Anda di halaman 1dari 19

MANIFESTASI

Kelompok 6 :
1. Reza Brama Artha Arya
2. Riyanto
3. Rizki Abdilah
4. Roudhotus Syarifah
5. Septi reza Putra
6. Tika Nurmayanti
7. Ucu Ipah Syaripah

NYERI

Definisi
Nyeri adalah pengalaman sensori serta emosi
yang tidak menyenangkan dan meningkatkan
akibat adanya kerusakan jaringan yang aktual
atau potensial.
Menurut International Association for Study of
Pain (IASP), nyeri adalah sensori subyektif dan
emosional yang tidak menyenangkan yang
didapat terkait dengan kerusakan jaringan
aktual
maupun
potensial,
atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

Etiologi

Penyebab nyeri dapat diklasifikasian


dalam 2 golongan, yaitu : fisik dan psikis
Fisik : - Trauma mekanik
- Trauma termal
- Trauma kimiawi
- Trauma elektrik
- Neoplasma
- Nyeri pada peradangan
Psikis : Nyeri yang disebabkan oleh
faktor psikologis

Patofisiologi
Berdasarkan durasinya: 1. Nyeri akut
2. Nyeri Kronis
Berdasarkan asalnya:

1.Nyeri nosiseptif (nociceptive pain)

2.Nyeri perifer asal: kulit, tulang, sendi,


otot, jaringan ikat, dll nyeri akut, letaknya
lebih terlokalisasi

3.Nyeri visceral/central lebih dalam, lebih


sulit dilokalisasikan letaknya

4.Nyeri neuropatik

Faktor resiko
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Nyeri
1. Usia dan jenis kelamin
2. Kebudayaan
3. Makna dan toleransi nyeri
4. Perhatian
5. Keletihan
6. Pengalaman sebelumnya
7. Dukungan keluarga dan sosial

Diagnosis

Respon non verbal yang bisa dijadikan indicator nyeri. Salah satu
yang paling utama adalah ekspresi wajah.
Perilaku seperti menutup mata rapat-rapat atau membukanya
lebar-lebar, menggigiti bibir bagian bawah, dan seringai wajah
dapat mengindikasikan nyeri.
Selain ekspresi wajah, respon perilaku lain yang dapat
menandakan nyeri adalah vokalisasi (misalnya erangan,
menangis, berteriak), imobilisasi bagian tubuh yang mengalami
nyeri, gerakan tubuh tanpa tujuan (misalnya menendangnendang, membolak-balikan tubuh diatas kasur)

Gejala (Manifestasi klinik)

Nyeri dapat digambarkan sebagai: tajam


menusuk, pusing, panas seperti terbakar,
menyengat, pedih, nyeri yang merrambat,
rasa nyeri yang hilang timbul, dan berbeda
tempat rasa nyeri.
Setelah beberapa lama, rangsangan nyeri
yang sama dapat memunculkan gejala
yang sama sekali berbeda(contoh: dari
nyeri menusuk menjadi pusing)
Gejala yang tidak spesifik meliputi
kecemasan, depresi, kelelahan,
insomnia,rasa marah dan ketakutan

Terapi farmakologi
Terapi non-farmakologi
1. Intervensi psikologis: Relaksasi, hipnosis,
dll.
2. Transcutaneous electrical nerve
stimulation (TENS) utk nyeri bedah,
traumatik, dan oral-facial

- Terapi farmakologi
Analgesik : non-opiat dan opiat

Gol obat yang digunakan


1. Analgesik non opioid
-Parasetamol
-Salisilat: z Aspirin
-Mg salisilat z Diflunisal
-Fenamat
-Meklofenamat
-Asam mefenamat
-Asam asetat
-Na diklofenak
-Antalgin
2. Analgesik opioid

Morfin

Meperidin

Fentanil

Metadon

Nalokson

Tramadol

Mekanisme dan Dosis Obat


PARASETAMOL (asetaminofen)
Memiliki khasiat analgetik dan antipiretik
yang
baik.
Menghambat
pembentukan
prostaglandin secara sentral, namun tidak di
jaringan, sehingga tidak berefek sebagai antiinflamasi .Tidak memiliki efek antiplatelet.
Efek samping ringan dan jarang, relatif tidak
menyebabkan gangguan lambung. Pada dosis
besar (6-12 g) dapat menyebabkan kerusakan
hati. Pada dosis terapinya, merupakan pilihan
yang aman bagi banyak kondisi kesehatan,
temasuk
untuk
anak-anak
dan
ibu
hamil/menyusui.

