PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara dengan angka kematian ibu dan perinatal
tertinggi. Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh WHO, diketahui di Indonesia
kasus kematian ibu sebanyak 240 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2008.1
Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2013 menunjukkan, angka kematian
ibu (AKI) meningkat dari tahun-tahun sebelumnya yaitu mencapai 359 per 100.000
kelahiran hidup. Penyebab langsung Angka Kematian Ibu (AKI) antara lain Perdarahan
42%, eklamsia/Preeklamsia 13%, abortus 11%, infeksi 10%, partus lama/persalinan macet
9%, dan penyebab lain 15 % (Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi
Preeklamsia adalah sindrom spesifik-kehamilan berupa berkurangnya perfusi organ
akibat vasospasme dan aktivasi endotel, hipertensi yang muncul setelah 20 minggu usia
kehamilan disertai dengan proteinuria.
Preeklamsia berat adalah preeklamsia dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg dan
diastol 110 mmHg dan disertai dengan proteinuria lebih dari 5 gr / 24 jam atau lebih dari
sama dengan +2 2. Preeklampsia terjadi pada umur kehamilan diatas 20 minggu, paling
banyak terlihat pada umur kehamilan 37 minggu, tetapi dapat juga timbul kapan saja pada
pertengahan kehamilan. Preeklampsia dapat berkembang dari preeklampsia yang ringan
sampai preeklampsia yang berat2.
Preeklampsi berat adalah proteinuria > 300 mg/24 jam atau persistent 30 mg/dl (+1
dipstick) pada urin random. Proteinuria +2 atau lebih atau protein dalam urin 24 jam 2 gr
atau lebih dimana filtrasi glomerulus terganggu dan kreatinin meningkat.
2. Faktor Predisposisi
Wanita hamil cenderung dan mudah mengalami pre-eklampsia bila
mempunyai faktor-faktor predisposing sebagai berikut:
1,3,4,6
1. Nulipara
2. Kehamilan ganda
3. Usia < 20 atau > 35 th
4. Riwayat pre-eklampsia, eklampsia pada kehamilan sebelumnya
5. Riwayat dalam keluarga pernah menderita pre-eklampsia
6. Penyakit ginjal, hipertensi dan diabetes melitus yang sudah ada
sebelum kehamilan.
7. Obesitas.
2
3. Faktor Resiko
Melalui pendekatan safe motherhood terdapat peran determinan yang
dapat
mempengaruhi
terjadinya
komplikasi
kehamilan
seperti
masalah
adalah
mereka
tidak
mau
melakukan
kehamilan,
primigravida,
pada
persen
kehamilan
pasien
trimester
terutama
kedua.
pada
Catatan
frekuensi
primigravida
lebih
tinggi
bila
dari
105
kasus
kembar
dua
didapat
28,6%
wanita
dari
ibu
penderita
pre-eklampsia.10)
Atau
lebih
dari
proteinuria
preeclampsia.
multipara
dan
Kecenderungan
karena
untuk
dengan
hipertensi
menderita
juga
superimposed
preekalmpsia-eklampsia
vaskuler
hipertensi
sebelumnya,
atau
hipertensi
normal
sampai
cukup
bulan.
Pada
kira-kira
sedangkan
pada
kelompok
kontrol
(bukan
fungsi
pemompaan
jantung.
Sehingga
dapat
tekanan
diantaranya
darah.
Manifestasi
meningkatnya
tekanan
fisiologi
darah
dari
stres
berhubungan
dengan:
- Kontriksi pembuluh darah reservoar seperti kulit, ginjal dan
organ lain
- Sekresi urin meningkat sebagai efek dari norepinefrin
-
Retensi
air
dan
garam
meningkat
akibat
produksi
patofisiologi
kaitannya
hipertensi.
Hiperten
si
3. Etiologi
7
dengan
terjadinya
Etiologi preeklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teoriteori yang dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya, oleh
karena itu disebut penyakit teori; namun belum ada yang memberikan jawaban yang
memuaskan. Teori sekarang yang dipakai sebagai penyebab preeklampsia adalah teori
iskemia plasenta. Namun teori ini belum dapat menerangkan semua hal yang berkaitan
dengan penyakit ini (Rustam, 1998). Adapun teori-teori tersebut adalah ;
i.
ii.
iii.
iv.
v.
Defisiensi kalsium.
Diketahui bahwa kalsium berfungsi membantu mempertahankan vasodilatasi dari
pembuluh darah (Joanne, 2006).
vi.
