Anda di halaman 1dari 34

PROSES-PROSES PERSEPSI

PENDAHULUAN
Persepsi adalah suatu proses kognisi yang menggunakan basis pengetahuan yang
sudah ada sebelumnya untuk mengambil dan menginterpretasikan stimulus/rangsangan
yang dicatat (ditangkap) oleh indera kita. Persepsi mengkombinasikan aspek-aspek
baik yang ada di alam luar yang berupa stimulus maupun yang ada dalam diri yang
berupa pengetahuan awal dan mengkombinasikanya pula apa yang disebut sebagai
proses bottom-up dan top-down.
Proses-proses persepsi yang dibahas dibatasi pada topik yang masing-masing
relevan dengan proses persepsi yaitu : Pengenalan Obyek (Object Recognition) yang
memberi kemampuan untuk mempersepsikan suatu bentuk dari suatu stimulus, dan
Perhatian(Attention) yang berperan bagi kita dalam memproses lebih luas terhadap
informasi yang masuk, serta kesadaran(consciousness) yaitu : kesadaran yang dimiliki
seseorang tentang dunia diluar dirinya, tentang persepsi-persepsi, gambaran-gambaran
dan perasaan-perasaanya.
Antara topik pengenalan obyek dengan perhatian terdapat topik yang
menghubungkan keduanya yaitu change blindness. Pada penelitian tentang change
blindness ditunjukkan bahwa kita dalam mengenali obyek jika tidak kita lanjutkan
lebih dalam dengan melakukan perhatian (attention), maka kita bisa tidak mengetahui
kalau obyek tersebut sebenarnya sudah diganti.
Aspek biologis dari proses persepsi juga disajikan dalam pembahasan ini, yang
menjelaskan tentang penelitian-penelitian yang berkaitan tentang bagian-bagian di otak
kita, serta yang dikerjakanya dihubungkan dengan proses persepsi yang kita lakukan.
Pada pendalaman materi tentang persepsi wajah juga akan dijelaskan secara khusus
dimana pengenalan wajah manusia memerlukan proses yang khusus dibandingkan
dengan pengenalan obyek-obyek yang lain.
Pada bagian belakang setelah penjelasan tentang proses-proses persepsi,
diberikan contoh penerapan pada pengajaran matematika. Pembahasan soal-soal
chapter-2 juga disertakan dengan harapan bisa memperjelas tentang permasalahan
proses-proses persepsi ini.

A. PENGENALAN OBYEK (OBJECT RECOGNITION)


Pengenalan Obyek (Object Recognition) adalah pengenalan terhadap susunan
yang kompleks dari stimulus yang datang pada pada panca indera dengan
menggunakan basis pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Disaat kita mengenal
suatu obyek, indera kita memproses pemindahan dan mengorganisir informasi mentah
yang disediakan oleh indera penerima kemudian kita bandingkan stimulus pada indera
dengan informasi yang terdapat pada penyimpan-penyimpan memori yang sudah ada
sebelumnya.
Pengenalan Obyek meliputi pemakaian suatu nama atau sebutan untuk suatu
fakta yang tersusun pada stimulus, contohnya bahwa kita dapat mengenal suatu angka,
huruf, suara nyanyian dan lain-lain. Juga meliputi kesadaran bahwa kita pernah melihat
suatu keterangan atau fakta sebelumnya walaupun kita tidak mengenal namanya,
misalnya ada pemain sinetron yang tidak terkenal yang sedang di televisi, kita
mengenal wajahnya walaupun kita tidak dapat menyebutkan namanya.
Para ahli psikologi telah mengembangkan dua terminologi yang berkaitan dengan
persepsi terhadap stimulus yaitu distal stimulus dan proximal stimulus. Distal
stimulus merupakan obyek nyata yang dikenali oleh panca indera, misalnya laptop
berada didepan kita. Proximal stimulus yaitu informasi yang tercatat didalam sensory
receptors, contohnya : gambar di retina yang terbentuk oleh laptop tersebut.
Demonstrasi 2.1 yang pertama kali dilakukan oleh Biederman tahun 1995
melakukan percobaan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Hidupkan TV anda, lalu pilihlah menu mute.

Tutup mata anda dan pindahlah channel TV ke saluran yang lain.

Buka mata anda dan langsung lihat TV tersebut dan kenalilah gambarnya

Penelitian ini menunjukkan bahwa kita dapat mengenali obyek pada kejadian yang
baru ditampakkan ke kita sekitar 1/10 detik (Biederman, 1995).
Pengenalan Obyek dalam tinjauan biologis, informasi visual yang masuk
melewati retina dibawa masuk melalui neuron ke primary visual cortex di otak.(lihat
gambar 1)

Iconic-memory atau visual sensory-memory mencatat visual stimulus

dalam waktu 200-400 milisecond setelah visual stimulus terlihat. Primary visual
cortex merupakan area di occipital lobe di otak yang bertugas mengolah stimulus yang
berbentuk visual. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

primary visual cortex tersebut menjadi aktif pada saat kita mengenali obyek yang
kompleks.

Gambar 1. Otak Manusia

A.1. TEORI-TEORI PENGENALAN OBJECT


A.1.1. Template-Matching Theory
Teori yang membandingkan antara suatu stimulus pada suatu kumpulan bentukbentuk dengan obyek-obyek spesifik yang kita simpan dalam memori. Setelah
membandingkan stimulus pada beberapa bentuk, otak akan mencatat suatu bentuk
yang kesesuaianya paling dekat.
Teori ini tidak cukup mampu dalam menjelaskan terhadap proses yang kompleks
dari pengenalan obyek pada manusia. Hal ini disebabkan oleh sebagai berikut :

Teori ini tidak fleksibel, karena menurut teori ini, jika suatu bentuk obyek sudah
jauh berbeda dengan aslinya maka, maka obyek tersebut sudah tidak dapat
dikenali. Tetapi kenyataanya hal ini tidak terjadi pada otak manusia, misalnya
manusia masih bisa mengenali suatu huruf yang bentuknya sebenarnya sudah jauh
dari bentuk aslinya, seperti terlihat pada gambar 2. Huruf Z yang sudah dibuat
menjadi beberapa versi, namun masih bisa dikenali sebagai huruf Z.

Dengan teori ini kita membutuhkan bentuk yang jumlahnya tak terhngga dalam
upaya mengenali seluruh variasi yang mungkin ditemukan pada object-object
(padahal volume otak kita terbatas)

Teori ini hanya bekerja untuk huruf-huruf yang tersendiri dan obyek-obyek
sederhana lainya yang ditampilkan dalam bentuk lengkap. Padahal kita mampu
mengenal benda yang bercampur baur dan dalam ukuran yang tidak sebenarnya.

Oleh karena alasan-alasan tersebut, template matching theory ini tidak mampu
menangani kompleksanya proses visual yang dilakukan oleh manusia.

Gambar 2. Beberapa versi huruf Z

A.1.2. Feature Analysis Models


Beberapa teori yang didasarkan pada feature analysis models mengemukakan
bahwa stimulus visual tersusun atas sejumlah kecil karakteristik atau komponen. Tiaptiap karakteristik tersebut dinamakan distinctive feature.

Jadi distinctive feature

merupakan karakteristik yang menyusun satu stimulus visual. Menurut model ini kita
menyimpan daftar distinctive feature untuk setiap huruf. Perhatikan gambar 3 yang
menggambarkan

demonstrasi

2.2

yang

dibuat

oleh

Elanor

Gibson(1969)

menggambarkan distinctive feature pada huruf abjad. Pada demonstrasi 2.2 tersebut,
perhatikan huruf R, pada huruf R ini terdapat distinctive feature antara lain garis lurus
vertikal, kurva melengkung dan garis lurus diagonal. Hal ini berbeda dengan huruf P
yang hanya memuat garis lurus vertikal dan kurva melengkung. Jika kita melihat huruf
baru, maka sistim visual kita akan mencatat distinctive feature yang ada pada huruf
baru tersebut, feature apa yang ada dan feature apa yang tidak ada. Kemudian
distinctive feature tersebut kita bandingkan dengan daftar distinctive feature dari
huruf-huruf yang sudah ada dalam memory otak kita.
Jika dibandingkan dengan Template Matching Theory, maka perbedaan yang
penting adalah bahwa pendekatan Feature Analysis Model menyatakan bahwa analisa

pengamatan hanya meliputi bagian-bagian spesifik yan penting dari suatu stimulus.
Sebaliknya pada template matching theory menekankan pada pentingnya seluruh
bentuk dari suatu stimulus, atau memandang suatu stimulus sebagai satu kesatuan
obyek yang utuh.
Bagaimanapun juga terdapat beberapa kendala pada pendekatan feature analysis
model ini, yaitu :

Pengenalan object sebenarnya tidak sesederhana hanya menyusun daftar feature


yang terdapat pada suatu stimulus, tetapi harus juga ada penjelasan lebih lanjut
tentang

feature-feature

tersebut

serta

hubungan-hubunganya(Bruce,1988).

