Anda di halaman 1dari 20

Areca catechu: Effect of topical

ethanolic extract on burn wound


healing in albino rats

Oleh :
Desy Susanti
Ika Nugraeni S
Mashafah Fitriani
Mochammad Zulkarnaen

Pengaruh Ekstrak Etanol Areca catechu Sediaan Topikal Pada


Penyembuhan Luka Bakar Pada Tikus Albino

Abstak: (Areca catechu Linn) Pinang umumnya


digunakan untuk ulkus kulit dalam pengobatan
tradisional India. Pinang diterapkan secara topikal
untuk penyembuhan luka bakar. Namun, sejauh ini
penelitian ilmiah belum dilakukan. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi aktivitas
penyembuhan luka bakar dari ekstak Areca catechu.

Latar Belakang

Pinang (Areca catechu Linn.) biasanya dikunyah sebagai


komponen batang sirih yang merupakan campuran dari daun
sirih, pinang

dan

kapur. Obat-obatan

tradisional seperti

Ayurveda dan Siddha menggunakan Pinang sebagai salah satu


bahan obat yang digunakan untuk pengobatan luka bakar. Ini
adalah cara yang

mudah karena mekanisme kerjanya sama

seperti pilokarpin, yaitu dengan merangsang sekresi keringat.

Luka adalah rusaknya kesatuan atau komponen jaringan, dimana


secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang.
Luka juga dapat didefinisikan sebagai kerusakan fisik akibat dari
terbukanya

atau

rusaknya

kulit

yang

menyebabkan

ketidak

seimbangan fungsi dan anatomi kulit normal. Luka bakar adalah


bentuk kerusakan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber
panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka
bakar dapat terjadi pada kulit, selaput lendir, saluran pernafasan dan
saluran cerna. Gejalanya berupa sakit, bengkak, merah dan melepuh
karena permeabilitas pembuluh darah meningkat

Pinang mengandung catechin, tanin, asam galat, lemak, karet,


alkaloid seperti arecoline dan arecaine. Berdasarkan peneliatan
sebelumnya

Arecaidine,

guvacoline,

guvacine

dan

kolin

yang

terkandung dalam pinang berkhasiat sebagai antibakteri, antioksidan,


penyembuhan luka, hepatoprotektif, hipoglikemik, antiulcerogenik,
antifertilitas dan anti implantasi. Berdasarkan studi pustaka senyawa
yang berperan untuk pengobatan luka bakar pada biji pinang adalah
tanin.

Tanin

merupakan

senyawa

makromolekul

dari

golongan

polifenol dan berdasarkan tingkat kepolarannya senyawa ini berada


pada fase yang bersifat polar. Berdasarkan penelitian sebelumnya,
maka dilakukan penelitian pengaruh ekstrak etanol pinang (Areca
catechu L.) pada penyembuhan luka bakar terhadap tikus albino.

Untuk

Tujuan

mengevaluasi

aktivitas

penyembuhan

luka bakar menggunakan ekstrak etanol Areca


catechu dengan perlakuan normal maupun yang
diberi obat deksametason.

BAHAN DAN METODE


Bahan :

Areca catechu dibeli dari pasar lokal dan dikonfirmasi oleh Profesor Botani,
Mahatma Gandhi Memorial College, Udupi. Spesimen Tanda bukti spesimen
disimpan di Departemen Farmakologi, KMC, Manipal. Salep ekstrak etanol (2 %)
disiapkan dari Areca catechu.
Injeksi ketamin diperoleh dari Neom Laboratorium Limited (Mumbai, India).
Sulfadiazin (0,5 g 1 % krim) diperoleh dari Kasturba Hospital Farmasi (Manipal,
India).
Deksametason diperoleh dari Nice Chemials Ltd (Cochin, India)

Areca
catechu
dipotong
menjadi
ukuran kecilkecil

Basis salep
sederhana

dikeringkan di
bawah sinar
matahari
selama
beberapa hari

Di simpan
dalam
deksikator

diekstraksi
menggunaka
n soxhlet
dengan
penambahn
400 ml
etanol 70%

Disaring lalu
dimasukkan
ke pendingin

6 Hewan
percobaan
(tikus)

Kelompok
Standar 2
tikus
Masingmasing
dioleskan krim
sulfadiazin

Kelompok
Kontrol 2 tikus
Masingmasing
dioleskan
dasar salep

Kelompok uji
2 tikus
Masingmasing
dioleskan
salep ekstrak
Areca
catechu (2%)

Hewan percobaan: Sesuai peraturan yang dikeluarkan oleh kelembagaan komite etik hewan (IAEC/KMC/45/011-2012), Manipal.
Hewan yang digunakan adalah tikus wistar albino jantan dengan berat antara 250-300 g dan dalam kondisi sehat. Tikus-tikus itu
dikarantina dalam kondisi standar di rumah hewan dengan tujuan pengendalian dan pengawasan percobaan pada hewan (CPCSEA) sesuai
peraturan kelembagaan komite etik hewan. Tikus ditempatkan pada suhu 23 2C, kelembaban 50 5 %. Hewan tersebut ditempatkan
secara individual di kandang polypropylene yang mengandung sekam padi steril sebagai alas tidur setelah membuat luka bakar sampai
selesainya penyembuhan luka.

