Anda di halaman 1dari 14

Batuk Menyebabkan Sesak Napas

Aurelia Claudia Iben


102012416
Fakultas Kedokteran Universitas Krida Wacana
Alamat korespondensi Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510

Pendahuluan
Sistem pernapasan merupakan sebuah sistem yang memungkinkan terjadinya pertukaran gas
oksigen dan karbondioksida pada waktu inspirasi dan ekspirasi. Sesak napas merupakan perasaan
sulit untuk bernapas. Sesak napas berhubungan dengan adanya gangguan pada sistem pernapasan
pada waktu inspirasi ataupun ekspirasi. Namun, dalam kasus ini sesak napas yang terjadi disebabkan
oleh batuk.
Sesak nafas adalah perasaan sulit bernapas yang terjadi ketika melakukan aktivitas fisik. Sesak
napas merupakan gejala dari beberapa penyakit dan dapat bersifat akut atau kronis. Sesak napas
dikenal juga dengan istilah Shortness Of Breath.1 Sesak napas adalah perasaan sulit bernapas
ditandai dengan napas yang pendek danpenggunaan otot bantu pernapasan.2

Definisi Sistem Pernapasan


Gabungan aktivitas mekanisme yang berperan dalam proses suplai O2 ke seluruh tubuh dan
pembuangan karbondioksida (hasil pembakaran sel).3 Respirasi adalah difusi gas antara
alveolus dan kapiler yang melakukan fungsi perfusi. Respirasi berlangsung
melalui difusi, yaitu perpindahan gas sesuai penurunan gradien konsentrasi. 4
Fungsi Pernapasan
Fungsi dasar sistem pernapasan adalah pertukaran gas dari atmosfer dengan sirkulasi darah
untuk memindahkan udara dari dan ke permukaan paru. Namun sistem pernapasan juga memiliki
fungsi lain yaitu untuk melindungi dan menjaga mukosa pernapasan dari dehidrasi, perubahan suhu
atau variasi lingkungan sekitar, mempertahankan permukaan mukosa lainnya dari invasi bakteri
1

pathogen; memproduksi bunyi atau suara untuk berbicara, bernyanyi, dan kegiatan komunikasi
verbal lainnya; menyediakan sensasi penciuman untuk dikirim ke sistem saraf pusat dari epithalium
saraf olfaktorius di bagian superior rongga hidung; serta secara tidak langsung, kapiler paru
membantu regulasi volume dan tekanan darah.5

Jenis Pernapasan
Secara garis besar pernapasan dibagi menjadi 2, yaitu3:
Pernapasan dalam (internal) yaitu pertukaran gas antara organel sel (mitokondria) dan
medium cairnya. Hal tersebut menggambarkan proses metabolisme intraseluler yang meliputi
konsumsi O2 dan pengeluaran CO2 sampai menghasilkan energi.
Pernapasan luar (eksternal) yaitu absorbsi O2 dan pembuangan CO2 dari tubuh secara
keseluruhan ke lingkungan luar. Urutan proses pernapasan eksternal adalah: pertukaran udara luar
kedalam alveolus melalui aksi mekanik pernapasan yaitu melalui proses ventilasi, pertukaran O 2 dan
CO2 yang terjadi diantara alveolus dan darah pada pembuluh kapiler paru paru melalui proses
difusi, pengangkutan O2 dan CO2 oleh sistem peredaran darah dari paru paru ke jaringan dan
sebaliknya disebut dengan proses transportasi, pertukaran O2 dan CO2 darah dalam pembuluh kapiler
jaringan dengan sel sel jaringan melalui proses difusi.3
Mekanisme Pernapasan
Mekanisme pernapasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor utama yaitu faktor kimiawi
dan faktor pengendalian oleh saraf. Beberapa faktor tertentu merangsang pusat pernapasan yang
terletak di dalam medula oblongata, apabila pusat tersebut dirangsang maka pusat pernapasan akan
mengeluarkan impuls yang disalurkan oleh saraf spinalis ke otot pernapasan yaitu otot diafragma dan
otot interkostalis. 6
Faktor pengendalian oleh saraf pusat pernapasan ialah suatu pusat otomatik di dalam medula
oblongata yang mengeluarkan impuls eferen ke otot pernapasan. Melalui beberapa radix saraf
servikalis impuls ini diantarkan ke diafragma oleh saraf frenikus dan di bagian yang lebih rendah
2

pada sumsum belakang, impulsnya berjalan dari daerah torax melalui saraf interkostalis untuk
merangsang otot interkostalis. Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot diafragma dan
interkostal yang kecepatan kira-kira lima belas kali setiap menit.Impuls aferen yang dirangsang oleh
pemekaran gelembung udara, diantarkan oleh saraf vagus ke pusat pernapasan di dalam medula. 6
Faktor

kimiawi

ini

ialah

faktor

utama

dalam

pengendalian

dan

pengaturan

frekuensi,kecepatan dan dalamnya gerakan pernapasan. Karbondioksida adalah produk dari


