Semua Panitia Ahli yang bertanggung jawab untuk merumuskan zat tambahan yang
dianjurkan mempertimbangkan bahwa seharusnya jauh lebih banyak gizi dan zat tenaga dalam
makanan yang harus dimakan ibu yang sedang menyusui (table 1). Bahkan, gizi yang dianjurkan
untuk ibu yang menyusui seringkali lebih tinggi darpada kebutuhan gizi kelompok keluarga
lainnya.
Dasar dari kebanyakan anjuran ialah bahwa rata-rata ibu yang menyusui menghasilkan
850 ml susu setiap hari dank karena itu ia perlu makan cukup makanan untuk mencukupi tiap
komponen makanan yang mengalir kedalam susunya, sesudah bersatu dengan zat tambahan yang
baru untuk efisiensi sehingga makanan bagi ibu dapat dimanfaatkan untuk pembentukan susu.
Sekalipun pada dasarnya ini adalah pendekatan yang betul-betul rasional, adapula factor-faktor
sulit yang perlu diperhitungkan ; terutama sekarang makin bertambah nyata bahwa banyak dari
zat tambahan yang diperoleh dengan cara ini sangat melampaui kebiasaan makan ibu-ibu,
terutama mereka yang hidup di negara-negara yang sedang berkembang, namun sampai begitu
jauh belum ada indikasi-indikasi yang merugikan. Ketidakcocokan ini perlu dikaji lebih dalam
lagi, dengan penekanan bahwa ilmu pengetahuan sekarang masih belum memadai untuk
memberikan suatu penjelasa yang memuaskan.
TABEL 1. Tambahan Gizi Harian dalam Makanan untuk Ibu menyusui
Bahan Gizi
menyusui
Energi (kcal)
2100
Protein (g)
44
Retinol (mg)
800
Vitamin D (mg)
7.5
Vitamin E (mg)
8
Vitamin C ( mg)
60
Riboflavin (mg)
1.3
Asam Nikotinik (mg) 14
Vitamin B6 (mg)
2.0
Folate (mg)
400
Tiamin (mg)
1.1
Kapur (mg)
800
Besi (mg)
18
Seng (mg)
15
Menyusui
Kenaikan
2600
64
1200
12.5
11
100
1.8
19
2.5
500
1.6
1200
Sa
25
500
20
400
5
3
40
0.5
5
0.5
100
0.5
400
Sa
10
A.
protein sehari.
Suplementasi, jika makan sehari seimbang, suplementasi tidak diperlukan kecuali jika
gizi
pada
ibu
yang
sedang
menyusui
sangatlah
harus
dipertimbangkan karena menyangkut gizi anak sebelum lahir dan semasa bayi. Selain
itu, ibu yang memiliki gizi yang cukup juga dapat membantu pemulihan yang lebih
cepat pasca persalinan. Selain itu, produksi ASI juga dapat bertambah. Apabila gizi ibu
tidak di penuhi dengan baik semasa hamil dan menyusui tentu akan menimbulkan
dampak negative terhadap status gizi ibu, kesehatan ibu dan anak karena ASI yang
akan dihasilkan akan berkualitas rendah.
Zat gizi yang dibutuhkan antara lain:
Energi
Karena kondisi ibu yang sedang hamil, maka membutuhkan tambahan masukan
energi untuk mencukupi kebutuhan untuk ibu dan janin. Untuk itu dibutuhkan
sebesar 700 kkal/jari (6 bulan pertama menyusui). Untuk 6 bulan kedua dibutuhkan
sekitar rata-rata 500 kkal/ hari dan pada tahun kedua dianjurkan tambahan sebanyak
400 kkal/hari.
Protein
Tambahan protein dibutukan sebesar 16 g/hari untuk 6 bulan pertama. Pada 6 bulan
kedua dibutuhkan protein sekitar 12 g/hari dan untuk tahun kedua dibutuhkan
sebesar 11g/hari.
Zat besi
Terdapat sebanyak 0,3 mg/ hari dikeluarkan dalam bentuk ASI. Oleh karna itu perlu
ditambahkan dengan basal loss sehari-hari. Rata-rata kebutuhan zat besi untuk 6
bulan pertama menyusui adalah 1,1 mg/hari. Sehingga memerlukan tambahan zat
besi sebesar 5 mg/ hari.
Kalsium
Diperlukan tambahan dalam jumlah yang cukup besar sekitar 400 mg, karena dalam
proses produksi ASI, tubuh juga menjaga konsenterasi kalsiun dalam ASI relative
konstan baik dalam kondisi intake kalsium cukup atau kurang. Jika intake kalsium
tidak mencukupi maka kebutuhan kalsium dalam produksi ASI akan diambil dari
deposit yang ada pada tubuh ibu, termasuk dalam tulang.
Vitamin D
Penting untuk kesehatan gigi dan pertumbuhan tulang.
Vitamin B-6
Memetabolisme lemak dan protein, memfasilitasi pertumbuhan sel, mendukung
syaraf dan sistem kekebalan. Vitamin B-6 sangat dibutuhkan bagi produksi sel
darah merah dan putih.
Vitamin B-12
Mendukung sistem saraf dan produksi sel darah merah.
Zinc (Seng)
Mendukung sistem kekebalan tubuh yang sehat dan penting dalam penyembuhan
luka.
0-6 bulan
+ 700
+ 16
+ 350
+ 0,3
+ 0,4
7-12 bulan
+ 500
+ 12
+ 300
+ 0,3
+ 0,3
Niasin (mg)
Vitamin B-12 (g)
Asam folat (g)
Vitamin C (mg)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Magnesium (mg)
Besi (mg)
Seng (mg)
Iodium (g)
Selenium (g)
+3
+ 0,3
+ 50
+ 25
+ 400
+ 300
+ 40
+2
+ 10
+ 50
+ 25
+3
+ 0,3
+ 40
+ 10
+ 400
+ 200
+ 30
+2
+10
+ 50
+ 20
Kandungan vitamin dan mineral dapat memastikan bahwa ibu dan bayi memperoleh
nutrisi yang mereka butuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Semua gizi
tersebut dapat didapatkan pada:
a) Sayur-sayuran
Sayuran merupakan sumber utama makanan yang kaya zat besi, serat, asam folat, betacarotene, vitamin C, lycopene, flavonoids dan beta-glucans. Makan-makanan kaya zat besi
membantu memelihara tingkat energi Anda sekaligus mampu mencegah anemia. Folate atau
asam folat sangat penting dalam pembentukan sel darah merah. Jika Anda suka sayuran
mentah, coba makan bayam, selada, tomat, ketimun, dan jamur. Jika Anda memilih sayuran
yang telah dimasak, pertimbangkan gambas, kacang polong, jagung, kentang, dan labu.
sebaiknya makan 3-5 hidangan sayuran setiap hari.
b) Buah-buahan
Buah yang sehat dan warnanya terang bagus dikonsumsi setelah makan. Kandungan vitamin
A, B, K, dan C dalam buah baik untuk membangun sistem kekebalan tubuh ibu dan bayi.
Asupan buah juga membantu tubuh penyerapan zat besi. Konsumsi buah-buahan
seperti blueberry dan strawberry sangat disarankan karena mengandung anti oksidan dan serat
tinggi. Buah dapat dimakan dalam keadaan alami, beku atau dijus. Usahakan makan 3-5 porsi
buah setiap hari.
c) Kacang-kacangan
Kacang mengandung banyak protein dan merupakan sumber lemak sehat. Protein penting
memperbaiki sel-sel vital dalam tubuh. Banyak kacang-kacangan yang juga mengandung
vitamin B, E, C, folat, kalium, kalsium, magnesium dan fosfor. Tingkat cukup kalsium
diperlukan untuk membangun tulang yang sehat dan gigi. Kacang juga baik untuk camilan
termasuk kenari, kacang pinus, kemiri, hazelnut, kacang Brasil dan pistachio.
d) Ikan
Ikan tinggi omega 3 yang penting bagi pertumbuhan bayi. Tapi ingat, menurut US
Environmental Protection Agency (EPA), ibu menyusui tidak boleh makan ikan hiu, ikan
todak, makarel raja, atau ikan ubin karena tingkat kandungan merkurinya sangat tinggi. Ikan
salmon pollock tuna dan ikan patin masih aman dikonsumsi 12 ons seminggu karena
termasuk jenis ikan rendah merkuri.
Hal yang paling penting dalam memenuhi gizi adalah menjaga pola makanan bergizi
untuk ibu menyusui, terutama makanan yang banyak mengandung protein, vitamin, mineral, dan
cairan.
Berikut beberapa contoh makanan serta nilai gizi yang dikandungnya
Makanan
3/4 gelas nasi seberat 100 g
Jumlah energi
175 Kalori, 4 g protein, dan 40 g
karbohidrat
200 g
karbohidrat
50 g udang basah
pil ini boleh di gunakan (misalnya pada kasus ibu Diabetes yang tidak boleh hamil). Namun,
kebanyakan wanita sebaiknya menggunakan metode KB alamiah, kondom, atau IUD daripada
menggunakan KB hormonal.
C.
8. Buatlah kebiasaan makan yang baik sebagai kebiasaan keluarga, hal ini akan bermanfaat
untuk kesehatan keluarga.
Makanan sehari-hari yang di konsumsi oleh ibu menyusui harus memenuhi syarat menu
seimbang sesuai dengan kebutuhan gizi ibu. Dalam menyusun hidangan untuk ibu menyusui
perlu di perhatikan hal-hal berikut ini :
Gizi buruk dapat mempengaruhi perkembangan prenatal mulai dari awal kehamilan
dan disepanjang usia anak-anak. Gizi dapat pula mempengaruhi kemampuan fungsional orang
dewasa, setidaknya dalam waktu yang singkat. Kita harus memahami bagaimana anak-anak
berkembang dan mengerti konteks keadaan gizi kurang untuk megevaluasi berbagai efek yang
ditimbulkan oleh gizi kurang. Perkembangan anak bersifat multidimensional dan multifactorial.
Perkembangan anak bersifat multidimensional meliputi perkembangan motoric, kognitif, social,
dan emosional. Sedangkan perkembangan anak bersifat multifactorial dipengaruhi oleh banyak
factor, seperti genetic, karakteristik anak (misalnya tempramen anak), keadaan biologis anak
(misalnya status kesehatan dan gizi), lingkungan yang berhubungan dekat (misalnya tingkat
stimulasi dirumah, kualitas interaksi ibu dan anak), serta lingkungan yang berhubungan jauh
(misalnya pendidikan orangtua, budaya, tempat tinggal dikota atau didesa, jenis tetangga
disekeliling rumah). Sebagian factor bersifat protektif, sementara sebagian lainnya membuat
anak lebih rentan. Sebagai contoh, tingkat pendidikan, serta intelegensi ibu yang tinggi, dan
stimulasi yang baik dirumah dapat bertindak sebagai factor protektif yang mengurangi efek
merugikan dari berat badan lahir rendah atau keadaan gizi kurang dalam awal usia kanak-kanak
terhadap perkembangan anak.
ASI merupakan makanan bayi terbaik sampai umur 2 tahun. Gizi ibu menyusui
merupakan salah satu hal penting bagi seorang bayi maupun bagi ibu tersebut. kebutuhan gizi
pada ibu yang menyusui sangat penting untuk produksi ASI. Selain itu gizi tersebut juga
menentukan bagaimana proses pemulihan seorang ibu pasca melahirkan. Tujuan pemberian gizi
yang baik adalah tumbuh kembang anak yang adekuat. Kita sudah mengenal dengan baik bahwa
keadaan ini bergantung bukan hanya pada asupan gizi yang memadai tetapi juga pada kesehatan
dan kesejahteraan psikososial. Oleh karena itu, pemberian ASI merupakan praktik yang unik dan
bukan hanya memberikan asupan nutrient dan energy yang memadai, teteapi juga asuhan
psikososial melalui pembentukan ikatan kasih sayang dengan ibu dan kesehatan melalui unsur
imunologik yang ada pada ASI.
Terdapat bukti yang tidak dapat dipercaya menunjukan bahwa pembentukan ikatan ini sangat
penting dalam pembentukan kepribadian anak dan dalam proses sosialisasi anak itu dikemudian
hari.
Pemberian ASI dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Anak
Ada beberapa mekanisme yang membuat pemberian ASI bermanfaat bagi perkembangan
anak. Pertama, ASI merupakan sumber asam lemak tak jeuh dengan rantai karbon yang panjang
(LCPUFA, long-chain polyunsaturated fatty acids), yang bukan hanya merupakan sumber
energy, tetapi juga merupakan molekul-molekul domain yang ditemukan dalam selubung myelin,
dan asam lemak tersebut khususnya terkonsentrasi didalam retina. Dengan demikian LCPUFA
sangat penting bagi perkembangan otak. Manusia tidakdapat membuat LCPUFA tertentu (n-6
dan n-3), dan mendapatkannya dari ibu terutama dalam trimester terakhir kehamilan serta
pascanatal dari makanan mereka. Dalam susu formula, konsentrasi LCPUFA dianggap tidak
cukup untuk meemenuhi kebutuhan bayi, terutama bayi-bayi premature.
Kedua, pemberian ASI dapat meningkatkan imunitas bayi terhadap penyakit dan
melindungi bayi dari kemungkinan terjangkit alergi sebagaimana diperlihatkan dalam sejumlah
penelitian ketika pemberian ASI disertai dengan penurunan frekuensi diare, konstipasi kronis,
penyakit gastrointestinal dan infeksi traktus respiratorius, serta infeksi telinga. Melalui promosi
perbaikan kesehatan bayi, pemberian ASI cenderung membawa manfaat secara tidak langsung
pada perkembangan psikomotor, karena anak yang sakit tidak akan mampu mengeksplorasi dan
belajar dari lingkungannya. Ada sejumlah bukti bahwa pemberian ASI walaupun sedikit dapat
meningkatakan imunitas bayi dengan hubungan dosis-respons antara pemberian ASI dan
penurunan frekuensi infeksi.
Terakhir, pemberian ASI dapat membawa manfaat bagi interaksi ibu dan anak serta
memfasilitasi pembentukan ikatan yang lebih kuat sehingga menguntungkan bagi perkembangan
dan perilaku anak.
Efek Jangka Pendek Pemberian ASI
Ada banyak penelitian terhadap berbagai efek pemberian ASI yang terjadi bersamaan
pada perkembangan anak dengan melibatkan anak-anak dari saat lahir hingga usia 2 tahun.
Beberapa penelitian menyelidiki perbedaan antara bayi-bayi yang mendapatkan ASI dan yang
tidak mendapatkan ASI pada usia 6, 12, 18, dan 24 bulan. Pada usia tersebut bayi yang diberi
ASI pada umumnya memiliki nilai skor yang lebih tinggi dalam tes perkembangan, kendati
perbedaan tidak selalu signifikan. Kita menemukan bukti bahwa semakin lama bayi itu disusui
sendiri oleh ibunya, semakin besar manfaat yang diperolehnya pada perkembangan psikomotor.
Dalam dua buah uji coba secara acak yang dilakukan baru-baru ini diHonduras, bayi-bayi yang
mendapat ASI ekslusif selama 6 bulan akan merangkak lebih cepat dalam kedua penelitian itu,
dan lebih cenderung untuk dapat berjalan pada usia 12 bulan dalam salah satu penelitian
dibandingkan dengan bayi-bayi yang mendapatkan ASI eksklusif selama 4 bulan.
Beberapa penelitian yang menyelidiki efek jangka panjang pemberian ASI telah
memeriksa keterkaitan antara pemberian ASI dan perkembangan mental mulai dari usia 4 tahun
hingga 50 tahun. Semua penelitian memperlihatkan adanya manfaat yang kecil tapi konsisten
terhadap perkembangan mental individu yang mendapatkan ASI semasa bayinya.
Pemberian Makanan Bayi Sesudah Usia 6 Bulan
Sesudah usia bayi 6 bulan, pemebrian ASI saja tidak dapat memberikan cukup energy
serta nutrient untuk meningkatkan tumbuh kembang anak secara optimal, dan makanan
pelengkap harus ditambahkan kedalam diet anak tersebut, selain pemberian ASI. Periode
penambahan makanan pelengkap terutama merupakan masa yang rentan dalam kehidupan
seorang anak karena beberapa alas an, meliputi:
yang pendek) dan wasting (pelisutan tubuh). Meskipun berat badan anak dapat naik kembali,
bentuk tubuhnya akan berubah secara permanen. Konsekuensi jangka panjang bagi perempuan
meliputi kesulitan melahirkan yang disebabkan oleh panggul yang kecil, risiko morbiditas dan
mortalitas maternal serta peningkatan risiko bayi dengan berat lahir rendah.
Periode antara 6 dan 24 bulan pernah dikemukakan sebagai periode transisiyang
menentukan karena dalam periode ini terdapat pajanan yang paling intensif dengan berbagai
mikroorganisme pathogen lingkungan, kemungkinan terjadinya ketidakcukupan asupan nutrient
yang paling besar dan trauma emosional yang paling menimbulkan stres akibat hubungan ibu
dengan bayi yang kurang dekat.
Sedapat mungkin makanan pelengkap harus:
Padat energy dan nutrient
Mudah didapat dan disiapkan oleh keluarga
Dapat diterima secara budaya
Memiliki tekstur yang tepat menurut usia dan perkembangan anak
Bersih dan aman untuk dikonsumsi.
Asupan ASI
Meskipun jenis-jenis makanan lain mulai diberikan, namun ASI masih memberikan
energy dan nutrient dengan jumlah yang cuku bagi bayi. Pemberian ASI yang sering menurut
keinginan bayi harus terus dilakukan, baik pada siang maupun malam harinya. Di Bangladesh
ditemukan bahwa ASI memberikan separuh dari protein yang dikonsumsi dan 60% dari energy
serta vitamin A yang dikonsumsi. Jika makanan pelengkap itu memiiliki kandungan lemak yang
rendah, lemak dalam ASI menjadi lemak yang esensial bagi penggunaan vitamin A. ASI tetap
menurunkan resiko infeksi dan harus diberikan pada bayi yang sakit ketika dia menolak makanan
yang lain.
Kita harus memahami betul bahwa makanan pelengkap tidak menggantikan ASI, tetapi
memberikan nutrient tambahan. ASI harus menjadi makanan pertama yang diberikan kepada
bayi dan makanan padat baru diberikan setelah selesai memberikan ASI atau diantara saat-saat
pemberian ASI utuk memastikan agar bayi tetap mendapat cukup ASI. Pemberian ASI sebelum
makanan yang lain juga akan memperluas penggunaan amenore laktasi sebagai suatu bentuk
kontrasepsi selama menstruasi belum kembali normal.
Mengenalkan Makanan Padat
Makanan padat harus dikenalkan dengan perlahan-lahan untuk memastikan tidak adanya
reaksi yang merugikan pada makanan yang baru itu.
Jumlah yang diberikan pada awlnya harus sedikit dan kemudian secara berangsur-angsur jumlah
-
itu ditingkatkan:
Pada mulanya diberikan 1-2 sendok the setiap kali makan dan kemudian jumlah makanan
padat ii ditingkatkan hingga sekitar 1 mangkuk kecil per hari ketika bayi mencapai usia 8
bulan.
- Pada usia 6-8 bulan, anak harus mendapat makanan padat 2 atau 3 kali sehari.
- Pada usia 9-11 bulan, anak harus mendapat makanan padat 3 atau 4 kali sehari.
- Pada usia 12-24 bulan, anak harus mendapat makanan padat 4 atau 5 kali sehari.
Tekstur makanan harus ditingkatkan melalui penyesuaian jenis makanan dengan kebutuhan dan
kemampuan bayi:
Pada mulanya makanan harus dilumatkan menjadi bubur saring yang halus, dan sebaiknya
hari.
Protein hewani harus dikonsumsi sesering mungkin, kecuali jika tidak dapat diterima
(misalnya pada keluarga vegetarian). Kepada ibu, dianjurkan untuk memotong makanan
sumber protein ini menjadi makanan kecil-kecil dan bukan memberika potongan besar
besi nonheme.
Pati dapat dilunakan dengan ASI hasil perahan untuk meningkatkan densitas energy.
Simpanan besi dalam tubuh bayi akan mengalami deplesi dalam waktu 6 bulan. ASI tetap
merupakan sumber zat besi yang penting bagi bayi, kendati tidak cukup jika digunakan sebagai
satu-satunya sumber bagi mikronutrien tersebut. Oleh karena itu, kita harus menganjurkan
kepada ibu agar menyertakan jenis-jenis makanan yang kaya zat besi dengan jumlah yang cukup
ke dalam makanan bayi. Zat besi heme jauh lebih mudah diserap dari pada zat besi nonheme.
Vitamin C dan makanan yang mengandung zat besi heme, yang dikonsumsi secara bersamaan,
akan meningkatkan absorpsi zat besi nonheme dalam makanan. Mikronutrien lain yang
jumlahnya sering kali tidak cukup dalam makanan adalah vitamin A, zinc, kalsium jika anak
hanya sedikit mengkonsumsi susu, dan vitamin C yang terkadang hanya tersedia pada musim
tertentu.