Anda di halaman 1dari 13

KONSEP AL QURAN TENTANG AKHIRAT

A. PENDAHULUAN
Agama Islam, agama yang kita anut dan dianut oleh ratusan juta kaum
Muslim di seluruh dunia, merupakan way of life yang menjamin kebahagiaan hidup
pemeluknya di dunia dan di akhirat kelak. Ia mempunyai satu sendi utama yang
esensial: berfungsi memberi petunjuk ke jalan yang sebaik-baiknya. Allah berfirman.







Sesungguhnya Al-Quran ini memberi petunjuk menuju jalan yang sebaikbaiknya (QS al-isra:9).
Al-Quran memberikan petunjuk dalam persoalan-persoalan akidah, syariah,
dan akhlak, dengan jalan meletakkan dasar-dasar prinsip mengenai persoalanpersoalan tersebut; dan Allah SWT menugaskan Rasul saw., untuk memberikan
keterangan yang lengkap mengenai dasar-dasar itu:



)







(44
Kami telah turunkan kepadamu Al-Dzikr (Al-Quran) untuk kamu terangkan
kepada manusia apa-apa yang diturunkan kepada mereka agar mereka berpikir (QS
an-nahl:44).1
diantara tema-tema pokok al-quran adalah hari akhirat, begitu pentingnya
akhirat ini sehingga kata quraish shihab pembuktian tentang hari akhir mengambil
tempat yang tidak sedikit dalam al-quran dan seringkali ayat al-quran maupun
hadits nabi hanya menyebut iman kepada allah dan hari akhir untuk mewakili
rukun-rukun iman lainnya.
dalam makalah ini kami akan membahas tentang bagaiman konsep al-quran
tentang akhirat yang didalamnya dibahas tentang pengertiannya, eksistensi, dan
prediksi waktunya.
1 quraish shihab, membumikan al quran,(ebook online,
http://media.isnet.org/islam/Quraish/Membumi/

B. PENGERTIAN AKHIRAT
kata akhirat berakar dari tiga huruf yaitu -- yang berarti menunda,
yang terakhir, dan yang lain. kata ini beserta kata yang seakar dengannya terulang
sebanyak 250 kali dalam al-quran dalam 13 bentuk.14 kali sekali
sekali 6 kali sekali 15 kali 2 kali 22 kali 26
kali 5 kali 30 kali 10 kali 115 kali.2
kata yang mempunyai bentuk feminin mempunyai beberapa makna
dalam al-quran, yang terakhir, yang kemudian (lawan dari dunia), bagian terakhir,
yang sebelumnya, yang telah lewat, dan generasi yang akan datang.3
namun dalam pembahasan kita kali ini akhirah yang kita maksud adalah
seperti yang dikatakan oleh aisha bewley, the next world, what is on the other side
of death, the hereafter, the dimension of existence after this world (hari kemudian,
sesuatu yang ada pada sisi lain dari kematian, dimensi keberadaan setelah dunia
ini).4
pembahasan mengenai akhirat adalah pembahasan yang sangat panjang dalam
aqidah. umar sulaiman al-asyqar dalam al-aqidah fi dhaui al-kitab wa al-sunnah
membagi hari akhirat menjadi 3 bagian, yang pertama yaitu qiyamah al-shughra
(kiamat kecil) yaitu kematian, kehidupan di alam barzakh, dan tanda-tanda kiamat.
dan yang kedua adalah qiyamah al-kubra (kiamat besar) yaitu terjadinya kiamat,
punahnya kehidupan, kebangkitan dan pengumpulan di al-mahsyar, adanya hisab

2 elsaid m. badawie, dkk., arabic english dictionary of quranic usage (leiden: brill, 2008), hal.
18

3 ibid.

