Anda di halaman 1dari 5

Keperawatan Keluarga dan Komunitas

(Lidia L.W Simatupang, 1006672636)

Akhir-akhir ini keperawatan keluarga menjadi sebuah bidang keahlian


khusus yang tidak terkait dengan berbagai bidang keahlian keperawatan lainnya.
Sebagai keahlian bidang yang berbeda, keperawatan keluarga ini masih tergolong
bayi. Akan tetapi, ada bukti kuat bahwa keperawatan keluarga merupakan
sebuah bidang keahlian khusus yang sedang tumbuh, bersifat dinamis, dan
mendapat perhatian dalam praktik, pendidikan, dan penelitian. Sampai saat ini
belum terdapat kesepakatan mengenai cakupan bidang keperawatan keluarga dan
perbedaannya dengan keperawatan komunitas (Friedman, 1986) dan terapi
keluarga.
Dalam keperawatan, praktik keperawatan keluarga dibagi menjadi tiga
tingkat. Tigkat I adalah keluarga sebagai konteks. Dalam tingkat I, keperawatan
keluarga dikonseptualisasikan sebagai suatu bidang dengan keluarga dipandang
sebagai konteks bagi pasien/klien (Bozzet, 1987). Pada tingkat ini, kelurga
sebagai kelompok primer klien yang paling penting digambarkan sebagai stressor
atau sumber bagi klien, terkait dengan pengkajian interaksi.
Tingkat II adalah keluarga sebagai kumpulan dari anggota keluarga.
Dalam praktik keperawatan tipe ini, keluarga dipandang sebagai kumpulan
individu anggota keluarga. Dikatakan keperawatan keluarga apabila semua
anggota keluarga mendapat perawatan. Pada tingkat ini hal yang penting adalah
masing-masing klien dilihat sebagai unit yang saling berinteraksi. Tingkat III
adalah keluarga sebagai klien. Pada tingkat ini keluarga menjadi klien atau fokus
utama pengkajian keperawatan. Keluarga dipandang sebagai sistem yang
berinteraksi, dengan fokusnya adalah dinamika dan hubungan internal keluarga,
struktur dan fungsi keluarga, serta saling ketergantungan subsistem keluarga
dengan kesehatan, dan keluarga dengan lingkungan luarnya. Hubungan antara
penyakit dan individu dalam keluarga dianalisis dan dimasukkan dalam rencana
asuhan keperawatan (Wright dan Leahey, 1988). Fokus dari tingkat III adalah
keterampilan pengkajian dan intervensi klinis yang lebih maju berdasarkan
integrasi keperawatan, terapi keluarga, dan teori sistem. Di sini terjadi interaksi

timbal balik antara fungsi keluarga dan kesehatan/penyakit (Wright dan Leahey,
1988). Tujuan umum keperawatan keluarga adalah meningkatkan kesadaran,
keinginan,

dan

kemampuan

keluarga

dalam

meningkatkan,

mencegah,

memelihara kesehatan mereka sampai pada tahap yang optimal, sedangkan tujuan
khususnya adalah meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kemampuan
keluarga dalam hal mengidentifikasi masalah kesehatan mereka, mengambil
keputusan, meningkatkan mutu kesehatan keluarga, mencegah terjadinya
penyakit, melaksanakan usaha penyembuhan, melaksanakan usaha rehabilitasi,
dan membantu tenaga professional keperawatan dalam menanggulangi penyakit.
Dalam kehidupan sehari-hari, karena keperawatan keluarga berhubungan
erat dengan keperawatan komunitas, terkadang masyarakat sulit membedakan
keduanya. Keperawatan komunitas adalah suatu tindakan untuk meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan dari populasi dengan mengintegrasikan keterampilan
dan pengetahuan yang sesuai dengan keperawatan dan kesehatan masyarakat.
Keperawatan keluarga berfokus pada keluarga sebagai target penerima perawatan,
sedangkan target keperawatan kesehatan komunitas adalah komunitas (Kark,
1974). Tujuan akhir dari keperawatan komunitas adalah kesehatan komunitas,
bukan kesehatan keluarga. Melalui keluarga, perawat komunitas menjaga dan
meningkatkan kesehatan komunitas. Jadi, perbedaannya terlihat pada tujuan akhir
dan prioritas. Implikasi perbedaannya terdapat pada masalah keluarga yang unik
dan masalah kesehatan komunitas yang lazim terjadi pada keluarga.
Daftar Pustaka
Ali, H. Z. (2009). Pengantar keperawatan keluarga. Jakarta: EGC.
Effendi, F. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas. Jakarta: Salemba Medika.
http://nursingbegin.com/ulkus-dekubitus/s
Sampurno, D. (1999). Paradigma sehat dan promosi kesehatan di saat krisis.
Jakarta: Interstudy.