Contohnya pada huruf T yang mempunyai feature garis lurus vertikal dan garis
lurus horisontal. Jika huruf T kita tulis dengan miring T kita masih tetap bisa
mengenalinya, yang berarti bahwa feature garis diagonal bisa mengganti garis lurus
vertikal. Begitu juga huruf H bisa ditulis dengan H.

Feature analysis models sebenarnya lebih cocok untuk diterapkan pada pengenalan
huruf secara sederhana, padahal bentuk-bentuk object di alam raya ini sangatlah
kompleks. Misalnya adalah bentuk kuda, apakah mengenalinya dengan mengenali
feature-feature yang kompleks yang ada pada kuda tersebut, misalnya kakinya,
kukunya, bulu-bulunya, mulutnya, kepalanya ? Tentunya hal ini lebih rumit dari
sekedar mengenali huruf-huruf.

A.1.3. Pengenalan Dengan Komponen Model


Irving Biederman(1987,1990,1995) telah mengembangkan suatu pendekatan
yang mencoba untuk menjelaskan bagaimana manusia bisa mengenali bentuk 3
dimensi. Asumsi Biederman dalam recognition-by-component theory adalah bahwa
obyek 3 dimensi dapat direpresentasikan sebagai susunan dari beberapa bentuk 3
dimensi yang sederhana. Bentuk 3 dimensi sederhana ini oleh Biederman dinamakan
geons, kependekan dari geometrical ions.
Lima dari 24 geons yang diusulkan dan beberapa contoh bentuk 3 dimensi yang
bisa dibentuknya dapat dilihat pada gambar 4. Sebagai ilustrasi, kata-kata dalam
kalimat tersusun dari huruf-huruf abjad, begitu juga dengan obyek-obyek bentuk 3
dimensi yang ada tersusun dari geon-geon. Kata-kata yang berbeda artinya bisa
tersusun dari huruf-huruf yang sama misalnya buku dengan kubu, begitu juga dengan

dua atau lebih bentuk tiga dimensi yang berbeda bisa tersusun dari sejumlah geon yang
sama.

Gambar 3. Distinctive feature pada huruf abjad

Masalah yang dihadapi untuk pendekatan ini adalah jika obyek terletak pada
posisi sudut pandang yang tidak tepat. Misalnya suatu obyek yang tersusun dari geon
nomor 5 (bulat melengkung), pada sudut pandang lain bisa saja terlihat bahwa benda
itu tersusun dari geon nomor 3(bulat lurus).

Gambar 4. Sebagaian Geon (A) dan contoh benda yang dibentuknya (B)

A.1.4 Viewer-centered Approach


Pada pendekatan ini, kita menyimpan sejumlah view (pandangan) dari obyek 3
dimensi. Jika kita memandang suatu obyek baru maka pandangan tersebut kita simpan
di memori, kemudian jika kita memandang dengan sudut yang lain dan posisi itu
belum ada di memori kita, maka hasil padangan ini juga kita simpan di memori. Jika
kita melihat suatu dari sudut yang lain padahal kita sudah pernah melihatnya maka
pikiran kita harus merubah posisi obyek tersebut sesuai dengan data yang tersimpan
dalam memori otak kita. Perubahan posisi obyek yang dilakukan secara mental
membutuhkan waktu beberapa saat dan bisa saja menimbulkan kesalahan. Kontroversi
tentang pengenalan obyek ini masih belum terpecahkan, masih diperlukan penelitian
lanjutan untuk mengetahui bagaimana kita mengenali obyek yang berada pada posisi
pandangan yang tidak baku.

A.2. TOP-DOWN PROCESSING


Teori-teori tentang pengenalan obyek yang telah kita bahas diatas menekankan
bagaimana sesorang mengenali suatu obyek berdasarkan pada pengenalan obyek yang
memberi stimulus pada kita, hal ini disebut sebagai Bottom-up processing (disebut
juga Data Driven processing) pada pengenalan obyek.
Suatu hal yang tidak kalah penting dalam pengenalan obyek adalah Top-Down
processing (disebut juga Conceptually Driven processing). Top-Down processing
adalah pendekatan yang menekankan bagaimana sesorang yang sudah memiliki konsep
dan

proses mental tingkat tinggi bisa mempengaruhi pengenalan obyek. Secara

terperinci, konsep-konsep yang telah kita miliki, harapan-harapan serta daya ingat kita
akan membantu kita dalam mengenali suatu obyek.
Para ahli psikologi kognitif menyatakan bahwa baik top-down processing
maupun bottom-up processing, keduanya sangat diperlukan untuk menjelaskan
kompleksitas dari pengenalan obyek. Mereka tidak bisa mengatakan yang satu lebih
mendominasi yang lain atau sebaliknya, karena dalam

pengenalan obyek, kedua

proses tersebut terjadi secara bersama-sama.


PENELITIAN-PENELITIAN PADA TOP DOWN PROCESSING
Para peneliti telah menemukan bahwa top-down processing dapat mempengaruhi
kemampuan kita untuk mengenali berbagai macam obyek(Bar&Ullman,1996;
Becker,1999; Biederman et al.,1982; Palmer,1975). Mari kita perhatikan suatu kreasi
spesifik pada penelitian tersebut yang mendemonstrasikan bahwa top-down processing
mempengaruhi kemampuan kita dalam hal membaca suatu kalimat.
Perhatikanlah tulisan pada demonstrasi 2.3. pada gambar 5. Seperti yang kita
lihat bahwa terdapat tiga bentuk huruf yang sama tetapi bisa mempunyai dua maksud,
pada satu tempat sebagai H dan pada tempat lain sebagai A. Pada demonstrasi ini, kita
bisa mengidentifikasi kata pertama sebagai THE, pengetahuan kita tentang kata-kata
membantu kita untuk mengenali bahwa huruf kedua adalah H, begitu juga dengan
kata-kata berikutnya kita dapat mengidentifikasinya sebagai MAN RAN. Jadi, dalam
hal ini konteks juga bisa membantu dalam pengenalan obyek.

Gambar 5. Demonstrasi 2.3

Kebanyakan penelitian pada topik ini telah menguji bahwa konteks telah
membantu kita untuk mengenali huruf alfabet. Para ahli psikologi yang mempelajari
proses membaca telah melihat kenyataan selama beberapa dekade bahwa teori
pengenalan tidaklah cukup jika hanya didasarkan pada informasi yang didapat dari
stimulus obyek saja. Sebagai contoh, andaikan kita selalu mengenali tiap huruf dari
kata-kata yang kita baca dengan menganalisa fitur yang terdapat huruf-huruf tersebut.
Kita anggap bahwa tiap-tiap huruf rata-rata terdapat empat fitur yang berbeda.
Berdasarkan kemampuan rata-rata umumnya orang membaca, maka berdasarkan
analisa tersebut tiap menit proses membaca harus menganalisa kurang lebih 5000 fitur
yang terdapat pada huruf. Hal ini sangatlah besar dan proses persepsi kita (jika hanya
mengandalkan informasi stimulus dari huruf saja) tidak akan bisa menangani hal
tersebut.
Satu penelitian lagi tentang pengenalan huruf yang cukup fenomenal adalah
mengenai word superiority effect. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa kita bisa
mengenali sebuah huruf lebih akurat dan lebih cepat jika huruf tersebut terdapat pada
suatu kata daripada huruf tersebut berdiri sendiri atau dalam suatu string (kumpulan
huruf) yang tidak bermakna. Sebagai contoh, Reicher(1969) mendemonstrasikan
bahwa keakuratan pengenalan huruf lebih meningkat secara signifikan didalam suatu
kata misalnya work daripada pada bukan kata misalnya orwk.
Dari pembahasan tersebut terlihat bahwa hurufhuruf dapat lebih mudah dikenali
didalam konteks kata. Hal ini menunjukkan pentingnya top-down processing. Begitu
juga kata-kata lebih mudah dikenali jika suatu kata berada dalam suatu kalimat.

Sebagai contoh, kata makan lebih mudah dikenali jika berada dalam suatu kalimat
Ayah makan nasi.
Selanjutnya akan dibahas tentang penelitian kata-kata dalam kalimat (words-insentences). Rueckl dan Oden(1986) menunjukkan bahwa fitur dari stimulus dan
konteks yang wajar bisa membantu pengenalan kata. Dalam hal ini baik bottom-up
processing maupun top-down processing berperan bersama-sama secara seimbang.
Peneliti tersebut menggunakan huruf-huruf dan character yang menyerupai huruf,
dalam hal ini yang digunakan peneliti adalah huruf n dan huruf r serta tiga huruf yang
bentuknya antara n dan r. Bentuk huruf-huruf ini seperti pada gambar 6, dibawah garis
mendatar bagian bawah. Masing-masing huruf tersebut digabungkan dalam kata
bea_s. Jadi penelitian ini menggunakan lima kata dimulai dari beans sampai
bears.
Hasil penelitian dapat dilihat pada gambar 6. Kita bisa melihat bahwa secara
umum responden grafiknya naik menuju pemilihan bears ketika huruf n secara
perlahan diubah menjadi huruf r. Hal ini menunjukkan bahwa fitur dari stimulus
sangatlah penting (bottom-up processing). Temuan lain yang bisa dilihat adalah bahwa
penjaga kebun binatang dan pawang harimau secara konsisten lebih banyak memilih
bears(beruang) dibandingkan para ahlitumbuhan dan para petani pabrik susu. Hal ini
menunjukkan adanya top-down processing dalam pengenalan kata.