4 aisha bewley, glossary of islamic terms, (london:ta-ha publishers ltd.:1998), hal. 4

dan mizan atas amal manusia, dan yang ketiga adalah tentang surga dan neraka
beserta gambaran kenikmatan dan kesengsaraan penghuninya.5
dalam buku yang sama umar sulaiman al-asyqar juga menguraikan namanama lain akhirat yang digunakan dalam al-quran. tidak kurang dari 22 lafadh
untuk menyebut hari akhir dan sebagian ulama masih ada yang menambahkannya.
Banyak redaksi yang digunakan Al-Quran untuk menguraikan hari akhir,
menunjukkan betapa besar perhatian Al-Quran dan betapa penting permasalahan
ini.

Seakan-akan Al-Quran bermaksud

untuk

memantapkan

keyakinan

tersebut -bagian demi bagian serta fasal demi fasal- dalam jiwa pemeluknya.6
fazlur rahman memakai istilah eskatologi dalam bukunya tema pokok alquran. Gambaran umum mengenai eskatologi Islam -kata fazlur rahman- adalah
kenikmatan surga dan azab neraka. Surga dan neraka ini sering dinyatakan alQuran sebagai imbalan dan hukuman secara global, termasuk keridhaan dan
kemurkaan Allah Namun, ide pokok yang mendasari ajaran-ajaran al-Quran
mengenai akhirat adalah gambaran tentang kiamat ketika setiap manusia akan
memperoleh kesadaran unik yang tak pernah dialami sebelumnya dari perbuatan
baik dan buruknya. Pada saat ini manusia dihadapkan kepada apa yang telah
dilakukannya, kemudian ia akan menerima ganjaran karena perbuatannya. 7

C. ARGUMENTASI EKSISTENSI AKHIRAT

5 umar sulaiman al-asyqar, al-aqidah fi dhaui al-kitab wa al-sunnah, (amman:dar alnafais, 1991)

6 quraish shihab, wawasan al quran, (ebook online,


http://media.isnet.org/islam/Quraish/wawasan/akhirat

7 fazlur rahman, tema pokok al quran, (bandung: pustaka), hal. 154

Menghadapi para pengingkar, Al-Qur'an seringkali mengemukakan alasanalasan pengingkaran, baru kemudian menanggapi

dan menolaknya. Hal

demikian terlihat dengan jelas dalam uraian Al-Qur'an tentang hari akhir.

Pada

umumnya masyarakat Arab meragukan bahkan mengingkari adanya hari akhir;


sementara yang percaya pun memiliki kepercayaan keliru.8

(29)








Mereka berkata: "Ia (hidup ini) tidak lain kecuali
(saja) dan kita tidak akan

kehidupan kita di dunia

dibangkitkan!" (QS Al-An'am [6]: 29).

(38)




Mereka bersumpah demi Allah dengan sumpah yang
sungguh-sungguh:
"Allah tidak akan membangkitkan orang yang mati" (QS Al-Nahl [16]: 38).
kata abu zahrah mereka bersungguh-sungguh bersumpah dengan seluruh
kekuatannya untuk menguatkan sumpahnya, mereka mengira bahwa waktu setelah
kematian adalah fana (ketiadaan) ynag tidak ada kehidupan padanya. mereka
mengira bahwa dirinya tak lain hanyalah materi dan mereka tidak beriman pada
allah yang mewujudkannya. walaupun mereka berkata bahwa allah adalah pencipta
segala sesuatu akan tetapi ucapan tersebut tidak menetap dalam hati dan jiwa
mereka.9






( 77)







8 quraish shihab, loc. cit.

9 abu zahrah, zahrah al-tafasir, hal. 4177




( 78)


(79)

078. (Dia membuat perumpamaan bagi Kami) mengenai hal tersebut
(dan dia lupa kepada kejadiannya) berasal dari air mani, dan terlebih
lagi ia lupa kepada hal-hal yang selain itu (ia berkata, "Siapakah yang
dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?")
hancur berantakan.

