Anda di halaman 1dari 12

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Orang pasti sudah mengenal kata iman, sudah banyak yang mengenal
namun untuk mengimplementasikan ke dalam hati dan dengan niat yang kuat
masih kurang adanya. Kebanyakan masih bertanya-tanya tentang Iman dan apa
tanda-tanda menjadi orang beriman.
1.2 Ruang Lingkup
Mengetahui pengertian dari pada iman itu sendiri. Menjelaskan proses
terbentuknya iman dan tanda-tanda orang beriman. Kolerasi antara keimanan dan
ketaqwaan. Juga bagaimana tantangan dalam kehidupan modern saat ini.
1.3 Tujuan
Mahasiswa dapat lebih memperdalam keimanannya sesuai yang ada di dalam
makalah ini.
1.4 Manfaat
Memberikan pada mahasiswa dan masyarakat untuk mene\gerti lebih dalam
keimanan dan ketaqwaan.

BAB II
KEIMANAN DAN KETAQWAAN
2.1 Pengertian Iman
Iman menurut bahasa adalah percaya atau yakin, keimanan berarti
kepercayaan atau keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti,
atau pokok pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk agama
Islam.

Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yumanu amanan yang
berarti percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin yang
terletak dalam hati. Dalam surah al-Baqarah ayat 165

Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingantandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai
Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan
jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu, mengetahui ketika mereka
melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya,
dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal).
Dalam hadits diriwayatkan Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan dengan
keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal
perbuatan (Al-Immaanu aqdun bil qalbi waigraarun billisaani waamalun bil
arkaan). Dengan demikian, iman merupakan kesatuan atau keselarasan antara hati,
ucapan, dan laku perbuatan, serta dapat juga dikatakan sebagai pandangan dan
sikap hidup atau gaya hidup.

2.2 Wujud Iman


Seseorang dinyatakan iman bukan hanya percaya terhadap sesuatu,
melainkan kepercayaan itu mendorongnya untuk mengucapkan dan melakukan
sesuatu sesuai dengan keyakinan. Karena itu iman bukan hanya dipercayai atau
diucapkan, melainkan menyatu secara utuh dalam diri seseorang yang dibuktikan
dalam perbuatannya.

Akidah Islam adalah bagian yang paling pokok dalam agama Islam. Ia
merupakan keyakinan yang menjadi dasar dari segala sesuatu tindakan atau amal.
Seseorang dipandang sebagai muslim atau bukan muslim tergantung pada
akidahnya. Apabila ia berakidah Islam, maka segala sesuatu yang dilakukannya
akan bernilai sebagai amaliah seorang muslim atau amal saleh. Apabila tidak
beraqidah, maka segala amalnya tidak memiliki arti apa-apa, kendatipun
perbuatan yang dilakukan bernilai dalam pendengaran manusia.
Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat
dengan segala aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi
seorang muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur
dalam ajaran Islam. Seluruh hidupnya didasarkan pada ajaran Islam.

2.3 Proses Terbentuknya Iman


Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan
yang berkesinambungan. Benih yang unggul apabila tidak disertai pemeliharaan
yang intensif, besar kemungkinan menjadi punah. Demikian pula halnya dengan
benih iman. Berbagai pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan
iman/kepribadian seseorang, baik yang datang dari lingkungan keluarga,
masyarakat, pendidikan, maupun lingkungan termasuk benda-benda mati seperti
cuaca, tanah, air, dan lingkungan flora serta fauna.
Pengaruh pendidikan keluarga secara langsung maupun tidak langsung,
baik yang disengaja maupun tidak disengaja amat berpengaruh terhadap iman
seseorang. Tingkah laku orang tua dalam rumah tangga senantiasa merupakan
contoh dan teladan bagi anak-anak. Tingkah laku yang baik maupun yang buruk
akan ditiru anak-anaknya. Jangan diharapkan anak berperilaku baik, apabila orang
tuanya selalu melakukan perbuatan yang tercela. Dalam hal ini Nabi SAW
bersabda, Setiap anak, lahir membawa fitrah. Orang tuanya yang berperan
menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi.
Pada dasarnya, proses pembentukan iman juga demikian. Diawali dengan
proses perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal
ajaran Allah adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Jika

seseorang tidak mengenal ajaran Allah, maka orang tersebut tidak mungkin
beriman kepada Allah.
Di samping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan,
karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja semula benci berubah menjadi
senang. Seorang anak harus dibiasakan untuk melaksanakan apa yang
diperintahkan Allah dan menjauhi hal-hal yang dilarang-Nya, agar kelak setelah
dewasa menjadi senang dan terampil dalam melaksanakan ajaran-ajaran Allah.

