Anda di halaman 1dari 8

Orasi 3:

Khilafah Mewujudkan Peradaban Mulia dan Agung


Selama 1400 Tahun
Rekan-rekan mahasiswa yang dirahmati Allah Swt, Islam
muncul sebagai agama pembebas manusia, sebagai jalan
penerang yang menunjukkan ke arah kebaikan bagi manusia
dalam menjalani kehidupannya. 14 abad yang lalu, melalui
risalah yang dibawa Rasulullah Saw, berpusat di jazirah arab,
Islam kini telah menyebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk
di dalamnya negeri kita ini, Indonesia. Islam menjadi agama
universal yang menantang peradaban-peradaban besar pada
masa awal diutusnya, yaitu Romawi dan Persia, dan selama
hampir 14 abad, umat Islam mampu berjaya atas peradabanperadaban lain yang silih berganti ada di muka bumi.
Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan, namun itu semua
adalah masa lalu. Apakah sekarang umat Islam masih berjaya
dengan peradaban yang bintang gemilang? Umat Islam saat
ini tidak lagi berjaya. Dan untuk bisa mengembalikan
kejayaan tersebut, maka umat Islam perlu untuk belajar dari
sejarah, bukan untuk ditangisi, bukan pula untuk romantisme
masa lalu, dan apalagi bukan untuk sekadar kepuasan
intelektual semata. Kita perlu untuk menengok kembali pada
kegemilangan peradaban Islam, agar semakin jelas tampak di
depan mata kita, bahwa Islam adalah agama sempurna yang
akan menuntun umat manusia menuju jalan cahaya, hingga
kita siap untuk berjuang mewujudkan kembali peradaban jaya
tersebut.
Banyak saudara-saudara kita di luar sana, yang masih
memahami bahwa peradaban gemilang yang dihasilkan
selama hampir 14 abad adalah akibat kehebatan individu-

individu umat Islam pada masa itu. Itu betul, tapi perlu kita
pahami juga bahwa itu bukanlah satu-satunya faktor, justru
harus dikatakan bahwa kapasitas individu-individu yang hebat
itu juga adalah buah diterapkannya Islam sebagai sistem
hidup, baik dalam tataran individu, kelompok, hingga negara.
Sebagaimana dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhori,


Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak
yang mulia, akhlak dan peradaban mulia adalah buah yang
dihasilkan oleh aqidah dan syariat Islam yang terterapkan
secara sempurna dalam seluruh aspek kehidupan.
Islam sedari awal diutus memberikan petunjuk jalan yang
harus ditempuh oleh manusia. Islam memberikan hal penting
yang memberikan arti sesungguhnya dari kehidupan manusia.
Hal penting tersebut adalah alasan dan tujuan hidup manusia
di muka bumi. Islam menggambarkan secara definit dari mana
dan akan ke mana kehidupan ini berawal dan berakhir. Rekanrekan bisa bayangkan, seandainya tidak ada informasi dan
definisi yang jelas tentang alamat tempat kita hadir saat ini,
kira-kira bisakah rekan-rekan detik ini menginjakkan kakinya
di tempat ini? Demikian juga pentingnya sebuah tujuan hidup,
karena ketika manusia tidak punya tujuan, maka hampir bisa
dipastikan hidup manusia akan nyasar ke arah kesesatan.
Allah Swt berfirman dalam QS adz Dzariyat ayat 56,




Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka mengabdi kepada-Ku
Dalam ayat tersebut, Allah Swt menegaskan bahwa tujuan
manusia diciptakan adalah untuk mengabdi kepada-Nya.
Maka segala aktivitas manusia, mulai dari bangun tidur

hingga tidur lagi, sepenuhnya tidak terlepas dari tujuan


tersebut. Tujuan ini melawan arus di tengah kehidupan
masyarakat Arab khususnya dan dunia umumnya pada awal
Islam hadir. Dengan akal yang serba terbatas dan tanpa
bimbingan wahyu, banyak manusia yang mengira bahwa
kehidupan ini semata-mata untuk pemenuhan kebutuhan
pokok dan naluri. Hal ini karena manusia pada hakikatnya
tidak berbeda dari hewan, seandainya tidak diberi karunia akal
oleh Allah Swt. Dalam QS. al Maaarij ayat 19 Allah Swt
berfirman,



Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi
kikir
Demikianlah sifat dasar manusia. Kecintaan kepada harta
benda, anak keturunan, dan gampangnya manusia untuk
berkeluh kesah, adalah hal-hal yang menjadi paket penciptaan
manusia. Maka Islam hadir untuk meluruskan bahwa segala
sifat dasar manusia tersebut, hendaknya ditundukkan pada
kecintaan pada Allah dan Rasul-Nya. Karena yang demikian,
adalah hakikat sebenarnya dari bentuk pengabdian manusia
kepada Allah Swt.
Rekan-rekan sepertjuangan, inilah yang menjadi salah
satu kunci kegemilangan peradaban Islam. Manusia-manusia
yang hadir adalah manusia yang menjadikan segala sesuatu
dalam hidupnya sebagai bagian dari ketundukan kepada Allah
Swt. Motivasi yang mendasari segala aktivitasnya adalah
motivasi ruhiyah. Dengan begitu, maka segala yang
diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya dilaksanakan dengan
segenap ketundukan.
Namun perlu diingat, bahwa ini hanya dalam tataran
individu. Sedangkan sifat dasar lain yang dimiliki oleh
manusia adalah, mudah untuk terbawa oleh lingkungannya. Di

sinilah kesempurnaan Islam, karena tidak hanya menyeru


secara individu, namun juga menghimpun individu-individu
tersebut ke dalam satu kesatuan daulah islamiyah yang secara
praktis mengkondisikan terciptanya kondisi yang kondusif
yang mendorong pada lahirnya sebuah peradaban gemilang.
Secara umum, fungsi negara adalah melaksanakan penertiban
(law and order), mengusahakan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyatnya, pertahanan, dan menegakkan
keadilan. Daulah islamiyah berperan untuk mewujudkan
fungsi-fungsi ini dalam bentuk pengaturan masyarakat, baik
secara preventif maupun represif, baik untuk pencegahan
maupun penanggulangan.
Keterpaduan antara ketakwaan individu yang dibingkai
oleh sebuah negara yang mewadahinya inilah yang
menghasilkan perubahan signifikan dalam kancah peradaban
dunia. Dahulu, perempuan dihinakan sedemikian rupa, bahkan
karena saking memalukannya banyak bayi perempuan yang
dikubur hidup-hidup. Setelah Islam hadir, perempuan diangkat
derajatnya. Fenomena rasisme yang sampai sekarang tidak
bisa dihilangkan oleh peradaban barat, 14 abad yang lalu,
Islam telah mempelopori kesetaran manusia tanpa segmentasi
derajat berdasarkan warna kulit, anak keturunan, ataupun
harta benda. Perzinaan yang begitu marak hingga melahirkan
anak-anak tanpa nasab dilarang dan diganti dengan syarat
nikah yang difasilitaasi sedemikian rupa oleh Daulah
Islamiyah. Kesenjangan yang lebar antara yang kaya dan yang
miskin, dihapuskan melalui syariat zakat dan shodaqoh yang
secara intensif dikawal pelaksanaannya oleh khalifah.
Rekan-rekan mahasiswa yang dirahmati Allah,
kebangkitan Islam dalam pentas sejarah sendirinya
menimbulkan kebencian orang-orang yang tidak menyukai
Islam. Dengan segenap cara dan upaya, pemikiran umat Islam
dikebiri sedemikian rupa sehingga tidak tersisa melainkan

