Anda di halaman 1dari 45

1

BAB I
PENDAHULUA N

Gejala Lanjut Usia


Seorang perempuan dating ke tempat praktek dokter untuk konsultasi
mengenai kondisi ibunya yang berumur 78 tahun. Ia menceritakan pada dokter bahwa
akhir-akhir ini ia kerepotan merawat ibunya. Ibunya sekarang mulai pikun, hal itu
ditandai dengan sering menanyakan hal yang sama berulang-ulang, bila berbicara
harus dengan suara keras, dan yang paling merepotkan ibunya, sering mengompol. Ia
meminta penjelasan kepada dokter mengenai gejala-gejala yang dialami oleh ibunya
agar ia bisa merawat ibunya dengan baik.

STEP 1 Clarify Unfamiliar Terms


1. Lansia: lanjut usia, >60 tahun, perubahan biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial
tahap hidup.
2. Pikun: menurunnya kemampuan berfikir seseorang (menurunnya daya ingat,
nalar, pemecahan masalah) dan menurunnya kemampuan sehari-hari.
3. Konsultasi: pertemuan yang saling bertukar info atau saran untuk mengambil
keputusan.
STEP 2 Define The Problem(S)
1. Klasifikasi lanjut usia?
2. Gejala yang timbul pada lansia?
3. Proses penuaan?
4. Perawatan pada lansia?
5. Perubahan pada lansia?
6. Patofisiologi mengompol pada lansia? Sama atau beda pada anak-anak? Dan
patofisiologi demensia (pikun)?
7. Gangguan pendengaran pada lansia?
8. Faktor yang mempengaruhi penuaan?
9. Peran pelayanan kesehatan pada lansia?
STEP 3 Brainstorm Possible Hypothesis Or Explanation
1. Usia
Prasinilis usia 45-59 tahun
Lanjut >60 tahun
Lanjut berisiko tinggi >70 tahun dengan masalah kesehatan
Sangat lanjut >90 tahun

UU no 13 1998 >60 tahun


Prof. dr. Kusuma >65 tahun
2. Gejala yang timbul:
a. Sosial: single parents, ketergantungan (ketidakmampuan), abuse, penarikan
diri.
b. Fisik: pernafasan, panca indra, GUS, GIT, endokrin, musculoskeletal,
reproduksi/seksual, cardiovascular.
c. Kejiwaan: frustasi, depresi, lemas, kesepian.
3. Teori-teori penuaan:
a. Wear and Tear: faktor eksogen karena penggunaan zat, yang menjadikan
tua sebelum waktunya.
b. Neuroendokrin/mutasi: mutasi dari organ-organ.
c. Control genetic: dari proses pembelahan sel (telomere).
d. Radikal bebas: benda atau zat yang tidak terpakai yang masuk ke tubuh
sehingga menurunnya fungsi tubuh.
Proses penuaan:
Fenomena Hayflick:
a. Perkembangan usia
b. Cadangan fisiologi yang menyebabkan telomere menjadikan contact
inhibitor
c. Homeostenosis atau penyempitan.
4. ..
5. Perubahan yang terjadi pada lansia
a. Fisik: penurunan fungsi organ dan anatomis

b. SSP: masa otak menurun


c. Cardiovascular: sistol meningkat, dan gangguan pacu jantung
d. Kulit: penipisan kulit
e. GUS: inkontinensia urin
f. GIT: inkontinensia alvi, gangguan saluran cerna
g. Gangguan regulasi: suhu tubuh
h. Endokrin: DM, menopause
i. Paru: meningkatnya volume residu dan menurunnya reflex batuk karena
silia
j. Sendi: gangguan matriks kartilago
k. Tulang: proses pengeroposan tulang
l. Pendengaran: gangguan bilateral
m. Imunitas: menurunnya apoptosis
n. Penglihatan: menurunnya visus
o. Reproduksi: menurunnya fungsi seksual
6. Penurunan fungsi ginjal/vesika urinary menyebabkan daya tamping menurun
Disebabkan karena masalah gangguan saraf, fistula, stress, urgensi, overflow,
dan masalah fungsional.
Pikun disebabkan oleh proses degenerative menyebabkan demensia.
Demensia : ireversibel: alzaimer (progresif) dan reversible (gangguan
vascular, obat-obatan).
7. Gangguan pada SSP sehingga pengelolaan nada terganggu
a. Menurunnya fungsi pendengaran
b. Ortotoksik: salysilat, vancomycin

c. Tuli tipe konduktif dan sensorineural. Tapi pada usia tua lebih ke
sensorineural terganggu irreversible saraf tepi gangguan n.
VIII
d. sensitivitas saraf tepi karena nerotransmiter
8. Faktor:
a. Internal: genetic, infeksi, dan toksin
b. External: lingkungan
a) Polutan (udara): penuaan dini
b) Suara: apoptosis
c) Air: imun
9. Pelayanan kesehatan (WHO):
a. Rencana WHO dalam geriatric
b. Situasi kebijakan sektoral
c. Tujuan untuk meningkatkan kesehatan dan partisipasi
d. Tujuan untuk menjamin kenyamanan, proteksi, dan perawatan

Biofeedback: untuk dapat memantu menolong diri


Senam tegel untuk otot panggul (inkontinensia)

STEP 4 Arrange Explanation Into A Tentative Solution


leigfrkthcPUuL
pom
W
sbD
iEHersaknoUlA
jaN
lgiksftrdm
noPO
dfKakgteuirosNS
l.I
reEyniktoabusm
fA
oeSaisurnktgm
dnkiahlpeb1
m
aglydihenpkfr3b
ganlsbodei
rusfgHjK
ecnm
pebnaiugjt
rkm
ku
iesaonyw
idtnkfu
asm
tepsaioulnm
a
rhetkbilsnm
ianelocb
arku>
tgm
anuil
nrosb6
uria5
gha
iate
a
rnm
ipuh
aetu
tna
rus
ia
a
n

STEP 5 (Sasaran Belajar)


1. Manifestasi klinis (gejala yang timbul pada lansia)?
2. Fenomena Hayflick pada proses penuaan?
3. Teori penuaan?
4. Perubahan pada lansia?
5. Faktor yang mempengaruhi proses penuaan?
6. Sindroma geriatri dan perbedaan antara lansia dan geriatric?
7. Pelayanan kesehatan untuk geriatric (DEPKES)?

BAB II
PEMBAHASAN

STEP 7 Synthesize And Test Acquired Information


1. Manifestasi klinis ( gejala yang timbul pada lansia )
Depresi Pada Pasien Usia LanjutDepresi Pada Pasien Usia Lanjut
Depresi merupakan penyakit mental yang paling sering pada pasien
berusia di atas 60 tahun dan merupakan contoh penyakit yang paling
umum dengan tampilan gejala yang tidak spesifik/tidak khas pada
populasi geriatri (Sudoyo, 2008).
Prevalensi terbesar gangguan psikiatri pada geriatri adalah depresi.
Prevalensi dipengaruhi oleh lokasi pengambilan subyek penelitian dan
komorbiditas. Prevalensi depresi pada usia lanjut di pelayanan kesehatan
primer adalah 5-17%, sementara prevalensi depresi pada usia lanjut yang
mendapat pelayanan asuhan rumah (home care) adalah 13,5%. Prevalensi
depresi geriatri lebih tinggi di ruang perawatan daripada di masyarakat.
Usia lanjut di perawatan jangka panjang memiliki tingkat depresi yang
lebih tinggi daripada di masyarakat (Sudoyo, 2008).
Data prevalensi depresi pada usia lanjut di Indonesia diperoleh dari
ruang rawat akut geriatri dengan kejadian depresi sebanyak 76.3%.
proporsi pasien geriatri dengan depresi ringan adalah 44,1% sedangkan
depresi sedang sebanyak 18%, depresi berat sebanyak 10,8% dandepresi
sangat berat sebanyak 3,2%. Semakin berat tingkat depresi maka semakin
lama masa rawat. Studi untuk populasi di Indonesia Timur dilakukan di
Kabupaten Buru, Maluku pada tahun 2003 dengan subyek sebanyak 401
orang usia lanjut. Penapisan depresi pada usia lanjut yang berada di
daerah pasca konflik tersebut menunjukkan hasil positif pada 52,4%
subyek (Sudoyo, 2008).

