PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Data kesetimbangan uap cair merupakan data termodinamika
BAB II
METODOLOGI PERCOBAAN
2.1
2.2
Langkah Percobaan
2.3.1
Kalibrasi dan Pengukuran Densitas
Densitas
etanol
murni
diukur
dengan
cara
dengan
menimbang
terlebih
dahulu
piknometer
+ aseton. Densitas
aseton murni
Kalibrasi Refraktometer
Kalibrasi refraktometer dilakukan karena pada saat
percobaan
utama,
komposisi
produk
tidak
diketahui.
Percobaan Utama
Percobaan utama yang dilakukan pada percobaan kali
ini adalah menentukan komposisi produk top maupun
bottom yang didapat dengan memasukkan umpan pada
ebuliometer lalu mengalurkannya pada grafik yang didapat
dari literatur yang merupakan hasil dari metode van laar.
Komposisi ditentukan dengan mengukur indeks bias produk
menggunakan refraktometer yang kemudian dikonversikan
menjadi
komposisi
refraktometer.
dengan
Umpan
menggukan
yang
kurva
dimasukkan
ke
kalibrasi
dalam
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.
Kalibrasi Refraktometer
1.37
1.36
1.35
f(x) =f(x)
0.05x
++
1.33
= 0x
1.36
R = 0.98
R = 0.11
Fraksi volum
1.37
1.36
1.35
Fraksi mol
Dari kurva kalibrasi diatas, diperoleh hubungan indeks bias dengan fraksi etanol
Gambar 3,1 kurva kalibrasi fraksi mol dan fraksi volum dengan indeks bias
Temperatur
o
( C)
Uap
0,1
81,6
0,1
0,51
0,2
79,3
0,27
0,30
0,3
77,8
0,39
0,71
0,4
77,6
0,39
1,22
Hasil diatas kemudian dapat dialurkan ke diagram T-x,y untuk membandingkan komposisi
kesetimbangan uap dan cair percobaan dengan komposisi kesetimbangan uap dan cair literatur.
Literatur yang digunakan adalah perhitungan koefisien aktifitas dengan metode Van Laar.
Komposisi kesetimbangan uap-cair literature diperoleh dari Software Aspen Hysys v8,6, Berikut
adalah perbandingan komposisi kesetimbangan uap-cair percobaan dengan literatur.
100
95
90
T (oC)
85
Fraksi mol feed = 0,1
80
75 mol feed = 0,3
Fraksi
0
0.1 0.2 0.3
0.4
0.5
Gambar 3,2 Hasil percobaan pada berbagai fraksi mol etanol umpan pada diagram T-x,y dan kurva
kesetimbangan uap-cair etanol-air percobaan dan model van Laar
Dari hasil percobaan diatas, diperoleh bahwa temperatur keseimbangan pada fraksi mol
etanol umpan 0,10 sekitar 81,6 oC. Menurut literature, temperatur keseimbangan pada fraksi mol
etanol umpan 0,10 adalah 84 94 oC. Temperatur kesetimbangan percobaan tidak sama dengan
temperatur kesetimbangan literatur, hal ini disebabkan oleh laju alir pendinginan pada kondensor
terelalu besar dibandingkan dengan laju pemanasan heater. Laju pendinginan yang terlalu besar
menyebabkan kondensasi uap etanol tidak hanya sampai saturated liquid melain kan subcooled
liquid. Subcooled liquid yang terbentuk akan jatuh ke larutan menyebabkan temperatur larutan
etanol panas menurun, sehingga hal ini meyebabkan temperatur kesetimbangan lebih kecil dari
yang seharusnya. Ketidakmampuan heater untuk memanaskan dengan efektif dapat disebabkan
oleh beberapa faktor. Faktor yang paling mungkin terjadi adalah logam yang digunakan untuk
memanaskan terlah berkarat. Meskipun ebuiliometer terbuat dari bahan stainless steel, pemanas
ebuiliometer belum tentu terbuat dari stailess steel. Pada percobaan ebuiliometer mengandung air
dan etanol yang sangat besar dan kemungkinan ada oksigen terlarut. Adanya kontak logam dengan
air dan oksigen dapat menyebabkan korosi yang menurunkan efektifitas pemanasan heater. Etanol
adalah zat yang dapat menyebabkan korosi sehingga potensi terjadinya korosi dapat terjadi.
