Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1.

Definisi
Kesadaran didefinisikan sebagai ketanggapan terhadap rangsang yang berasal dari

lingkungan diluar tubuh dan rangsangan yang berasal dari dalam tubuh serta kemampuan
untuk memberikan respon yang adekuat terhadap rangsangan tersebut. Kesadaran dibentuk
oleh 2 komponen yaitu formation reticularis dan cortex cerebri. Formation reticularis
berperan dalam keadaan bangun. Cortex serebri dibutuhkan untuk keadaan waspada, yaitu
kemampuan individu untuk bereaksi terhadap stimulus dan berinteraksi dengan
lingkungan.
Gangguan kesadaran yaitu keadaan dimana tidak terdapat aksi dan reaksi
walaupun dirangsang secara kasar.
1.2.

Klasifikasi
Kesadaran dapat di klasifikasi / di kategori :
1. Kompos mentis
Sadar sepenuhnya baik terhadap dirinya maupun lingkungan. Pada kompos
mentis ini aksi dan reaksi bersifat adekuat yang tepat dan sesuai.
2. Apatis
Keadaan pasien yang tampak segan dan acuh tak acuh terhadap lingkungan
3. Delirium
Penurunan kesadaran disertai kekacauan motorik dan siklus tidur bangun yang
terganggu. Pasien tampak gelisah, kacau, disorientasi dan meronta-ronta.
4. Somnolen
Mengantuk yang masih dapat dipulihkan bila diberi rangsangan tapi saat
rangsangan dihentikan, pasien tertidur lagi. Pada somnolen jumlah jam tidur
meningkat dan reaksi psikologis lambat.
5. Stupor/Soporous
Keadaan mengantuk yang dalam. Pasien masih dapat dibangunkan dengan
rangsangan kuat tetapi pasien tidak terbangun sempurna dan tidak dapat memberi
jawaban verbal yang baik. Pada stupor/soporous refleks kornea dan pupil baik, BAB
dan BAK tidak terkontrol. Stupor disebabkan oleh disfungsi serebral organic difus.
6. Semi koma

Penurunan kesadaran yang tidak memberi respon terhadap rangsangan verbal


dan tidak dapat dibangunkan sama sekali, tapi refleks kornea dan pupil masih baik.
7. Koma
Penurunan kesadaran yang sangat dalam, tidak ada gerakan spontan dan tidak
ada respon terhadap nyeri. Koma terbagi dalam :
a. Koma supratentorial diensephalik
Merupakan semua proses supratentorial yang mengakibatkan destruksi dan
kompresi pada substansia retikularis diensefalon yang menimbulkan koma.
Dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu :
- Proses desak ruang yang meninggikan tekanan dalam ruang intracranial
-

supratentorial secara akut.


Lesi yang menimbulkan sindrom ulkus.
Lesi supratentorial yang menimbulkan sindrom kompresi rostrokaudal

terhadap batang otak.


b. Koma infratentorial diensephalik
Terdapat 2 macam proses patologik yang menimbulkan koma :
- Proses patologik dalam batang otak yang merusak substansia retikularis.
- Proses diluar batang otak yang mendesak dan mengganggu fungsi substansia
retikularis.
Koma infratentorial akan cepat timbul jika substansia retikularis mesenfalon
mengalami gangguan sehingga tidak bisa berfungsi baik. Hal ini terjadi akibat
perdarahan. Dimana perdarahan di batang otak sering merusak tegmentum
pontis dari pada mesenfalon.
c. Koma bihemisferik difus
Terjadi karena metabolisme neural kedua belah hemisferium terganggu secara
difus.

Gejala

yang

ditimbulkannya

yaitu

dapat

berupa

hemiparesis,

hemihiperestesia, kejang epileptic, afasia, disatria dan ataksia, serta gangguan


kualitas kesadaran.
1.3.

BAB III
KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai