PROFIL INDUSTRI
1.1
Sejarah Industri
Pangan industri rumah tangga (PIRT) Sohu dan Basreng RIZKY berdiri
sejak tahun 1998, sampai saat ini belum mendapatkan sertifkat PIRT yang secara
resmi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung. Pemilik dari PIRT RIZKY
yaitu bapak Tikno dengan latar belakang pendididkan lulusan SD.
1.2
Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat. Luas lahan 15x7
m2, dengan jarak ke Puskesmas 2 kilometer. Industri rumahan ini dekat dengan
pasar Banjaran Kota dan rumah penduduk yang padat sehingga keadaan
sekitarnya kotor dan berdebu serta jarak dari indusrti rumahan dengan
pembuangan sampah 200 meter.
1.3
1.4
ruangan dan dua lantai yang bersatu dengan rumah pemilik. Lantai satu terdiri dari
dua ruangan, untuk ruangan pertama pada lantai satu dengan ukuran 2,5x2 m2
sebagai tempat pembuatan adonan sohu dan basreng, alat yang digunakan pada
ruangan pertama diantaranya triplek ukuran 50x50 cm sebanyak 10 buah, wadah
tahu 10 buah, rak 1 buah, 3 kursi duduk, 3 ember adonan dan 3 tampah. Kondisi
ruangan lantai kramik, berdinding tembok yang terlihat licin dan kotor, langitlangit ditutup triplek dengan kondisi kotor.
merebus baso dan sebagai tempat pembuangan minyak dan air bekas rebusan
baso.
Lantai dua terdapat dua ruangan besar, satu ruangan sebagai tempat
penyimpanan bahan dasar dintaranya bawang putih, terigu dan sebagai tempat
bubuk dari sohu hasil pemilihan untuk dijual ke peternak ayam dan ikan. Satu
ruangan lain sebagai tempat pengemasan sohu dan basreng ke plastik dengan
sebelumnya ditiriskan dulu dengan kipas angin supaya ketika dimasukan kedalam
plastik tidak menguap.
1.5
kuniran 80 kg, 100 kg tepung aci, bawang putih 2 kg, garam bata 4, petcin 2 ons,
dan plastik. Bahan dasar ini didapatkan dari pasar yang jaraknya tidak jauh dari
industri rumahan RIZKY yang habis dalam sehari dan tidak menyimpan bahan
dasar selama beberapa hari kedepan.
dipasar sebagai tempat pengolahan bahan dasar dan dirumah sebagai tempat
karyawan yang sakit langsung berobat ke dokter terdekat dan bila diberikan waktu
untuk istirahat selama 1 hari. Namun ketika karyawan sakit berat pemilik
perusahaan menyuruh pulang kerumahnya untuk sementara waktu sampai
BAB II
HIGIENE PERUSAHAAN, ERGONOMI, KESEHATAN DAN
KESELAMATAN KERJA (HIPERKES)
10
11
2.1.2
terlihat jarang dibersihkan dan terdapat jaring laba laba. Dinding ruangan terbuat
dari tembok dan lantai terbuat dari keramik yang kedap air, namun terlihat kotor
dan jarang dibersihkan. Peralatan yang digunakan antara lain baskom plastik
tempat adonan dan garpu untuk mengambil adonan, yang mudah dibersihkan.
Namun untuk tempat hasil pencetakan hanya disimpan di potongan kayu triplek.
12
13
Penggorengan
Alat merebus
14
Sumber air
15
Ruang pengemasan
Tempat pengeringan
Ruang penyimpanan
Gambar 2.5. Tempat Penyimpanan dan Pengemasan Produk
2.2
Perilaku Pekerja dalam Pengolahan Hasil Industri
2.2.1 Kesehatan Karyawan
Karyawan yang dibolehkan untuk bekerja adalah karyawan dalam keadaan
sehat.Apabila terdapat karyawan yang sakit maka pemilik usaha membiarkan
karyawannya untuk tidak masuk kerja dan beristirahat di rumah. Hasil dari
inspeksi sarana industry rumah tangga ini, menunjukkan hasil yang baik. Hal ini
dikarenakan karyawan yang bekerja dalam keadaan sehat.
2.2.2 Kebersihan Karyawan
Karyawan terlihat cukup menjaga kebersihan badannya. Sebagian
karyawan juga mengenakan pakaian kerja yang cukup bersih. Namun tidak
disertai dengan penutup kepala, sarung tangan, masker dan sepatu kerja.
16
Kebiasaan Karyawan
Karyawan yang bekerja tidak terlihat sambil makan dan minum, berbicara,
merokok, meludah, bersin atau batuk kearah produk yang sedang diolah. Namun
terlihat sambil bermain handphone dan terdapat karyawan yang mengenakan
perhiasan seperti gelang. Hal ini dapat mengakibatkan pencemaran produk.Hasil
17
dari inspeksi sarana industry rumah tangga ini, menunjukkan hasil yang kurang
baik.
