Anda di halaman 1dari 9

(http://belajarusahadandoa.blogspot.com/2013/04/pancasila.

html)
BAB II
PEMBAHASAN
1. Nilai Ketuhanan
Nilai ketuhanan Yang Maha Esa Mengandung arti bahwa adanya pengakuan dan
keyakinan bangsa terhadap adanya Tuhan sebagai pancipta alam semesta. Dengan nilai ini
menyatakan bangsa indonesia merupakan bangsa yang religius bukan bangsa yang ateis. Nilai
ketuhanan juga memilik arti adanya pengakuan akan kebebasan untuk memeluk agama,
menghormati kemerdekaan beragama, tidak ada paksaan serta tidak berlaku diskriminatif
antarumat beragama.
Sila pertama dari dasar negara Indonesia yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa ini
merupakan sila yang paling mendasar bagi sila-sila lainnya. Masalah ketuhanan dan kepercayaan
seseorang tidak dapat diganggu gugat karena merupakan hal yang paling hakiki yang dimiliki
manusia. Ketuhanan dan kepercayaan adalah sesuatu yang sangat sakral dan memiliki makna
yang sangat mendalam.
Setiap manusia pasti memiliki kepercayaannya masing-masing, yang jika dia memiliki
iman atau keyakinan yang kuat atas apa yang dipercayainya maka akan tetap ia pertahankan apa
pun yang terjadi. Sehingga, tidak pantas jika kita menganggu atau mengusik kepercayaan orang
lain. Kita wajib menghormati dan menghargai kepercayaan orang lain, sehingga orang lain pun
akan mnghormati dan menghargai kepercayaan yang yang kita anut.
Dengan adanya sikap saling menghormati dan menghargai kepercayaan masing-masing
tersebut, maka akan tercipta kedamaian dan ketentraman. Dengan saling menghormati tidak akan
terjadi perpecahan yang hanya akan membawa keburukan bagi semua. Sikap saling menghormati
dan menghargai sesama inilah yang seharusnya kita kembangkan agar tidak terjadi perpecahan
dan kerusuhan yang berakibat pada kondisi keamanan negara.
Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi Pancasila sebagai pandangan hidup, sudah
seharusnya kita menghayati dengan sungguh-sungguh dan mengamalkan sila pertama Pancasila
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengamalkannya, kita akan menyadari bahwa
setiap manusia berhak memiliki kepercayaannya masing-masing dan kita tidak boleh
memaksakan keyakinan kita pada orang lain.

2. Globalisasi
Menurut asal katanya, kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah
universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses menjadikan sesuatu
(benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah
Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working
definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya
sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa
seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan
kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis,
ekonomi dan budaya masyarakat.

Globalisasi sebagai suatu proses bukanlah suatu fenomena

baru karena proses globalisasi sebenarnya telah ada sejak berabad-abad lamanya. Di akhir abad
ke-19 dan awal abad ke-20 arus globalisasi semakin berkembang pesat di berbagai negara ketika
mulai ditemukan teknologi komunikasi, informasi, dan transportasi. Loncatan teknologi yang
semakin canggih pada pertengahan abad ke-20 yaitu internet dan sekarang ini telah menjamur
telepon genggam (handphone) dengan segala fasilitasnya.
Bagi Indonesia, proses globalisasi telah begitu terasa sekali sejak awal dilaksanakan
pembangunan. Dengan kembalinya tenaga ahli Indonesia yang menjalankan studi di luar negeri
dan datangnya tenaga ahli (konsultan) dari negara asing, proses globalisasi yang berupa
pemikiran atau sistem nilai kehidupan mulai diadopsi dan dilaksanakan sesuai dengan kondisi di
Indonesia. Globalisasi secara fisik ditandai dengan perkembangan kota-kota yang menjadi
bagian dari jaringan kota dunia. Hal ini dapat dilihat dari infrastruktur telekomunikasi, jaringan
transportasi, perusahaan-perusahaan berskala internasional serta cabang-cabangnya.
o

Pengaruh terhadap Globalisasi


Pengaruh positif :
1. Dilihat dari globalisasi politik, pemerintahan dijalankan secara terbuka
dan demokratis. Karena pemerintahan adalah bagian dari suatu negara,
jika pemerintahan djalankan secara jujur, bersih dan dinamis tentunya
akan mendapat tanggapan positif dari rakyat. Tanggapan positif tersebut
berupa rasa nasionalisme terhadap negara menjadi meningkat.