2.4 Tanda tanda Orang Beriman


Al-Quran menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:
1. Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah
tidak lepas dari syaraf memorinya, serta jika dibacakan ayat al-Quran, maka
bergejolak hatinya untuk segera melaksanakannya (al-Anfal: 2)

. "Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama
Allah gemetarlah hati mereka. dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah
iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakkal.
(yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari
rezki yang Kami berikan kepada mereka
2.

Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah,


diiringi dengan doa, yaitu harapan untuk tetap hidup dengan ajaran Allah menurut
Sunnah Rasul (Ali Imran: 120
al-Maidah: 12

[5:12] Dan sesungguhnya Allah telah mengambil perjanjian (dari) Bani Israil dan
telah Kami angkat diantara mereka 12 orang pemimpin dan Allah berfirman:
"Sesungguhnya Aku beserta kamu, sesungguhnya jika kamu mendirikan shalat
dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kamu bantu

mereka dan kamu pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik {406}
sesungguhnya Aku akan menutupi dosa-dosamu. Dan sesungguhnya kamu akan
Kumasukkan ke dalam surga yang mengalir air didalamnya sungai-sungai. Maka
barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat
dari jalan yang lurus.
at-Taubah:52

[9:52] Katakanlah: "tidak ada yang kamu tunggu-tunggu bagi kami, kecuali salah
satu dari dua kebaikan {646}. Dan Kami menunggu-nunggu bagi kamu bahwa
Allah akan menimpakan kepadamu azab (yang besar) dari sisi-Nya. Sebab itu
tunggulah, sesungguhnya kami menunggu-nunggu bersamamu."

Ibrahim: 11

[14:11] Rasul-rasul mereka berkata kepada mereka: "Kami tidak lain hanyalah
manusia seperti kamu, akan tetapi Allah memberi karunia kepada siapa yang Dia
kehendaki di antara hamba-hamba-Nya. Dan tidak patut bagi kami mendatangkan

suatu bukti kepada kamu melainkan dengan izin Allah. Dan hanya kepada Allah
sajalah hendaknya orang-orang mukmin bertawakkal.
Mujadalah: 10

[58:10] Sesungguhnya pembicaraan rahasia itu adalah dari syaitan, supaya orangorang yang beriman itu berduka cita, sedang pembicaraan itu tiadalah memberi
mudharat sedikitpun kepada mereka, kecuali dengan izin Allah dan kepada Allahlah hendaknya orang-orang yang beriman bertawakkal.
3.

Tertib dalam melaksanakan shalat dan selalu menjaga pelaksanaannya


al-Anfal: 3

.Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya


. Bagaimanapun sibuknya, kalau sudah masuk waktu shalat, dia segera shalat
untuk membina kualitas imannya.
4. Menafkahkan rezki yang diterimanya (al-Anfal: 3 dan al-Mukminun:4). Hal ini
dilakukan sebagai suatu kesadaran bahwa harta yang dinafkahkan di jalan Allah
merupakan upaya pemerataan ekonomi, agar tidak terjadi ketimpangan antara
yang kaya dengan yang miskin.
5. Menghindari perkataan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (alMukminun: 3,5). Perkataan yang bermanfaat atau yang baik adalah yang
berstandar ilmu Allah, yaitu al-Quran menurut Sunnah Rasulullah.
6. Memelihara amanah dan menepati janji (al-Mukminun: 6). Seorang mumin tidak
akan berkhianat dan dia akan selalu memegang amanah dan menepati janji.
7. Berjihad di jalan Allah dan suka menolong (al-Anfal:74). Berjihad di jalan Allah
adalah bersungguh-sungguh dalam menegakkan ajaran Allah, baik dengan harta
benda yang dimiliki maupun dengan nyawa.