Menurut suatu riwayat dikisahkan bahwa kata al-insan dalam ayat


tersebut diperselisihkan oleh para mufassir kepada siapakah yang
dimaksud, sebagian mufassir berpendapat bahwa dia adalah ubayy bin
khalaf, sebagian lagi mengatakan ash bin wail as-sahmi, sebagian
yang lain mengatakan abdullah bin ubayy.
dari said bin jubair bahwa Ash bin Wail mengambil sebuah tulang
yang telah hancur, kemudian ia cerai-beraikan tulang itu di hadapan
Nabi saw. seraya berkata, " Apakah kamu berpendapat, bahwa Allah
nanti akan menghidupkan kembali tulang ini sesudah hancur luluh dan
berantakan ini?" Maka Nabi saw. menjawab, " Ya, Dia akan
membangkitkan tulang yang telah hancur ini, dan allah akan
mematikanmu

kemudian

menghidupkanmu,

kemudian

memasukkanmu ke neraka jahannam. maka turunlah ayat tersebut."


maka takwil dari ayat ini adalah apakah orang yang berkata
siapakah yang bisa menghidupkan tulang yang telah hancur ini?
tidak melihat bahwa kami menciptakannya dari setetes mani kemudian
kami sempurnakan penciptaanya.

, maka dia ternyata mempunyai permusuhan dengan









tuhannya, dia memusuhi dalam hal yang katakan bahwa allah yang
melakukannya ( berkuasa atasnya) dan itu merupakan pengabaran
allah kepadanya bahwa dialah yang menghidupkan makhluknya

setelah kematian. maka orang itu berkata








sebagai

pengingkaran

atas

kemampuan

allah

untuk

menghidupkannya.
dan perkataan allah
allah menjelaskan kepada orang-orang

yang mendengarkannya permusuhan dan perkataannya.
sesungguhnya dia memusuhi tuhan yang telah menciptakannya.
orang kafir itu membuat permisalan karena tidak ada seorangpun
yang mampu menghidupkandia menjadikan allah seperti makhluk
yang tak mampu menghidupkan.



dia lupa bagaimana kami menciptakan dia yang dulunya


tidak lain hanya setetes mani kemudian kami jadikan manusia yang
sempurna yang bisa berpikir. allah tidaklah lemah untuk
menghidupkan orang mati, dan menjadikan tulang yang telah hancur
menjadi manusia seperti sebelum dia hancur. allah berkata kepada
yang

rasulullah kepada orang kafir ini



menghidupkannya adalah allah yang menciptakan dia pertama kali
yang dulunya bukan apa-apa.


allah mempunyai pengetahuan atas seluruh

makhluknya, bagaimana mematikan dan menghidupkan, bagaimana
memulai dan mengembalikan, tidak ada yang samar bagi allah
sesuatupun dari urusan makhluknya. 10

filosof Muslim Al-Kindi, menguraikan tentang kandungan ayat tersebut,


sebagaimana dikutip oleh Abdul-Halim Mahmud dalam bukunya At-Tafkir AlFalsafi Al-Islam . Menurut Al-Kindi: Ayat ini menegaskan bahwa:
a

Keberadaan kembali sesuatu setelah kepunahannya adalah


Karena menghimpun sesuatu yang telah

bisa atau mungkin.

berpisah-pisah atau mengadakan

10 imam al-thabari, tafsir al-thabari, (kairo: hajr, 2001), hal.488

sesuatu yang tadinya belum


mewujudkannya pertama kali.
"lebih mudah

pernah ada, lebih mudah daripada


Meskipun demikian, bagi Allah tidak ada istilah

atau lebih sulit". Hakikat ini diungkapkan oleh ayat di atas

ketika menyatakan: Katakanlah bahwa ia akan dihidupkan oleh

yang

menciptakannya kali pertama.


b

Kehadiran atau wujud sesuatu dari sumber yang berlawanan


terjadi, sebagaimana terciptanya api dari daun
Ini diinformasikan oleh ayat yang

dengannya bisa

hijau (yang mengandung air).

berbunyi: Yang menjadikan untukmu api

dari kayu yang hijau.