Terdapat beberapa faktor biologis, fisis, psikologis, dan sosial yang


membuat seorang berusia lanjut rentan terhadap depresi. Perubahan pada
sistem saraf pusat seperti meningkatnya aktivitas monoamin oksidase dan
berkurangnya konsentrasi neurotransmiter (terutama neurotransmiter
katekolaminergik) dapat berperan dalam terjadinya depresi pada usia
lanjut. Kondisi multipatologi dengan berbagai penyakit kronik dan
polifarmasi kian meningkatkan kejadian depresi pada usia lanjut. Pasien
geriatri yang menderita depresi juga sering memiliki komorbid penyakit
vaskular dengan lesi di daerah ganglia basalis dan prefrontal otak. Pasienpasien ini sering memperlihatkan kemunduran fungsi motorik, kurangnya
kemampuan penilaian (judgement), dan terganggunya fungsi eksekusi
(Sudoyo, 2008).
Faktor-faktor psikososial juga berperan sebagai faktor predisposisi
depresi. Orang tua seringkari mengalami periode kehilangan orang-orang
yang dikasihinya. Faktor kehilangan fisik juga meningkatkan kerentanan
terhadap depresi dengan berkurangnya kemauan merawat diri serta
hilangnya kemandirian. Berkurangnya kapasitas sensoris (terutama
penglihatan dan pendengaran) akan mengakibatkan penderita terisolasi
dan berujung pada depresi. Berkurangnya daya ingat dan fungsi
intelektual sering dikaitkan dengan depresi. Kehilangan pekerjaan,
penghasilan, dan dukungan sosial sejalan dengan bertambahnya usia turut
menjadi faktor predisposisi seorang berusia lanjut untuk menderita
depresi (Sudoyo, 2008).
Depresi pada pasien geriatri adalah masalah besar yang mempunyai
konsekuensi medis, sosial, dan ekonomi penting. Hal ini menyebabkan
penderitaan bagi pasien dan keluarganya, memperburuk kondisi medis
dan membutuhkan sistem pendukung yang mahal (Sudoyo, 2008).
Depresi pada geriatri sulit diidentifikasi sehingga tidak/terlambat
diterapi, mungkin karena pola gejala tiap kelompok umur. Selain itu,

10

depresi pada geriatri sering tidak diakui pasien dan tidak dikenali dokter
karena gejala yang tumpang tindih, sering komorbiditas dengan penyakit
medis lain sehingga lebih menonjolkan gejala somatik daripada gejala
depresinya (Sudoyo, 2008).
Gangguan Tidur
Orang usia lanjut membutuhkan waktu yang lebih lama untuk masuk
tidur (berbaring lama di tempat tidur sebelum tidur) dan mempunyai lebih
sedikit/lebih pendek waktu tidur nyenyak. Dari penelitian The Gallup
Organization didapatkan 50% penduduk amerika pernah mengalami sulit
tidur. Dari hasil penelitian di masyarakat, prevalensi sulit tidur (insomnia)
pada usia lanjut di Amerika adalah 36% untuk laki-laki dan 54% untuk
perempuan (Sudoyo, 2008).
Pada penelitian di laboratorium tidur, orang usia lanjut mengalami
waktu tidur yang dalam (delta sleep) lebih pendek, sedangkan tidur
stadium 1 dan 2 lebih lama. Hasil uji dengan alat
polysomnographicdidapatkan penurunan yang bermakna dalam slow
wave sleep dan rapid eye movement (REM). Orang usia lanjut juga lebih
sering terbangun di tengah malam akibat perubahan fisis karena usia dan
penyakit yang dideritanya, sehingga kualitas tidur secara nyata menurun
(Sudoyo, 2008).
Hasil survei pada masyarakat usia lanjut di Amerika, mendapatkan
bahwa mereka membutuhkan waktu lebih lama untuk jatuh tidur, tidur
nyenyak hanya sebentar, lebih sering terbangun saat tidur, bangun terlalu
dini hari, dan membutuhkan waktu lebih banyak untuk tidur pada siang
hari karena sangat mengantuk.

Tabel 1. Keluhan subyektif dan obyektif pada usia lanjut


(Sudoyo,2008).

11

Subyektif
Menghabiskan terlalu banyak waktu di

tempat tidur
Menghabiskan lebih sedikit waktu

untuk dapat tidur nyenyak


Jumlah terbangun meningkat
Memerlukan waktu lebih banyak untuk

bisa tidur
Kepuasaan tidur berkurang
Keletihan sepanjang hari
Lebih sering dan lebih lama untuk

Obyektif
Penurunan tidur stadium 3 dan 4 (delta

sleep)
Penurunan tidur REM
Peningkatan nyata dalam jumlah

terbangun
Frekuensi gangguan tidur meningkat
Efisiensi tidur menurun
Rasa mengantuk di siang hari secara

nyata meningkat
Jumlah istirahat meningkat

menghabiskan waktu untuk istirahat.

Pada usia lanjut juga terjadi perubahan irama sirkadian tidur normal
yaitu menjadi kurang sensitif dengan perubahan gelap dan terang. Dalam
irama sirkadian yang normal terdapat peranan pengeluaran hormon dan
perubahan temperatur badan selama siklus 24 jam. Ekskresi kortisol dan
GH meningkat pada siang hari dan temperatur badan menurun di waktu
malam. Pada usia lanjut, ekskresi kortisol dan GH serta perubahan
temperatur tubuh berfluktuasi dan kurang menonjol. Melatonin, hormon
yang diekskresikan pada malam hari dan berhubungan dengan tidur,
menurun dengan meningkatnya umur(Sudoyo, 2008).
Penelitian lain menunjukkan kualitas tidur usia lanjut yang sehat, juga
tergantung pada bagaimana aktivitasnya pada siang hari. Bila siang hari
sibuk dan aktif sepanjang hari, pada malam hari tidak ada gangguan
dalam tidurnya, sebaliknya pada siang hari tidak ada kegiatan dan
cenderung tidak aktif, malam harinya akan sulit tidur(Sudoyo, 2008).
Penyebab Gangguan Tidur Pada Usia Lanjut
Sampai saat ini berbagai penelitian menunjukkan, bahwa penyebab
gangguan tidur pada usia lanjut merupakan gabungan banyak faktor, baik

12

fisis, psikologis, pengaruh obat-obatan, kebiasaan tidur, maupun penyakit


penyerta lain yang diderita. Beberapa faktor penyebab pada gangguan
tidur dapat dilihat pada Tabel 2 di bawah ini.
Tabel 2. Penyebab Gangguan Tidur Pada Usia Lanjut
(Sudoyo, 2008)

Perubahan-perubahan irama sirkadian


Gangguan tidur primer (SDB, PLMS, RBD)
Penyakit-penyakit fisik (hipertiroid, artritis)
Penyakit-penyakit jiwa (depresi, gangguan ansietas)
Pengobatan polifarmasi, alkohol, kafein
Demensia
Kebiasaan higiene tidur yang tidak baik

2. fenomena hayflick
Secara internal, proses penuaan sel terjad karena pemrograman genetic yang
telah didapatkan. Pada pengamaan jangka panjang, didapatkan bahwa fibroblas
manusia dewasa normal pada kultur sel, memiliki rentang masa hidup tertentu;
fibroblast berhenti membelah dan menjadi menua setelah kira-kira 50 kali
penggandaan (fenomena Hayflick). Fibroblast neoatus mengalami sekitar 65 kali
penggandaan sebelum berhenti membelah, sementra itu fibroblast dari pasien
progeria, yang berusia premature, hanya memperlihatkan 35 kali penggandaan atau
lebih.

13

Oleh karena mekanisme replikasi DNA, setiap pembelahan sel normal


menhasilkan copi tiap kromosom dengan agak sedikit terpotong. Tanpa beberapa
mekanisme untuk melindungi ketepatan proses replikasi, gen didekat ujung
kromosom akan secara bertahap menghilang setelah sejumlah pembelahan dan sel
rupanya menghenikan fuungsi normalnya. Strategi molekular untuk mengatasi
masalah inimenggunakan telomer yang merupakan sekuens pendek DNA
nontranskripsi yang dapat diulang berulang kali, yang terletak di ujung kromosom.
Selain memberikan suatu buffer DNA nontranskripsi yang bisa diperpendek berulang
kali tanpa mempengaruhi replikasi gen fungsional, sekuens telomere melindungi
ujung terminal kromosom dari fusi dan degradasi. Pada saat sel somatic bereplikasi,
satu potogan kecil tiap susunan telomere tidak berduplikasi, dan telomere memendek
secara progresif. Akhirnya, setelah pembelahan sel yang multiple, telomere yang
terpotong parah diperkirakan mensinyal proses penuaan sel.
Namun demikian, pada sel germ dan sel stem (tetapi bisanya bukan di sel
somatik), yang memrlukan siklus replikasi yang tidak menentu, panjang telomere
diperbaiki setelah pembelahan tiap sel oleh enzim khusus yang disebut telomerase.
Radikal bebas turut berperan dalam proses penuaan. Radikal bebas merupakan
senyawa kimia yang berisi electron yang tidak berpasangan, terbentuk sebagai hasil
sampingan berbagai proses seluler/ metabilsme normal yang melibatkan O2. Karena
elektronnya tidak berpasangan, maka radikal beba tersebut akan mencari pasangan
electron lain dengan beraksi dengan substansi lain terutama protein dan lemak tak
jenuh. Melalui proses oksidasi, radikal bebas yang dihasilkan selama fosforilasi
oksidatif dapat menghasilakn berbagai modifikasi makromolekuler.
Sebagai contoh, karena membrane sel mengandung sejumlah lemak, ia dapat
bereaksi dengan radikal bebas sehingga membrane sel mengalami perubahan.
Akinatnya, membrane sel membrane sel menjadi lebih permeable terhadap beberapa
substansi dan memungkinkan substansi tersebut melewati membrane secara
bebas.Struktur di dalam sel seperti mitokondria dan lisosom juga diselimuti oleh