8. Tidak meninggalkan pertemuan sebelum meminta izin (an-Nur: 62). Sikap seperti
itu merupakan salah satu sikap hidup seorang mukmin, orang yang berpandangan
dengan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul.

2.5 Korelasi antara Keimanan dan Ketaqwaan


Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi
menjadi dua, yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis. Tauhid teoritis adalah tauhid
yang membahas tentang keesaan Zat, keesaan Sifat, dan keesaaan Perbuatan
Tuhan. Pembahasan keesaan Zat, Sifat, dan Perbuatan Tuhan berkaitan dengan
kepercayaan, pengetahuan, persepsi, dan pemikiran atau konsep tentang Tuhan.
Konsekuensi logis tauhid teoritis adalah pengakuan yang ikhlas bahwa Allah
adalah satu-satunya Wujud Mutlak, yang menjadi sumber semua wujud.
Adapun tauhid praktis yang disebut juga tauhid ibadah, berhubungan
dengan amal ibadah manusia. Tauhid praktis merupakan terapan dari tauhid
teoritis. Kalimat Laa ilaaha illallah (Tidak ada Tuhan selain Allah) lebih
menekankan pengertian tauhid praktis (tauhid ibadah). Tauhid ibadah adalah
ketaatan hanya kepada Allah. Dengan kata lain, tidak ada yang disembah selain
Allah, atau yang berhak disembah hanyalah Allah semata dan menjadikan-Nya
tempat tumpuan hati dan tujuan segala gerak dan langkah.
Selama ini pemahaman tentang tauhid hanyalah dalam pengertian beriman
kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa. Mempercayai saja keesaan Zat, Sifat, dan
Perbuatan Tuhan, tanpa mengucapkan dengan lisan serta tanpa mengamalkan
dengan perbuatan, tidak dapat dikatakan seorang yang sudah bertauhid secara
sempurna. Dalam pandangan Islam, yang dimaksud dengan tauhid yang sempurna
adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan dalam perbuatan praktis
kehidupan manusia sehari-hari. Dengan kata lain, harus ada kesatuan dan
keharmonisan tauhid teoritis dan tauhid praktis dalam diri dan dalam kehidupan
sehari-hari secara murni dan konsekuen.
Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan amal,
konsep dan pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan
demikian bertauhid adalah mengesakan Tuhan dalam pengertian yakin dan

percaya kepada Allah melalui pikiran, membenarkan dalam hati, mengucapkan


dengan lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan. Oleh karena itu seseorang baru
dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat tauhid
dalam syahadat asyhadu allaa ilaaha illa Alah, (Aku bersaksi bahwa tidak ada
Tuhan selain Allah), kemudian diikuti dengan mengamalkan semua perintah Allah
dan meninggalkan segala larangan-Nya.

BAB III
IMPLEMENTASINYA DALAM KEHIDUPAN MODERN

3.1 Problematika, Tantangan, dan Resiko dalam Kehidupan Modern


Di antara problematika dalam kehidupan modern adalah masalah sosialbudaya yang sudah established, sehingga sulit sekali memperbaikinya.
Berbicara tentang masalah sosial budaya berarti berbicara tentang masalah
alam pikiran dan realitas hidup masyarakat. Alam pikiran bangsa Indonesia adalah
majemuk (pluralistik), sehingga pergaulan hidupnya selalu dipenuhi oleh konflik
baik sesama orang Islam maupun orang Islam dengan non-Islam.
Pada millenium ketiga, bangsa Indonesia dideskripsikan sebagai
masyarakat yang antara satu dengan lainnya saling bermusuhan. Hal itu
digambarkan oleh Ali Imran: 103
[3:103] Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni'mat Allah kepadamu ketika
kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan
hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni'mat Allah, orang-orang yang bersaudara;
dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari
padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu
mendapat petunjuk.
, sebagai kehidupan yang terlibat dalam wujud saling bermusuhan (idz
kuntum adaaan), yaitu suatu wujud kehidupan yang berada pada ancaman
kehancuran.
Adopsi modernisme (werternisme), kendatipun tidak secara total, yang
dilakukan bangsa Indonesia selama ini, telah menempatkan bangsa Indonesia
menjadi bangsa yang semi naturalis. Di sisi lain, diadopsinya idealisme juga telah
menjadikan bangsa Indonesia menjadi pengkhayal. Adanya tarik menarik antara
kekuatan idealisme dan naturalisme menjadikan bangsa Indonesia bersikap tidak
menentu. Oleh karena itu, kehidupannya selalu terombang-ambing oleh isme-isme
tersebut.
Secara ekonomi bangsa Indonesia semakin tambah terpuruk. Hal ini
karena diadopsinya sistem kapitalisme dan melahirkan korupsi besar-besaran.
Sedangkan di bidang politik, selalu muncul konflik di antara partai dan semakin