Gambar 6. Hasil penelitian words-in-sentences Rueckl dan Oden(1986).

10

Overactive Top-Down Processing


Overactive top-down processing berarti penerapan top-down processing secara
berlebihan, hal ini terkadang bisa mengakibatkan kesalahan dalam mengenali suatu
huruf atau kata. Mary Potter dan koleganya (1993) menggambarkan kecenderungan ini
sebagai overuse good strategy pada penelitian proses membaca.
Dalam penelitian tersebut, obyek penelitian diinstruksikan untuk membaca
sejumlah kata-kata. Setengah dari kata-kata tersebut adalah kata-kata aslinya,
sedangkan setengahnya lagi adalah kata-kata yang hurufnya sudah diubah-ubah
sehingga sudah tidak bermakna lagi, misalkan kata motor dirubah jadi mitor. Daftar
kata-kata ditampilkan sangat singkat yaitu 1/10 detik per kata. Hasilnya 57% kata-kata
berhasil dibaca dengan benar. Mereka banyak melakukan kesalahan pada penganalan
kata-kata yang sudah diubah. Hal ini menunjukkan bahwa top-down processing
mereka berlebihan, misalkan mereka diberi stimulus kata droam, kebanyakan dibaca
dengan dream.
IN DEPTH
PERSEPSI WAJAH (FACE PERCEPTION)
Proses pengenalan wajah manusia merupakan suatu proses yang spesifik
dibandingkan dengan pengenalan obyek yang lain. Dalam pengenalan wajah, sulit
bahkan tidak bisa dilakukan secara parsial atau per bagian.
Sebagai contoh, seseorang yang sudah kita kenal misalkan bernama si A yang
tidak pernah menggunakan kacamata hitam, tiba-tiba menggunakan kacamata hitam.
Pada saat melintas didepan kita dan tanpa berkata-kata kepada kita, kita akan sulit
yakin bahwa seorang yang melintas tersebut adalah si A. Hal ini dikarenakan dalam
pengenalan wajah, faktor yang penting adalah bahwa wajah tersebut terlihat secara
utuh, walaupun ekspresi wajah berubah-ubah (tertawa, senyum, menangis, dsb.) kita
masih mudah mengenalinya.
Pengenalan Wajah dibanding Obyek lain
Pengenalan wajah manusia berbeda dengan obyek lain, misalnya wajah kuda.
Dalam pengenalan wajah manusia, kita melakukan pengenalan wajah secara utuh,

11

namun dalam mengenali wajah kuda, prosesnya sama dengan pengenalan obyekobyek pada umumnya.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh James Tanaka dan Martha
Farah(1993) menunjukkan bahwa responden masih bisa akurat mengenali kuda,
walaupun kuda itu menggunakan masker yang menutup sebagian wajah kuda.
Sebaliknya dalam mengenali wajah manusia, dengan sedikit ditutup sebagian
wajahnya, manusia sudah sulit dikenali, lihat hasil penelitian seperti pada gambar 7.
Pada hasil penelitian tersebut terlihat bahwa pada Isolated-part condition (sebagian
wajah ditutupi) pengenalan wajah manusia jauh lebih sulit dibanding pengenalan
wajah kuda. Sedangkan pada Whole-object condition (terbuka semuanya), hasilnya
hampir sama.

Gambar 7. Hasil penelitian pengenalan wajah manusia dan kuda

12

Neuroscience Research pada Pengenalan Wajah


Neuroscience research mengenai pengenalan wajah sudah banyak dilakukan.
Misalnya McNein dan Warrington (1993) meneliti pada seorang professional yang
kecelakaan dan mengakibatkan kerja otaknya terganggu, dia kehilangan kemampuan
untuk mengenali wajah orang, tapi dia masih bisa mengenali wajah dari biri-birinya.
Lokasi di otak yang banyak merespon pengenalan wajah adalah temporal cortex,
lebih khusus lagi adalah inferotemporal cortex, perhatikan gambar 1. Para peneliti
menyatakan bahwa ada sel spesifik di cortex yang merespon persepsi wajah.
Applied Research pada Pengenalan Wajah
Kemp dan Koleganya (1997) mengadakan penelitian tentang persepsi wajah,
dimana 47 mahasiswa masing-masing diberi 4 jenis kartu kredit, (1) Foto sebenarnya
(2)Ada perubahan pada wajahnya (3) Foto orang lain yang mirip (4) Foto orang lain
yang tidak mirip tapi ada kesamaan gender dan etnik.
Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa petugas kasir bisa mengenali foto
dan menerima kartu kredit jenis (1) 93% jenis (2) 86 % . Serta berhasil menolak kartu
kredit jenis (3) 36% , jenis (4) 66%.
Change Blindness
Change blindness merupakan suatu kejadian ketidakmampan untuk mendeteksi
adanya perubahan obyek atau peristiwa (Simons&Lenin,1997a). Simon&Levin
(1997b;1998) mengadakan penelitian tentang change blidness seperti pada gambar 2.6.
Hasilnya hanya separo responden yang mengetahui adanya perubahan obyek.
Resink and colleagues(1997) dalam percobaanya menemukan bahwa orang akan
secara cepat mengetahui perubahan dua foto, jika perubahan/perbedaan dua foto
tersebut sangat nyata. Dari penelitian-penelitian menunjukkan bahwa jika kita tidak
fokus dalam perhatian pada obyek, maka kemungkinan akan terjadi change blindness
tersebut sangat besar.
B. PERHATIAN (ATTENTION)
Kata perhatian/atensi(attention) dalam perkataan sehari-hari sering digunakan
untuk memasukkan beberapa jenis aktifitas mental yang berbeda. Para psikolog juga
menggunakan kata ini pada banyak konteks yang berbeda. Perhatian(attention) dapat
13

diartikan sebagai kegiatan konsentrasi yang merupakan aktifitas mental dimana kita
bisa memilih jenis-jenis tertentu dari stimulus untuk diproses lebih lanjut, dan dengan
mengabaikan stimulus lainya (Shapiro, 1994). Sebagai contoh, pada saat ujian kita
berkonsentrasi pada stimulus yang datang dari soal-soal ujian saja, dengan
mengabaikan stimulus lain yang datang.
Perhatian(attention) bisa juga dimaksudkan pada kegiatan berkonsentrasi untuk
menerima informasi selanjutnya.

Misalnya pada saat kita akan mendengarkan

pengumuman, maka kita harus berkonsentrasi untuk menerima informasi yang akan
disampaikan. Perhatian(attention) juga bisa dimaksudkan pada kegiatan konsentrasi
menerima satu percakapan dan mengabaikan percakapan-percakapan dari orang lain.
Dari sedikit pembahasan tersebut, perhatian (attention) bisa diartikan sebagai
konsentrasi dari aktifitas mental.
Kita akan memulai diskusi kita tentang perhatian pada dua kegiatan kognitif yang
saling berhubungan yaitu : perhatian terbagi (divided attention) dan perhatian
terseleksi (selective attention). Kemudian kita akan menjelaskan pengujian pada
perhatian (attention). Sebagai penutup akan dibahas tentang consciousness (kesadaran)
yang mempunyai hubungan erat dengan perhatian.
B.1. Perhatian Terbagi (Divided Attention)
Sebagai gambaran pada perhatian yang terbagai, misalkan anda sebagai
seorang eksekutif yang sibuk, berbicara dengan telepon genggam di mobil mengenai
suatu pertemuan penting. Percakapan di telepon menguras perhatian, sehingga anda
lupa belok dan menghabiskan waktu 15 menit untuk kembali ke jalur yang benar.
Konsekuensi perhatian yang terbagi dapat juga membahayakan jiwa. Di Yugoslavia
tahun 1976, dua pesawat terbang tabrakan dan semua 176 penumpang dan anggota kru
tewas. Pengendali lalulintas udara bekerja tanpa asisten, dan dia mengawasi 11
pesawat secara bersamaan. Beberapa menit sebelum tabrakan, dia mengirimkan
delapan pesan dan menerima 11 pesan(Barber,1988). Manusia memang sangat
kompeten tetapi dia tidak mampu memperhatikan segala sesuatu dengan baik pada saat
yang bersamaan.
Pada jenis perhatian ini, seseorang harus memberi perhatian pada dua atau lebih
stimulus yang datang dalam waktu yang bersamaan, memberi respon pada stimulusstimulus tersebut sesuai dengan kebutuhan(Moran,1996) Ada dua hal yang akan
14