14

membrane yang mengandung lemak sehingga mudah diganggu oleh radikal


bebas.Radikal bebas juga dapat bereaksi dengan DNA, menyebabkan mutasi
kromosom dan karenanya merusak mesin genetic normal dari sel. Radikal bebas
dapat merusak fungsi sel dengan merusak membrane sel atau ktomosom sel.
3.Teori penuaan
Proses penuaan merupakan proses secara berangsur yang mengakibatkan perubahan
secara komulatif dan merupakan perubahan serta berakhir dengan kematian. Teori
biologis tentang penuaan dibagi menjadi :

Teori Instrinsik
Teori ini berati perubahan yang berkaitan dengan usia timbul akibat penyebab dalam
diri sendiri.

Teori Ekstrinsik
Teori ini menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan pengaruh
lingkungan.
Teori lain menyatakan bahwa teori biologis dapat dibagi menjadi :

Teori Genetik Clock


Teori tersebut menyatakan bahwa menua telah terprogram secara genetik untuk
species species tertentu. Tiap species mempunyai didalam nuklei ( inti selnya )suatu
jam genetik yang telah diputar menurut suatu replikasi tertentu. Jam ini akan
menghitung mitosis dan akan menghentikan replikasi sel bila tidak diputar, jadi
menurut konsep ini bila jam kita berhenti kita akan meninggal dunia, meskipun tanpa
disertai kecelakaan lingkungan atau penyakit akhir yang katastrofal. Konsep ini
didukung kenyataan bahwa ini merupakan cara menerangkan mengapa pada beberapa
species terlihat adanya perbedaan harapan hidup yang nyata.

Teori Mutasi Somatik ( teori error catastrophe )


Menurut teori ini faktor lingkungan yang menyebabkan mutasi somatik .sebagai
contoh diketahui bahwa radiasi dan zat kimia dapat memperpendek umur sebaliknya

15

menghindarinya dapqaat mempperpanjang umur.menurut teori ini terjadinya mutasi


yang progresif pada DNA sel somatik, akan menyebabkan terjadinya penurunan
kemampuan fungsi sel tersebut. Sebaai salah satu hipotesis yang berhubungan dengan
mutasi sel somatik adalah hipotesis error catastrope.

Teori Auto imun


Dalam proses metabolisme tubuh , suatu saat diproduksi oleh zat khusus. Ada
jaringan tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut, sehingga jaringan
tubuh menjadi lemah dan sakit.

Teori Radikal Bebas


Radikal bebas dapat dibentuk di alam bebas.Tidak stabilnya radikal bebas
mengakibatkan oksigenasi bahan - bahan organik seperti KH dan protein.radikal ini
menyebabkansel sel tidak dapat beregenerasi.

4. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lanjut Usia.


A. Perubahan-perubahan Fisik
1. Sel.
a. Lebih sedikit jumlahnya.
b. Lebih besar ukurannya.

16

c. Berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraseluler.


d. Menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati.
e. Jumlah sel otak menurun.
f. Terganggunya mekanisme perbaikan sel.
g. Otak menjadi atrofis beratnya berkurang 5-10%.
2. Sistem Persarafan.
a. Berat otak menurun 10-20%. (Setiap orang berkurang sel saraf otaknya
dalam setiap harinya).
a. Cepatnya menurun hubungan persarafan.
b. Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan stres.
c. Mengecilnya saraf panca indra.Berkurangnya penglihatan, hilangnya
pendengaran, mengecilnya saraf penciumdan perasa, lebih sensitif terhadap
perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.
d. Kurang sensitif terhadap sentuhan.
3. Sistem Pendengaran.
a. Presbiakusis ( gangguan dalam pendengaran ). Hilangnya kemampuan
pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50%

17

terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.


b. Otosklerosis akibat atrofi membran tympani .
c. Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena meningkatnya
keratin.
d. Pendengaran bertambah menurun padalanjut usia yang mengalami
ketegangan jiwa/stres.
4. Sistem Penglihatan.
a. Timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola).
c. Kekeruhan pada lensa menyebabkan katarak.
d. Meningkatnya ambang, pengamatan sinar,daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap.
e. Hilangnya daya akomodasi.
f. Menurunnya lapangan pandang, berkurang luas pandangannya.
g. Menurunnya daya membedakan warna biru atau hijau.
5. Sistem Kardiovaskuler.
a. Elastisitas dinding aorta menurun.
b. Katup jantung menebal dan menjadi kaku.

18

c. Kemampuan jantung memompa darah menurun, hal ini menyebabakan


menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah,kurangnya efektivitas pembuluh darah
perifer untuk oksigenisasi,. Perubahan posisi dari tidur keduduk atau dari
duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan darah menurun, mengakibatkan
pusing mendadak.
e. Tekanan darah meninggi akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer.
6. Sistem Pengaturan Temperatur Tubuh.
a. Temperatur tubuh menurun ( hipotermia ) secara fisiologis akibat
metabolisme yang menurun.
b. Keterbatasan refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
akibatnya aktivitas otot menurun.
7. Sistem Respirasi
a. Otot-otot pernafasan kehilangankekuatan dan menjadi kaku.
b. Menurunnya aktivitas dari silia.
c. Paru-paru kehilangan elastisitas, menarik nafas lebih berat, kapasitas
pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun.

19

d. Alveoli ukuranya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang.


e. Kemampuan untuk batuk berkurang.
f. Kemampuan kekuatan otot pernafasan akan menurun seiring dengan
pertambahan usia.
8. Sistem Gastrointestinal.
a. Kehilangan gigi akibat Periodontal disease, kesehatan gigi yang buruk dan gizi
yang buruk.
b. Indera pengecap menurun, hilangnya sensitivitas saraf pengecapm di lidah
terhadap rasa manis, asin, asam, dan pahit.
c. Eosephagus melebar.
d. Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
e. Peristaltik lemah dan biasanya timbul konstipasi.
f. Daya absorbsi melemah.
9. Sistem Reproduksi.
a. Menciutnya ovari dan uterus.
b. Atrofi payudara.
c. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun adanya
penurunan secara berangsur-angsur.

20

d. Kehidupan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia asal kondisi
kesehatan baik.
e. Selaput lendir vagina menurun.
10. Sistem Perkemihan.
a. Ginjal
b. Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh melalui urin,
darah yang masuk ke ginjal disaring diglomerulus (nefron). Nefron menjadi
atrofi dan aliran darah ke ginjal menurun sampai 50%.
c. Otot-otot vesika urinaria menjadi lemah, frekuensi buang air kecil meningkat
dan terkadang menyebabkan retensi urin pada pria.
11. Sistem Endokrin.
a. Produksi semua hormon menurun.
b. Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnyaBMR (Basal Metabolic Rate), dan
menurunnya daya pertukaran zat.
c. Menurunnya produksi aldosteron.
d. Menurunya sekresi hormon kelamin misalnya, progesteron, estrogen, dan
testosteron.
12. Sistem Kulit ( Sistem Integumen )

21

a. Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak.


b. Permukaan kulit kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinisasi,
serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis.
c. Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.
d. Rambut dalam hidung dan telinga menebal.
e. Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunya cairan dan vaskularisasi.
f. Pertumbuhan kuku lebih lambat.
g. Kuku jari menjadi keras dan rapuh, pudar dan kurang bercahaya.
h. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
13. Sistem Muskuloskletal
a. Tulang kehilangan density ( cairan ) dan makin rapuh.
b. Kifosis
c. Pergerakan pinggang, lutut, dan jari-jari terbatas.
d. Persendiaan membesar dan menjadi kaku.
e. Tendon mengerut dan mengalami skelerosis.
f. Atrofi serabut otot ( otot-otot serabut mengecil ).Otot-otot serabut mengecil
sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-otot kram dan menjadi
tremor.

22

g. Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.