10

jauhnya anggota parlemen dengan nilai-nilai qurani, karena pragmatis dan


oportunis.
Di bidang sosial banyak muncul masalah. Berbagai tindakan kriminal
sering terjadi dan pelanggaran terhadap norma-norma bisa dilakukan oleh anggota
masyarakat. Lebih memprihatinkan lagi adalah tindakan penyalahgunaan
NARKOBA oleh anak-anak sekolah, mahasiswa, serta masyarakat. Di samping itu
masih terdapat bermacam-macam masalah yang dihadapi bangsa Indonesia dalam
kehidupan modern.
6
Persoalan itu muncul, karena wawasan ilmunya salah, sedang ilmu
merupakan roh yang menggerakkan dan mewarnai budaya. Hal itu menjadi
tantangan yang amat berat dan dapat menimbulkan tekanan kejiwaan, karena
kalau masuk dalam kehidupan seperti itu, maka akan melahirkan risiko yang
besar.
Untuk membebaskan bangsa Indonesia dari berbagai persoalan di atas,
perlu diadakan revolusi pandangan. Dalam kaitan ini, iman dan taqwa yang dapat
berperan menyelesaikan problema dan tantangan kehidupan modern tersebut.

3.2 Peran Iman dan Taqwa dalam Menjawab Problem dan Tantangan
Kehidupan Modern
Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini
dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan
manusia.
1. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda
Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau
Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun yang
dapat mencegahnya. Sebaliknya, jika Allah hendak menimpakan bencana, maka
tidak ada satu kekuatanpun yang sanggup menahan dan mencegahnya.
Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat mendewa-dewakan
manusia

yang

kebetulan

sedang

memegang

kekuasaan,

menghilangkan

11

kepercayaan pada kesaktian benda-benda kramat, mengikis kepercayaan pada


khurat, takhyul, jampi-jampi dan sebagainya. Pegangan orang yang beriman
adalah firman Allah surat al-Fatihah ayat 1-7 .
2. Iman menanamkan semangat berani menghadapi maut
Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak di
antara manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena takut
menghadapi resiko. Orang yang beriman yakin sepenuhnya bahwa kematian di
tangan Allah. Pegangan orang beriman mengenai soal hidup dan mati adalah
firman Allah dalam QS 4 (al-Nisa):78
[4:78] Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun
kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh
kebaikan {319}, mereka mengatakan : "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau
mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan : "Ini (datangnya) dari sisi
kamu (Muhammad)". Katakanlah : "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka
mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami
pembicaraan {320} sedikitpun

3. Iman menanamkan sikap self help dalam kehidupan .


Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan
manusia. Banyak orang yang melepaskan pendiriannya, karena kepentingan
penghidupannya. Kadang-kadang manusia tidak segan-segan melepaskan prinsip,
menjual kehormatan, bermuka dua, menjilat, dan memperbudak diri, karena
kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalam hal ini ialah firman Allah
dalam QS 11 (Hud):6
[11:6] Dan tidak ada suatu binatang melata {709} pun di bumi melainkan Allahlah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan
tempat penyimpanannya {710}. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh
mahfuzh
4. Iman memberikan katentraman jiwa

12

DAFTAR PUSTAKA
http://www.belajarislam.web.id/2014/05/pengertian-iman-dan-taqwa-dalamislam.html
Wahyuddin, 2010, AGAMA ISLAM untuk Perguruan Tinggi. Jakarta, Al-Aziz

Anda mungkin juga menyukai