metabolisme, dan bahan kimia ini merangsang pusat pernapasan untuk mengirim keluar impuls saraf
yang bekerja atas otot pernapasan.Kedua, pengendalian melalui saraf dan secara kimiawi adalah
penting. Tanpa salah satunya orang tak dapat bernafas terus.6
Faktor tertentu lainnya menyebabkan penambahan kecepatan dan dalamnya pernapasan.
Gerakan badan yang kuat yang memakai banyak oksigen dalam otot untuk memberi energi yang
diperlukan untuk pekerjaan, akan menimbulkan kenaikan pada jumlah karbon dioksida di dalam
darah dan akibatnya pembesaran ventilasi paru-paru.Emosi, rasa takut dan sakit misalnya,
menyebabkan impuls yang merangsang pusat pernapasan dan menimbulkan penghirupan udara
secara kuat. Kecepatan pernapasan pada wanita lebih tinggi daripada pria. 6
Kecepatan normal setiap menit : Bayi baru lahir kecepatan bernapas sekitar 30-40 kali per menit,
anak berumur dua sampai lima tahun bernapas 24 kali per menit, orang dewasa bernapas sekitar
10-20 per menit. 6
Gerakan inspirasi atau menarik nafas adalah proses aktif yang diselenggarakan oleh kerja
otot. Kontraksi diafragma meluaskan rongga dada. Penaikan iga-iga dan sternum yang ditimbulkan
oleh kontraksi otot interkostalis juga meluaskan rongga dada. Paru-paru yang bersifat elastik
mengembang untuk mengisi ruang yang membesar itu dan udara ditarik masuk ke dalam saluran
udara. 6
Pada ekspirasi, udara dipaksa keluar oleh pengendoran otot dan karena paru-paru kempes
kembali,

disebabkan

sifat

elastik

paru-paru

itu.

Gerakan

ini

adalah

proses

pasif.

Ketika pernapasan sangat kuat, gerakan dada bertambah. Otot leher dan bahu membantu menarik
iga-iga dan sternum ke atas. Otot sebelah belakang dan abdomen juga dibawa bergerak dan alae nasi
(cuping atau sayap hidung) dapat kembang kempis.6
Ventilasi Gas
Terdapat tiga tekanan berbeda yang penting pada ventilasi :
3

Tekanan atmosfer (barometrik) adalah tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara di atmosfer
terhadap benda benda di permukaan bumi. Di ketinggian permukaan laut, ketinggian ini sama
dengan 760 mmHg. Tekanan atmosfer berkurang seiring dengan penambahan ketinggian diatas
permuakaan laut karena kolom udara diatas permukaan bumi menurun. Dapat terjadi fluktuasi minor
tekanan atmosfer akibat perubahan kondisi cuaca. 7
Tekanan intra-alveolus, yang juga dikenal sebagai tekanan intrapulmonalis, adalah tekanan dalam
alveolus. Karena alveolus berhubungan dengan atmosfer melalui saluran pernapasan, udara dengan
cepat mengalir mengikuti penurunan gradien tekanan setiap kali terjadi perbedaan antara tekanana
intra-alveolus dengan tekanan atmosfer, udara terus mengalir sampai kedua seimbang. 7
Tekanan intrapleura adalah tekanan di dalam kantung pleura. Tekanan ini dikenal sebagai tekanan
intratoraks, yaitu tekanan yang terjadi diluar paru didalam rongga toraks. Tekanan intrapleura
biasanya lebih kecil dibandingkan tekanan atmosfer, rata rata 756 saat istirahat. Tekanan
intrapleura tidak diseimbangkan dengan tekanan atmosfer atau tekanan intra-alveolus, karena tidak
terdapat hubungan langsung antara rongga pleura dan atmosfer atau paru.7
Alasan mengapa paru mengikuti gerakan dinding dada adalah adanya tekanan transmural yang
melintasi dinding paru. Tekanan intraalveolus yang setara dengan tekanan atmosfer sebesar
760mmHg lebih besar dibandingkan tekanan intrapleura sebesar 756 mmHg, sehingga di dinding
paru yang menekan keluar lebih besar dibandingkan gaya yang menekan kearah dalam. Gradien
tekanan transmural mendorong paru kearah luar, meregangkan atau mengembangkan paru. Apabila
tekanan atmosfer yang menekan dinding toraks lebih besar dibandingkan tekanan intrapleura yang
mendorong dinding tersebut kearah luar, sehingga dinding dada cenderung menciut.7
Difusi Gas
Untuk memenuhi kebutuhan oksigen di jaringan, proses difusi gas pada saat respirasi optimal.
Difusi gas adalah bergerak gas O2 dan CO2 atau partikel lain dari area yang bertekanan tinggi kearah
yang bertekanan rendah. Di dalam alveoli, O 2 melintasi membran alveoli-kapiler dari alveoli ke
darah karena adanya perbedaan tekanan PO2 yang tinggi di alveoli (100mmHg) dan tekanan darah
kapiler sistemik yang rendah (PO2 40mmHg), CO2 berdifusi dengan arah berlawan akibat perbedaan
tekanan PCO2 darah kapiler sistemik 45mmHg dan di alveoli 40mmHg. 7
Seperti di kapiler paru, O2 dan CO2 berpindah antara darah kapiler sistemik dan sel jaringan
melalui proses difusi pasif mengikuti penurunan gradien tekanan parsial. Darah arteri yang mencapai
kapiler sistemik pada dasarnya adalah darah yang sama dengan yang meninggalkan paru melalui
4

vena pulmonalis, karena dari keseluruhan sistem sirkulasi hanya terdapat dua tempat pertukaran gas,
yaitu kapiler paru dan kapiler sistemik. PO2 arteri adalah 100 mmHg dan PCO2 arteri adalah 40
mmHg. Sel secara terus menerus mengkonsumsi O 2 dan menghasilkan CO2 melalui metabolisme
oksidatif. PO2 sel besarnya rata rata 40 mmHg dan PCO 2 sekitar 46 mmHg. Oksigen berpindah
melalui perpindahan gradien tekanan parsial yaitu dari memasuki darah kapiler sistemik (PO 2 = 100
mmHg) ke dalam sel yang berdekatan (PO 2 = 40 mmHg) sampai tercipta keseimbangan. Dengan
demikian, darah vena yang meninggalkan kapiler sistemik setara dengan PO 2 jaringan dengan rata
rata 40 mmHg. Situasi yang berlawan berlaku untuk CO2. CO2 dengan cepat berdifusi ke luar sel
(PCO2 = 46 mmHg) untuk masuk ke kapiler (PCO 2 = 40 mmHg) mengikuti penurunan gradien
tekanan parsial yang tercipta akibat produksi terus menerus CO 2. Perpindahan CO2 berlangsung terus
sampai PCO2 darah dan jaringan seimbang. Dengan demikian darah yang meninggalkan kapiler
sistemik memiliki PCO2 rata - rata 46 mmHg. Darah vena yang sistemik ini akan kembali ke jantung
dan kemudian dipompa ke paru paru untuk mengulangi siklus peredaran darah. 7
Proses difusi dipengaruhi oleh faktor ketebalan, luas permukaan, dan komposisi membran,
koefisien difusi O2 dan CO2, serta perbedaan tekanan gas O2 dan CO2. Dalam difusi gas ini, organ
pernapasan yang berperan penting adalah alveoli dan darah. Adanya perbedaan tekanan parsial dan
difusi pada sistem kapiler dan cairan interstitial akan menyebabkan pergerakan O 2 dan CO2 yang
kemudian masuk pada zona respirasi untuk melakukan difusi respirasi.7
Tranportasi Gas
Transportasi gas adalah perpindahan dari paru ke jarungan dan dari jaringan ke paru dengan
bantuan aliran darah. Oksigen yang diserap darah di paru paru harus diangkut ke jaringan untuk
dapat digunakan oleh sel sel. Sebaliknya CO2 yang diproduksi oleh sel sel harus diangkut
kedalam paru untuk dieliminasi. 7
Hemoglobin merupakan suatu molekul protein yang mengandung besi, memiliki kemampuan
untuk membentuk ikatan longgar reversible dengan O 2, Hb yang berikatan dengan O2 disebut
oksihemoglobin (HbO2). Apabila tidak berikatan dengan O2 maka Hb disebut sebagai hemoglobin
tereduksi. Reaksi ini adalah reaksi pembentukan oksihemoglobin yang bersifat reversibel.
Hb

+ O2

HbO2

Masing masing dari keempat atom besi di bagian heme molekul hemoglobin mampu berikatan
dengan sebuah molekul O2, sehingga setiap molekul Hb dapat mengangkut sampai empat molekul
O2. Hemoglobin dianggap jenuh apabila semua Hb yang ada mengangkut O 2 secara maksimum.
5