Strategi Pelaksanaan (SP)


Kasus:
Sebuah keluarga X memiliki seorang Ibu yang bernama Ny. M berusia 50
tahun. Berdasarkan diagnosis medis, Ibu tersebut mengalami ulkus dekubitus
yaitu integritas kulit yang terjadi akibat iritasi dan ganguan aliran darah setempat.
Dalam keluarga tersebut, perawat yang bertugas untuk merawat Ibu tersebut
adalah perawat D. Kemudian perawat D melakukan pengkajian terhadap status
kesehatan dan pola makan Ny. M dan keluarganya. Selain itu, perawat D juga
mengumpulkan data informasi dari anggota keluarga yang lain untuk dapat
menentukan diagnosa keperawatan. Setelah data-data tersebut dipahami dan
dikumpulkannya, diagnosa keperawatan untuk penyakit Ny. M bahwa integritas
kulit yang berhubungan dengan imobilitas dan potensial terhadap infeksi terjadi
karena masukan nutrisi yang kurang baik terutama nutrisi untuk kulit.
Berkurangnya nutrisi dan vitamin C, E, dan sebagainya membuat kulit mudah
mengalami nekrosis. Dalam kasus ini, perawat bertindak ingin memberikan
penyuluhan terhadap Ny. M dan keluarganya.
1. Fase Orientasi
a. Salam terapeutik:
Selamat pagi, Ibu!
Saya perawat D, saya yang bersiaga selama satu hari ini.
Ibu, namanya siapa?
Ibu lebih senang dipanggil apa?
b. Fase validasi
Bagaimana perasaan Ibu M hari ini?
c. Kontrak
1. Topik: Bagaimana kalau kita membicarakan tentang faktor
penyebab dan cara mencegah Ulkus dekubitus Ibu M?
2. Waktu: Ibu M, mau berapa lama kita berbicara tentang Ulkus
dekubitus?
Baiklah, kontrak waktu kita 30 menit ya bu.

3. Tempat: Ibu M lebih senang kita berbicara dimana?


Baiklah, kita berbicara di ruang keluarga ya, Bu.
2. Fase Kerja
Permisi Ibu M, saya bersihkan lukanya dulu ya, Ibu.
Setelah itu kita akan memulai pembicaraan kita ya, Bu.
Ibu, selama penuaan, regenerasi sel pada kulit menjadi lebih lambat
sehingga kulit tipis. Kandungan kolagen pada kulit yang berubah
menyebabkan elastisitas kulit berkurang sehingga rentan mengalami
deformasi dan kerusakan. Selain itu, sejumlah penyakit yang
menimbulkan

penurunan fungsi kardiovaskuer seperti pada sistem

pernafasan menyebabkan tingkat oksigenasi darah pada kulit menurun.


Status gizi, underweight, overweight, maupun keadaan cairan tubuh
yang kurang, menjadi penyebab kulit mudah mengalami ulkus. Orang
yang mengalami kekurangan gizi (malnutrisi), vitamin, dan zat renik
lebih mudah mengalami ulkus karena tidak memiliki lapisan lemak
sebagai pelindung, sehingga kulitnya tidak mengalami pemulihan
sempurna karena kekurangan zat-zat gizi yang penting ketika kulit
menerima tekanan yang lama. Contoh makanan yang baik dikonsumsi
karena bisa manambah zat renik dalam tubuh kita adalah ikan tuna
yang besar atau ataupun yang kecil, dan ikan sardine. Ikan-ikan
tersebut dapat membantu memproduksi histamine. Selain itu, perlu
juga dikonsumsi makanan yang dapat meningkatkatkan kolagen pada
kulit. Kolagen ini berguna sebagai jaringan ikat ketika kulit mengalami
kerusakan atau luka. Contoh makanan yang mengandung kolagen
adalah bawang putih, tomat, dan ikan. Kebersihan tempat tidur, posisi
duduk dan tidur yang buruk juga dapat menimbulkan ulkus. Untuk
mencegah terjadinya ulkus, ada beberapa hal yang perlu untuk
dilakukan, yaitu: pertama, meningkatkan status kesehatan ibu dan
keluarga ibu dengan cara memperbaiki dan menjaga keadaan umum
ibu dan keluarga ibu, misalnya anemia diatasi, hipoalbuminemia
(kekurangan albumin) dikoreksi, pemenuhan nutrisi dan cairan yang
cukup, vitamin dan mineral ditambahkan kapasitasnya. Kedua,

mengurangi/memeratakan faktor tekanan yang mengganggu aliran


darah, misalnya alih posisi tidur selang seling paling lama tiap dua jam
dan gunakan kasur yang bersih dan khusus untuk membagi rata
tekanan darah. Apabila ulkus dekubitus sudah terjadi, ada beberapa
cara untuk mengobatinya. Pemberian obat tergantung pada tingkat
keparahan ulkus yang dialami ya ibu. Sebagai contoh, pertama, apabila
masih mengalami ulkus dekubitus derajat I, kulit yang kemerahan
dapat dibersihkan dengan air hangat dan sabun, lalu diolesi lotion.
Ulkus dekubitus derajat II, perawatannya harus memperhatikan syaratsyarat aseptik dan antiseptik. Dekubitus derajat III, ulkusnya sudah
dalam, jadi usahakan lukanya untuk tetap bersih dan eksudat
diusahakan dapat mengalir keluar. Ulkus dekubitus IV, ini sudah
derajat yang sangat parah sebab sudah disertai jaringan nekrotik. Pada
derajat III dan IV biasanya ditangani oleh tim medis ya, Bu.
3. Fase terminasi
a. Evaluasi hasil
1. Subjektif: Bagaimana Ibu M dan keluarganya, bisa mengerti
dengan penyuluhan saya?
2. Objektif: Kira-kira tadi kita sudah ngobrol apa saja ya, Bu?
b. Tindak lanjut
Coba Ibu M dan keluarganya memulai pola makan yang teratur
dan hidup bersih dimulai dari sekarang untuk mencegah
terjadinya ulkus dkubitus.
c. Kontrak yang akan datang

Waktu: Kita akan bertemu lagi besok pagi.


Topik: Apa saja yang akan kita bicarakan besok?
Baiklah, bila ada yang kurang jelas bisa ditanyakan lagi
besok ya, Ibu.
Selamat sore.

Anda mungkin juga menyukai