B. Perubahan-perubahan Mental.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental.
a. Perubahan fisik, khususnya organ perasa.
b. Kesehatan umum
c. Tingkat pendidikan
d. Keturunan (Hereditas)
e. Lingkungan
Kenangan (Memory).
a. Kenangan jangka panjang: Berjam-jam sampai berhari-hari yang lalu
mencakup beberapa perubahan.
b. Kenangan jangka pendek atau seketika: 0-10 menit, kenangan buruk.
IQ (Inteligentia Quantion).
a. Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan verbal.
b. Berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor, terjadi
perubahan pada daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari faktor
waktu.
C. Perubahan-perubahan Psikososial.

23

a. Pensiun: nilai seseorang sering diukuroleh produktivitasnya dan identitas


dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seseorang pensiun (purna
tugas), ia akan mengalami kehilangan-kehilangan, antara lain :
1) Kehilangan finansial (income berkurang).
2) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup tinggi,
lengkap dengan segala fasilitasnya).
3) Kehilangan teman/kenalan atau relasi.
4) Kehilangan pekerjaan/kegiatan.
b. Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality)
c. Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan bergerak
lebih sempit.
d. Ekonomi akibat pemberhentian darijabatan (economic deprivation).
e. Meningkatnya biaya hidup pada penghasilan yang sulit, bertambahnya biaya
pengobatan.
f. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
g. Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketulian.
h. Gangguan gizi akibat kehilangan jabatan.
i. Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman-teman

24

dan family.
j. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.
D. Perkembangan Spritual.
a. Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupan (Maslow,1970)
b. Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaanya, hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner,1970).
5. Faktor yang mempengaruhi proses penuaan
Berbagai faktor yang dapat mempercepat proses penuaan (Wibowo,
2003),yaitu :
1) Faktor lingkungan
a. Pencemaran linkungan yang berwujud bahan-bahan
polutan dan kimia sebagai hasil pembakaran pabrik,
otomotif, dan rumah tangga) akan mempercepatpenuaan.
b. Pencemaran lingkungan berwujud suara bising. Dari
berbagai penelitian ternyata suara bising akan mampu
meningkatkan kadar hormon prolaktin dan mampu
menyebabkan apoptosis di berbagai jaringan tubuh.
c. Kondisi lingkungan hidup kumuh serta kurangnya
penyediaan air bersih akan meningkatkan pemakaian
energi tubuh untuk meningkatkan kekebalan.
d. Pemakaian obat-obat/jamu yang tidak

terkontrol

pemakaiannnya sehingga menyebabkan turunnya hormon


tubuh secara langsung atau tidak langsung melalui
mekanisme
mechanism).

umpan

balik

(hormonal

feedback

25

e. Sinar matahari secara langsung yang dapat mempercepat


penuaan kulit dengan hilangnya elastisitas dan rusaknya
kolagen kulit.
2) Faktor diet/makanan.
Jumlah nutrisi yang cukup, jenis, dan kualitas makanan yang
tidak menggunakan pengawet, pewarna, perasa dari bahan kimia
terlarang. Zat beracun dalam makanan dapat menimbulkan
kerusakan berbagai organ tubuh, antara lain organ hati.

3) Faktor genetik
Genetik seseorang sangat ditentukan oleh genetik orang tuanya.
Tetapi faktor genetik ternyata dapat berubah karena infeksi virus,
radiasi, dan zat racun dalam makanan/minuman/kulit yang diserap
oleh tubuh.
4) Faktor psikik
Faktor stres ini ternyata mampu memacu proses apoptosis di
berbagai organ/jaringan tubuh.

5) Faktor organik
Secara umum, faktor organik adalah : rendahnya
kebugaran/fitness, pola makan kurang sehat, penurunan GH dan
IGF-I, penurunan testosteron, penurunan melatonin secara konstan
setelah usia 30 tahun dan menyebabkan gangguan circandian
clock (ritme harian) selanjutnya kulit dan rambut akan berkurang
pigmentasinya dan terjadi pula gangguan tidur, peningkatan
prolaktin yang sejalan dengan perubahan emosi dan stress,

26

perubahan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing


Hormone (LH).
Bila merujuk pada beberapa teori penuaan maka memperlambat
bahkan mencegah proses penuaan bukan hal yang tidak mungkin
Berikut ini adalah beberapa konsep penelitian yang telah dilakukan
untuk mengetahui faktor yang diduga memperlambat penuaan menurut
Sudoyo (2006)
1. Restriksi kalori
McKay menunjukkan bahwa restriksi kalori yang dilakukan
seumur hidup pada hewan tikus (roden)dapat memperpanjang
usia sampai dengan 40% dibanding pada hewan tikus yang diberi
akses bebas terhadap makanan dan minuman. Efek restriksi ini
menghambat glukosa dan insulin menurun, sedikit peningkatan
pada kadar serum glukokortikoid bebas, menurunnya suhu tubuh
basal sebesar 0,5-10 C, dan meningkatnya proteksi sel terhadap
radikal

bebas.

Efe-efek

inilah

yang

dipercaya

dapat

memperlambat proses penuaan (Sudoyo, 2006)


2. Pemanjangan telomer
Setiap sel memiliki kemampuan untuk membelah diri untuk dapat
mempertahankan diri agar dapat mempertahankan fungsinya.
Terbatasnya sel-sel untuk membelah diri setelah 50 kali dikenal
dengan fenomena Hayflick atau

Hayflick Limit. Fenomena

hayflick ini ternyata berhubungan dengan panjang telomer suatu


sekuensi DNA pada ujung setiap kromosom manusia. Setiap kali
sel membelah, maka sel ini semakin pendek, sampai suatu saat
telomer tidak dapat memendek lagi. (yaitu setelah sel membelah
50 kali) (Sudoyo, 2006)
Walaupun belum dapat

dibuktikan,

tampaknya

dengan

memodifikasi panjang telomer melalui enzim telomerase, maka


proses penuaan khususnya sel dapat diperlambat. Dengan
membuat telomer menjadi lebih panjang, kemampuan sel untuk

27

membelah diri tidak lagi dibatasi oleh fenomena hayflick


(Sudoyo, 2006).
3. Pengaruh aksis GH/IGF-1
Berbagai penelitian yang dilakukan terhadap tikus dan cacing
(Caenohabditis

elegans)

menunjukkan

bahwa

keadaan

panhipopituitarisme dengan defisiensi jelas pada hormon


tirotropin, prolaktin dan growth hormon akan memperpanjang
usia

pada

hewan-hewan

tersebut

dibandingkan

kontrol.

Dibuktikan juga bahwa insulin-like growth factor-1 yang rendah


pada sirkulasi juga mempengaruhi usia pada cacing (Sudoyo,
2006).

6. Sindrom Geriatri
1. Gangguan otak besar (Sindroma serebral) adalah kumpulan gejala yang terjadi
akibat perubahan dari aliran darah otak. Pada Lansia, terjadi pengecilan otak besar,
dalam batas tertentu masih dianggap normal. Aliran darah otak orang dewasa + 50
cc/100 gm/menit, apabila kurang dari separuhnya akan menimbulkan gejala-gejala
gangguan otak besar.
Ganguan sirkulasi ini dapat disebabkan karena hipertensi/darah tinggi,
mengerasnya pembuluh darah, penyempitan akibat proses pengerasan pembuluh,
yang dipercepat dengan tingginya kolesterol darah, kencing manis, merokok dan
darah tinggi.
2. Bingung (Konfusio) tiba-tiba adalah suatu akibat gangguan menyeluruh fungsi
pangertian (kognisi): derajat kesadaran, kewaspadaan dan terganggunya proses
berfikir. Bingung waktu, tempat dan orang. Istilah lain gagal otak akut..Gangguan
memori jangka pendek, mungkin jangka panjang.
Ada gangguan angan-angan: melihat sesuatu yang tidak ada (halusinasi) atau
salah penglihatan, dan sebagainya. Ada 2 syarat yang yang harus terpenuhi antara
lain: 1. Derajat kesadaran yang menurun, 2. Gangguan cipta (persepsi), 3.