c

Menciptakan manusia dan menghidupkannya setelah


mudah bagi Allah) daripada menciptakan
pernah ada. Ini dipahami dari
menciptakan langit dan

kematiannya, (lebih

alam raya yang sebelumnya tidak

firman-Nya: Dan tidakkah Tuhan yang

bumi itu berkuasa menciptakan yang serupa dengan

itu?
d

Untuk menciptakan dan atau melakukan sesuatu, betapa pun


agungnya ciptaan itu, bagi Tuhan tidak diperlukan
Ini jelas berbeda dengan makhluk
ini bisa dipahami dari

adanya waktu atau materi.

yang selalu membutuhkan keduanya. Hal

firman-Nya: Jadilah, maka terjadilah ia.

mana yang mampu dengan fasafah manusia,


ucapan sebanyak

besar dan

Manusia

menghimpun (informasi) dalam

huruf-huruf ayat diatas, sebagaimana yang telah

dthimpun

oleh Allah untuk Rasul-Nya Saw.11


Kehidupan sesudah mati pasti adanya. Bukankah makhluk yang termulia
adalah makhluk yang berjiwa? Bukankah yang termulia di antara mereka adalah
yang memiliki kehendak dan kebebasan memilih? Kemudian yang termulia dari
kelompok ini adalah yang mampu melihat jauh ke
mempertimbangkan

dampak

kehendak

depan,

serta

dan pilihan-pilihannya. Demikian

logika kita berkata. Dari sini pula jiwa manusia memulai pertanyaan-pertanyaan
baru.
11 quraish shihab, loc. cit.

Sudahkah semua

orang

melihat

dan

perbuatan-perbuatannya yang didasarkan oleh kehendak

merasakan

akibat

dan pilihannya itu?

Sudahkah yang berbuat baik memetik buah perbuatannya? Sudahkah yang


berbuat jahat menerima nista kejahatannya? Jelas tidak, atau belum, bahkan
alangkah banyak manusia-manusia baik yang dicambuk oleh kehidupan dengan
cemeti-cemetinya, dan alangkah banyak pula orang-orang jahat yang disuapi oleh
dunia dengan kenikmatan-kenikmatannya.
Kemah-kemah para perusak sangat menyenangkan. Mereka
mendurhakai Tuhan (tampak) tenang. Ini semua
oleh telingaku dan
mengalami

kuketahui sepenahnya.

kepahitan

yang

dilihat oleh mataku, didengar

Demikian Nabi Ayyub a.s. yang

hidup mengeluh kepada Tuhan.

Karena

itu,

demi

tegaknya keadilan, harus ada satu kehidupan baru di mana semua pihak akan
memperoleh secara adil dan sempurna hasil-hasil perbuatan yang didasarkan atas
pilihannya masing-masing. Itu sebabnya Al-Quran menamai hidup di
sebagai

al-hayawan

yang

berarti

akhirat

"hidup yang sempurna"; dan kematian

dinamainya wafat yang arti harfiahnya adalah "kesempurnaan." 12


Memang ada saja orang-orang yang tidak sabar dan
menunggu.

Mereka

menghendaki

tidak

tahan

agar perhitungan, ganjaran dan balasan

diadakan segera -paling tidak di dunia ini juga. Tetapi mereka lupa bahwa
hidup dan mati adalah ujian:
(Allah) yang menciptakan kematian dan kehidupan untuk
menguji
kamu, siapakah di antara kamu yang paling baik amalnya (QS Al-Mulk [67]: 2).
Apakah mereka yang ingin segera melihat balasan itu menduga bahwa si
pembunuh

akan

melangkah

jika

balasan

segera ditimpakan kepadanya?

Kemudian apakah masih bermakna suatu kebaikan bila segera pula dirasakan
kesempurnaan ganjarannya? Jika demikian di mana letak ujiannya? Manusia dapat
menyadari hal-hal di atas.
KEHIDUPAN DI ALAM BARZAKH

12 quraish shihab, loc. cit.