Adanya perbedaan komposisi keseimbangan literatur dengan percobaan disebabkan oleh beberapa
faktor karena temperatur belum mencapai kesetimbangan, selain itu adalah adanya etanol yang
menguap ketika hendak dilakukan refraktometri.
Bila dilihat hasil percobaan dan kurva kesetimbangan pada gambar 3,2, hasil percobaan
menunjukan bahwa hasil percobaan mengikuti bentuk kurva kesetimbangan (kecuali hasil fraksi
mol etanol feed = 0,2 dan 0,4 ) meskipun tidak sesuai dengan fraksi mol etanol yang diumpankan.
Hal ini menandakan bahwa fraksi mol etanol yang diumpankan tidak sesuai dengan yang
direncanakan. Ketidaksesuaian ini dapat disebabkan oleh ketidaksesuaian hasil refraktormetri
dengan konsentrasi etanol pada wadah penampungan etanol pada setiap akhir run. Etanol yang
diambil untuk direfraktometri dari wadah penampungan etanol sangat berkemungkinan untuk
mengalami penguapan. Hal ini menyebabkan konsentrasi etanol yang terukur lebih kecil daripada
konsentrasi etanol sebenarnya pada wadah penampungan etanol. Pada saat pembuatan larutan
etanol, larutan dibuat dengan penambahan etanol atau air hingga konsentrasi yang diinginkan
(fraksi mol 0,1 ; 0,2 ; 0,3 ;0,4) . Basis perhitungan mengunakan etanol yang terukur oleh
refraktometer (yang konsentrasinya lebih kecil), sehingga besar kemungkinan apabila larutan yang
dibuat mengandung konsentrasi etanol yang lebih tinggi daripada seharusnnya.
Pada percobaan dengan fraski mol etanol umpan sama dengan 0,4 , diperoleh bahwa fraski
mol disilat sebear1,22, Fraksi mol tidak mungkin dapat melebihi 1, Fraksi mol yang besar ini
disebabkan oleh hasil distilat encer yang hendak direfraktormetri belum homogen, sehingga
pengukuran hasil distilat menghasilkan fraksi volum yang lebih besar dari 0,5, Fraksi volum yang
lebih besar dari 0,5 tidak mungkin terjadi pada distilat yang telah diencerkan karena disilat
diencerkan dengan mencampurkan 25 mL distilat dengan 25 mL aqua dm sehingga fraksi volum
minimum maksimum adalah 0,5, Hasil yang lebih besar dari 0,5 pasti dikarenakan oleh
pencampuran yang belum homogen.
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
4,1 Simpulan
Hasi
percobaan
menunjukkan
komposisi
etanol
pada
saat
kesetimbangan tersebar antara 0,10 0,39 untuk fasa cair dan 0,51
1,22 untuk fasa uap dengan range temperatur kesetimbangan
antara 77,6 81,6C. Data tersebut menunjukkan bahwa semakin
besar perbandingan volume etanol dalam campuran, maka semakin
banyak fraksi mol etanol dalam fasa uap dan fasa cair saat
kesetimbangan. Titik azeotrop pada percobaan ini tidak teramati.
Dari hasil percobaan dapat disimpulkan bahwa diagram T-xy hasil
percobaan menyimpang dari diagram T-xy pada literatur sebesar
35,026%.
4,2 Saran
1, Refraktometer diletakan didekat ebuiliometer
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Smith, J. M., Van Ness, dan M.M. Abbott. 2005, Intoduction to Chemical
Engineering Thermodynamics 7th Edition. USA. McGraw Hill, Inc.
Geankoplis, C.J. 1993, Transport Processes and Unit Operations 3 rd
Edition. New Jersey. Prentice-Hall International, Inc.
LAMPIRAN A
DATA LITERATUR
1. Densitas Air Pada Berbagai Temperatur
Sumber : Geankoplis, C.J. 1993, Transport Processes and Unit Operations 3 rd Edition.
New Jersey. Prentice-Hall International, Inc.