28

Terganggunya siklus bangun tidur: sulit tidur (insomnia). Aktifitas fisik bisa
meningkat atau menurun, 5.Bingung, 6.Gangguan memori, tidak mampu belajar
materi baru.
3. Gangguan saraf mandiri pada lanjut usia yang perlu diperhatikan adalah
terjadinya perubahan aliran listrik saraf ke pusat mandiri yang mengakibatkan
tekanan darah rendah (hipotensi) pada posisi tegak, gangguan-gangguan pengaturan:
suhu, gerak kandung kemih, saluran makanan di leher dan usus besar.Hipotensi posisi
tegak (ortostatik atau postural) didefinisikan sebagai penurunan tekanan darah sistolik
atau diastolic sebanyak 20 mmHg pada saat penderita berubah posisi dari posisi tidur
ke posisi tegak.Penurunan tekanan darah harus berlangsung setelah 1-2 menit
perubahan posisi ke posisi tegak.Disini timbul perasaan melayang, nggliyeng (light
headed), selamabeberapa jam, tetap hipotensi, bahkan sering mengalami penurunan
kesadaran, baru membaik setelah posisi berbaring lagi.
Pada orang muda, mekanisme pengaturan pembuluh darah dengan segera
mengadakan kompensasi. Hipotensi posisi tegak ini merupakan salah satu penyebab
terjadinya jatuh pada usia lanjut, yang seringkali mendadak bangun dari tempat tidur
di malam hari karena ingin buang air ke kamarmandi. Gejala lain adalah keluar
keringat dingin, perubahan besar pupil mata, gangguan lambung-usus, beser
atausering kencing diwaktu malam.Gangguan pengaturan suhu akibat kurang baiknya
kerja suatu bagian di otak besar (hipotalamus) sebagai pengatur suhu (termostat)
untuk menetapkan ke suatu suhu tertentu. Bila termostat menetapkan tinggi, pada
suhu lebih rendah merangsang tegaknya rambut kulit (pilokontraksi), penyempitan
pembuluh darah tepi (vasokonstriksi perifer), menggigil dan perasaan dingin, lansia
tersebut ingin berbaju tebal untuk menyamai suhu yang ditetapkan oleh pengatur suhu
tersebut.
Sebaliknya bila suhu ditetapkan rendah, maka terjadi mekanisme pelebaran
(dilatasi) pembuluh darah, berkeringat dan melepaskan baju untuk menyamakan suhu
yang ditetapkan oleh termostat tersebut. Lansia dapat terkena: a) Panas tinggi
(Hipertermia), suhu tubuh menjadi > 40,60 C, bisa terjadi gangguan fungsi/disfungsi

29

susunan saraf hebat (psikosis/ngacau, delirium/kesadaran menurun, koma/tidak sadar)


dan gejala anhidrosis/kulit panas dan kering. Hipertermi bisa terjadi karena beberapa
hal: infeksi, dimulai dari gejala tidak spesifik seperti rasa gemetar rasa lemah rasa
hangat/demam, anoreksia/tidak mau makan, nausea/mual, muntah, nyeri kepala dan
sesak nafas. b) Hipotermia, apabila suhu inti tubuh: rektal/anus, esofageal/pangkal
lidah, atau telinga menjadi < 350 C, hal ini dapat dipicu dari paparan hawa dingin.
Perlu dipikirkan tempat yang sejuk, tidak langsung kena AC/air conditioned.
Gejala awal biasanya ringan dan tidak jelas (32-350 C) seperti rasa
capai/fatigue, lemah, langkah melambat, apatis, bicara pelo, konfusio/bingung,
menggigil, kulit dingin, merasa dingin. Dapat disebabkan oleh hipotiroidisme,
terutama bila ditemukan bekas operasi tiroid di lehernya.Pengobatan sementara
diberikan selimut hangat, makanan dan minuman hangat.
4. Inkontinentia urine, sering berkemih tanpa disadari oleh Lansia. Inkontinentia
akut antara lain disebabkan oleh DRIP (D: delirium, kesadaran kurang; R: retriksi
mobilitas, retensi; I: infeksi, inflamasi, impaksi feces; P: pharmasi (obat-obatan),
poliuri). Sering Lansia memiliki jadwal kencingnya sendiri.Ada baiknya panitia
mengingatkan ke toilet sebelum acara untuk Lansia dimulai, dan setiap jam para
pembicara untuk Lansia sebaiknya memberikan waktu kepada Lansia untuk ke toilet.
Apabila pertemuan umum, tempatkan Lansia di deretan pinggir jalan (aisle)
agar memudahkan bergerak.Secara umum, dengan bertambahnya usia, kapasitas
kandung kemih menurun. Sisa urin dalam kandung kemih, setiap selesai berkemih,
cenderung meningkat dan kontraksi otot-otot kandung kemih yang tidak teratur
makin sering terjadi.Kontraksi-kontraksi involunter/tak disadari ditemukan 40-75%
Lansia yang mengalami inkontinensia. Ada baiknya Lansia ini memakai pempers
depan.Inkontinensia alvi, sering buang air besar/defekasi tanpa disadari.Peristiwa ini
tidak menyenangkan, tetapi tidakterelakkan.
Diantara penderita inkontinensia urin, 35% menderita inkontinensia alvi,
sehingga mekanismenya dianggap sama. Feses bisa berupa cair, atau belum berbentuk
sering bahkan selalu merembes.Keluarnya feses yang sudah berbentuk, sekali atau

30

dua kali per hari, dipakaian atau tempat tidur.Hal ini dapat disebabkan hilangnya
reflek anal/anus, disertai lemahnya otot-otot seran lintang, yang melingkari
anus.Sering ini merupakan gejala awal penyakitsaluran cerna bawah, sangat mungkin
disembuhkan apabila diobati pada waktu dini.Ada baiknya Lansia ini memakai
pempers belakang.
5. Jatuh, merupakan salah satu problim utama Lansia, yang disebabkan faktor
intrinsik: gangguan gaya berjalan, kelemahan otot-otot kaki, kekakuan sendi, sinkop/
hilang kesadaran sejenak dan dizzines/goyang, atau faktor ekstrinsik yang menjadi
penyebabnya: lantai yang licin dan tidak rata, tersandung benda-benda, cahaya
kurang terang sehingga terganggu penglihatannya, dan sebagainya.
6. Penyakit tulang dan patah tulang menjadi salah satu sindroma geria-trik, dalam
arti angka kejadiannya dan akibatnya pada Lansia cukup bermakna. Dengan
bertambahnya usia, terjadi peningkatan hilangnya tulang secara linear/ berbanding
lurus. Tingkat hilang tulang ini sekitar 0,5-1% per tahun dari berat tulang pada wanita
paska menopause dan pria > 80 tahun. Sepanjang hidup tulang mengalami perusakan
(dilaksanakan oleh sel-sel osteoklas) dan pembentukan (dilaksanakan oleh sel-sel
osteoblas) yang berjalan bersama-sama, sehingga tulang dapat membentuk modelnya
sesuai dengan pertumbuhan badan (proses remodelling). Oleh karena itu dapat
dimengerti bahwa proses remodelling ini akansangat cepat pada usia remaja (growth
spurt).
Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perusakan
tulang oleh kedua jenis sel tersebut. Apabila hasil akhir perusakan (resorbsi/
destruksi) lebih besar dari pembentukannya (formasi) maka akan timbul osteo
porosis. Osteoporosis adalah suatu keadaan berkurangnya massa tulang sedemikian
rupa sehingga hanya dengan trauma minimal tulang akan patah. WHO (World Health
Organization) memberikan definisi sebagai berikut: Adalah penurunan massa tulang >
2,5 kali standard deviasi massa tulang rata-rata dari populasi usia muda. Penurunan
antara 1-2,5standard deviasi dari rata-rata usia muda disebut osteopenia.

31

1. Osteoporosis primer yang dibedakan lagi berdasarkan penyebabnya; tipe I (Pasca


menopause), tipe II (Senilis/ ketuaan) dan tipe idiopatik/ sebab tidak diketahui, yang
terjadi pada usia muda.
2. Osteoporosis sekunder, diakibatkan oleh penyakit lain seperti hiper-paratiroid,
gagal ginjal kronis, artritis rematoid dan lain-lainnya. Gejalanya pada usia lanjut
bervariasi, beberapa tidak menunjukkan gejala, yang lain seringkali menunjukkan
gejala klasik berupa nyeri punggung, yang seringkali akibat fraktur kompresi (patah
tulang akibat tekanan, misalnya berat badan) dari satu atau lebih tulang vertebra
(tulang belakang). Nyeri seringkali dipacu oleh adanya stres (fisik), seringkali akan
hilang dengan sendirinya setelah 4-6 minggu. Penderita lain mungkin datang dengan
gejala patah tulang/ fraktur, turunnya tinggi badan, bungkuk punggung
(Dawager&rsquo;s hump), yaitu suatu deformitas akibat kolaps dan patah tulang
vertebra torakal (tulang belakang dada) tengah. Fraktur mengenai leher femur
(pangkal tulang paha) dan radius (tulang hasta) sering terjadi pada Lansia.
Sekitar 30% wanita dengan fraktur leher femur menderita osteoporosis,
dibanding 15% pada pria. Fraktur yang terjadi bukan saja karena osteoporosis tetapi
juga karena kecenderungan usia lanjut untuk jatuh. Pemberian diet tinggi kalsium
(sayuran hijau, dll) harus diikuti olah raga yang bersifat mendukung beban (weight
bearing) misalnya jogging, jalan cepat, sebaiknya dilakukan dibawah sinar matahari
pagi karena membantu pembentukan vitamin D. Obat-obatan dapat diberikan dokter
untuk pembentukan tulang: steroid anabolik, fluorida; untuk mengurangi perusakan
tulang: estrogen, kalsium difosfonat, kalsitonin. Patah tulang/ fraktur pada usia lanjut
sering terjadi karena trauma ringan atau bahkan tanpa adanya kekerasan yang nyata.
Sebagian besar terjadi di rumah, jatuh di kamar mandi atau terpeleset benda kecil di
ruang tamu.
Adanya tekanan berat badan ke lantai saat jatuh hanya merupakan sebagian
dari penyebab fraktur tersebut.Pada lansia, stres utama pada tulang justru datang dari
daya yang sangat kuat dari otot yang melekat (ber insersi) di tulang tersebut,
sedangkan berat badan hanya memegang peranan kecil.Kontraksi otot yang