Tikus

Cara Membuat Luka Bakar Pada


yang Tikus
sudah berpuasa selama semalam, dibuat luka bakar

dengan

ketebalan persial. Tikus di anastesi dengan menuangkan cairan panas (2 g)


pada suhu 80C. Lilin tersebut dituangkan ke punggung hewan yang telah
dicukur melalui silinder 300 mm2 dalam bentuk lingkaran. Diamkan lilin
tersebut yang berada dikulit selama 8 menit untuk mendapat luka, dan
dianggap sebagai hari 0.

Luka bakar dengan ketebalan persial dibuat seperti yang sudah dijelaskan
diatas. Pada luka tersebut diberikan deksametason (0,17mg / kg, i.p.) dari
hari 0 dan dilanjutkan pada hari berikutnya. Dalam penelitian ini hewan uji
dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
1.Kelompok kontrol : menerima dasar salep (diberikan secara topikal)
2.Kelompok uji : menerima 2% ekstrak Areca catechu (diberikan secara
topikal)

Evaluasi Aktivitas Penyembuhan Luka


Bakar
Dua

parameter

yang

digunakan

untuk

mengevaluasi aktivitas ekstrak Areca catechu


pada penyembuhan luka bakar adalah :
1. tingkat kontraksi pada luka
2. periode epitelialisasi.

Tingkat
kontraksi luka

Daerah

luka

diukur

dengan

menelusuri

ukuran

luka

menggunakan kertas minyak transparan setiap hari pasca


melukai. Permukaan dihitung kemudian digunakan untuk
menghitung persentase luka kontraksi. Dengan mengambil
ukuran awal luka 300 mm2 sebagai 100%, tingkat kontraksi
luka dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
Kontraksi luka (%)

Periode epitelisasi
Jaringan mati setelah luka bakar (eschar) tidak
tampak

lagi

meninggalkan

bekas

luka

atau

mengelupas dapat diambil sebagai titik akhir dari


epitelisasi lengkap. Proses pembentukan kulit di
kemudian

hari

ini

disebut

epitelisasi (Penyembuhan luka).

sebagai

periode

Analisis Statistik
Hasilnya
Perbedaan

dinyatakan
antara

sebagai
kelompok

mean

SEM.

eksperimental

dibandingkan dengan menggunakan satu arah


Analisis Varians (ANOVA) dilanjutkan dengan uji
post- hoc Tukey. Tingkat signifikansi ditetapkan
pada p < 0,05.

Hasil

Areca catechu pada kelompok perlakuan mempercepat

laju

penyusutan

luka

yang

secara

signifikan

dibandingkan dengan kontrol. yaitu hari ke-5 (p =


0,045), hari ke-7 (p = 0.031), hari ke-9 (p = 0,024) dan
hari ke-11, 13 dan 15 (p < 0,0001). Waktu luka bakar
epitelisasi (p < 0,0001) lebih cepat dalam kelompok
perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol.

Pengobatan luka bakar selalu menjadi salah satu masalah klinis yang paling
menantang. Penyembuhan luka adalah proses yang sangat kompleks, yaitu
pengembalian jaringan yang rusak ke keadaan semula sebaik mungkin.
Luka bakar adalah bentuk kerusakan jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.
Luka bakar dapat terjadi pada kulit, selaput lendir, saluran pernafasan dan
saluran cerna. Gejalanya berupa sakit, bengkak, merah dan melepuh karena
permeabilitas

pembuluh

darah

meningkat

Penelitian

sebelumnya

menyatakan bahwa polifenol dan fraksi alkaloid Areca catechu


meningkatan

penyembuhan

luka

sayatan

meningkatkan pemutusan jaringan granulasi.

dan

eksisi

luka

dapat
dengan

Dalam penelitian ini, ada peningkatan yang signifikan pada penyusutan


luka bakar

dan epitalisasi lebih bagus. Deaxmethasone menghambat

penyusutan luka, pembentukan kolagen dan jaringan granulasi.


Dapat disimpulkan bahwa Areca catechu berkhasiat untuk penyembuhan
luka bakar dibandingkan dengan pemberian dexametason. Luka yang
lebih cepat mengering juga disebabkan karena adanya kandungan tanin
pada ekstrak etanol biji pinang yang berfungsi sebagai astringent.
Astringent merupakan bahan pengencang yang mempunyai daya untuk
mengerutkan dan menciutkan jaringan kulit, sehingga pendarahan pada
luka dapat berhenti dengan cepat, dan luka lebih cepat mengering

Kesimpulan

Ekstrak etanol biji pinang (Areca catechu L.) dapat


mempercepat penyembuhan luka sayat pada tikus. Luka
yang lebih cepat mengering juga disebabkan karena
adanya kandungan tanin pada ekstrak etanol biji pinang
yang

berfungsi

sebagai

astringent.

Astringent

merupakan bahan pengencang yang mempunyai daya


untuk mengerutkan dan menciutkan jaringan kulit,
sehingga pendarahan pada luka dapat berhenti dengan
cepat, dan luka lebih cepat mengering.

Anda mungkin juga menyukai