2. Berat Molekul Etanol dan Air
Berat molekul etanol
: 46 g/mol
Berat molekul air
: 18 g/mol
LAMPIRAN B
CONTOH PERHITUNGAN
etanol murni =
Dengan :
x : Fraksi volum etanol
y : Indeks bias
Saat Indeks bias = 1,357
1,357=0,0453 Fraksi volum Etanol+1,333
Fraksi volum Etanol=0,052
LAMPIRAN C
HASIL ANTARA
I.
Penentuan Densitas
Tabel C.1 Hasil pengukuran densitas larutan
II.
35,6
46,8
g
g
11,2
0,9964
44,8
g
g/mL
g
9,2
0,8184
71
0,8110
58
g
g/mL
g/mL
Kalibrasi Refraktometer
Tabel C.2 Hasil kalibrasi refraktometer
V aqua
dm (mL)
Fraksi
volum
Etanol
Fraksi
mol
etanol
10
0,000
Indeks
bias
1,3315
0,096
0,033
1,3365
0,192
0,071
1,342
0,288
0,116
1,3475
0,384
0,168
1,352
0,48
0,230
1,356
0,576
0,306
1,359
0,672
0,399
1,361
0,768
0,517
1,362
0,864
0,673
1,3615
10
0,96
0,886
1,36
V etanol
96% (mL)
III.
Fraksi
Etanol
umpan
Tem
perat
ur
Fasa
Cair
0,1
Cair
Cair
Fraksi
mol
etanol
encer
Fraksi
volu
m
25
50
1,34
0,05
0,13
6,66
25
50
1,34
0,05
0,13
6,66
25
50
1,34
0,05
0,13
6,66
25
50
1,35
0,15
0,38
18,80
25
50
1,35
0,15
0,38
18,80
25
50
1,35
0,16
0,40
19,90
25
50
1,35
0,11
0,27
13,28
25
50
1,35
0,11
0,27
13,28
25
50
1,35
0,11
0,27
13,28
25
50
1,35
0,12
0,29
14,39
25
50
1,35
0,12
0,29
14,39
25
50
1,35
0,12
0,29
14,39
25
50
1,35
0,14
0,33
16,59
25
50
1,35
0,14
0,33
16,59
25
50
1,35
0,14
0,33
16,59
25
50
1,35
0,18
0,44
22,11
25
50
1,35
0,18
0,44
22,11
25
50
1,35
0,18
0,44
22,11
25
50
1,35
0,14
0,33
16,59
25
50
1,35
0,14
0,33
16,59
25
50
1,35
0,14
0,33
16,59
25
50
1,36
0,22
0,53
26,52
25
50
1,36
0,22
0,53
26,52
25
50
1,36
0,22
0,53
26,52
v
etanol
encer
77,8
Uap
0,4
Indeks
bias
pengencer
an
79,3
Uap
0,305
Volume
encer
(mL)
81,6
Uap
0,2
Volume
Awal
(mL)
77,6
Cair
Uap
v air
encer
43,3
4
43,3
4
43,3
4
31,2
0
31,2
0
30,1
0
36,7
2
36,7
2
36,7
2
35,6
1
35,6
1
35,6
1
33,4
1
33,4
1
33,4
1
27,8
9
27,8
9
27,8
9
33,4
1
33,4
1
33,4
1
23,4
8
23,4
8
23,4
8
mol
etanol
0,12
1.01
0,12
1.01
0,12
1.01
0,33
0,34
0,33
0,34
0,35
0,28
0,23
0,65
0,23
0,65
0,23
0,65
0,25
0,59
0,25
0,59
0,25
0,59
0,29
0,47
0,29
0,47
0,29
0,47
0,39
0,16
0,39
0,16
0,39
0,16
0,29
0,47
0,29
0,47
0,29
0,47
0,47
-0,08
0,47
-0,08
0,47
-0,08
IV.
Fraksi mol
umpan
0,1
0,2
0,3
0,4
Fraksi mol
cair
uap
0,10
0,51
0,27
0,30
0,39
0,71
0,39
1,22
Literatur
cair
uap
0,24
0,56
0,25
0,575
0,4
0,64
0,4
0,64
cair
56,76
-6.13
3.50
3.50
Galat
uap
8,52
47.55
-10,77
-90,57