Ergonomi
Karyawan yang mencetak basreng, sohu dan siomay, bekerja dengan posisi
duduk dilantai dialasi dengan dingklik. Secara ergonomi posisi initidak baik untuk
bekerja dalam jangka waktu yang cukup lama, tentunya harus diikuti dengan
istirahat sejenak. Karyawan yang mencetak makanan ini bekerja dalam posisi
duduk sepanjang hari. Apabila karyawan merasa pegal, mereka berhenti sejenak
untuk istirahat. Karyawan yang bertugas untuk menggoreng dan merebus bahan
makanan, bekerja dalam posisi berdiri sepanjang hari. Sama halnya dengan
karyawan yang bertugas mencetak bahan makanan, mereka beristirahat sejenak
untuk duduk apabila sudah terasa pegal. Ketika sedang menggoreng produksi
makanan, karyawan tidak menggunakan APD seperti pakaian lengan panjang,
masker, ataupun sarung tangan. Hal ini dapat membahayakan keselamatan
karyawan.Karyawan yang bertugas mengemas produk jadi, bekerja dengan posisi
18
duduk di lantai tanpa alas dan tanpa meja.Mereka bekerja sepanjang hari dan
apabila merasa sudah pegal, mereka beristirahat sejenak.
Hal ini dapat meningkatkan terjadi risiko cedera yang didapatkan oleh
karyawan. Sering kali setiap karyawan mengeluhkan nyeri leher dan nyeri
pinggang. Meskipun hal ini sering mereka rasakan dan mengganggu aktifitas
mereka dalam pembuatan makanan, namun tidak mempengaruhi jumlah produksi
makanan yang dihasilkan.
2.4.
19
20
21
22
2.5.
KeselamatanKerja
Pada lingkungan kerja terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan
23
24
masih bergabung dengan rumah pemilik. Pada industry olahan basreng ini
terdapat limbah yang cukup berbahaya terhadap lingkungan. Limbah padat hasil
sisa produksi dibuang ke tempat sampah atau tempat pembuangan kompleks
perumahan sedangkan limbah cair hasil sisa produksi mengotori lingkungan
sekitar karena dibuang melalui saluran pembuangan air ataupun selokan di depan
industri rumah tangga (IRT) basreng tersebut. Berdasarkan pedoman pemeriksaan
sarana industry rumah tangga, industry rumah tangga (IRT) pembuatan basreng ini
mendapatkan nilai kurang.
25
26
2.7.
27
BAB III
PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN
3.1.
Kebiasaan karyawan tidak menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti masker,
sarung tangan, alas kaki dan celemek selama melakukan proses produksi dan
pengolahan PIRT sohu dan basreng
Kebiasaan karyawan tidak pernah mencuci tangan sebelum mengolah adonan dan
membungkus hasil pengolahan PIRT sohu dan basreng
Kebiasaan beberapa karyawan memakai baju lengan pendek dan celana pendek
selama proses produksi dan pengolahan PIRT sohu dan basreng
Kebiasaan beberapa karyawan menggunakan handpone (HP) selama proses
pembungkusan PIRT sohu dan basreng
Jenis lantai keramik dengan kondisi lantai licin membuat beberapa karyawan
mengeluhkan ada yang terpeleset namun tidak sampai jatuh
Jumlah ventilasi yang ada sebanyak 2 buah sehingga sirkulasi udara terganggu dan
terasa pengap diruangan penggorengan PIRT sohu dan basreng
Jamban yang tersedia digunakan tidak hanya sebagai mandi karyawan namun juga
airnya sebagai bahan untuk merebus basreng dan baso
Tempat tidur karyawan disatukan dengan pengemasan sohu dan basreng, dengan
satu kamar untuk perempuan bersatu dengan penyimpanan sohu dan basreng jadi.
Tata letak untuk penyimpanan tabung gas berada dekat proses penggorengan
28
Tabel 3.2.
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
DAFTAR
MASALAH
A
B
C
D
E
F
G
H
I
I
P
RI
DU
SB
PB
PC
4
4
4
4
4
4
5
4
4
5
4
4
4
4
4
5
4
4
5
4
4
5
5
5
3
4
4
4
4
3
4
4
4
2
3
4
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
3
4
3
4
4
3
3
5
5
3
3
4
3
4
3
3
5
5
5
5
5
4
5
5
4
5
5
5
3
5
4
5
5
4
JUMLAH
IXTXR
775
725
625
560
700
448
650
625
416
PRIORITAS
1
2
6
7
3
8
4
5
9
tersebut yaitu kebiasaan karyawan tidak menggunakan alat pelindung diri (APD)
seperti masker, sarung tangan, alas kaki dan celemek selama melakukan proses
produksi dan pengolahan PIRT sohu dan basreng, maka pemecahan masalah yang
kami ambil adalah dengan menyediakan alat pelindung diri untuk jangka waktu
satu bulan, diharapkan untuk kedepannya pemilik dapat menyediakan alat
pelindung diri bagi keselamatan karyawan.
29
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada PIRT Sohu dan Basreng RIZKY
maka dapat disimpulkan bahwa terdapat masalah mengenai penggunaan alat
pelindung diri (APD) seperti masker, sarung tangan, alas kaki dan celemek selama
melakukan proses produksi. Maka dari itu dilakukan penanggulan masalah berupa
sosialisasi
kepada
pihak
penanggungjawab
PIRT
tentang
pentinganya
30
c. Peneliti
Dapat melakukan observasi lebih lanjut ke jenis industri non formal
lainnya untuk mengamati masalah-masalah yang terjadi disana.