32

terkoordinasi dalam upaya mempertahankan postur saat terpeleset atau jatuh


memegang peranan penting, setidaknya atas terjadinya fraktur pada leher femur, pada
persendian pangkal paha. Tempat-tempat terjadinya fraktur berturut-turut adalah
kamar makan/ kamar duduk, diikuti oleh dapur kemudian tempat tidur.
Diluar dugaan, kamar mandi atau WC merupakan tempat jatuh yang paling
jarang.Terpeleset atau tersandung di lantai merupakan penyebab utama jatuh, disusul
dengan jatuh akibat adanya lekukan di karpet atau karpet yang licin. Jatuh dari kursi
atau tempat tidur, serangan roboh (drop attack) dan rasa melayang (nggliyeng)
merupakan penyebab lain. Di luar rumah, jatuh terjadi akibat halaman depan/
belakang tidak rata. Secara umum, dapat dikatakan bahwa jatuh yang berakibat
fraktur terutama disebabkan oleh penerangan yang kurang,gangguan penglihatan,
konfusio dan pengalihan perhatian.
7. Dekubitus, tukak, koreng dekubitus dapat terjadi pada setiap umur, merupakan
masalah khusus pada lanjut usia, erat kaitannya dengan imobilitas. Seseorang yang
tidak imobil dapat berbaring berminggu-minggu tanpa terjadi decubitus karena dapat
berganti posisi beberapa kali dalam satu jam.Pergantian posisi ini walaupun hanya
bergeser, sudah cukup untuk mengganti bagian tubuh yang kontak dengan alas tempat
tidur.
Dekubitus adalah kerusakan/ kematian kulit sampai jaringan dibawahnya,
bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu
area secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah
setempat.Area yang sering terjadi dekubitus adalah diatas tonjolan tulang, dan tidak
dilindungi cukup dengan lemak subkutan, misalnya daerah tonjolan tulang di bokong,
sisi kanan-kiri tonjolan pangkal paha, tumit dan siku. Dekubitus merupakan hal yang
serius, dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi pada penderita lanjut usia.
Di negara-negara maju, prosentase terjadinya dekubitus mencapai sekitar 11% dan
terjadi dalam dua minggu pertama perawatan.
Penampilan berbagai penyakit pada usia lanjut seperti kelainan darah,
kardiovaskular, stroke, gastro-intestinal, dll memiliki kekhasan masing-masing. Perlu

33

diingatkan minum obat dan kontrol ke dokter dengan teratur, diet banyak sayuran dan
buah-buahan, menjauhi daging merah, memilih daging putih seperti pada ikan dan
burung (ayam, itik, dsb), stop merokok, olah raga teratur dan terukur 3-5 kali
seminggu dengan memperhatikan aspek-aspek penting pada sindroma geriatri.
Gangguan penglihatan dan pendengaran pada usia lanjut sering tidak disadari
oleh para usia lanjut tersebut. Hal ini sering mengurangi rasa percaya diri sehingga
berkurang keinginannya untuk pergi ke luar, untuk lebih aktif atau pergi ke sana
kemari. Mereka akan kehilangan kemampuannya untuk membaca atau melihat
televisi. Semua itu akanmenurunkan aspek sosialisasi dari para usia lanjut.
Terisolasinya mereka dari dunia luar akan menyebabkan depresi dengan berbagai
akibatnya. Isolasi sosial karena gangguan pendengaran justru lebih besar jumlahnya
dibandingkan oleh gangguan penglihatan. Gangguan penglihatan dan pendengaran
tersebut merupakan masalah penting pada usialanjut, bahkan oleh beberapa akhli
dimasukkan dalam sindroma geriatrik. Selain angka kejadiannya tinggi juga akibat
bagi kualitas hidupnya sangat besar.
Upaya pengobatan dan alat bantu untuk menyembuhkan dan mengurangi
akibatgangguan pancaindera tersebut akan sangat berarti bagi para lansia.Kaca
pembesar yang sederhana dapat membantu lansia membaca tulisan-tulisan yang kecil,
sekiranya biayapembelian/ kerumitan memakai kacamata menjadi kendala.Kaca mata
mungkin perlu diberi tali, agar tidak lupa mencari keberadaannya. Fungsi bicara
lanjut usia akan terganggu dan kurang menjadi jelas karena banyaknya gigi yang
hilang/ tanggal.
Gangguan ini sering diikuti dengan nada suara yang lemah dan lambat akibat
proses degenerasi susunan saraf pusat pada usia lanjut. Pemberian gigi tiruan akan
memperbaiki fungsi bicara sehingga dapat terjadi komunikasi yang baik dengan
orang lain. Keseimbangan 5-Rasa. Menurut Pakde Soenarto Mertowardoyo, ada 5
rasa yang berhubungan dengan makanan dan minuman didalam kehidupan sehari-hari
yang harus kita seimbangkan masukannya, agar kita menjadi sehat . Kelima rasa
tersebut adalah: manis, gurih, asin , asam dan pahit.

34

Mari kita memperhatikan citarasa di mulut kita. Ada 3 (tiga) rasa yang berhubungan
dengan faktor risiko utama Penyakit Jantung Koroner, yaitu manis berhubungan
dengan kencing manis/ diabetes mellitus, gurih dengan gangguan lemak-kolesterol/
dislipidemia dan asin dengan tekanan darah tinggi/ hipertensi. Sekiranya Lansia
berhadapan dengan faktor risiko tersebut, coba hadapilah &lsquo;tri rasa&rsquo;enak tersebut dengan rasa pahit. Rasa pahit dapat diperoleh dari banyak ramuan, jamu
atau minuman disekitar kita misalnya daun papaya, batang-daun: brotowali,
sambiloto; buah pare, biji mahoni, tetapi anjuran kami adalah teh hijau (green tea)
saja, yang sudah diminum banyak orang dan mudah didapat di pasar swalayan.
Tanaman (biji) teh telah masuk ke Indonesia sejak tahun 1684 dibawa oleh orang
Jerman: Andreas Cleyer dari Jepang 18.Karena ini masalah rasa di mulut, buatlah
kadarnya cukup pahit untuk menyengat sampai pangkal lidah kita guna melawan trirasa enak tersebut.Teguklah dengan sedikit dikumur, berkali-kali dalam sehari,
setelah beberapa hari, selayaknya mampu untuk menghadapi bahkan menggantikan
tri rasa-enak tersebut. Paling sedikit ada imbangan rasa lain (pahit), sebagai pilihan
pendamping tri rasa-enak.

Menurut Cape dkk:


The O complex, yang terdiri dari
Fall
Incontinence
Impaired homeostasis
Confusion
Iatrogenic disorders
Menurut Coni dkk:
The Big Three yang terdiri dari
Intelectual failure

35

Instability / immobility
Incontinence
Menurut Solomon dkk:
The 13 i yang terdiri dari
Immobility
Instability
Intelectual impairement
Incontinence
Isolation
Impotence
Immuno-deficiency
Infection
Inanition
Impaction
Insomnia
Iatrogenic disorder
Impairement of hearing, vision and smell

. Menurut Brocklehurst dkk:


The Geriatrics Giants yang terdiri dari
Cerebral syndromes
Autonomics disorders
Falls
Mental confusion
Incontinence