dibahas dalam subbab ini yaitu penelitian pada perhatian terbagi, serta perhatian
terbagi dan latihan.
Penelitian pada Perhatian Terbagi
Dalam laboratorium, perhatian terbagi pada umumnya diteliti dengan menyuruh
partisipan (subyek penelitian) untuk melakukan dua pekerjaan dalam waktu yang
bersamaan. Sebagai contoh Duncan(1993) meminta partisipan untuk membuat
penilaian-penilaian terhadap satu obyek. Dan mereka mampu untuk membuat dua
penilaian (tentang apakah benda itu dan letaknya dimana) yang akurat terhadap satu
obyek tersebut dalam waktu yang bersamaan. Tetapi mereka sering membuat
kesalahan saat memberi dua penilaian pada dua obyek yang berbeda dalam waktu yang
bersamaan. Dengan kata lain, sistim persepsi kita dapat menangani dua atau lebih
perhatian sekaligus, tetapi akan terjadi kesalahan jika terlalu banyak respon yang harus
dikerjakan.
Perhatian Terbagi dan Latihan
Seperti yang banyak diucapkan orang Latihan akan menjadikan kesempurnaan.
Penelitian tentang Latihan dan Perhatian yang terbagi banyak yang mendukung tentang
ucapan tersebut. Sebagai contoh, dalam dua penelitian klasik, para siswa dilatih untuk
membaca riwayat secara pelan-pelan, dalam waktu bersamaan mereka didikte dengan
kata-kata yang tidak relevan(Hirst et al. 1980; Spelke et al. 1976). Pada awalnya,
mereka bermasalah dengan mengkombinasikan dua pekerjaan tersebut, proses
membacanya turun dengan drastis begitu juga dengan tulisan tangan hasil diktenya
juga tidak bagus. Tapi setelah 6 minggu latihan, mereka bisa membaca dengan cepat
walaupun sambil didikte, begitu juga hasil tulisan tanganya juga menjadi lebih bagus.
Topik tentang Perhatian terbagi juga diaplikasikan pada psikologi olahraga.
Sebagai contoh, penelitian telah dibuat pada para pemain bola volly, mereka bisa
membagi-bagi perhatian pandangan pada beberapa gerakan (lawan maupun bola) yang
penting

di

lapangan,

tanpa

secara

mereka(Castiello&Umilta, 1992;Moran,1996).

15

fisik

merubah-rubah

arah

mata

B.2. Perhatian Terseleksi (Selective Attention)


Perhatian terseleksi berhubungan erat dengan perhatian terbagi Pada kegiatan
perhatian terbagi, orang-orang diinstruksikan untuk perhatian pada dua atau lebih
sumber stimulus informasi. Sedangkan pada perhatian terseleksi, seseorang
diinstruksikan untuk memberi perhatian pada satu sumber stimulus/informasi dan
mengabaikan sumber-sumber stimulus/informasi yang lain(Miliken et al. 1998).
Aktifitas tersebut bisa jadi merupakan sesuatu yang sulit (Mordkoff,1996). Dalam hal
perhatian terseleksi ini, kita mungkin pernah punya pengalaman dimana didalam suatu
ruangan pada suatu acara yang gaduh dengan pembicaraan orang-orang banyak, kita
bisa memberi perhatian pada satu pembicaraan dan mengabaikan suara-suara
pembicaraan orang lain.
Secara umum penelitian-penelitian yang telah dilakukan tentang perhatian
terseleksi terbagi menjadi dua kelompok. Beberapa penelitian menguji tentang aktifitas
pendengaran yang disebut dengan dichotic listening, sedangkan kelompok lain
menguji tentang aktivitas visual yang disebut dengan Stroop effect.
Dichotic Listening
Pernahkah anda menerima telepon dengan salah satu telinga, sedangakan telinga
yang lain mendengarkan radio. Jika pernah, maka kejadian tersebut merupakan situasi
yang dinamakan sebagai dichotic listening. Dalam laboratorium, dichotic listening
adalah suatu penelitian yang meminta orang-orang sebagai subyek penelitian untuk
menggunakan earphone, pada satu sisi earphone diberi pesan yang berbeda dengan sisi
yang lain. Subyek penelitian diminta untuk mengikuti pesan-pesan yang bersumber
dari satu sisi, dan mereka diminta untuk mengulangi apa yang didengarkan tersebut.
Dalam penelitian klassik yang dilakukan menunjukkan bahwa dalam kasus
dichotic listening tersebut orang-orang sangat sedikit yang memberi perhatian pada
pesan kedua(Cherry,1953). Sebagai contoh Cherry terkadang merubah pesan kedua
dari kata-kata dalam bahasa Inggris ke bahasa Jerman. Orang-orang menganggap
bahwa pesan kedua tersebut masih disampaikan dalam bahasa Inggris, padahal sudah
diganti bahasa Jerman. Dengan kata lain, perhatian mereka sangat tertuju pada pesan
yang harus diikuti.
Triesman(1960) mengadakan penelitian tentang hal ini dimana seseorang diminta
untuk mengikuti pesan dari salah satu telinga (shadowed ear) serta mengucapkanya
16

dan mengabaikan pesan dari sisi telinga yang lain (unattended ear). Hasilnya, setelah
berhasil mengikuti dan mengucapkan pesan beberapa kata dari salah satu telinga,
pesan kemudian tersisipi oleh kata-kata yang terambil dari telinga yang seharusnya
diabaikan (seperti pada gambar 8).

Gambar 8. Ilustrasi Penelitian Treisman

The Stroop Effect


The Stroop Effect merupakan suatu peristiwa observasi dimana orang-orang
sebagai subyek diminta untuk menyebutkan warna dari stimulus yang berupa tulisan,
tetapi tulisan itu menyebut warna yang tidak sesuai dengan warnanya sendiri. Misalkan
ada tulisan MERAH, tetapi warna tulisanya biru. Mengapa stroop effect bisa
menunjukkan adanya efek dari perhatian terseleksi ? jelas bahwa hal ini merupakan
kasus adanya perhatian terseleksi, karena seseorang harus memperhatikan satu hal
yaitu warna dari tulisan itu dan mengabaikan isi tulisan itu. Penelitian ini pertama kali
dilakukan oleh J.R Stroop (1935) dan menemukan bahwa orang-orang membutuhkan
waktu rata-rata 110 detik untuk menyebutkan warna tinta pada 100 kata yang artinya
tidak sesuai dengan warnanya. Padahal orang-orang tersebut hanya membutuhkan
waktu 63 detik untuk menyebutkan warna dari 100 kotak berwarna.

17

Hasil penelitian lain yang menarik adalah bahwa kita dalam kehidupan nyata
lebih banyak membaca kata daripada menyebut warna(MacLeod,1977). Jadi automatic
process kita lebih banyak berupa membaca kata dibandingkan dengan menyebut warna
(less automatic process).
B.3. TEORI-TEORI TENTANG PERHATIAN (ATTENTION)
B.3.1. Teori Awal
Teori awal tentang perhatian/atensi menekankan bahwa orang secara ekstrim
dibatasi dalam jumlah informasi yang mampu mereka proses dalam waktu tertentu.
Istilah yang biasa digunakan tentang teori ini adalah konsep tentang leher botol.
Seperti layaknya leher botol yang membatasi aliran dari suatu daerah ke daerah lain,
teori leher botol mengemukakan tentang sebuah jalan terusan sempit yang sama dalam
proses informasi manusia. Dengan kata lain, leher botol ini membatasi jumlah
informasi yang dapat kita beri curahan perhatian. Sehingga disaat suatu pesan mengalir
melalui leher botol, pesan lain harus mengikuti dari belakang.
Teori

leher

botol

ini

akhimya

banyak

yang

menolak

sebab

tidak

memperhitungkan fleksibilitas dari atensi seorang manusia. Tidak ada satupun


ungkapan yang menjadi dasar dari sebuah mesin sederhana atau struktur sederhana
yang mampu dengan baik melaporkan tentang pengalaman proses-proses persepsi
manusia.
B.3.2. Automatic Versus Controlled Processing
Walter Schneider dan Richard Shrifin telah mengajukan dua tingkatan tentang
proses yang berkaitan dengan atensi. Automatic processing dapat dipakai atas tugas
yang mudah meliputi item-item yang sangat dikenal. Sebaliknya, controlled processing
harus dipakai atas kegiatan-kegiatan yang sulit atau kegiatan yang meliputi item-item
yang tidak dikenal. Selanjutnya, automatic processing adalah paralel; dimana anda
dapat menangani dua atau lebih item pada waktu yang sama. Sebaliknya controlled
processing adalah serial, hanya mampu menangani satu item dalam satu waktu.
Pada perhatian terseleksi, kegiatan yang menggunakan proses otomatis dari
seseorang adalah seperti mengambil ciri dari pesan-pesan yang tidak diminta untuk
diikuti. Pada kegiatan perhatian terbagi dimana dua kegiatan memerlukan proses

18

otomatis, juga akan cukup mudah untuk melakukan dua kegiatan secara serempak.
Kegiatan-kegiatan yang pernah secara luas dilakukan akan cenderung termasuk pada
automatic processing (proses secara otomatis). Adapun yang berkenaan dengan
kegiatan-kegiatan yang sulit dengan item-item yang tidak di kenal membutuhkan
controlled processing (proses terkontrol).
Dalam perhatian terseleksi; dimana orang menggunakan proses terkontrol, sangat
sedikit ciri-ciri dari pesan yang tidak diikuti akan dapat diperhatikan. Dalam kegiatan
perhatian terbagi, akan sulit untuk melakukan dua kegiatan secara serempak. Kegiatankegiatan yang belum secara luas dipraktekkan biasanya akan membutuhkan proses
terkontrol.