4. Patofisiologi
Pada preeklampsia yang berat dapat terjadi perburukan patologis pada sejumlah organ
dan sistem yang kemungkinan diakibatkan oleh vasospasme dan iskemia. Wanita dengan
hipertensi pada kehamilan dapat mengalami peningkatan respon terhadap berbagai
diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan preedaran darah
dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau di dalam retina (Rustam, 1998).
4. Otak
Pada penyakit yang belum berlanjut hanya ditemukan edema dan anemia pada korteks
serebri, pada keadaan yang berlanjut dapat ditemukan perdarahan (Trijatmo, 2005).
5. Uterus
Aliran darah ke plasenta menurun dan menyebabkan gangguan pada plasenta,
sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi
gawat janin. Pada preeklampsia dan eklampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim
dan kepekaan terhadap rangsangan, sehingga terjadi partus prematur.
6. Paru-paru
Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh edema paru
yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa juga karena terjadinya aspirasi
pneumonia, atau abses paru (Rustam, 1998).
5. Manifestasi klinis
Pada preeklampsia didapatkan sakit kepala di daerah frontal, skotoma, diplopia,
penglihatan kabur, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah-muntah. Gejala-gejala
ini sering ditemukan pada preeklampsia yang meningkat dan merupakan petunjuk bahwa
eklampsia akan timbul. Tekanan darah pun akan meningkat lebih tinggi, edema dan
proteinuria bertambah meningkat.
6. Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan jika ditemukan satu atau lebih gejala berikut :
11
Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma, dan
pengelihatan kabur
7. Diagnosis banding
-
Hipertensi kronik
Superimposed preeklamsia
8. Penatalaksanaan
Perawatan dan Pengelolaan Preeklamsia Berat
1.
Pencegahan kejang.
2.
Pengobatan hipertensi.
3.
Pengelolaan cairan.
4.
12
5.
Monitoring input cairan (oral atau infus) dan output cairan (urin) menjadi sangat
penting.
Infus Dextrose 5% yang tiap satu liternya diselingi infus RL 500 cc (60-125 cc
/ jam).
2.
Dosis terapeutik
: 4,8-8,4 mg/dl
Henti pernapasan
: 18 mg/dl
Henti jantung
: > 36 mg/dl
Bila terjadi refrakter terhadap MgSO4, obat pengganti pilihan adalah tiopental sodium,
sodium amobarbital, diazepam, atau fenitoin.
3. Diuretika tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru, payah jantung
kongestif / anasarka. Contoh diuretika yang dipakai adalah Furosemid. Pemberian
diuretik dapat memperburuk gejala karena dapat memperberat hipovolemia,
memperburuk perfusi mikro-plasenta, meningkatkan hemokonsentrasi, menimbulkan
dehidrasi pada janin, dan menurunkan berat janin.
14
Perawatan Kehamilan
a. Aktif
terminasi
kehamilan
segera
bersamaan
dengan
pemberian
terapi
medikamentosa.
b. Konservatif : kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan pemberian terapi
medikamentosa.
Perawatan Aktif
Indikasi dilakukan jika :
a. Ibu
Usia kehamilan 37 minggu
Gejala impending eclampsia, yaitu nyeri kepala hebat, nyeri epigastrium, dan
pengelihatan kabur.
Kegagalan terapi konservatif ( hasil klinik dan laboratorium memburuk).
Diduga solusio plasenta.
Timbul onset persalinan, ketuban pecah, atau perdarahan.
b. Janin
c. Laboratorium
15
Perawatan Konservatif
Kehamilan preterm 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eclampsia
dengan keadaan janin baik. Dilakukan observasi dan evaluasi, serta kehamilan tidak
diterminasi. MgSO4 dihentikan kurang dari 24 jam. Pasien boleh dipulangkan jika
kembali ke tanda-tanda preeklamsia ringan.
9. Komplikasi
Penyulit Ibu
-
16
BAB III
IDENTIFIKASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Istri
Suami
Nama
: Ny. A
Nama
: Tn. A
Umur
: 32 Tahun
Umur
: 35 Tahun
Pendidikan
: SMA
Lahir
Pekerjaan
: Pegawai swasta
: Islam
Pendidikan
: SMP
Agama
Pekerjaan
Golongan darah : -
Agama
: Islam
17
Golongan Darah : A
Alamat
No.RM
: 541077
Tanggal Masuk
: 20 Oktober 2014
B. DATA DASAR
Pasien datang dari Poli Kebidanan RSUD Kabupaten Bekasi dengan diagnosa medis
sementara G4P3A0 dengan hipertensi
Keluhan Utama :
Pasien datang dengan keluhan mules (+) dan keluar air-air (+) sejak jam 6 pagi.