Al-Quran

tidak

hanya

memberikan sekian banyak

menjelaskan tentang hari akhir, tetapi juga


informasi

menyangkut kejadian-kejadian saat

kematian. kehidupan barzakh, dan peristiwa-peristiwa sesudahnya. Dengan


kematian, seseorang beranjak untuk memasuki saat pertama dari hari akhir.
Dalam sebuah riwayat dinyatakan bahwa:
kiamatnya telah bangkit.

Siapa yang meninggal, maka

Kiamat ini dinamai "kiamat kecil". Saat itu yang

bersangkutan dan semua yang meninggal sebelumnya hidup dalam satu alam yang
dinamai "alam barzakh". Mereka semua menanti kedatangan kiamat besar,

yang

ditandai dengan peniupan sangkakala pertama sebagaimana akan diuraikan nanti.


... sehingga apabila datang kematian kepada seorang di

antara mereka (yang

kafir) ia berkata:

( 99)















(100)


"Ya Tuhanku, kembalikanlah aku, agar aku berbuat amal saleh terhadap
yang telah aku tinggalkan." (Allah berftrman), "Sekali-kali tidak! Sesungguhnya
itu
hanyalah perkatan yang diucapkannya saja. Dan di
hadapan mereka ada
barzakh (pemisah) sampai hari mereka dibangkitkan" (QS Al-Mu'minun [23]: 99100).
Dari segi bahasa, "barzakh" berarti "pemisah". Para ulama mengartikan
alam barzakh sebagai "periode antara kehidupan dunia dan akhirat". Keberadaan
di sana memungkinkan seseorang untuk melihat kehidupan dunia dan akhirat.
Kehidupan di sana bagaikan keberadaan dalam suatu ruangan terpisah yang
terbuat dari kaca. Ke depan penghuninya dapat melihat hari kemudian, sedangkan
ke belakang mereka melihat kita yang hidup di pentas bumi ini.13
Al-Quran melukiskan keadaan orang-orang kafir ketika itu dengan
firman-Nya:

13 ibid.






( 45






(46)



... Fir'aun beserta kaum (pengikut)-nya dikepung oleh siksa yang amat
buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang. Dan (nanti)
pada hari
terjadinya kiamat, (dikatakan kepada malaikat):
"Masukkanlah
Fir'aun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat keras" (QS Al-Mu'min [40]: 4546).
Para syuhada ketika itu dilukiskan sebagai orang-orang yang hidup dan
mendapatkan rezeki.








(169)

Jangan sekali-kali menduga yang gugur di jalan Allah adalah orang-orang
mati. Sebenarnya mereka hidup di sisi Tuhan mereka dan mereka memperoleh
rezeki (QS Ali 'Imran [3]: 169).
Apabila salah seorang di antara kamu meninggal, maka diperlihatkan
kepadanya setiap pagi dan petang tempat tinggalnya (kelak di hari kiamat). Kalau
dia penghuni

surga, maka diperlihatkan kepadanya (tempat) penghuni surga;

surga; dan kalau penghuni neraka, maka diperlihatkan (tempat) penghuni neraka.
Disampaikan kepadanya bahwa inilah tempatmu sampai Allah membangkitkanmu
ke sana

(HR Bukhari).

D. KAPAN HARI AKHIR TIBA?


dalam berbagai ayat serta hadis dinyatakan bahwa tidak seorang pun
mengetahui kapan kehadirannya.

( 42)


)


( 43
(44)


mereka (orang-orang kafir) bertanya kepadamu tentang
hari akhir,
kapankah terjadinya? Siapakah kamu (maka)
dapat menyebutkan (waktunya)?
Kepada Tuhanmulah dikembalikan kesudahan (ketentuan waktunya) (QS AlNazi'at [79]: 42-44).