B.3.3. TEORI CIRI-CIRI TERINTEGRASI (FEATURE-INTEGRATION


THEORY)
Anne Treismann telah mengembangkan sebuah teori yang menggabungkan
perhatian dan proses persepsi. Teori aslinya yang dikemukakan tahun 1980 cukup
bagus dan sederhana(Treisman&Gelade, 1980). Bagaimanapun juga, dia lebih
menekankan pada artikelnya, Simple stories never stay that way(Treisman,1993,
p.5). Selanjutnya akan kita perhatikan versi terkini dari teori ciri-ciri terintegrasi
(feature-integration theory).
Sesuai dengan teori ciri-ciri terintegrasi dari Treisman, kita terkadang melihat
kejadian menggunakan perhatian terdistribusi, dimana semua bagian-bagian kejadian
tersebut diproses pada waktu yang sama. Di lain kesempatan, kita menggunakan
perhatian terfokus, dimana tiap-tiap item kejadian diproses pada satu waktu(tidak
bersamaan). Selanjutnya, perhatian terdistribusi dan perhatian terfokus membentuk
satu kesatuan, sedemikian sehingga kita sering menggunakan jenis perhatian antara
dua jenis perhatian tersebut.
Selanjutnya akan dibahas tentang dua jenis perhatian tersebut. Pada bagian
pertama akan dibahas perhatian terdistribusi. Perhatian terdistribusi mengarahkan kita
untuk mendaftar pada memori kita ciri-ciri suatu obyek secara otomatis, menggunakan
pemrosesan paralel(paralel processing). Perhatian terdistribusi merupakan pemrosesan
level-rendah (low-level processing) identik dengan automatic processing yang

19

dikemukakan Schneider dan Shiffrin (1977). Jenis pemrosesan ini merupakan jenis
pemrosesan yang begitu saja terjadi, bahkan kita tidak sadar kapan proses tersebut
telah terjadi pada kita.
Bagian kedua dari teori Treisman adalah perhatian terfokus. Perhatian terfokus
ini membutuhkan pemrosesan serial (berurutan), dimana tiap satu obyek diproses pada
satu waktu. Perhatian terfokus membutuhkan banyak proses, dan hal tersebut terjadi
pada saat obyek lebih kompleks. Jadi, perhatian terfokus hampir identik dengan
pencarian terkontrol(controlled search) yang dikemukakan oleh Schneider dan
Shiffrin(1977). Perhatian terfokus memilih ciri-ciri mana yang dimiliki bersama-sama,
misalnya bentuknya apa dengan warna apa.
Kita telah membahas tentang elemen dasar dari teori ciri-ciri terintegrasi.
Selanjutnya akan dibahas tentang topik-topik yang berkaiatan dengan teori tersebut,
yaitu : (1) Feature-present/feature-absent effect, (2)Illusory Conjuction dan (3)
Pengembangan lebih lanjut tentang teori ciri-ciri terintegrasi (Further Development in
feature-integration theory).
B.3.3.1 The feature-present/feature-absent effect
Perhatikan bagian A dari

demonstrasi 2.6,

dimana lingkaran dengan garis

terlihat begitu saja dengan mudah, atau secara pop out dari tampilan tersebut.
Sebaliknya perhatikan gambar bagian B, untuk menemukan lingkaran yang tidak ada
garisnya, kita masih memerlukan pencarian(lebih sulit dari yang bagian A). Tresiman
dan Souter (1985) telah menemukan bahwa orang-orang bisa lebih cepat mencari suatu
obyek dengan ciri-ciri khusus yang tampak, sedangkan obyek-obyek yang lain tidak
ada ciri tersebut (seperti pada bagian A). Orang-orang yang mencari pada obyek
dengan ciri khusus yang tampak bisa menggunakan perhatian terdistribusi lebih
efisien. Dalam kasus ini, item yang anda cari tersebut tertangkan pada perhatian kita
secara automatis (Johnston&Schwarting, 1997).

20

Sebaliknya, perhatikan apa yang terjadi ketika kita mencari lingkaran yang tidak
bergaris pada gambar bagian B. Treisman dan Souther (1985) menemukan bahwa
waktu pencarian meningkat (lebih lama) secara dramatis pada saat jumlah obyek yang
tidak dicari ditambah. Seseorang yang mencari suatu benda dengan ciri-ciri tidak
tampak (sedangkan pada benda yang tidak dicari, ciri tersebut ada) menggunakan
perhatian terfokus. Pekerjaan mengenai hal ini masih merupakan tantangan, seperti
yang dilakukan Wolfe(1998) yang juga menemukan dalam penelitianya yang mahal
tentang the feature-present/feature-absent effect.
B.3.3.2 Illusory Conjunctions (Hubungan Khayalan)
Illusorry conjunctions adalah sebuah kombinasi dari ciri-ciri yang tidak sesuai
yang mungkin mengkombinasikan antara bentuk suatu obyek dengan warna suatu
obyek didekatnya. Hasil-hasil penelitian-penelitian tentang hal tersebut sudah banyak
dikemukakan, sebagai contoh bahwa huruf N berwarna biru dan huruf T berwarna
hijau dapat menghasilkan Illusory Conjunction dimana orang yang melihat merasakan
sebagai huruf T yang berwarna biru(Ashby et al.,1996; Hazeltine et al. 1997).
Penelitian-penelitian
kesimpulan yang

tentang

Illusorry

conjunctions

mengkonfirmasikan

ditunjukkan didalam penelitian-penelitian tentang persepsi.

Berlawanan dengan akal dan intuisi kita, sistim visual kita memproses ciri-ciri obyek
secara independen. Sebagai contoh, jika kita melihat apel merah, maka sistim visual

21

kita menganalisa warna merah secara terpisah dengan bentuk bulat apel (Hazeltine et
al.,1997). Jika kita menggunakan perhatian terfokus pada apel tersebut, kita akan bisa
merasakan gambaran menyeluruh dari apel tersebut yaitu warna merah dan bentuk
bulat.
Penelitian-penelitian lain menunjukkan bahwa sistim visual kita dapat membuat
suatu Illusorry conjunctions dari materi verbal (Treisman, 1990). Sebagai contoh,
seseorang yang perhatianya dikacaukan ditunjukan padanya dua kata tanpa makna dax
dan kay. Pada saat kata tersebut diperlihatkan dengan sangat cepat dan item tersebut
tidak bisa dilakukan perhatian terfokus, sehingga terbentuklah Illusorry conjunctions..
Peneliti melaporkan melihat kata day dari hasil penelitian pada dua kata tanpa makna
tadi. Top-down processing membantu kita menampilkan kombinasi yang tidak
sesuai(Treisman,1990).
B.3.3.3 Pengembangan lebih lanjut tentang teori ciri-ciri terintegrasi (Further
Development in feature-integration theory).
Elemen mendasar dari teori ciri-cir terintegrasi telah di sampaikan lebih dari 20
tahun yang lalu. Sejak saat tersebut, banyak penelitian sudah dilakukan, dan teori-teori
yang asli sudah dimodifikasi. Sebagai contoh, Treisman dan koleganya (1992)
memberikan latihan yang banyak pada subyek penelitian tentang pencarian untuk
hubungan-hubungan target yang membutuhkan perhatian terfokus. Dengan latihan
yang banyak subyek penelitian dapat menemukan lokasi target dengan sangat cepat.
Sebagai contoh, setelah 9000 kali mencoba, subyek mampu untuk menemukan lokasi
target yaitu warna biru dan bentuk-X secepat mereka menemukan target yang hanya
berwarna biru.
Bagaimana orang-orang bisa melakukan pencarian dengan sangat efisien dengan
menggunakan perhatian terbagi ? Para peneliti telah mengusulkan bahwa sistim visual
mengatur untuk mengekstraksi cukup informasi selama dalam situasi tantangan ini
untuk membantu perhatian selanjutnya( e.g., Wolfe,1992). Sebagai tambahan,
Treisman dan Sato(1990) memperkenalkan komponen baru dalam teori ciri
terintegrasi. Secara spesifik, mereka

menyarankan bahwa feature-inhibition

mechanism dapat menghalangi secara serentak ciri-ciri yang tidak sesuai dengan
target yang dicari.