Keluhan Tambahan :
Nyeri kepala yang terus menerus, penglihatan buram, dan nyeri pada ulu hati, mual (+)
kehamilan 7 bulan. Keluhan disertai nyeri kepala yang sering muncul, penglihatan buram,
dan nyeri ulu hati. Ini merupakan kehamilan keempat. Pasien mengatakan Hari Pertama
Haid terakir (HPHT) tanggal 5 januari 2014. Pasien mengatakan usia kehamilannya 9
bulan. Riwayat tekanan darah tinggi sebelum hamil disangkal. Mual (+), Muntah (-)
Perangai pasien :
Pasien kooperatif
Riwayat menstruasi :
Menarche usia 11 tahun, siklus menstruasi teratur, setiap haid 5-6 hari
Riwayat pernikahan :
Menikah 1 kali, pada usia 12 tahun , dan suami usia 15 tahun.
Riwayat KB :
19
Riwayat obstetri :
Paritas
: G4P3A0
HPHT
: 5 Januari 2014
: 41 minggu 5 hari
Riwayat persalinan :
No.
Jenis
Umur
Jenis
Kelamin
Kehamilan
persalinan
Laki-laki
9 bulan
Spontan
Paraji
20 tahun
Laki-laki
9 bulan
Spontan
Bidan
12 tahun
3500 gr
Laki-laki
9 bulan
Spontan
Bidan
5 tahun
3000 gr
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status generalis
Keadaan umum
: baik
20
Penolong
Umur
BB lahir
Anak
Kesadaran
: compos mentis
Tinggi badan
: 154 cm
Berat badan
: 61 Kg
Tekanan darah
: 180/130 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
Suhu
: 36oC
Pernafasan
: 20 x/menit
Mata
Paru
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
Refleks patella
:+
2. Status obstetri
a. Pemeriksaan luar
TFU
: 33 cm
TBJ
Leopold I
Leopold II
Leopold IV
His
:-
DJJ
: 135 x/menit
b. Pemeriksaan Dalam
V/v
Portio
: Tebal lunak
Pembukaan
: 7 cm
Ketuban
: (-) Hijau
Kepala
: Hodge 2
Hasil
Nilai Rujukan
9,1*
27,6*
3,8*
14.100*
313.000
12 16 g/dL
37 47 %
4,3 6,0 juta/L
4800 10800/ L
150000 400000/ L
.
.
.
11
8
95
<32
<31
95
++
Negatif
SGOT
SGPT
Glukosa Sewaktu
Urinalisa
Protein
22
4.
PemeriksaanPenunjang
Doppler : 135x/menit
D. DIAGNOSIS KERJA
Ibu
Janin : Janin tunggal, hidup, intra uterin, presentasi kepala DJJ 135x/menit regular
E. RENCANA PENATALAKSANAAN
-
Infus 2 jalur :
-
Infus RL + Injeksi Syntosinon 5IU mulai 10 tts/mnt tiap 30 menit naikan 5 tts/mnt ,
maksimal 60 tts/mnt atau jika HIS sudah adekuat.
Pemberian MgSO4
o Dosis initial : Infus RL + MgSO4 40% 8 gram : habis dalam jam
o Dosis Maintenance : Infus RL + MgSO4 40% 6 gram habis dalam 6 jam
Pemberian Antihipertensi
Pemberian Antibiotik
23
F. PROGNOSIS
Ibu
Janin
24
G. CATATAN KEMAJUAN
Tanggal, Jam
Pemeriksaan
20
Oktober
2014
Pukul 10.20
Kontraksi uterus = (-)
Dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil :
Pembukaan 7cm , portio teraba lunak keras, ketuban (+), presentasi
kepala (H1)
Pukul 11.10
Pukul 11. 15
Pukul 11.20
Pukul 11.25
Pukul 11.26
Pukul 11.27
Kondisi postpartum
26
O : KU/kes : lemah/CM
Pukul 11.35
TD : 170/110 mmHg
RR : 21x/menit
N : 82x/menit
: 36,50c
Nifedipine 3x 10 mg
Cefadroxil 2x500 mg
Misoprostol 3x250 mg
J. Pemeriksaan laboratorium
27
Jenis
Pemeriksaan
Hematologi
DarahRutin
Hb
Hct
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
20 Oktober 2014
Post partum
21
9,1
27,6
3,8
14.100
313.000
9,2
26,0
3,8
7.100
300.000
2014
12 16 g/dL
37 47 %
4,3 6,0 juta/L
4800 10800/ L
150000 400000/
L
Urinalisa
Protein
++
-/NEG
28
Negatif
K. Follow up
Tanggal,
Jam
Pemeriksaan
20 Oktober 2014
Pukul 14.00
O : KU : baik
Kesadaran : CM
S : 360C
N : 82x/menit
RR : 22x/menit
TD :150/90 mmHg
A : Post partum
P : TFU 2 jari dibawah pusat, Kontraksi uterus : Baik
Cefadroxil 3x1 tab
Asam mefenamat 3x1 tab
Nifedipin 3x10 mg
Misoprostol 1 Tab
21 Oktober 2014
29
O : KU : baik
Kesadaran : CM
S : 360C
N : 82x/menit
RR : 20x/menit
TD :130/90 mmHg
A : Post Partum
P : Cek urin Proteinuria (- )
Cefadroxil 3x1 tab
Asam mefenamat 3x1 tab
Nifedipin 3x10 mg
Maintenance MgSO4 40% Stop
30
BAB IV
ANALISA KASUS
I.
IDENTIFIKASI KASUS
1. Apa dasar diagnosis PEB pada kasus ini?
2. Mengapa pada kasus ini tidak ditemukan edema?
3. Bagaimana pengelolahan PEB pada kasus ini?
4. Apa komplikasi yang timbul pada kasus ini?
5. Apa penyebab terjadinya retensio plasenta pada kasus ini?
6. Mengapa pada pasien ini dilakukan transfusi PRC?
7. Bagaimana prognosis pasien pada kasus ini?
II.
PEMBAHASAN
1. Dasar diagnosis PEB
2. Pengelolahan PEB
a. Terapi yang diberikan
31
Terapi PEB yang diberikan pada pasien ini sudah tepat dan efektif sesuai
dengan protap pengelolaan peb untuk mencegah kejang.
Infus 2 jalur :
Bila penderita sudah kembali menjadi preeklamsi ringan, maka masih dirawat
2-3 hari lagi, baru diizinkan pulang.
b. Proses persalinan
Dan pasien tidak diizinkan untuk meneran terlalu kuat agar tidak lelah dan
menghindari stress yang berlebihan. Hal tersebut dimaksudkan untuk
mencegah terjadinya kejang pada pasien PEB.
Pada pasien ini MgSO4 diberikan selama 24 jam. Pemberian dimulai saat pukul
11.10 WIB (tanggal 20 Oktober 2014) dan dihentikan pada pukul 08.30 WIB
(tanggal 21 Oktober 2013).
32
Produksi urine dalam 4 jam sebelumnya > 100 cc ; 0,5 cc/kg BB/jam
3. Komplikasi
Pada kasus ini tidak terjadi komplikasi yang berhubungan dengan PEB baik pada
ibu maupun janin.
Sedangkan pada janin dapat terjadi gawat janin, kematian janin, gangguan
pertumbuhan, dan prematuritas
Bayi pada kasus ini lahir hidup, asfikia sedang dengan apgar score 4/7.
Fungsi seksual adalah ad bonam karena tidak ada intervensi pada genetalia
eksterna.
33
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
a.
b.
c.
d.
e.
Saran
a. Saat menetapkan diagnosis PEB harusnya memperhatikan kriteria diagnosis PEB
sudah sesuai atau tidak.
b. Pemeriksaan fisik dan laboratorium harus dilakukan secara teliti untuk memperjelas
diagnosis.
c. Pengelolahan PEB harus diberikan secara adekuat agar tidak terjadi hal hal yang
tidak diinginkan.
d.
34
DAFTAR PUSTAKA
1
Benzion Taber, MD. Kapita selekta. Kedaruratan Obstetri & Ginecologi; Alih bahasa;
Teddy Supriyadi; Johanes Gunawan; Editor Melfiawati S, Ed 2, Jakarta, EGC.1994
Cunningham et al. 2010. Preeclamsia and High Blood Pressure During Pregnancy.
William Obstetretics, 23 rd.
Harrison, K.A. Child bearing, Health and social prioritirs. A survey of 22,774 consecutive
birth in Zaria, Northen, Nigeria. British Journal of Obstetries and Gynecology, 1985.
Moerman, M.L. Growth of the birth canal in adolescent girls, American Journal of
obstetric and gynecology, 143-182.
Group on
High Blood Pressure in Pregnancy (2000). National High Blood Pressure Education
Program.
Accessed
On
October,
30nd
2012,
http://www.nhlbi.nih.gov/health/prof/heart/hbp/hbp_preg.pdf
35
Available
at