kulitnya semata. Akhirnya, umat Islam secara formal tetap


beragama Islam, baik berupa pencantuman dalam kolom
agama di KTP atau KTM, ditambah aktivitas-aktivitas ibadah
maghdoh seperti sholat dan puasa. Namun di sisi lain,
pemikiran umat Islam dijauhkan dari pondasi yang semestinya
melandasi pola pikir dan pola sikap seorang muslim. Umat
Islam pun kini ibarat bunglon dalam konotasi yang negatif,
tidak memiliki pendirian dan prinsip yang teguh sebagaimana
para pendahulunya.
Umat Islam termasuk yang di Indonesia, banyak yang
terjebak pada pemikiran sekuler liberal beserta segala
turunannya, dan ini tidak terkecuali bagi para generasi muda.
Tanpa disadari oleh mereka, pemikiran sekuler liberal telah
banyak menuntut korban termasuk para penggiatnya di negeri
barat sana. Peradaban barat dengan corak sekuler yaitu
memisahkan agama dari kehidupan dan negara, serta liberal
yaitu membebaskan manusia untuk bertingkah laku semaunya
selama tidak merugikan orang lain secara langsung, adalah
peradaban yang siap berada di tepi liang lahat kematiannya.
Pemikiran sekuler menghasilkan oreintasi hidup yang
materialistis. Orientasi hidup yang serba materialistis
membuat kehidupan manusia dalam peradaban barat menjadi
kosong dan kering kerontang. Manusia-manusianya tidak lagi
mengerti apa-apa selain mengumpulkan materi sebanyak
mungkin, karir setinggi mungkin, atau kepuasan-kepuasan
duniawi lainnya. Manusia-manusianya menjadi rawan
masalah kejiwaan dan sangat mudah untuk stres. Tentu kita
masih ingat pada tahun 2014 ini, ketika dalam Pileg lalu,
begitu banyak diberitakan caleg gagal yang akhirnya stres dan
sakit jiwa. Ini adalah bentuk orientasi tindakan yang
materialistis. Materi lah yang menjadi satu-satunya motivasi
bagi orang-orang seperti ini, bukan motivasi pelayanan rakyat
apalagi motivasi pengabdian kepada Allah Swt. Agama tidak

lagi dijadikan sebagai pondasi dasar dalam kehidupan, tapi


hanya sebuah simbol yang tak lebih perannya dari ritual
kosong. Segala keputusan mutlak berada di tangan manusia.
Tuhan tidak lagi ditempatkan pada posisi yang tinggi lagi
sakral. Sekulerisme telah memanusiakan tuhan dan
menuhankan manusia.
Sementara itu, pemikiran liberal menghasilkan orientasi
hidup yang serba permisif. Dengan dalih selama tidak
merugikan orang lain, liberalisme menghasilkan kerancuan
dan kekacaukan dalam tatanan sosial kehidupan. Bayi lahir
yang dulunya dikubur hidup-hidup salah dalam pandangan
kaum liberalis, namun betapa banyak bayi-bayi yang bahkan
belum sempat melihat dunia dibiarkan diaborsi? Berapa
banyak perzinaan yang sekarang terjadi di tiap detiknya
hingga akhirnya berbuah menjadi bayi yang tidak siap untuk
diinginkan?
Perilaku LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender)
yang dikutuk oleh seluruh agama menjadi kosong di hadapan
liberalisme atas nama hak asasi manusia. Perilaku-perilaku
semacamnya yang menentang kodrat manusia dianggap
sebagai tindak keberanian dan kepahlawanan yang harus
diperjuangkan dan dihargai. Perilaku-perilaku yang jelas-jelas
anti mayoritas ini justru minta tempat di masyarakat. Suatu
bentuk tirani minoritas atas nama kebebasan telah nyata
dipertontonkan di hadapan masyakat dunia. Dan ini semua,
adalah akibat liberalisme.
Tidak cukup sampai di situ, liberalisme bahkan merangsak
lebih jauh mengusik pondasi prinsip dalam kehidupan
manusia: agama. Utamanya bagi kaum muslim, dimana
agama adalah sesuatu yang tidak lagi bisa diganggu gugat dan
bersifat final pasca kerasulan Rasulullah Muhammad Saw,
agama coba dipelintirkan sedemikian hingga umat Islam tidak

lagi berpikir dengan corak Islam. Cara berpikir yang


meragukan segala hal menjangkiti kaum muslim. Banyaknya
bermunculan aliran-aliran sesat yang membawa nama Islam di
dalamnya, membuktikan bahwa liberalisme terhadap Islam
sudah sedemikian parahnya. Sebut saja Ahmadiyah yang
sampai sekarang belum juga dibubarkan. Belum lagi cara
berpikir orientalis yang berangkat dari keraguan terhadap
kerasulan dan kesucian al Quran yang bahkan menjangkiti di
kalangan pesantren-pesantren di negeri kita. Kasus Ospek
menggugat peran Tuhan yang terjadi di salah satu kampus
Islam di Surabaya beberapa bulan lalu adalah bukti yang tidak
terbantahkan bagaimana liberalisme barat dalam hal agama
mengancam generasi intelektual muda umat Islam.
Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan, kita tidak perlu
silau dengan sains dan teknologi yang dimiliki oleh dunia
barat saat ini. Sains dan teknologi tidak lebih dari produk
yang kebermanfaatannya bergantung sepenuhnya kepada
penggunanya. Sains dan teknologi tidak akan membawa pada
kemajuan peradaban apabila tidak digunakan dalam rangka
kebenaran. Justru sebaliknya, apabila tidak digunakan untuk
kebenaran maka sains dan teknologi hanya akan mempercepat
manusia menuju jurang kehancuran. Dan inilah yang sedang
terjadi sekarang.
Sosialisme komunisme membutuhkan waktu beberapa
dekade untuk membuktikan kehancurannya. Kapitalisme,
demokrasi, sekulerisme, dan liberalisme pun, tidak akan
membutuhkan waktu lama untuk sampai kepada kehancuran.
Dekandansi peradaban yang sekarang bisa kita lihat jelas di
depan mata kita, menandakan bahwa umur peradaban barat
tidak akan lama lagi. Ini justru semakin memperkuat
keyakinan kita akan kebenaran al Quran. Dalam QS. ali
Imran ayat 140, Allah Swt berfirman,

Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan


diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan
supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman
(dengan orang-orang Kafir) supaya sebagian kamu
dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'.
Tidak lama lagi, insyaaAllah, fajar kegemilangan
peradaban Islam akan kembali menyingsing. Kita yang hadir
di tempat ini adalah para penyongsongnya. Apakah kita rindu
padaa kembalinya peradaban Islam?
Kegemilangan peradaban Islam akan terwujud bersama
dengan kembalinya Khilafah Rasyidah. Jika kita memang
betul rindu dengan peradaban Islam, maka sudah semestinya
kita harus berjuang sekuat daya dan upaya untuk
mengembalikan kembali tegak Daulah Khilafah ala minhajin
nubuwah. Apakah kita yang hadir di tempat ini, siap untuk
berjuang segenap tenaga dan sepenuh waktu dalam
mewujudkan dan menyaksikan kembalinya Khilafah?
Rekan-rekan yang dirahmati Allah Swt, dengan atau tanpa
kita, Khilafah merupakan janji Allah. Hanya saja, janji ini
akan diwujudkan oleh orang-orang yang memiliki kapabilitas,
ketekunan, kesabaran, keberanian, dan keikhlasan dalam
berjuang. Maka kita sebagai mahasiswa, generasi muda
pelanjut perjuangan umat, untuk menempa diri kita, tidak
cukup pada bangku kuliah untuk meningkatkan kapabilitas
sains dan teknologi, tapi secara langsung terjun dalam
menyadarkan saudara-saudara mahasiswa yang lain dan
rakyat di sekitar kita, untuk turut turun membongkar
bobroknya peradaban barat, menyongsong kemuliaan
peradabaan Islam, dan menyambut tegaknya kembali khilafah
ala minhajin nubuwah!

Anda mungkin juga menyukai