mengubah rencana pembayaran Piutang Negara yang telah
direstrukturisasi.
BAB XI
SANKSI
Pasal 20
Terhadap PDAM yang tidak melakukan pembayaran secara tepat
jumlah dalam 2 (dua) kali jatuh tempo berturut-turut, maka
penyelesaian Piutang Negara tunduk pada persyaratan
sebagaimana ditetapkan dalam perjanjian sebelum dilakukan
restrukturisasi.
BAB XII
KETENTUAN LAIN
Pasal 21
(1)
(2)
BAB XIII
PENUTUP
Pasal 24
Pada saat Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku,
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor:43/PB/2006
tanggal 25 Agustus 2006 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Penyelesaian Piutang Negara yang Bersumber dari Penerusan
Pinjaman Luar Negeri, Rekening Dana Investasi, dan Rekening
Pembangunan Daerah pada Perusahaan Daerah Air Minum,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 25
Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku sejak tanggal
ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman
Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan ini dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 30 Oktober 2006
DIREKTUR JENDERAL
MULIA P. NASUTION
NIP. 060046519
LAMPIRAN
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL
Tentang
PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELESAIAN PIUTANG NEGARA YANG BERSUMBER DARI
PENERUSAN PINJAMAN LUAR NEGERI, REKENING DANA INVESTASI, DAN REKENING
PEMBANGUNAN DAERAH PADA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM