Anda di halaman 1dari 8

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obesitas merupakan salah satu kelainan metabolisme yang perlu
diwaspadai karena sudah banyak bukti yang menunjukkan adanya hubungan
antara kegemukan dengan berbagai penyakit seperti penyakit jantung koroner,
hipertensi dan diabetes mellitus (Susi & Wahyuningsih, 1999).
Saat ini diperkirakan jumlah orang di seluruh dunia dengan indeks
massa tubuh (IMT) 30 kg/m

melebihi 250 juta orang, yaitu sekitar 7%

dari populasi orang dewasa di dunia. Angka obesitas tertinggi di dunia berada
di Kepulauan Pasifik pada populasi Melanesia, Polinesia dan Mikronesia.
Misalnya pada tahun 1991, di daerah urban Samoa diperkirakan 75%
perempuan dan 60% laki-laki diklasifikasikan sebagai obes (Aru et al. 2009).
Jumlah penderita obesitas di Indonesia terus bertambah dari tahun ke
tahun. Hasil pemantauan Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) tahun
2004 menunjukkan bahwa angka prevelensi obesitas 9,16% pada pria dan
11,02% pada wanita (Merdikoputro, 2006).
Prevalensi obesitas berhubungan dengan urbanisasi dan mudahnya
mendapatkan makanan serta banyaknya jumlah makanan yang tersedia.
Urbanisasi dan perubahan status ekonomi yang terjadi di negara-negara yang
sedang berkembang berdampak pada peningkatan prevalensi obesitas pada
populasi di negara-negara ini, termasuk di Indonesia. Walaupun belum ada

penelitian epidemiologi yang baku mengenai obesitas, data yang ada saat ini
sudah menunjukkan terjadinya pertambahan jumlah penduduk dengan
obesitas, khususnya di kota-kota besar. Penelitian epidemiologi yang di
lakukan di daerah sub urban di daerah Koja, Jakarta Utara, pada tahun 1982,
mendapatkan prevalensi obesitas sekitar 4,2% ; di daerah Kayu Putih, Jakarta
Pusat, sepuluh tahun kemudian yaitu tahun 1992, prevalensi obesitas 17,1% di
mana ditemukan prevalensi obesitas pada laki-laki dan perempuan masingmasing 10,9% dan 24,1%. Pada populasi obesitas ini, dislipidemia terdapat
pada 19% laki-laki dan 10,8% perempuan, dan hipertrigliseridemia 16,6%
laki-laki. Pada penelitian epidemiologi di daerah Abadijaya, Depok tahun
2001 didapatkan 48,6%, pada tahun 2002 didapatkan 45% dan 2003 didapat
44% orang dengan berat badan lebih dan obes; sedang IMT pada tahun 2001
adalah 25,1 kg/m , tahun 2002 24,8 kg/m

dan 24,3 kg/m

pada

tahun 2003 (Aru et al. 2009).


Obesitas pun sangat erat hubungannya dengan kolesterol yang
berujung pada penyakit serius. Walaupun lemak yang terlihat hanya dibagian
perut, paha, lengan atau bagian tubuh lainnya terdapat pula penumpukan
lemak dibagian yang lebih signifikan yaitu di jantung dan pembuluh darah.
Jika ini terjadi, tentu saja jantung sangat beresiko mengalami gangguan mulai
dari sakit jantung koroner sampai gagal jantung. Hal ini terjadi karena
metabolisme lemak di tubuh terganggu akibat berat badan yang berlebih.

Berat badan yang berlebih juga mendorong jantung bekerja lebih keras karena
volume darah yang dibutuhkan ikut meningkat demi memenuhi asupan nutrisi
serta oksigen pada tubuh (Wijaya, 2012).
Mengapa kolesterol sangat erat kaitannya dengan berat badan, ini
karena berat yang berlebih mengumpulkan lemak di sel-sel jantung, atau yang
biasa dikenal dengan kadar trigliserida tinggi. Hal inilah yang memicu
rusaknya sel-sel pada jantung yang berakibat pada terganggunya kerja jantung
dalam memompa darah. Selain itu, obesitas juga membuat pembuluh darah
tertimbun oleh lemak. Jika yang tertimbun adalah pembuluh darah di jantung,
tentu saja akan membuat pembuluh darah kaku, sehingga pembuluh darah
mengalami peradangan. Hal inilah yang kemudian berakhir pada serangan
jantung koroner. Hubungan berat badan dengan kolesterol juga berdekatan
dengan resiko gagal jantung, karena didukung oleh pembuluh darah di jantung
yang meradang, tekanan darah yang meningkat, munculnya penyakit diabetes
mellitus dan serangan gangguan lemak, sampai radikal bebas yang meningkat
di sekitar anda (Wijaya, 2012).
Dislipidemia inilah yang terjadi pada tubuh jika metabolisme lemak
terganggu akibat berat badan yang berlebih. Biasanya kondisi ini dapat
dideteksi dari meningkatnya LDL kolesterol dan small dense LDL, serta
menurunnya kadar HDL kolesterol. Serangan jantung koroner biasanya
terpicu oleh kondisi ini. Waspadai kondisi obesitas, mengingat resikonya
yang mematikan. Saat ini sangat penting bagi semua orang untuk menjaga
berat badan tidak melebihi titik optimal. Segera atasi kondisi obesitas yang

muncul pada diri anda karena tingginya resiko yang harus anda hadapi akibat
dari hubungan berat badan dengan kolesterol (Wijaya, 2012).
Trigliserida sangat erat hubungannya dengan obesitas. Umumnya
orang - orang gemuk mempunyai kadar trigliserida yang tinggi dalam plasma.
Trigliserida banyak disimpan dibalik lipatan kulit. Makin gemuk sesorang,
makin banyak trigliserida yang terdapat dalam tubuhnya dan membuat kulit
menjadi berlipat-lipat. Tidak jarang ditemukan pula, banyaknya orang gemuk
mempunyai kadar trigliserida plasma yang normal-normal saja. Ini
membuktikan bahwa pada obesitas, walaupun trigliserida banyak disimpan
dibawah lipatan kulit, tetapi trigliserida dalam darah tidak selamanya tinggi
pula. Simpanan trigliserida yang berlebihan itu sewaktu-waktu potensial
sebagai bahan pembentukkan VLDL dan LDL di hepar (Payne, 1995).
Upaya untuk mengatasi masalah kelebihan berat badan memicu
semakin banyaknya bermunculan produk obat-obatan pelangsing. Beberapa
jenis obat pelangsing mengandung bahan pencahar atau diuretik. Sesuai
dengan fungsinya, obat tersebut mengakibatkan tidak terbentuknya feses dan
penyerapan makan terganggu. Jika obat ini digunakan terus menerus, iritasi
pada usus besar dapat terjadi bahkan bisa menimbulkan kanker pada usus.
Inilah efek berantai yang akan terjadi, sampai pada akhirnya bisa
menimbulkan kerusakan pada ginjal (Guyton, 2002).
Indonesia sebagai negara tropis kaya akan keanekaragaman hayati.
Banyak tanaman tradisonal Indonesia yang dimanfaatkan untuk industri

farmasi, karena mengandung senyawa metabolit yang berguna untuk berbagai


bidang kehidupan. Salah satu tanaman yang banyak mendapat perhatian
adalah daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) karena kandungan
senyawa aktifnya diduga dapat menghambat aktifitas enzim lipase (Rahardjo,
2004).
Pemberian ekstrak daun jati belanda juga berdampak pada peningkatan
HDL. HDL dapat menurunkan kadar kolesterol dalam sel dengan cara
mengambil kelebihan kolesterol dari jaringan untuk kemudian di proses di
hati lalu dibuang bersama cairan empedu. Gan (1987) menyebutkan HDL
memiliki efek protektif terhadap pembuluh darah jantung. Lebih lanjut, dari
penelitian ini dapat disimpulkan bahwa daun jati belanda terbukti mampu
menurunkan kadar lipid darah. Ini berarti daun jati belanda bisa dijadikan obat
alternatif antihiperlipidemia (Kompas, 2011).
Fakta ini juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan
Rachmadani dengan judul penelitiannya Ekstrak Air Daun Jati Belanda
(Guazuma ulmifolia Lamk.) Berpotensi Menurunkan Kadar Lipid Darah Pada
Tikus Putih Strain Wistar. Hasil penelitian ini juga menunjukkan tikus yang
diberi ekstrak air daun jati belanda sebesar 1gr/kg BB memperlihatkan
penurunan kadar kolesterol total sebesar 31.51% pada 7 hari setelah
penghentian pakan kolesterol dan PTU, sedangkan tikus kontrol positif (tanpa
ekstrak) mengalami penurunan sebesar 18.98%.
Sejauh ini penurunan kadar kolesterol dan berat badan secara
konvensional menggunakan obat-obatan kimia. Dengan cukup banyaknya

literatur obat alami maka dengan ini akan dicoba penelitian mengenai daun
jati belanda yang akan dibuat ekstrak berbentuk pasta dan diberikan kepada
tikus jantan putih galur wistar dimana tikus akan dibagi ke dalam 3 kelompok
yang akan diberikan perlakuan dan 1 kelompok sebagai kontrol dengan 1
kelompok berisi 7 ekor. Kemudian tikus tersebut akan diberikan ekstrak daun
jati belanda dengan menggunakan spuit yang dosisnya 250mg/KgBB,
500mg/KgBB

dan 750mg/KgBB. Setelah diberikan

perlakuan

akan

diperhatikan efek apa saja yang akan terjadi dengan pemberian ekstrak daun
jati belanda terhadap berat badan dan kadar fragmen kolesterol pada tikus
jantan putih galur wistar tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah ada pengaruh pemberian
ekstrak daun jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) terhadap penurunan
berat badan dan kadar fragmen kolesterol tikus putih jantan galur wistar?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk membuktikan ada tidaknya pengaruh pemberian ekstrak daun
jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) terhadap penurunan berat badan dan
kadar kolesterol dalam tubuh tikus putih jantan galur wistar.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Untuk mebuktikan adanya pengaruh pemberian ekstrak daun jati
belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) terhadap penurunan berat

badan dan kadar kolesterol dalam tubuh tikus putih jantan galur
wistar.
b. Untuk mengetahui dosis mana yang paling berpengaruh terhadap
penurunan berat badan dan kadar kolesterol dalam tubuh tikus
putih jantan galur wistar.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Memberikan informasi yang bermanfaat untuk pembuatan produk
kesehatan dengan menggunakan daun jati belanda (Guazuma ulmifolia
Lamk.) untuk mengatasi obesitas dan hiperkolesterolimia.
2. Memberikan informasi kepada masyarakat untuk memanfaatkan daun
jati belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) sebagai penambah khasanah
tanaman obat herbal, khususnya pada penderita obesitas dan
hiperkolesterolemia.
3. Memberikan landasan dan informasi yang bermakna untuk penelitian
selanjutnya.
1.5 Orsinalitas
Tabel 1 Orsinilitas penelitian
No
1

Judul Penelitian
Ekstrak Air Daun Jati
Belanda
ulmifolia

(Guazuma
Lamk.)

Berpotensi Menurunkan
Kadar Lipid Darah Pada
Tikus Putih Strain Wistar

Nama Peneliti
Rachmadani

Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengkaji
secara ilmiah pengaruh ekstrak
daun jati belanda (Guazuma
ulmifolia

Lamk.)

dalam

menurunkan kadar lipid darah


hewan

coba

yang

diinduksi

menjadi hiperlipidemia dengan


pakan

kolesterol

melalui

dan

pengukuran

PTU
kadar

kolesterol total darah pada tikus.


Hasil: Tikus yang diberi ekstrak
air daun jati belanda sebesar
1gr/kg

BB

penurunan

memperlihatkan
kadar

kolesterol

darah sebesar 31.51% pada 7


hari setelah penghentian pakan
kolesterol dan PTU, sedangkan
tikus

kontrol

positif

(tanpa

ekstrak) mengalami penurunan


sebesar 18.98%.

Anda mungkin juga menyukai