36

Bone disease and fractures


Pressure sores
Semua ini merupakan sindroma (kumpulan gejala) yang sering ditemukan dalam
bidang ilmu penyakit lanjut usia, sehingga disebut sebagai sindroma geriatrik.
Sindroma klinis berkaitan dengan teritorial pembuluh karotis
Sindroma klinis yang utamanya berkaitan dengan teritorial pembuluh karotis dapat
dikategorikan menjadi tiga kelainan utama, yaitu serangan otak sepintas
(transient ischemic attack), stroke dan arteritis. Prevalensi stroke meningkat terutama
pada populasi lanjut usia, sehingga wajar kalau setiap dokter yang mempelajari
masalah kesehatan pada usia lanjut, harus trampil dalam pengelolaan stroke secara
komprehensif. Gangguan pembuluh darah otak atau stroke atas dasar patologisnya
dapat dibagi atas dasar infark (akibat trombus atau emboli) dan perdarahan otak
(akibat pecahnya pembuluh darah otak). Sedangkan atas dasar perkembangan gejala
klinisnya dapat dibagi menjadi stroke in evolution dan completed stroke. Stroke in
evolution yang gejalanya berkembang dalam waktu beberapa jam sampai beberapa
hari, terjadinya dapat diakibatkan ketiga kejadian patologis seperti telah disebutkan di
atas. Emboli yang terjadi tiba-tiba seringkali masih diikuti pembentukan trombus
lebih lanjut disebelah proksimalnya, sehingga defisit neurologik yang terjadi masih
terus akan berkembang akibat meluasnya infark. Demikian juga perdarahan otak yang
kejadiannya mendadak, perembesan darah yang masih terjadi kemudian akan
menimbulkan iskemia lebih lanjut selama periode tertentu sehingga defisit neurologik
juga akan berkembang dalam waktu beberapa jam bahkan beberapa hari. Demikian
pula edema yang muncul beberapa jam kemudian baik pada infark ataupun
perdarahan otak, dapat mengakibatkan progresi gejala-gejala neurologik yang
muncul.
Gangguan fungsi otonom
Suatu ciri dari proses menua adalah kemunduran homeostatis yang berakibat
penurunan kemampuan penyesuaian terhadap pengaruh lingkungan dan terhadap
macam-macam bentuk dari stres lainnya. Sebenarnya daya homeostatis tetap
dipertahankan sampai lanjut usia, tetapi bila terpapar pada suatu keadaan stres, terjadi

37

gangguan keseimbangan fisiologik dan waktu yang dibutuhkan untuk pulih setelah
faktor stres berlalu, menjadi lebih panjang. Sistima syaraf dan endokrin mempunyai
peran penting dan khususnya gangguan fungsi syaraf otonom berpengaruh besar
terhadap penurunan kapasitas homeostatis. Iskemia otak bagian posterior akibat
gangguan pembuluh darah vertebrobasiler akan mengganggu serebelum dan korteks
oksipital. Di antara gejalanya adalah gangguan termoregulasi dan episode hipotensi.
Hipotensi postural atau hipotensi ortostatik didefinisikan sebagai penurunan tekanan
sistolik atau diastolik sebanyak 20 mmHg pada saat penderita berubah posisi dari
tidur ke posisi tegak. Pengarang lain menambahkan batasan tersebut dengan catatan
bahwa penurunan tekanan darah harus berlangsung setelah 1-2 menit perubahan
posisi ke posisi tegak (Van der Cammen, 1991). Mekanisme mempertahankan
tekanan darah merupakan refleks, dimana serabut aferen berasal dari baro-reseptor di
sinus karotikus. Serabut ini berjalan menuju ke pusat vasomotor di batang otak
melalui saraf glosofaringeus. Serabut eferen berjalan melalui medula spinalis dan
serabut preganglionik ke rantai simpatis, kemudian melalui serabut postganglionik ke
pembuluh darah. Pada perubahan dari posisi baring ke posisi tegak terjadi
perpindahan hampir 700 cc darah meninggalkan rongga dada menuju ke pool
cadangan vena di daerah perut dan kaki. Tekanan di atrium kanan turun lebih rendah
dari tekanan dalam rongga dada, menyebabkan venous return ke jantung kanan
menurun. Isi sekuncup menurun, dengan akibat penurunan tekanan darah. Reaksi
kompensasi berupa efek simpatis dengan terjadinya vasokonstriksi arteriole dan vena
disertai dengan reaksi parasimpatis berupa percepatan denyut jantung. Pada penderita
muda, keadaan seperti ini seringkali disertai gejala light-headed (rasa
melayang/nggliyeng) ringan dalam waktu yang tidak terlalu lama, oleh karena
mekanisme pengaturan vasomotor dengan segera mengadakan kompensasi. Pada
penderita lansia, mekanisme kompensasi tersebut sering tidak efektif, sehingga tetap
terjadi hipotensi dengan segala gejalanya selama beberapa jam. Bahkan seringkali
penderita mengalami penurunan kesadaran, yang baru membaik bila penderita
diletakkan pada posisi berbaring lagi. Hipotensi postural ini juga merupakan salah

38

satu penyebab terjadinya jatuh pada usia lanjut yang seringkali mendadak bangun dari
tempat tidur di malam hari karena ingin buang air ke kamar mandi.
Dekubitus

Dekubitus adalah kerusakan/kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit, bahkan


menembus otot sampai mengenai tulang akibat adanya penekanan pada suatu area
secara terus menerus sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat.
Walaupun semua bagian tubuh dapat mengalami dekubitus, bagian bawah dari
tubuhlah yang terutama beresiko tinggi dan membutuhkan perhatian khusus. Area
yang biasa terjadi dekubitus adalah tempat di atas tonjolan tulang dan tidak dilindungi
cukup dengan lemak subkutan, misalnya daerah sakrum, daerah trokanter mayor dan
spina ischiadica superior anterior, daerah tumit dan siku. Usia lanjut mempunyai
potensi besar untuk terjadi dekubitus karena perubahan kuit berkaitan dengan
bertambahnya usia antara lain:
Berkurangnya jaringan lemak subkutan
Berkurangnya jaringan kolagen dan elastik
Menurunnya efisiensi kolateral kapiler pada kulit sehingga kulit menjadi lebih
tipis dan rapuh.
Ulkus dekubitus dapat terjadi pada setiap tahap umur, tetapi hal ini merupakan
masalah yang khusus pada lanjut usia. Kekhususannya terletak pada insidens
kejadiannya yang erat kaitannya dengan imobilitas. Seseorang yang tidak immobil
dapat berbaring di tempat tidur sampai bermingguminggu tanpa terjadi dekubitus
karena dapat berganti posisi beberapa kali dalam satu jam. Pergantian posisi ini,
biarpun hanya bergeser, sudah cukup untuk mengganti bagian tubuh yang kontak
dengan alas tempat tidur. Sedangkan immobilitas hampir pasti menyebabkan
dekubitus bila berlangsung lama. Terjadinya ulkus disebabkan gangguan aliran darah
setempat dan juga keadaan umum dari penderita. Tekanan darah pada kapiler berkisar
antara 16-33 mmHg. Kulit akan tetap utuh karena sirkulasi darah terjaga, bila tekanan
padanya masih berkisar pada batasbatas tersebut. Tetapi sebagai contoh bila seorang
penderita immobil/terpancang pada tempat tidurnya secara pasif dan berbaring di atas
kasur busa biasa maka tekanan daerah sakrum akan mencapai 60-70 mmHg dan

39

daerah tumit mencapai 30-45 mmHg. Tekanan ini akan menimbulkan daerah iskemik
dan bila berlanjut terjadi nekrosis jaringan kulit. Percobaan pada binatang didapatkan
bahwa sumbatan total pada kapiler masih bersifat reversibel bila kurang dari 2 jam.
Empat faktor yang berpengaruh pada patogenesis timbulnya ulkus dekubitus adalah
tekanan, daya regang, friksi/gesekan dan kelembaban. Penampilan klinis dari
dekubitus dapat dibagi sebagai berikut:
Derajad I : Reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis. Tampak sebagai daerah
kemerahan/eritema indurasi atau lecet.
Derajad II : Reaksi yang lebih dalam lagi sampai mencapai seluruh dermis hingga
lapisan lemak subkutan. Tampak sebagai ulkus yang dangkal, dengan tepi yang jelas
dan perubahan warna pigmen kulit.
Derajad III : Ulkus menjadi lebih dalam, meliputi jaringan lemak subkutan dan
menggaung, berbatasan dengan fascia dari otot-otot. Sudah mulai didapat infeksi
dengan jaringan nekrotik yang berbau.
Derajad IV : Perluasan ulkus menembus otot, sehingga tampak tulang di dasar ulkus
yang dapat mengakibatkan infeksi pada tulang atau sendi.
Pengelolaan dekubitus

Pengelolaan dekubitus diawali dengan kewaspadaan untuk mencegah terjadinya


dekubitus dengan mengenal penderita dengan risiko tinggi terjadinya dekubitus,
misalnya pada penderita yang immobil dan konfusio. Usaha untuk meramalkan akan
terjadinya dekubitus ini antara lain dengan memakai sistim skor dari Norton. Skor di
bawah 12 menunjukkan adanya risiko tinggi untuk terjadinya dekubitus. Dengan
evaluasi skor ini dapat dilihat perkembangan penderita. Tindakan selanjutnya yang
berguna baik untuk pencegahan maupun setelah terjadinya dekubitus adalah:
a. Meningkatkan status kesehatan penderita:
Umum: memperbaiki dan menjaga keadaan umum penderita, misalnya anemia
diatasi, hipoalbuminemi dikoreksi, nutrisi dan hidrasi yang cukup, vitamin (vitamin
C) dan mineral (Zn) ditambahkan.
Khusus: coba mengatasi/mengobati penyakit-penyakit yang ada pada penderita,
misalnya diabetes yang belum terkontrol baik, penyakit paru dan sebagainya.