2. Globalisasi ekonomi, terbukanya pasar internasional, meningkatkan


kesempatan kerja dan meningkatkan devisa negara. Dengan adanya hal
tersebut akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang
kehidupan nasional bangsa.
3. Globalisasi sosial budaya kita dapat meniru pola berpikir yang baik seperti
etos kerja yang tinggi dan disiplin dan Iptek dari bangsa lain yang sudah
maju untuk meningkatkan kemajuan bangsa yang pada akhirnya
memajukan bangsa dan akan mempertebal rasa nasionalisme kita terhadap
bangsa.

Pengaruh negatif:

1. Globalisasi mampu meyakinkan masyarakat Indonesia bahwa liberalisme


dapat membawa kemajuan dan kemakmuran. Sehingga tidak menutup
kemungkinan berubah arah dari ideologi Pancasila ke ideologi liberalisme.
Jika hal tesebut terjadi akibatnya rasa nasionalisme bangsa akan hilang.
2. Globalisasi aspek ekonomi, hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam
negeri karena banyaknya produk luar negeri (seperti Mc Donald, Coca
Cola, Pizza Hut,dll.) membanjiri di Indonesia. Dengan hilangnya rasa
cinta terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa
nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
3. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian
antarperilaku sesama warga. Dengan adanya individualisme maka orang
tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.
4. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya
dan miskin, karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi.
Hal tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan
miskin yang dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.

2. Peranan Nilai Ketuhanan dalam Menghadapi Dampak Globalisasi


Globalisasi membuat budaya antar bangsa saling mempengaruhi. Karenanya keberadaan
nilai-nilai keimanan dan moralitas menjadi sangat penting. Sebab nilai-nilai keimanan dan
moralitas itulah yang mampu mengatasi dampak negatif dari globalisasi.
Adanya dampak negatif dari globalisasi menuntut kita untuk lebih selektif dalam memilih
mana yang baik dan mana yang buruk. Sehingga, perlu adanya penyaring agar semua informasi
yang kita terima sebagai dampak dari globalisasi dapat dipilih mana yang sesuai dengan jati diri
bangsa dan mana yang tidak. Dalam hal ini, tentu kita dapat menggunakan Pancasila yang
merupakan

pandangan

hidup

bangsa

Indonesia.

Dengan berpedoman pada Pancasila, kita tidak perlu kehilangan jati diri bangsa karena
arus globalisasi yang semakin hari semakin kuat menerjang. Khususnya jika kita berpegang
teguh pada sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila pertama Pancasila tersebut berperan
sebagai filter atau penyaring dalam menyeleksi budaya-budaya luar yang masuk dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dengan tetap berpegang teguh pada keyakinan
dan kepercayaan yang kita anut, kita tidak akan kehilangan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia
akibat pengaruh globalisasi.
Oleh karena itu, sebagai bangsa Indonesia yang berbudaya, kita harus menjunjung tinggi
sila Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai pedoman kita dalam menghadapi dampak globalisasi.
Keyakinan kita pada Tuhan Yang Maha Esa akan membuat kita lebih selektif dalam memilih
mana yang baik dan buruk bagi kita, karena setiap agama pasti mengajarkan kebaikan pada
penganutnya. Untuk itu, kita perlu menebalkan iman kita pada Tuhan agar kita tidak terpengaruh
oleh hal-hal baru yang bersifat merusak dari berbagai belahan dunia.

BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan

Sila Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan sila yang paling mendasar bagi sila-sila
lainnya dalam Pancasila. Ketuhanan yang berkaitan dengan kepercayaan merupakan hal yang
paling hakiki dan tidak bisa diganggu gugat. Sebagai makhluk Tuhan, kita wajib menghormati
dan menghargai kepercayaan orang lain agar tercipta kedamaian antar umat beragama.
Globalisasi merupakan suatu gejala wajar yang pasti akan dialami oleh setiap bangsa di
dunia, baik pada masyarakat yang maju, masyarakat berkembang, masyarakat transisi, maupun
masyarakat yang masih rendah taraf hidupnya. Dalam era global, suatu masyarakat/negara tidak
mungkin dapat mengisolasi diri terhadap proses globalisasi. Jika suatu masyarakat/negara
mengisolasi diri dari globalisasi, mereka dapat dipastikan akan terlindas oleh jaman serta
terpuruk pada era keterbelakangan dan kebodohan.
Dengan berpedoman pada Pancasila, kita tidak perlu kehilangan jati diri bangsa karena
arus globalisasi yang semakin hari semakin kuat menerjang. Khususnya jika kita berpegang
teguh pada sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa.
3. Saran
Dalam menghadapi dampak negative globalisasi diperlukan nilai-nilai keimanan dan
moralitas dan sikap selektif dalam memilih mana yang baik dan buruk bagi kehidupan berbangsa
dan bernegara. Dengan demikian, diharapkan dampak negatif yang timbul dapat diminimalisasi.

DAFTAR PUSAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Megaisme.
2010.
Sikap
Kritis
Terhadap
Globalisasi,
http://megaisme.wordpress.com/2010/01/03/sikap-kritis-terhadap-dampak-globalisasi/
Fearlessmey. 2012. Peran Sila Ketuhanan dalam Menghadapi Dampak Globalisasi,
http://fearlessmey.wordpress.com/2012/06/17/peran-sila-ketuhanan-dalam-menghadapidampak-globalisasi/
Sro web. 2012. Makalah Globalisasi, http://sro.web.id/makalah-globalisasi.html
Soepandji , Budi Susilo. 2012. Revitalisasi Nilai Luhur Pancasila Dalam Kehidupan Nasional,
http://budisusilosoepandji.wordpress.com/2012/06/07/revitalisasi-nilai-luhur-pancasiladalam-kehidupan-nasional/
http://id.wikipedia.org/wiki/Globalisasi
Kompasiana.
2012.
Nilai
Nilai
dalam
Pancasila,
http://sejarah.kompasiana.com/2012/10/07/nilai-nilai-dalam-pancasila/
Pramono, Teguh. 2012. Dampak Globalisasi terhadap Masyarakyat Indonesia,
http://tottoteguh.blogspot.com/2012/03/dampak-globalisasi-terhadap-masyarakat.html

PERAN SILA KETUHANAN DALAM


MENGHADAPI DAMPAK GLOBALISASI

BAB I
PENDAHULUAN
Pancasila yang merupakan dasar negara dan juga pandangan hidup bangsa Indonesia, memiliki
peran penting bagi kelangsungan hidup Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ideology bangsa
ini tidak pernah habis dimakan waktu, karena nilai-nilai yang terkandung di dalam sila-silanya
masih relevan hingga saat ini. Nilai-nilai yang terkandung tersebut mengikuti perkembangan
jaman, sehingga Pancasila disebut sebagai ideologi terbuka.
Di era yang serba modern ini, manusia ditutunt untuk berpikir inovatif dan kreatif agar bisa
mengikuti perkembangan jaman yang ada. Jika kita tidak mampu mengimbangi perkembangan
jaman yang semakin pesat, kita akan dianggap tertinggal oleh masyarakat dunia. Apalagi dengan
adanya globalisasi dimana batas-batas wilayah seolah sudah tidak lagi tampak.
Globalisasi mempunyai dua sisi yang bertolak belakang. Satu sisi membawa dampak positif bagi
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Sedangkan sisi yang lain membawa dampak
negatif. Hal ini tentu wajar, karena segala sesuatu di dunia ini tidak ada yang sempurna. Pasti ada
baik dan buruk dalam setiap halnya.
Sebagai bangsa yang menganut Pancasila sebagai pandangan hidup, bangsa Indonesia tentu
harus lebih selektif dalam menentukan budaya-budaya apa saja yang baik atau buruk sebagai
dampak dari globalisasi. Pancasila, terutama sila Ketuhanan Yang Maha Esa, berperan penting
sebagai penyaring dalam menyeleksi baik buruknya budaya yang dibawa arus globalisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa

Sila pertama dari dasar negara Indonesia berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila tersebut
merupakan sila yang paling mendasar bagi sila-sila lainnya. Masalah ketuhanan dan kepercayaan
seseorang tidak dapat diganggu gugat karena merupakan hal yang paling hakiki yang dimiliki
manusia. Ketuhanan dan kepercayaan adalah sesuatu yang sangat sakral dan memiliki makna
yang sangat mendalam.
Setiap manusia pasti memiliki kepercayaannya masing-masing, yang jika dia memiliki iman atau
keyakinan yang kuat atas apa yang dipercayainya maka akan tetap ia pertahankan apa pun yang
terjadi. Sehingga, tidak pantas jika kita menganggu atau mengusik kepercayaan orang lain. Kita
wajib menghormati dan menghargai kepercayaan orang lain, sehingga orang lain pun akan
mnghormati dan menghargai kepercayaan yang yang kita anut.
Dengan adanya sikap saling menghormati dan menghargai kepercayaan masing-masing tersebut,
maka akan tercipta kedamaian dan ketentraman. Dengan saling menghormati tidak akan terjadi
perpecahan yang hanya akan membawa keburukan bagi semua. Sikap saling menghormati dan
menghargai sesama inilah yang seharusnya kita kembangkan agar tidak terjadi perpecahan dan
kerusuhan yang berakibat pada kondisi keamanan negara.
Sebagai bangsa yang menjunjung tinggi Pancasila sebagai pandangan hidup, sudah seharusnya
kita menghayati dengan sungguh-sungguh dan mengamalkan sila pertama Pancasila tersebut
dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengamalkannya, kita akan menyadari bahwa setiap
manusia berhak memiliki kepercayaannya masing-masing dan kita tidak boleh memaksakan
keyakinan kita pada orang lain.
2. Globalisasi
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal batas
wilayah, Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan,
kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik
kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia.
Globalisasi adalah fenomena dimana batasan-batasan antar negara seakan memudar karena
terjadinya berbagai perkembangan di segala aspek kehidupan,khususnya di bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dengan terjadinya perkembangan berbagai aspek kehidupan
khususnya di bidang iptek maka manusia dapat pergi dan berpindah ke berbagai negara dengan
lebih mudah serta mendapatkan berbagai informasi yang terjadi di dunia.
Dengan adanya globalisasi, berdampak pada bidang informasi dan komunikasi. Kita bisa
mengakses semua ilmu pengetahuan dan informasi yang ada dari belahan dunia manapun.
Sehingga, peristiwa atau fenomena yang terjadi di suatu wilayah bisa dengan cepat diketahui
oleh orang lain yang berada di wilayah berbeda melalui jaringan telekomunikasi yang semakin
hari semakin canggih.
Selain itu, globalisasi juga berdampak pada bidang ekonomi dan bisnis. Kita bisa dengan mudah
mendapatkan barang dari negara lain tanpa perlu melakukan transaksi secara langsung dengan
produsen. Kita bisa membeli barang melalui internet dan melakukan perjanjian jual beli secara
online. Kesempatan kerja pun semakin terbuka lebar, sehingga meningkatkan devisa negara.
Dengan begitu akan meningkatkan kehidupan ekonomi bangsa yang menunjang kehidupan
rakyat banyak.
Dalam bidang sosial budaya, kita bisa mencontoh pola pikir dan etos kerja yang baik dari
masyarakat negara lain. Sehingga kita bisa menerapkannya dalam kehidupan bernegara yang
akan membawa dampak positif bagi kemajuan bangsa Indonesia.