22

B.4. NEUROSCIENCE RESEARCH ON ATTENTION


Beberapa bagian dari otak kita merupakan bagian yang memberi respon terhadap
perhatian(attention), termasuk struktur-struktur dibawah permukaan cerebral cortex.
(Parasuraman, et al. 1998; Webster&Ungerleider,1998). Penelitian-penelitian tentang
perhatian menekankan pada pentingnya dua daerah dari cortex, yaitu : (1) posterior
attention network di daerah parietal lobe, dan (2) anterior attention network didaerah
frontal lobe. Perhatikan gambar 1.
B.4.1 Posterior attention network.
Bayangkan kita sedang mencari lensa kontak yang jatuh kedalam bak mandi
yang lebar. Pada saat perhatian kita tertuju pada lokasi-lokasi dalam proses pencarian
tersebut, maka posterior attention network kita aktif bekerja. Jadi, posterior attention
network merupakan jaringan syaraf otak yang memberi respon pada jenis perhatian
yang dibutuhkan saat pencarian dengan pandangan (visual search).
Untuk mengetahui hal tersebut, telah dilakukan penelitian yang menggunakan
positron emission tomography (PET scan). Alat ini melihat/mengukur aliran darah
dalam otak dengan memasukkanbahan kimia sebelum dia melakukan kegiatan kognisi.
Metode penelitian penting lain yang digunakan untuk menentukan dasar biologis
dalam perhatian (attention) difokuskan pada orang yang terkena sakit gegar otak atau
kecelakaan otak yang lain. Seseorang yang terkena kecelakaan di otak di daerah
parietal region otak bagian kanan akan mempunyai masalah dengan rangsangan visual
yang tampak di sebelah kiri pada area visualnya. Sedangkan orang-orang yang terkena
luka di daerah otak sebelah kiri akan mendapat masalah dengan rangsangan visual
yang

tampak

di

sebelah

kanan

area

(Posner&Raichle,1994;Robertson,1998). Gambar 9 berikut ini

pada

menunjukkan hasil

gambar dari seseorang mempunyai sakit pada otak disebelah kanan.

23

visualnya.

Gambar 9. Gambar dari seseorang mempunyai sakit otak disebelah kanan

B.4.2. Anterior attention network.


Gambar otak yang terlihat pada gambar menunjukkan daerah di frontal lobe dari
cortex yang memberi respon pada jenis kegiatan perhatian yang terfokus pada
pemaknaan kata. Anterior attention network

menjadi aktif pada saat sesorang

melaksanakan kegiatan Stroop task dimana arti kata berbeda dengan identifikasi warna
kata tersebut(Posner&Fernandez Duque, 1999; Webster&Ungerleider, 1998). Bagian
otak ini berperan memberi respon pada proses pencegahan pada respon otomatis atas
rangsangan.
Anterior attention network juga menjadi aktif pada saat seseorang diminta
untuk mendengar daftar kata-kata dan diminta untuk merespon dengan menyebutkan
kegunaan dari kata-kata tersebut(misalkan kata jarum direspon dengan menjahit).
Dapat disimpulkan bahwa PET scan telah mengindentifikasi salah satu daerah di otak
yang bekerja aktif pada saat seseorang melakukan kegiatan pencarian obyek dan
daerah lain di otak yang aktif pada saat seseorang harus mencegah respon otomatis dan
menghasilkan sedikit respon yang jelas.
B.4.3 Penggunaan Teknik Event-Related Potential (ERP)
Metode lain dalam penelitian aktifitas biologis otak adalah dengan ERP (EventRelated Potential). Pada metode ini, yang dilakukan adalah merekam perubahan
aktifitas elektrik otak pada saat merespon stimulus. Salah satu hasil dari metode ERP

24

ini, terlihat bahwa terdapat perubahan yang sistimatis pada otak manusia pada saat
melakukan aktifitas pencarian obyek-obyek visual.
B.5. KESADARAN(CONSCIOUSNESS)
Topik ini merupakan topik yang kontroversial, salah satu sebabnya adalah adanya
berbagai macam definisi dari istilah consciousness tersebut (Chalmers,1996; Farthing,
1992). Dalam hal ini, diberikan definisi kasar tentang consciousness yaitu : kesadaran
yang dimiliki seseorang tentang dunia diluar dirinya, tentang persepsi-persepsi,
gambaran-gambaran dan perasaan-perasaanya (Davis,1999;Hirst,1995; Hobson,1997).
Kesadaran (consciousness) tersebut juga bisa memuat persepsi-persepsi kita tentang
dunia disekitar kita, gambaran-gambaran visual, komentar-komentar yang membuat
kita terdiam, memory tentang kejadian dalam hidup kita, keyakinan kita terhadap
kehidupan ini, rencana-rencana kita tentang hari esok, serta sikap kita terhadap orang
lain (Baars,1997).
B.5.1. Conciuousness About Our Higher Mental Processes
Perhatikan

dan

jawablah

pertanyaan

ini,

Siapakah

nama

gadis

ibu

kandungmu ? kemudian jawablah pertanyaan dibawah ini Bagaimana pikiran anda


bisa sampai pada jawaban dari pertanyaan pertama tadi ?, jika anda sama dengan
kebanyakan orang, maka jawabanya ada begitu saja secepat kilat didalam kesadaran
kita, dan kita tidak bisa menjelaskan proses pikiran kita (Miller, 1962).
Kita bisa sadar penuh dengan hasil dari proses pemikiran kita, tetapi kita tidak
sadar tentang proses yang terjadi pada pikiran kita yang menghasilkan hasil tersebut.
B.5.2. Thought Suppression (Pemaksaan Pikiran)
Perhatikan dan lakukan Demonstrasi 2.7 ! Apakah anda bisa mengerjakan
perintah berikut : Jangan berfikir tentang beruang putih ! Hal tersebut sangat sulit.
Jika kita mencoba dengan sungguh-sungguh untuk membuang pikiran tentang hal
tertentu dari pikiran kita. Pikiran yang sama tersebut pelan-pelan akan kembali ke
kesadaran kita. Para peneliti menyebutnya sebagai rebound effect (efek pantulan) yang
mengikuti pemaksaan pikiran kita

25

Wenger(1997b) menggunakan istilah ironic effects of mental control untuk


menggambarkan bahwa usaha kita akan berantakan jika kita mencoba mengontrol isi
dari kesadaran kita
B.5.3. Blindsight (Kebutaan Pandangan)
Blindsight adalah keadaan dimana seseorang yang mengalami kerusakan visual
cortex tidak mampu untuk melihat obyek. Namun, ia masih bisa mengenali ciri-ciri
suatu obyek secara akurat(Baars et al.1998;Farah,1997;Weiskrantz,1997).
Dalam suatu penelitian, sinar lampu disinarkan pada 10 derajat disebelah kanan
orang dg Blindsight. Mereka tidak bisa melihat obyek tsb. Tetapi dia bisa menebak
lokasinya. Peneliti menemukan bahwa orang tsb memiliki performance lebih baik dari
kesempatan yang diberikan dan mendekati selalu benar (Weiskrantz,1997). Seseorang
dengan blindsight dapat mengidentifikasi ciri-ciri stimulus visual didasarkan pada
informasi-2 yang dicatat didalam lapisan-lapisan otak yang lain.
B.5.4. The Cognitive Unconciuous
Cognitive

Unconciuous

merupakan

informasi

yang

diterimanya

diluar

kesadaranya. Para ahli masih kesulitan mendefinisikan unconciuous. Para peneliti


mengemukakan bahwa aktifitas orang banyak dipengaruhi oleh

informasi diluar

kesadaranya(Carlson,1997).Contohnya adalah orang dengan blindsight yang bisa


mengetahui ciri-ciri suatu obyek.
Conscious dan Unconscious, bagaimanapun juga tidak bisa dibatasi menjadi dua
bagian dengan batas yang jelas, jadi terdapat hubungan yang menyatukan
keduanya(Erdelyi,1992)
Pada ahirnya, diskusi-diskusi tentang consciousness menunjukkan bahwa topik
tersebut masih merupakan tantangan untuk diselidiki lebih lanjut. Kesadaran kita
bukanlah suatu cermin yang bisa digunakan untuk melihat proses kognisi yang terjadi
pada kita, sedemikian sehingga kita masih sulit menjelaskan proses tersebut.
Kesadaran juga tidak bisa diibaratkan sebagai suatu papan tulis dimana kita bisa
menulisi pada satu saat dan menghapusnya dengan mudah di saat yang lain.
Oleh karena hal tersebut, kesadaran kita haruslah diisi dengan hal-hal yang
benar dan positif sesuai dengan perintah Allah swt. agar hidup kita menjadi lebih
hidup dan menyenangkan dalam menghadapi segala masalah didunia ini, amiin.
(Abdul Qohar)