40

b. Mengurangi/meratakan faktor tekanan yang mengganggu aliran darah.


Alih posisi/alih baring/tidur selang-seling, paling lama tiap dua jam. Keberatan
cara ini adalah ketergantungan pada tenaga perawat yang kadang-kadang sudah
sangat kurang dan dapat mengganggu istirahat penderita bahkan menyakitkan.
Kasur khusus untuk lebih membagi rata tekanan yang terjadi pada tubuh penderita,
misalnya:
Kasur dengan gelombang tekanan naik-turun.
Kasur air.
Keberatan perlengkapan canggih ini adalah harganya mahal, perawatannya sendiri
harus baik dan dapat rusak. Bila sudah terjadi dekubitus, tentukan stadium atau
derajatnya dan tindakan medik menyesuaikan apa yang dihadapi. Pada umumnya
penatalaksanaan derajat I dan II adalah secara non bedah sedangkan derajat III dan IV
secara bedah.
7. Pelayanan kesehatan untuk geriatric (DEPKES)?
Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan paripurna dasar dan
menyeluruh di bidang kesehatan usia lanjut yang meliputi peningkatan
kesehatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Tempat pelayanan
kesehatan tersebut bisa dilaksanakan di Puskesmas-Puskesmas ataupun
Rumah Sakit serta Panti-panti dan institusi lainya. Tekhnologi tepat guna
dalam upaya kesehatan usia lanjut adalah teknologi yang mengacu pada
masa usia lanjut setempat, yang didukung oleh sumber daya yang tersedia
di masyarakat, terjangkau oleh masyarakat diterima oleh masyarakat sesuai
dengan azas manfaat.
Peran serta masyarakat dalam upaya kesehatan usia lanjut adalah peran
serta masyarakat baik sebagai pemberi pelayanan kesehatan maupun
penerima pelayanan yang berkaitan dengan mobilisasi sumber daya dalam
pemecahan masalah usia lanjut setempat dan dalam bentuk pelaksanan
pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan usia lanjut setempat

41

Dasar Hukum dan pengembangan program Pembinaan Kesehatan Usia


lanjut yaitu :
1. Undang- Undang Nomor 9 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok
kesehatan.
2. Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 1974 tentang PokokPokok Organisasi Departemen kesehatan
3. Keputusan Presiden Nomor 15 Tahun 1985 tentang Susunan
Organisasi Departemen Kesehatan
4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 558 Tahun 1984
tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Kesehaten.
5. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 99 a Tahun 1982
tentang berlakunya Sistemkesehatan Nasional dan RP3JPK
6. Keputusan Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat Nomor
05 Tahun 1990 tentang Pembentukan Kelompok Kerja T etap
Kesejahteraan Usia Lanjut.
7. Surat keputusan menteri Kesehatan Nomor 134 Tahun 1990
tentang Pembentukan Tim Kerja Geatrik.
Pelayanan usia lanjut ini meliputi kegiatan upaya-upaya antara lain:
a.

Upaya promotif, yaitu menggairahkan semangat hidup bagi


usia lanjut agarmereka tetap dihargai dan tetap berguna baik
bagi dirinya sendiri, keluargamaupun masyarakat. Upaya
promotif

dapat

berupa

kegiatan

penyuluhan,

dimanapenyuluhan masyarakat usia lanjut merupakan hal yang


penting sebagaipenunjang program pembinaan kesehatan usia
lanjut yang antara lain adalah :
- Kesehatan dan pemeliharaan kebersihan diri serta
deteksi dini penurunan kondisi kesehatannya, teratur
dan berkesinambungan memeriksakan kesehatannya ke
puskesmas atau instansi pelayanan kesehatan lainnya.

42

- Latihan fisik yang dilakukan secara teratur dan


disesuaikan dengan kemampuan usia lanjut agar tetap
merasa sehat dan segar.
- Diet seimbang atau makanan dengan menu yang
mengandung gizi seimbang.
- Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa
- Membina ketrampilan agar dapat mengembangkan
kegemaran atau hobinya secara teratur dan sesuai
dengan kemampuannya.
- Meningkatkan kegiatan sosial di masyarakat atau
mengadakan kelompok sosial.
- Hidup menghindarkan kebiasaan yang tidak baik
seperti merokok, alkhohol, kopi , kelelahan fisik dan
mental.
- Penanggulangan masalah kesehatannya sendiri secara
b.

Upaya

benar
preventif

yaitu

upaya

pencegahan

terhadap

kemungkinan terjadinyapenyakit maupun kompilikasi penyakit


yang disebabkan oleh proses ketuaan.Upaya preventif dapat
berupa kegiatan :
- Pemeriksaan kesehatan secara berkala dan teratur
untuk menemukan secara dini penyakit-penyakit usia
lanjut
- Kesegaran jasmani yang dilakukan secara teratur dan
disesuaikan dengan kemampuan usia lanjut serta tetap
merasa sehat dan bugar.
- Penyuluhan tentang penggunaan berbagai alat bantu
misalnya kacamata, alat bantu pendengaran agar usia
lanjut tetap dapat memberikan karya dan tetap merasa
berguna
- Penyuluhan untuk pencegahan terhadap kemungkinan
terjadinya kecelakaan pada usia lanjut.

43

- Pembinaan mental dalam meningkatkan ketaqwaan


c.

kepada Tuhan Yang Maha Esa


Upaya kuratif yaitu upaya pengobatan pada usia lanjut dan
dapat berupakegiatan
- Pelayanan kesehatan dasar
-.Pelayanan kesehatan spesifikasi

d.

melalui

sistem

rujukan
Upaya rehabilitatif yaitu upaya mengembalikan fungsi organ
yang telah menurun.Yang dapat berupa kegiatan :
- Memberikan informasi, pengetahuan dan pelayanan tentang
penggunaanberbagai alat bantu misalnya alat pendengaran dan
lain -lain agar usia lanjutdapat memberikan karya dan tetap
merasa berguna sesuai kebutuhan dankemampuan.
- Mengembalikan kepercayaan pada diri sendiri

dan

memperkuat mental Penderita


- Pembinaan usia dan hal pemenuhan kebutuhan pribadi ,
aktifitas di dalam maupun diluar.

44

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Proses penuaan ditandai penurunan energi seluler yang menurunkan
kemampuan sel untuk memperbaiki diri. Terjadi dua fenomena, yaitu penurunan
fisiologik (kehilangan fungsi tubuh dan sistem organnya) dan peningkatan penyakit
Aging proses adalah suatu periode menarik diri yang tak terhindarkan dengan
karakteristik menurunnya interaksi antara lansia dengan orang lain di sekitarnya.
Individu diberi kesempatan untuk mempersiapkan dirinya menghadapi
ketidamampuan dan bahkan kematian Dengan begitu manusia secara progresif akan
kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi
metabolik dan stuktural yang disebut sebagai penyakit degeneratif seperti, hipertensi,
aterosklerosis, diabetes militus dan kanker yang akan menyebabkan kita menghadapi
akhir hidup dengan episode terminal yang dramatic seperti strok, infark miokard,
koma asidosis, metastasis kanker dan sebagainya. Sebenarnya banyak teori yang
menjelaskan mengapa manusia mengalami proses penuaan. Tetapi, pada dasarnya

45

semua teori itu dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu teori wear and tear dan
teori program (Pangkahila, 2007). Sedangkaan menurut goldman da Penuaan
merupakan suatu proses yang tidak dapat dihindari yang berlangsung secara terusmenerus dan berkesinambungan yang selanjutnya menyebabkan perubahan anatomis,
fisiologis dan biokemis. Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan
paripurna dasar dan menyeluruh di bidang kesehatan usia lanjut yang meliputi
peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Tempat pelayanan
kesehatan tersebut bisa dilaksanakan di Puskesmas-Puskesmas ataupun Rumah Sakit
serta Panti-panti dan institusi lainya. Tekhnologi tepat guna dalam upaya kesehatan
usia lanjut adalah teknologi yang mengacu pada masa usia lanjut setempat, yang
didukung oleh sumber daya yang tersedia di masyarakat, terjangkau oleh masyarakat
diterima oleh masyarakat sesuai dengan azas manfaat.
Saran
Gejala lanjut usia merupakan gejala dalam proses penuaan, sehingga kita
harus menjaga agar kita tetap sehat dengan menjalankan pola hidup sehat dan makan
makanan yang bergizi.

Anda mungkin juga menyukai