Namun pada kenyataannya, tidak selamanya globalisasi berdampak positif, terutama bagi bangsa
Indonesia yang menjunjung tinggi adat ketimuran. Bahkan, bisa dikatakan dampak negatifnya
lebih banyak dibandingkan dampak positif. Sehingga kita perlu mewaspadai dampak negatif
yang diakibatkan oleh fenomena globalisasi ini dalam kehidupan kita sehari-hari.
Globalisasi bisa menurunkan rasa nasionalisme kita terhadap negara kita. Kita akan cenderung
menyukai produk-produk dari luar negeri dibandingkan produk dalam negeri karena banyaknya
produk luar negeri yang membanjiri pasar Indonesia. Para pemuda Indonesia juga banyak yang
meniru gaya hidup masyarakat negara lain yang mereka anggap lebih modern, padahal belum
tentu hal tersebut sesuai dengan jati diri bangsa.
Dalam bidang ekonomi, globalisasi bisa mengakibatkan kesenjangan sosial antara yang kaya dan
miskin karena persaingan bebas dalam perekonomian global. Dampak negatif lainnya adalah
menimbulkan sikap individualisme dalam masyarakat. Masyarakat akan cenderung bersikap
tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya, dan hanya memikirkan urusan pribadinya semata,
sehingga kebersamaan pun akan semakin memudar.
Nilai-nilai ketuhanan pada era globalisasi ini bisa dikatakan mulai pudar. Agama tidak lagi
dianggap penting oleh manusia, bahkan dianggap sebagai hal yang tidak rasional. Bahkan
atheisme juga ikut berkembang, dimana orang tidak lagi percaya pada Tuhan. Mereka
menganggap bahwa Tuhan tidak nyata, karena Tuhan tidak dapat dilihat. Namun pada
kenyataannya, tidak semua hal yang nyata dapat dilihat oleh mata kita.
Di era globalisasi ini manusia seolah-olah menuhankan ilmu pengetahuan dan teknologi, padahal
hal tersebut merupakan hasil buatan manusia. Manusia cenderung bergantung pada teknologi
yang ada, dan tidak lagi mengakui keberadaan Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini tentu sangat
memprihatinkan, karena bagaimanapun juga Tuhan-lah yang menciptakan kita. Tidak seharusnya
kita sebagai ciptaan-Nya bersikap sombong dengan tidak mengakui keberadaannya.
3. Peran sila Ketuhanan dalam menghadapi dampak globalisasi
Adanya dampak negatif dari globalisasi tersebut di atas, menuntut kita untuk lebih selektif dalam
memilih mana yang baik dan mana yang buruk. Sehingga, perlu adanya penyaring agar semua
informasi yang kita terima sebagai dampak dari globalisasi dapat dipilih mana yang sesuai
dengan jati diri bangsa dan mana yang tidak. Dalam hal ini, tentu kita dapat menggunakan
Pancasila yang merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia.
Dengan berpedoman pada Pancasila, kita tidak perlu kehilangan jati diri bangsa karena arus
globalisasi yang semakin hari semakin kuat menerjang. Khususnya jika kita berpegang teguh
pada sila pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Sila pertama Pancasila tersebut berperan sebagai
filter atau penyaring dalam menyeleksi budaya-budaya luar yang masuk dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara di Indonesia. Dengan tetap berpegang teguh pada keyakinan dan
kepercayaan yang kita anut, kita tidak akan kehilangan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia
akibat pengaruh globalisasi.
Oleh karena itu, sebagai bangsa Indonesia yang berbudaya, kita harus menjunjung tinggi sila
Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai pedoman kita dalam menghadapi dampak globalisasi.
Keyakinan kita pada Tuhan Yang Maha Esa akan membuat kita lebih selektif dalam memilih
mana yang baik dan buruk bagi kita, karena setiap agama pasti mengajarkan kebaikan pada
penganutnya. Untuk itu, kita perlu menebalkan iman kita pada Tuhan agar kita tidak terpengaruh
oleh hal-hal baru yang datang dari berbagai belahan dunia.
Sebagai manusia Indonesia yang berbudaya, sudah semestinya kita tidak begitu saja menerima