LANJUTAN
ASETOSAL (asam asetilsalisilat, Aspirin)
Memiliki aktivitas analgetik, antipiretik, dan
antiinflamasi. Memiliki efek antiplatelet sehingga
dapat mencegah pembekuan darah. Sebaiknya
tidak digunakan pada pasien dengan
gangguan pembekuan darah (misalnya hemofili),
sirosis hati, trombositopenia, atau pada pasca
operasi. Bersifat asam, dapat menyebabkan
iritasi mukosa lambung. Sebaiknya jangan
diminum ketika lambung kosong. Tidak
direkomendasikan bagi pasien yang
memiliki riwayat gangguan lambung

LANJUTAN
ANTALGIN (metampiron, metamizol, dipiron)
memiliki efek analgetika, antipiretika, dan
anti-inflamasi yang kuat. Merupakan
obat lama, memiliki efek samping
yang cukup berbahaya yaitu
leukopenia dan agranulositosis yang
dapat berakibat kematian (5%) di
Amerika, Inggris, dan Swedia sudah
ditarik dari peredaran

ASAM MEFENAMAT Memiliki khasiat analgetik,


antipiretik dan anti-inflamasi yang cukup, tapi
tidak lebih kuat daripada asetosal. Bersifat asam,
dapat menyebabkan gangguan lambung.
Sebaiknya jangan diminum pada saat perut
kosong, atau pada pasien dengan riwayat
gangguan saluran cerna/lambung. Banyak
menyebabkan efek samping : diare,
trombositopenia, anemia hemolitik, dan ruam
kulit. Tidak direkomendasikan untuk penggunaan
pada anak-anak dan wanita hamil. Sebaiknya
tidak digunakan dalam jangka waktu lebih dari
seminggu, dan pada pemakaian lama perlu
dilakukan pemeriksaan darah.

Mekanisme opioid

Bekerja pada reseptor opiat di SSP, reseptor yang


memodulasi transmisi nyeri menurunkan persepsi
nyeri dg cara menyekat nyeri pada berbagai tingkat,
terutama di otak tengah dan medulla spinalis
Reseptor opiat ada 3 :
Reseptor (mu) : Berperan dalam Analgesia
supraspinal, Depresi respirasi, Euforia,
Ketergantungan
Reseptor (kappa) : Berperan dalam analgesia
spinal, miosis, sedasi
Reseptor (delta) : disforia, halusinasi, stimulasi
pusat vasomotor

Efek samping, kontraindikasi, perhatian


obat
- Efek samping yang dapat terjadi:
1. Toleransi dan ketergantungan
2. Depresi pernafasan
3. Hipotensi
-Efek samping utama obat golongan opiat
1. EfekManifestasi
2. Perubahan mood: Disforia, euforia
3. KesadaranLemah: Mengantuk, apatis, tidak bisa konsentrasi
4. Stimulasi CTZ: Mual, muntah
5. Depresi pernafasan, Kecepatan respirasi turun
6. Menurunkan motilitas GI Konstipasi
7. Meningkatkan tonus spinkter, Biliary spasm, retensi urin
8. Pelepasan histamin, Urikaria, pruritus, asma
9. Toleransi, Perlu dosis lebih besar untuk mencapai efek yang sama
10. Dependensi, Terjadi gejala putus obat jika dihentikan secara tiba-tiba

Interaksi obat
1.Analgesik lain : Hindari pemberian bersama AINS lain (meningkatkan
efek samping)
2. Antasid dan adsorben : sekresi asetosal dinaikan pada urin yang biasa
3. Antikoagulan : resiko perdarahan meningkat karena efek anti platelet
4. Antiepileptika : peningkatan efek fenitoin dan valproat
5.Kortikosteroid : resiko perdarahan dan ulserasi saluran cerna meningkat
6.Sitostatika : Mengurangi efek sekresi metotraksat (meningkatkan
toksisitas)
7.Diuretik : antagonisme efek diuretik sporonolakton; menurunkan eksresi
asetazolamid (resiko toksisitas)
8.Metoklopramid dan Domperidon : Metokloperamid meningkatkan efek
asetosal (meningkatkan laju absorpsi)
9.Mifepriston : disarankan untuk menghindari asetosal sampai 8-12 hari
setelah mifepriston
10. Urikosurik : efek probenesid dan sulfinpirazon dikurangi

Studi kasus

Ny. J umur 39 tahun mengeluh nyeri pada luka bekas operasi


sactio caesaria, nyeri seperti di tusuk-tusuk pada daerah
abdomen, region diperut, skala nyeri 5, nyeri terasa saat
bergerak. Pasien tampak meringis menahan nyeri.

Pemeriksaan
Pemeriksaan tanda-tanda vital takanan darah 160/100
mmHg, nadi 88x/menit, irama teratur, suhu 37C0, pernafasan
22x/menit, irama teratur, kedalaman lambat dan dalam.
Pemeriksaan abdome didapatkan hasil: inspeksi ada luka
bekas post operasi dibawah pusar dengan garis vertikal, luka
tertutup kasa, tidak ada rembesan, aukultasi bising usus
8x/menit, palpasi dan perkusi tidak dilakukan karena terdapat
luka operasi sectiocaesaria. Tinggi fundus uteri 2 jari diatas
simfisis pubis. Kandung kemih terba penuh.

Lanjutan.....

Riwayat penyakit
Hipertensi sejak 2 tahun yang lalu. Pasien tidak mempunyai
riwayat penyakit keturunan.

Diagnosa
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post operasi
sectio caesaria).

Penanganan
Non-farmakologi : dengan relaksasi nafas dalam untuk
menentukan dan mencegah komplikasi, memantau tanda-tanda
vital
untuk
mengumpulkan
dan
menganalisis
data
kardiovaskuler.
Farmakologi : ketorolax (i.v) 10mg/8 jam, cefotaxim 500mg/12
jam (i.v), asam mefenamat 500mg/8 jam (oral).

TERIMAKASIH ^_^

Anda mungkin juga menyukai