26

-oOoC. CONTOH IMPLEMENTASI PADA PENDIDIKAN MATEMATIKA


Pemahaman Konsep Limit

f ( x) L .
Mahasiswa diharapkan bisa membuat deskripsi tentang makna lim
x c
Pembuatan deskripsi ini dapat dimulai dari suatu fungsi, misalnya fungsi f berikut:
x 1
2,

f ( x ) 4 x, 1 x 4 .
0,
x4

Gambarlah grafik fungsi f pada interval [0,5]. Perhatikanlah (Attention) grafik itu
untuk x 1 dan x 4 . (Jadi dalam hal ini terjadi proses Divided Attention, dimana
mahasiswa diminta untuk memperhatikan dua titik sekaligus).
Berapakah nilai fungsi f di kiri x 1 . Berapa pula nilai fungsi itu di kanan x 1 .
Apakah nilai fungsi f dekat ke suatu nilai di x 1 . Mengapa. Periksa juga fungsi f di
x 4 . Apakah di x 4 nilai fungsi f dekat ke suatu nilai. Mengapa? Di titik manakah

fungsi itu mempunyai limit. Atas dasar hasil pengamatan itu, buatlah deskripsi/uraian

f ( x) L . Kemudian periksa hubungan nilai-nilai


tentang lim
x c

x , f(x), dan L. Uraian

itu harus memuat pertanyaan yang berfungsi mengarahkan anda untuk membuat

f ( x) L . Selanjutnya anda diminta membuat deskripsi tentang makna


definisi lim
x c
lim f ( x) L . ( Selective Attention )
x c

D. JAWABAN SOAL-SOAL PADA CHAPTER 2


1. Untuk menjelaskan Persepsi pada orang yang tidak mempunyai latar belakang
kuliah psikologi, dengan menggunakan bahasa sederhana yang mereka kenal,
misalnya persepsi merupakan suatu proses yang dilakukan oleh pikiran kita dalam
menanggapi hal-hal yang diterima oleh panca indera kita. Misalkan didepan kita
ada sebuah buku, bagaimana pikiran kita menanggapi adanya buku tersebut apakah
27

pikiran kita memperhatikan atau mengabaikan buku tersebut dan memperhatikan


benda lain disekitarnya, merupakan persepsi.
Proses-proses persepsi yang yang terjadi lima menit yang lalu :

Mencari buku Cognition diantara tumpukan buku, merupakan kegiatan object


recognition.

Membuka Laptop dan menghidupkanya, merupakan Automatic processing.

Mencari soal di Chapter 2, merupakan kegiatan object recognition.

Membaca soal nomor satu,

merupakan kegiatan object recognition dan

Attention (selective attention)

Memikirkan jawaban soal nomor 1, Attention (selective attention)

2. Ada catatan teman yang mengkin kurang jelas tentang angka 8 yang bisa mengarah
ke angka 6 atau 3, tetapi saya tetap berkesimpulan bahwa angka tersebut adalah 8,
dengan penjelasan sebagai berikut :

Dengan template matching theory, didalam pikiran/kognisi saya sudah ada


model atau template angka 8, dimana terdapat dua lingkaran tertutup yang
bertumpuk dua. Sedangkan template untuk angka 6 ada lubang diatas, dan
angka 3 hanya setengah lingkarang (terdapat dua lubang). Setelah saya
banding-bandingkan dengan template-template yang ada dipikiran saya, saya
menyimpulkan bahwa angka yang ditulis teman saya tersebut adalah 8.

Dengan feature analysis model. Saya melihat bahwa angka yang ditulis teman
saya tersebut mempunyai fitur/ciri-ciri di angka dimana terdapat dua lingkaran
tertutup walaupun tidak jelas yang merupakan ciri dari angka delapan, sehingga
saya menyimpulkan bahwa angka tersebut adalah angka 8.

3. Tujuan dari teori Biederman tentang pengenalan obyek 3D dengan komponen


model adalah untuk menyatakan bahwa benda-benda 3 dimensi yang ada di dunia
ini bentuknya tersusun dari bentuk-bentuk standar yang disebut sebagai geon
(geomtrical ions). Ibaratnya adalah semua kata-kata yang tersusun dari 26 abjad,
semua bentuk benda juga terbentuk dari 24 geon yang diciptakanya.
Contohnya :

Buku, buku ini merupakan benda 3 dimensi yang tersusun dari geon nomor
2 (kotak).
28

Tas, tersusun dari geon nomor 2 (kotak) dan geon nomor 5 (lengkung)

Lengan tangan, tersusun dari geon nomor 3 dan geon nomor 4.

4. Bottom-up processing

pada pengenalan obyek adalah .bagaimana sesorang

mengenali suatu obyek berdasarkan pada obyek yang memberi stimulus pada kita.
Sedangkan Top-Down processing adalah pendekatan yang menekankan bagaimana
sesorang yang sudah memiliki konsep dan

proses mental tingkat tinggi bisa

mempengaruhi pengenalan obyek.


Pada saat proses membaca paragraf ini yang dimulai dengan kata Distinguish,
karena saya sudah pernah mengetahui kata ini sebelumnya, maka dengan cepat bisa
mengenalinya tanpa melihat satu persatu huruf yang ada pada kata tersebut, dalam
hal ini top-down processing membantu saya dalam mengenali huruf-huruf dalam
kata tersebut dengan cepat. Begitu juga dengan membaca kata-kata between
bottom-up dan seterusnya.
Kebanyakan penelitian pada masalah top-down processing telah menguji bahwa
konteks telah membantu kita untuk mengenali huruf alfabet. Para ahli psikologi
yang mempelajari proses membaca telah melihat kenyataan selama beberapa
dekade bahwa teori pengenalan tidaklah cukup jika hanya didasarkan pada
informasi yang didapat dari stimulus obyek saja. Sebagai contoh, andaikan kita
selalu mengenali tiap huruf dari kata-kata yang kita baca dengan menganalisa fitur
yang terdapat huruf-huruf tersebut. Kita anggap bahwa tiap-tiap huruf rata-rata
terdapat empat fitur yang berbeda. Berdasarkan kemampuan rata-rata umumnya
orang membaca, maka berdasarkan analisa tersebut tiap menit proses membaca
harus menganalisa kurang lebih 5000 fitur yang terdapat pada huruf. Hal ini
sangatlah besar dan proses persepsi kita (jika hanya mengandalkan informasi
stimulus dari huruf saja) tidak akan bisa menangani hal tersebut.
Dalam hal mengenali suara top-down processing sangat membantu kita, pada saat
ada suara adzan yang hanya sayup-sayup terdengar, ummat muslim pada umumnya
sudah bisa yakin bahwa suara tersebut adalah suara adzan. Hal ini karena sudah
ada di memori tentang bagaimana suara adzan itu. Begitu juga dalam hal
mengenali rasa, dengan kemampuan top-down processing, kita bisa mengenali
rasa, walaupun hanya sedikit dari obyek yang kita rasakan tersebut, atau bahkan
belum merasakanya. Misalkan didepan kita disediakan asam, walau tidak
mencicipinya kita sudah bisa mengenali rasa asamnya. Selanjutnya, top down
29

processing juga membantu kita dalam mengenali bau, misalkan dibalik ruangan ini
orang yang membakar sate kambing, tentunya walau kita tidak melihatnya, kita
bisa tau ada sate kambing. Pengenalan obyek dengan adanya stimulus sentuhan
juga bisa terbantu dengan adanya top-down processing, misalnya untuk mengambil
buku Cognition(yang cukp tebal dibanding yang lain) dari dalam tas diantara bukubuku yang lain, dengan tanpa melihat dan tanpa banyak meraba-raba, dengan
tersentuh pojoknya saja kita sudah bisa mengambil buku tersebut.
5. Proses pengenalan wajah merupakan suatu proses yang spesifik dibandingkan
dengan pengenalan obyek yang lain. Dalam pengenalan wajah, sulit bahkan tidak
bisa dilakukan secara parsial atau per bagian. Sebagai contoh, seseorang yang
sudah kita kenal misalkan bernama si A yang tidak pernah menggunakan kacamata
hitam, tiba-tiba menggunakan kacamata hitam. Pada saat melintas didepan kita dan
tanpa berkata-kata kepada kita, kita akan sulit yakin bahwa seorang yang melintas
tersebut adalah si A. Hal ini dikarenakan dalam pengenalan wajah, faktor yang
penting adalah bahwa wajah tersebut terlihat secara utuh, walaupun ekspresi wajah
berubah-ubah (tertawa, senyum, menangis, dsb.) kita masih mudah mengenalinya.
Hal ini berbeda dengan obyek lain, misalnya wajah kuda. Dalam sebuah penelitian
yang dilakukan oleh James Tanaka dan Martha Farah(1993) menunjukkan bahwa
responden masih bisa akurat mengenali kuda, walaupun kuda itu menggunakan
masker yang menutup sebagian wajah kuda. Sebaliknya dalam mengenali wajah
manusia, dengan sedikit ditutup sebagian wajahnya, manusia sudah sulit dikenali.
Neuroscience research mengenai pengenalan wajah sudah banyak dilakukan.
Misalnya McNein dan Warrington (1993) meneliti pada seorang professional yang
kecelakaan di kepalanya dan mengakibatkan kerja otaknya terganggu, dia
kehilangan kemampuan untuk mengenali wajah orang-orang. Kemudian orang
tersebut beralih profesi menjadi penggembala biri-biri, dan ternyata dia

bisa

mengenali wajah-wajah dari biri-birinya.