secara penuh budaya-budaya baru yang masuk. Hal ini dikarenakan tidak semua budaya dapat
sesuai satu sama lain. Kita harus semakin memperkuat peranan sila Ketuhanan dalam menyeleksi
budaya baru yang masuk sebagai dampak dari globalisasi. Semakin kuat peran sila Ketuhanan,
kita tidak akan mudah terpengaruh dengan hal-hal baru yang belum tentu sesuai dengan
kepribadian bangsa.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa merupakan sila yang paling mendasar bagi sila-sila lainnya
dalam Pancasila. Ketuhanan yang berkaitan dengan kepercayaan merupakan hal yang paling
hakiki dan tidak bisa diganggu gugat. Sebagai makhluk Tuhan, kita wajib menghormati dan
menghargai kepercayaan orang lain agar tercipta kedamaian antar umat beragama, terutama di
negari kita tercinta, Indonesia.
Dalam era globalisasi ini, tidak hanya dampak positif yang kita terima namun juga dampak
negatif yang harus kita waspadai bersama. Untuk itu diperlukan sikap selektif dalam memilih
mana yang baik dan buruk bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan sikap selektif
tersebut, diharapkan dampak negatif yang timbul dapat diminimalisasi.
Sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa berperan penting sebagai filter atau penyaring
dalam meyeleksi budaya-budaya baru yang masuk dalam masyarakat Indonesia. Dengan adanya
filter tersebut diharapkan budaya-budaya yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa tidak akan
meracuni generasi yang ada di masyarakat.
2. SARAN
a. Sebagai manusia Indonesia yang berpedoman pada Pancasila, kita harus saling menghargai
agama dan kepercayaan masing-masing agar tidak memicu perpecahan dan menciptakan suasana
yang damai antar umat beragama.
b. Kita harus lebih selektif dalam memilih yang baik dan yang buruk dari dampak globalisasi
yang semakin berkembang dari waktu ke waktu.
c. Sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sudah seharusnya kita mempertebal keimanan kita
agar tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal baru dari berbagai belahan dunia.
(http://fearlessmey.wordpress.com/2012/06/17/peran-sila-ketuhanan-dalammenghadapi-dampak-globalisasi/)

Anda mungkin juga menyukai

  • Pengurusan Stres
    Pengurusan Stres
    Dokumen30 halaman
    Pengurusan Stres
    Mohamed Mukhriz
    Belum ada peringkat
  • Nabi
    Nabi
    Dokumen110 halaman
    Nabi
    Mohamed Mukhriz
    Belum ada peringkat
  • Sumpah Pemuda
    Sumpah Pemuda
    Dokumen10 halaman
    Sumpah Pemuda
    Mohamed Mukhriz
    Belum ada peringkat
  • Arithmetic Mean
    Arithmetic Mean
    Dokumen4 halaman
    Arithmetic Mean
    Mohamed Mukhriz
    Belum ada peringkat
  • Asesmen Esai
    Asesmen Esai
    Dokumen11 halaman
    Asesmen Esai
    Mohamed Mukhriz
    Belum ada peringkat
  • Rules of Two
    Rules of Two
    Dokumen2 halaman
    Rules of Two
    Mohamed Mukhriz
    Belum ada peringkat