Persen saturasi hemoglobin adalah suatu ukuran seberapa banyak Hb yang berikatan dengan O 2 yang
secara fisik larut dalam darah.
Pada saat darah vena yang sistemik masuk ke kapiler paru, PO 2nya lebih rendah
dibandingkan PO2 alveolus, sehingga O2 berdifusi kedalam darah dan meningkatkan PO2 darah.
Setelah PO2 darah meningkat maka presentasi Hb yang mengikat O 2 juga meningkat. Akibatnya,
sebagian besar O2 yang berdifusi kedalam darah berikatan dengan Hb, PO 2 darah turun ke tingkat
yang kira kira sama dengan tekanan pada saat memasuki paru, walaupun jumlah total O2
sebenarnya sudah meningkat. Karena PO2 darah kembali rendah daripada PO2 alveolus, maka lebih
banyak O2 yang berdifusi dari alveolus untuk kembali diserap oleh Hb. Baru setelah Hb tidak dapat
lagi menyimpan O2 yaitu ketika Hb mengalami saturasi maksimum, semua O2 yang terlarut kedalam
darah menentukan PO2. Pada saat inilah PO2 darah seimbang dengan PO2 alveolus dan perpindahan
O2 lebih lanjut terhenti. Situasi sebaliknya berlaku di kapiler jaringan. PO 2 darah yang masuk ke
kapiler sistemik memiliki tekanan yang lebih besar, sehingga O 2 segera berdifusi ke jaringan
sekitarnya, sehingga PO2 darah turun. Pada saat PO2 darah turun, maka Hb dipaksa untuk
melepaskan O2 simpanannya. Setelah Hb tidak dapat lagi nuntuk melepaskan O2 kedalam larutan,
PO2 darah baru dapat menjadi serendah PO2 jaringan sekitarnya. 7
Sewaktu darah arteri mengalir melalui kapiler jaringan, CO 2 berdifusi mengikuti penurunan
gradien tekanan parsialnya dari sel jaringan kedalam darah. Karbondioksida diangkut kedalam darah
dengan tiga cara yaitu, terlarut secara fisik; terikat ke Hb; dan sebagai bikarbonat. Seperti O 2 yang
larut, jumlah CO2 yang larut secara fisik bergantung pada PCO 2. Namun hanya 10% dari kandungan
CO2 total yang diangkut dengan cara ini pada kadar PCO2 vena sistemik normal. Tiga puluh persen
CO2 lainnyaberikatan dengan Hb untuk membentuk karbaminohemoglobin. Karbon dioksida
berikatan dengan bagian globin dari Hb, berbeda dengan O 2 yang berikatan pada bagian heme. Cara
terpenting dalam pengangkutan CO2 adalah ion bikarbonat yaitu sekitar 60% CO2, dengan reaksi
sebagai berikut.
CO2 + H2O

H2CO3

H+ + HCO3-

Pada langkah pertama CO2 akan berikatan dengan H2O untuk membentuk asam karbonat.
Reaksi ini dapat berlangsung dengan sangat lama di plasma, tetapi sangat cepat di sel darah merah
karena adanya enzim eritrosit karbonat anhidrase yang menkatalisasi reaksi. Seperti asam lainnya,
molekul molekul asam karbonat secara spontan terurai menjadi ion hidrogen (H +). Ketika reaksi ini
berlanjut, HCO3- dan H+ mulai terakumulasi di dalam sel darah merah di kapiler sistemik.
Membransel darah merah memiliki pembawa HCO 3-_Cl- yang secara pasif mempermudah difusi ion
6

ion ini ke dalam arah yang berlawanan menembus membran. Membran relatif impermeable
terhadap H+. Akibatnya HCO3- beridifusi mengikuti penurunan gradien konsentrasinya keluar
eritrosit untuk masuk kedalam plasma tanpa diikuti oleh H+ . Ion Cl- menggantikan HCO3-, dengan
pergeseran yang disebut pergeseran klorida (chloride shift). Kemudian ion H+ akan diikat oleh Hb
untuk dibawa kedalam paru.7
Reflex Batuk
Reflex batuk muncul karena adanya mekanisme yang berurutan dari komponen reflek batuk,
adapun komponen reflex batuk adalah reseptor, saraf aferen, pusat batuk, saraf aferen dan efektor.
Reseptor batuk tersebar di laring, trakea, bronkus, telinga, lambung, hidung, sinus paranasal, faring
dan pericardium serta diaphragm. Saraf yang berperan sebagai aferen yaitu n.vagus, n.trigeminus dan
n.phrenicus. Pusat batuk tersebar merata di medulla dekat dengan pusat pernapasan. Saraf eferen
yaitu n.vagus, n.phrenicus, n.intercostal, n.lumbalis, n.facial, n.hipoglossus. sedangakn yang
bertindak sebagai efektor adalah otot laring, trakea, bronkus, diaphragma, interkostal dan abdominal.
Adanya rangsangan pada reseptor batuk (eksogen dan endogen) akan diteruskan oleh saraf
aferen ke pusat batuk di medulla. Dari pusat batuk, impuls akan diteruskan oleh saraf eferen ke
efektor yaitu beberapa otot yang berperan dalam respiratorik. 8
Proses terjadinya batuk yaitu yang pertama inspirasi dalam meningkatkan volume gas yang
terinhalasi. Semakin dalam inspirasi semakin gas yang terhirup, teregang otot-otot napas dan
semakin meningkat tekanan positif intratorakal.