6. Divided Attention adalah suatu proses kognisi dimana seseorang harus memberi
perhatian pada dua atau lebih stimulus yang datang dalam waktu yang bersamaan
dan memberi respon pada stimulus-stimulus tersebut sesuai dengan kebutuhan.
Contoh (kejadian 24 jam terahir) :

Ketika saya mengetik dengan laptop ini perhatian saya terpecah karena dua
anak saya (umur 4 dan 5 tahun) sedang bermain jumping ball, dan saya
30

khawatir jumping ballnya terlempar mengenai laptop. Sehingga disamping saya


perhatian menulis juga memperhatikan larinya jumping ball tersebut.

Ketika saya naik angkutan, saya sedang menulis sms, sementara angkutan
sudah hampir sampai. Perhatian saya terpecah pada handphone dan jalan, agar
turunya tidak terlambat.

Membaca buku sambil mendengarkan siraman rohani dari radio.

Penelitian tentang Latihan dan Perhatian yang terbagi menyatakan bahwa latihan
akan membuat kemampuan hal ini meningkat. Sebagai contoh, dalam dua
penelitian klasik, para siswa dilatih untuk membaca riwayat secara pelan-pelan,
dalam waktu bersamaan mereka didikte dengan kata-kata yang tidak relevan(Hirst
et al. 1980; Spelke et al. 1976). Pada awalnya, mereka bermasalah dengan
mengkombinasikan dua pekerjaan tersebut, proses membacanya turun dengan
drastis begitu juga dengan tulisan tangan hasil diktenya juga tidak bagus. Tapi
setelah 6 minggu latihan, mereka bisa membaca dengan cepat walaupun sambil
didikte, begitu juga hasil tulisan tanganya juga menjadi lebih bagus.
Pengalaman saya tentang latihan dan membagi perhatian, adalah ketika mengajar
di kelas, saya perhatian pada materi yang sampaikan, pada saat bersamaan saya
juga memperhatikan mahasiswa yang mengikuti kuliah tersebut. Latihan tersebut
saya lakukan terus menerus sehingga bisa melakukan kedua hal tersebut secara
bersamaan dengan baik.
7. Perhatian terseleksi adalah suatu proses kognisi dimana seseorang diinstruksikan
untuk memberi perhatian pada satu sumber stimulus/informasi dan mengabaikan
sumber-sumber stimulus/informasi yang lain.
Contoh (kejadian 24 jam terahir) :

Pada saat kuliah Satistik Multivariat perhatian saya tertuju pada penjelasan
dosen, walaupun didepan saya ada dan terlihat data dari komputer dan internet.
(visual and auditory)

Ketika naik sepeda motor, perhatian tertuju ke jalan didepan, walau banyak
stimulus di kiri-kanan jalan.(Visual)

Pada saat masuk toko dan mencari-cari barang, perhatian saya hanya tertuju
pada satu barang yang saya cari. (Visual)

31

Berdasarkan penelitian tentang Latihan dan membagi perhatian, saya sangat yakin
bahwa dengan latihan, konsentrasi pada satu rangsangan bisa ditingkatkan
walaupun terhadap hal-hal yang tidak relevan. Karena kedua proses kognisi
tersebut(divided attention dan selective attention) saling berhubungan erat. Bahkan
mungkin latihan membagi perhatian lebih sulit dibandingkan dengan menyeleksi
perhatian.
8. Saya sedang membaca artikel majalah yang menarik, pada saat yang bersamaan
teman saya juga berbincang-bincang dengan saya. Dalam kasus tersebut, saya tidak
bisa optimal dalam membaca dan memahami artikel, apalagi artikelnya sulit
dipahami. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh dari teori bottleneck, dimana
kognisi saya tidak bisa melakukan kedua hal tersebut secara maksimal secara
bersamaan.
Pada kasus tersebut terjadi automatic processing, yaitu pada saat membaca katakata yang sudah umum dan sering saya baca. Maksudnya kata-kata tersebut dengan
cepat terbaca secara otomatis begitu terlihat walaupun sambil berbicara dengan
teman.

Sedangkan untuk memahami suatu paragraph, diperlukan controlled

processing yaitu perlu perhatian khusus untuk memahaminya dan tidak bisa
dilakukan bersamaan dengan berbicara dengan teman.
Sesuai dengan Triesmans Integration theory,

bahwa kita sering melakukan

pekerjaan dimana kita menggunakan perhatian terdistribusi (distributed attention),


dimana semua pekerjaan tersebut terjadi secara bersamaan, dan pada kesempatan
lain kita menggunakan perhatian yang terfokus (focused attention) dimana pada
satu waktu hanya perhatian pada satu pekerjaan. Contoh diambil seperti pada
kejadian tersebut diatas, pada saat membaca sambil berbicara dengan teman terjadi
distributed attention. Sedangkan pada saat memahami maksud dari paragraph yang
sulit, maka terjadi focused attention.
9. Misalkan, saya sedang mencari halaman dimana terdapat gambar-gambar berbagai
macam geon. Pada aktifitas ini maka bagian otak yang bekerja adalah Posterior
Attention Network.
Pada saat kita mencurahkan perhatian untuk mengetahui maksud dari kata geon.
Maka pada aktifitas ini, bagian otak yang bekerja adalah Anterior Attention
Network.

32

Penelitian-penelitian tentang landasan biologis pada masalah perhatian(attention)


dilakukan dengan PET (positron emission tomography) scan. Penelitian dengan
PET scan dilakukan dengan mengukur aliran darah yang mengalir ke berbagai
bagian otak, seperti pada parietal cortex dan frontal cortex, pada saat seseorang
melakukan proses perhatian. Penelitian lain untuk mengetahui kerja otak pada saat
melakukan proses perhatian adalah dengan fMRI (functional magnetic resonance
imaging), penelitian ini didasarkan pada prinsip bahwa oksigen yang memenuhi
darah merupakan index dari aktifitas otak. Pada penelitian ini mengambil foto
dari perubahan-perubahan atom oksigen yang terdapat di otak pada saat seseorang
tersebut melaksanakan proses perhatian (attention). Metode lain dalam penelitian
aktifitas biologis otak adalah dengan ERP (Event-Related Potential). Pada metode
ini, yang dilakukan adalah merekam perubahan aktifitas elektrik otak pada saat
merespon stimulus. Salah satu hasil dari metode ERP ini, terlihat bahwa terdapat
perubahan yang sistimatis pada otak manusia pada saat melakukan aktifitas
pencarian obyek-obyek visual.
10. Consciousness adalah kesadaran yang dimiliki seseorang tentang dunia diluar
dirinya, tentang persepsi-persepsi, gambaran-gambaran dan perasaan-perasaanya.
Berdasarkan informasi di chapter ini, seseorang tidak dapat mengontrol secara
penuh tentang isi dari kesadaran kita, seperti yang diungkapkan oleh
Wenger(1997b) yang menggunakan istilah ironic effects of mental control untuk
menggambarkan bahwa usaha kita akan berantakan jika kita mencoba mengontrol
isi dari kesadaran kita.
Tentang proses kognitif yang terjadi pada kita, kita juga kesulitan untuk
mengetahuinya. Kita bisa sadar penuh dengan hasil dari proses pemikiran kita,
tetapi kita tidak sadar tentang proses yang terjadi pada pikiran kita yang
menghasilkan hasil tersebut.
Consciousness berbeda dengan attention, consciousness merupakan kesadaran
yang dimiliki seseorang tentang dunia diluar dirinya, tentang persepsi-persepsi,
gambaran-gambaran dan perasaan-perasaanya. Sedangkan Attention merupakan
kegiatan konsentrasi yang merupakan aktifitas mental dimana kita bisa memilih
jenis-jenis tertentu dari stimulus untuk diproses lebih lanjut, dan dengan
mengabaikan stimulus lainya
33

-oOo-

34

Anda mungkin juga menyukai