(15)












sungguh hari kiamat iti akan datang, aku merahasiakan ( waktunya)
agar setiap orang dibalas atas apa yang telah ia usahakan.

abu zahrah menjelskan dalam tafsirnya bahwa allah menyembunyikan dan


tidak menjelaskan kapan terjadinya kiamat. tidak kepada nabi atau siapapun yang
diberi pengetahuan kapan waktunya. sesungguhnya datangnya hari kiamat adalah
untuk pembalasan maka orang yang beramal shalih akan mendapat kebaikan dan
orang yang berbuat keburukan juga akan mendapat balasan sesuai dengan apa yang
dilakukannya. maka perbuatan manusia tidaklah dibiarkan begitu saja tanpa ada
hisab atas kebaikan yang diniatkan dan dilakukannya.14
Sekian banyak ayat Al-Quran yang mengandung makna serupa, demikian
pula hadis-hadis Nabi Saw. menginformasikannya.

Dalam

sebuah

hadis

dinyatakan bahwa malaikat Jibril pernah bertanya kepada Nabi Muhammad Saw.
-dalam rangka mengajar umat Islam- "Kapan hari kiamat?" Nabi Saw. menjawab:
"Tidaklah yang ditanya tentang hal itu lebih mengetabui dari yang bertanya."
(Diriwayatkan oleh Muslim melalui sahabat Nabi Umar bin Khaththab).
Memang ada beberapa ayat yang menjelaskan bahwa kedatangannya tidak
lama lagi. Misalnya surat Al-Isra' ( 17): 51,



(51)








"Kapankah itu (hari kiamat)?" Demikian tanya kaum musyrik. Lalu Nabi
Saw. diperintahkan oleh Allah untuk menjawab:
Katakanlah, "Boleh jadi ia
dekat."15
Surat Al-Qamar (54): 1 juga menyatakan bahwa:


(1)






14 abu zahrah, zahrah al-tafasir, hal. 4711

15 quraish shihab, loc.cit.

Telah dekat hari kiamat dan telah terbelah bulan.


Dan surat Al-Anbiya' (21): 1, menyatakan:

(1)











Telah dekat kepada manusia hari perhitungan (kiamat)
berada dalam kelalaian, lagi berpaling (darinya).

sedangkan mereka

Nabi Saw. juga bersabda: Aku diutus (dan perbandingan antara masa
diutusku

dengan) hari kiamat adalah seperti ini (sambil

jari-jarinya, yaitu jari telunjuk


Jabir

menggandengkan kedua

dan tengah). (Diriwayatkan oleh Muslim melalui

bin Abdillah).
Apakah hadis dan ayat-ayat di atas menunjukkan kedekatan hari akhirat

dari

segi waktu? Boleh jadi. Tetapi ketika itu tidak dapat dipahami bahwa

kedekatan itu hanya dalam arti besok, seribu atau sepuluh ribu tahun ke depan.
Kedekatannya boleh jadi juga jika dibandingkan dengan umur dunia yang telah
berlalu sekian ratus juta tahun. Tetapi boleh jadi juga hadis dan ayat-ayat tersebut
tidak menginformasikan kedekatan dalam arti waktu.

Bila kita cermati tentang

kapan hari akhir tiba, maka jawaban yang diperintahkan kepada Nabi Saw. untuk
diucapkan adalah "Boleh jadi ia dekat." Di sisi lain, ayat Al-Qamar dan AlAnbiya' di atas, yang menggunakan bentuk kata kerja masa lampau untuk satu
peristiwa kiamat yang belum lagi terjadi, mengandung makna kepastian sehingga
kedekatan dalam hal ini dipahami dalam arti "pasti kedatangannya". Karena
"segala yang akan datang adalah dekat, dan segala yang telah berlalu dan tidak
kembali adalah jauh.
informasi Al-Quran tentang kedekatan ini, lebih dimaksudkan untuk
menjadikan manusia selalu siap menghadapi kehadirannya. Karena itu pula,
tidak satu atau dua ayat yang menegaskan bahwa kedatangannya sangat tibatiba, seperti misalnya firman berikut:











(107)

Apakah mereka merasa aman dari kedatangan siksa Allah yang meliputi
mereka atau kedatangan kiamat kepada
mereka secara tiba-tiba sedangkan
mereka tidak menghindarinya? (QS Yusuf [ 12]: 107).16

16 ibid.

Anda mungkin juga menyukai