Yang kedua adalah kompresi yaitu terjadinya

penutupan glottis setelah udara terhirup pada faseinspirasi. Penutupan glottis kira-kira berlangsung
selama 0,2 detik. Tujuan penutupan glottis adalah untuk mempertahankan volume paru pada saat
tekanan intratorakal besar. Pada keadaan ini terjadi pemendekan otot ekspirasi dengan akibat
kontraksi otot ekspirasi, sehingga akan meningkatkan tekanan intratorakal dan juga intra abdomen.
Yang ketiga ekspirasi dimana glottis terbuka dan adanya tekanan intratorakal dan intra abdomen
yang tinggi maka terjadilah proses ekspirasi yang cepat dan singkat (disebut juga eksplusif).
Derasnya aliran udara yang sanagt kuat dan cepat maka terjadilah pembersihan bahan-bahan yang
tidak diperlukan seperti mucus, dan lain-lain. Dan yang terakhir adalah relaksasi yang terjadi dari
otot-otot respiratorik. Waktu relaksasi dapat terjadi singkat ataupun lama tergantung rangsangan pada
reseptor batuk berikutnya.8
Struktur Sistem Pernapasan Secara Makro dan Mikro
Saluran pernapasan digolongkan menjadi dua berdasarkan letaknya, yaitu3:
7

Saluran pernapasan bagian atas (Upper Respiratory Airway) dengan fungsi utama : Air
conduction (penyalur udara), sebagai saluran yang meneruskan udara menuju saluran napas bagian
bawah untuk pertukaran zat. Protection (perlindungan), sebagai pelindung saluran napas bagian
bawah agar terhindar dari masuknya benda asing. Warming, Filtrasi, dan Humidities yakni sebagai
bagian yang menghangatkan, menyaring, dan memberi kelembapan uadar yang diinspirasi (dihirup).
Saluran pernapasan bagian bawah (Lower Airway) yang secara umum dibagi menjadi dua
komponen berdasarkan fungsinya, yaitu: saluran udara konduktif dimulai dari rongga hidung menuju
faring, laring, trakhea, bronkus, bronkiolus, dan terakhir bronkiolus terminalis. Zona respirasi terdiri
atas saluran bronkiolus respiratorius dan alveoli. 9
Struktur dari sistem pernapasan terdiri dari beberapa alat pernapasan, yaitu :
Hidung dibentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang rawan (cartilage). Hidung dibentuk oleh
sebagian kecil tulang sejati, sisanya terdiri atas kartilago dan jaringan ikat (connective tissue). Pada
bagian ujung dan pangkal hidung ditunjang oleh tulang nasalis. Rongga hidung dibagi menjadi dua
bagian oleh septum nasalis, yaitu bagian kiri dan kanan. Bagian depan septum ditunjang oleh tulang
rawan, sedangkan bagian belakang ditunjang oleh tulang vomer dan tonjolan tulang ethmoid. Bagian
bawah rongga hidung dibatasi oleh tulang palatum, dan maksila. Bagian atas dibatasi oleh ethmoid,
bagian samping oleh tulang maksila, konka nasalis inferior, dan ethomoid sedangkan bagian tengah
dibatasi oleh septum nasalis. 9
Pada dinding lateral terdapat tiga tonjolan yang disebut konka nasalis superior, konka media
dan konka inferior. Melalui celah-celah pada ketiga tonjolan ini udara inspirasi akan dipanaskan oleh
darah di dalam kapiler dan dilembapkan oleh lendir yang disekresikan oleh sel goblet. Lendir juga
dapat membersihkan udara pernapasan dari debu. Bagian atas dari rongga hidung terdapat daerah
olfaktorius, yang mengandung sel-sel pembau. Sel-sel ini berhubungan dengan saraf otak pertama
(nervus olfaktorius). Panjangnya sekitar 10 cm. Udara yang akan masuk ke dalam paru-paru pertama
kali akan masuk melalui hidung terlebih dahulu. Sekitar 15.000 liter udara setiap hari akan melewati
hidung. Rongga hidung mengandung rambut (fimbrae) yang berfungsi sebagai penyaring (filter)
kasar terhadap benda yang masuk. Pada permukaan (mukosa) hidung terdapat epitel bersilia yang
mengandung sel goblet. Sel tersebut mengeluarkan lender sehingga dapat menangkap benda asing
yang masuk kedalam saluran pernapasan. Reseptor bau terletak pada cribriform plate, didalamnya
terdapat ujung saraf cranial I (Nervous Olfaktorius). Hidung berfungsi sebagai jalan napas, pengatur
udara, pengatur kelembapan udara (Humidifikasi), pengatur suhu, pelindung dan penyaring udara,
indra pencium dan resonator udara. Fungsi hidung sebagai pelindung dan penyaring dilakukan oleh
8

vibrissa, lapisan lendir dan enzim lisozim. Vibrissa adalah rambut pada vestibulum nasi yang
bertugas sebagai penyaring debu dan kotoran. Apabila kotoran dan debu masih dapat melewati
vibrissa akan melekat pada lapisan lendir dan selanjutnya dikeluarkan oleh reflek bersin. Jika dalam
udara masih terdapat bakteri (partikel sangat kecil), maka enzim lisozim yang menghancurkannya.3

Sinus paranasalis merupakan daerah terbuka pada tulang kepala, yang terdiri dari sinus frontalis,
sinus ethmoidalis, sinus sphenoidalis, dan sinus maxillaris. Sinus frontalis terletak didalam tulang
dahi, masing masing di kiri dan kanan pangkal hidung dan diatas sudut mata. Sinus maxillaris
adakalanya dikenal sebagai antrum Highmore, terletak dikanan dan kiri hidung di dalam tulang
maxillaris.8 Sinus berfungsi untuk : Membantu menghangatkan dan humidifikasi, meringankan berat
tulang tengkorak, mengatur bunyi suara manusia dengan ruang resonansi3
Laring adalah tabung tak teratur yang menghubungan faring dan trakea. Di dalam lamina propia
terdapat sejumlah tulang rawan laryngeal. Tulang rawan yang lebih besar (tiroid, krikoid, dan
kebanyakan aritenoid) adalah tulang rawan hialin dan beberapa diantaranya mengalami perkapuran
pada orang tua. Tulang rawan yang lebih kecil (epiglotis, kuneiform, kornikulata, dan ujung
aritenoid) adalah tulang rawan elastis. Ligamen yang mengikat tulang tulang rawan ini kebanyakan
berartikulasi dengan otot intrinsik laring. Selain berfungsi sebagai penyokong, tulang rawan ini juga
berfungsi sebagai katup untuk mencegah makanan atau cairan yang ditelan memasuki trakea. Mereka
juga berfungsi sebagai penghasil nada untuk fonasi. 10
Faring merupakan percabangan 3 saluran, nasofaring, orofaring, dan laringofaring. Naso faring
terdapat pada superior di area epiter bersilia (pseudo stratified) dan tonsil (adenoid), serta merupakan
muara tuba eustachius. Adenoid atau faringeal tonsil berada di langit langit nasofaring.
Tenggorokan dikelilingi oleh tonsil, adenoid, dan jaringan limfoid lainnya. Struktur tersebut penting
sebagai mata rantai nodus limfatikus untuk menjaga tubuh dari invasi organism yang masuk ke
hidung dan tenggorokan. Orofaring berfungsi untuk menampung udara dari nasofaring dan makanan
dari mulut. Pada bagian ini terdapat tonsila palatine (posterior) dan tonsila lingualis (dasar lidah).
Laringofaring merupakan bagian terbawah faring yang berhubungan dengan esophagus dan pita
suara (vocal cord) yang berada didalam trakea. Laringofaring berfungsi pada saat menelan dan
respirasi. Laringofaring terletak didepan pada laring, sedangkan trakea terdapat dibelakang.3
Trakea merupakan cincin tulang rawan yang tidak lengkap (16-20cincin), panjang 9-11 cm
dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos dan lapisan mukosa .
9

Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya 10 cm. Trakea dipisahkan menjadi dua bronkus yaitu
bronkus kanan dan bronkus kiri. Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang
rawan. Enam belas sampai dua puluh cincin tulang rawan hialin berbentuk C, yang terdapat dalam
lamina propia, berfungsi menjaga agar lumen trakea tetap terbuka. Ujung terbuka dari cincin yang
berbentuk C terletak di permukaan posterior trakea. Ligamen fibroelastis dan berkas berkas otot
polos (muskulus trakealis) terikat pada periosteum dan menjembatani kedua ujung bebas tulang
rawan berbentuk C ini. Ligamen mencegah overdistensi dari lumen, sedangkan muskulus
memungkinkan lumen menutup. Pada bagian dalam trakea epitelnya memiliki silia. Silia-silia ini
berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.10
Bronkus memiliki struktur yang sama dengan trakea, yang dilapisi oleh sejenis sel yang sama
dengan trakea yang berjalan ke bawah menuju paru-paru. Tulang rawan bronkus berbentuk tidak
lebih teratur dibandingkan tulang rawan trakea. Dengan mengecilnya garis tengah bronkus, maka
cincin tulang rawan digantikan oleh lempeng lempeng atau pulau pulau tulang rawan hialin. Di
bawah epitel dalam lamina propia bronkus tampak adanya lapisan otot polos yang terdiri atas berkas
otot polos yang diatur secara berpilin. Lamina propia banyak mengandung serat elastin, serta
kelenjar serosa dan mukosa, yang salurannya bermuara ke lumen bronkus. Banyak limfosit terdapat
pada lamina propia dan diantara sel sel epitel, dan terdapat limfonodulus di tempat percabangan
bronkus.10
Bronkus terbagi menjadi dua cabang :
Bronkus prinsipalis dekstra
Panjangnya sekitar 2,5 cm masuk ke hilus pulmonalis. Pada masuk ke hilus, bronkus
prinsipalis dekstra bercabang tiga menjadi bronkus lobularis medius, bronkus lobularis inferior,
bronkus lobularis superior.
Bronkus prinsipalis sinistra
Lebih sempit dan lebih panjang serta lebih horizontal dibanding bronkus kanan, panjangnya
sekitar 5 cm berjalan ke bawah aorta dan di depan esophagus, masuk ke hilus pulmonalis kiri dan
bercabang menjadi dua, yaitu bronkus lobularis inferior, bronkus lobularis superior.
Bronkiolus

10

Dari tiap-tiap bronkiolus masuk ke dalam lobus dan bercabang lebih banyak dengan diameter
kira-kira 5 mm. Bronkiolus tidak memiliki tulang rawan maupun kelenjar dalam mukosanya, sel
goblet tersebar pada epitel segmen awal. Pada bronkiolus yang lebih besar, epitelnya adalah
bertingkat bersilindris bersilia, yang makin memendek dan makin sederhana dan menjadi epitel
selapis silindris bersilia atau selapis kuboid pada bronkiolus terminal yang lebih kecil. Epitel
bronkiolus terminal juga mengandung sel Clara. Sel sel ini tidak memiliki silia, pada bagian
apikalnya terdapat kelenjar sekretorik dan diketahui mensekresi glikosaminoglikan yang mungkin
melindungi lapisan bronkiolus. Bronkiolus juga memperlihatkan daerah spesifik yang disebut badan
neuroepitel. Badan ini dibentuk oleh kumpulan 80-100 sel yang mengandung granul sekresi dan
menerima ujung saraf kolinergik. Setiap bronkiolus terminalis bercabang menjadi bronkiolus
respiratorius yang berfungsi sebagai daerah peralihan antara bagian konduksi dan bagian respirasi
dari bagian pernapasan. Mukosa bronkiolus respiratorius identik dengan bronkiolus terminalis
kecuali dindingnya yang diselingi oleh banyak alveolus sakular tempat terjadi pertukaran gas. Bagian
dari bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel kuboid bersilia dan sel Clara, tetapi pada tepi muara
alveolus, epitel bronkiolus menyatu dengan sel sel alveolus tipe I. Makin kearah distal dari bronkus
respiratorius, jumlah muara alveolus ke dalam dinding bronkiolus makin banyak dan tabung itu kini
disebut duktus alveolaris. Duktus alveolaris dan alveolus keduanya dilapisi oleh sel alveolus gepeng
yang sangat halus.
Paru- paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
gelembung. Paru-paru terbagi menjadi dua yaitu paru-paru kanan tiga lobus dan paru-paru kiri dua
lobus . Paru-paru terletak pada rongga dada yang diantaranya menghadap ke tengah rongga dada /
kavum mediastinum.
Setiap paru berbentuk kerucut dan memiliki apeks yang meluas ke dalam leher sekitar 2,5 cm diatas
clavicula, permukaan costo-vertebral yang menempel pada bagian dalam dinding dada, dan
permukaan mediastinal yang menempel pada pericardium dan jantung, dan basis yang terletak pada
diafragma.
Sirkulasi dalam paru mencakup pembuluh nutrient (sistemik) dan fungsional (pulmoner). Sirkulasi
fungsional diwakili oleh arteri dan vena pulmoner. Arteri pulmoner berdinding tipis, karena
rendahnya tekanan didalam sirkulasi pulmoner. Arteri ini mengandung lebih banyak sel otot polos
dan serat elastin daripada vena pulmoner. Arteri memiliki membran elastika interna yang tidak
terdapat pada vena pulmoner. Didalam paru arteri pulmoner bercabang, mengikuti percabangan
bronkus. Cabang cabanganya dikelilingi oleh adventisia dari bronkus dan bronkiolus. Pada tingkat
11

duktus alveolaris, cabang arteri ini membentuk jalinan kapiler dalam septum intraalveolus dan dekat
sekali dengan epitel alveolus.
Baik saraf simpatis maupun serat eferen parasimpatis mempersarafi paru, dan juga terdapat
serat aferen viseral umum, yang membawa sensasi nyeri sukar dilokalisasi. Hampir seluruh saraf ini
terdapat dalam jaringan ikat yang mengelilingi jalan napas yang lebih besar. Stimulasi parasimpatis
melalui nervus vagus, berakibat konstriksi bronkus, sedangkan stimulasi simpatis menyebabkan
dilatasi bronkus.
Paru paru dibungkus oleh pleura. Pleura terdiri dari 2 lapisan yaitu pleura parietal dan
viseral, yang saling berhubungan di daerah hilum. Kedua membran itu terdiri atas sel mesotel yang
bertempat diatas lapisan jarangan ikat halus yang mengandung serat kolagen dan serat elastin. Serat
elastin pleura viseral berhubungan dengan yang berasal dari parenkim paru. Dalam keadaan normal,
rongga pleura ini mengandung sedikit cairan yang bekerja sebagai agen pelumas, yang
memungkinkan permukaan satu terhadap lainnya secara halus selama gerakan pernapasan.

Alveolus adalah penonjolan (evaginasi) mirip kantung, bergaris tengah kurang lebih 200m.
Secara struktural, alveolus menyerupai kantong kecil yang terbuka pada satu sisinya, mirip sarang
lebah. Didalam struktur ini terjadi pertukaran oksigen dan CO 2 antara udara dan darah. Struktur
dinding alveolus dikhususkan untuk memudahkan dan memperlancar difusi antara lingkungan luar
dan lingkungan dalam. Umumnya setiap dinding terletak antara 2 alveolus bersebelahan disebut
septum atau dinding interalveolus. Satu septum interalveolus terdiri atas 2 lapis epitel selapis gepeng
tipis, dan mengandung kapiler, fibroblast serat elastin dan reticular,makrofrag. Septum interalveolus
terdiri dari 5 sel utama: Sel alveolus tipe I (8%), sel endotel kapiler (30%), sel alveolus tipe II (16%),
sel interstitial (36%), dan sel makrofag alveolar (10%).10
Volume Kapasitas Paru
Volume paru dan kapasitas paru ditentukan: 7 Tidal Volume. Volume yang keluar masuk paru
selama satu kali bernapas. Nilai rata rata pada keadaan istirahat 500ml. Volume cadangan inspirasi.
Violume tambahan yang dapat secara maksimal dihirup melebihi tidal volume istirahat. VCI
dihasilkan oleh kontraksi maksimum diafragma, otot antariga eksternal, dan otot inspirasi tambahan.
Nilai rata rantanya adalah 3000ml. Kapasitas inspirasi. Volume maksimum udara yang masih dapat
dihirup setelah ekspirasi normal tenang. Nilai rata ratanya 3500ml. Volume cadangan ekspirasi.
12

Volume tambahan udara yang secara aktif dikeluarkan oleh kontraksi maksimum melebihi udara
yang dikeluarkan secara pasif pada akhir tidal volume biasa. Nilai rata ratanya 1000ml. Volume
residual. Volume minimum udara yang masih tersisa di paru bahkan setelah ekspirasi maksimum.
Nilai rata ratanya 1200ml. Volume residual tidak dapat langsung diukur dengan spirometer karena
volume ini tidak keluar masuk paru. Kapasitas residual fungsional. Volume udara di paru pada akhir
ekspirasi normal. Nilai rata ratanya 2200ml.
Kapasitas vital. Volume maksimum udara yang masih dapat dikeluarkan selama satu kali
bernapas setelah inspirasi maksimum. Subyek mula mula melakukan inspirasi maksimum
kemudian melakukan ekspirasi maksimum. Nilai rata ratanya 4500ml. Kapasitas paru total. Volume
udara maksimum yang dapat ditampung oleh paru. Nilai rata- ratanya 5700ml.10
Kesimpulan
Sistem pernapasan memiliki fungsi yang tidak hanya berhubungan untuk respirasi, tetapi juga
sebagai alat pembau, untuk mengatur tekanan kapiler darah, dan lainnya. Sesak napas merupakan
salah satu contoh gangguan sistem pernapasan yang berhubungan dengan fungsi pernapasan sebagai
fungsi untuk respirasi. Dan sesak napas juga dapat disebabkan oleh batuk.

13

Daftar Pustaka
1. Cerdas

atasi

sesak

napas.Edisi

Februari

2008.

Diunduh

http://medicastore.com/neo_napacin/sesak_napas.htm. 18Mei 2013.


2. Definisi
sesak.
Edisi
Januari
2011.
Diunduh

dari
dari

:
:

http://www.scribd.com/doc/47975401/DEFINISI-SESAK. 18 Mei 2013.


3. Somantri I. Asuhan keperawatan pada pasien dgn gangguan sistem pernapasan.Jakarta :
Salemba Medika.2008.h.1-8.
4. Corwin EJ.Buku saku patofisiologi corwin.Jakarta : EGC.2009.h.524.
5. Mutaqqin A.Buku ajar asuhan keperawatan dengan gangguan sistem pernapasan.Jakarta :
Salemba Medika.2008.h.27-8.
6. Kecepatan dan pengendalian

pernapasan.Edisi

Februari

2011.

Diunduh

dari

http://biologi24.wordpress.com/2011/02/19/kecepatan-dan-pengendalian-pernapasan/. 18 Mei
2013.
7. Sherwood L.Fisiologi manusia. Edisi ke-2.Jakarta : EGC.2001.h.434-46.
8. Reflex batuk. Diunduh dari: http://drardisantoso.com/wpcontent/uploads/2011/10/batuk.png.
18 Mei 2013.
9. Pearce CE. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis.Cet-33. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama.2009.h.58.
10. Junqueira LC, Carneiro J,Kellly RO.Histologi dasar.Jakarta : EGC.2000.h.338-47

14

Anda mungkin juga menyukai