Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUANINFEKSI NEONATAL/SEPSISKONSEP DASAR

A. DEFINISISepsis adalah infeksi bakteri umum generalisata yang biasanya terjad


i pada bulan pertama kehidupan. (Muscari, Mary E. 2005. hal 186).Sepsis
neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah bayi selama empat
minggu pertama kehidupan.(Bobak, 2005)Sepsis adalah infeksi berat dengan
gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah.(Surasmi, Asrining. 2003, hal
92).Sepsis Neonatorum adalah suatu infeksi bakteri berat yang menyebar ke
seluruh tubuh bayi baru lahir.(http://www.indonesiaindonesia.com/f/12912sepsis-neonatorum)Sepsis adalah sindrom yang dikarakteristikan oleh tandatanda klinis dan gejala-gejalainfeksi yang parah yang dapat berkembang ke arah
septisemia dan syok septik. (Doenges,Marylyn E. 2000, hal 871).Septisemia
menunjukkan munculnya infeksi sistemik pada darah yang disebabkan
oleh penggandaan mikroorganisme secara cepat dan zat-zat racunnya yang
dapat mengakibatkan perubahan psikologis yang sangat
besar.Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui d
arah dan jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi
merupakan penyebabdari 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri
5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari
2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayilaki-lakiPada lebih dari 50% kasus,
sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir,tetapi kebanyakan
muncul dalam waktu 72 jam setelah lahir.Sepsis yang baru timbul dalamwaktu 4
hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi
yangdidapat di rumah sakit).Pembagian Sepsis:
1.Sepsis dini
terjadi 7 hari pertama kehidupan.
Karakteristik
: sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya
fulminan dengan angka mortalitas tinggi.2.
Sepsis lanjutan/nosokomial
yaitu terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan
pasca lahir.
Karakteristik
: Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme
yangditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami
komplikasi.

2.1 PENGERTIAN

Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan


gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit
sepsis neonatorum dapat berlangsung cepat sehingga seringkali tidak
terpantau, tanpa pengobatan yang memadai bayi dapat meninggal
dalam 24 sampai 48jam.(perawatan bayi beriko tinggi, penerbit buku
kedoktoran, jakarta : EGC).

Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri pada aliran darah pada bayi
selama empat minggu pertama kehidupan. Insiden sepsis bervariasi
yaitu antara 1 dalam 500 atau 1 dalam 600 kelahiran hidup (Bobak,
2005).

Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan


gejala sistemik dan terdapat bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit
sepsis dapat berlangsung cepat sehingga sering kali tidak terpantau
tanpa pengobatan yang memadai sehingga neonatus dapat meninggal
dalam waktu 24 sampai 48 hari. (Surasmi, 2003)

Sepsis neonatal adalah merupakan sindroma klinis dari penyakit


sistemik akibat infeksi selama satu bulan pertama kehidupan. Bakteri,
virus, jamur, dan protozoa dapat menyebabkan sepsis bayi baru lahir.
(DEPKES 2007)

Sepsis neonatorum adalah infeksi yang terjadi pada bayi dalam 28 hari
pertama setelah kelahiran. (Mochtar, 2005)

Dari

beberapa

pengertian

diatas,

kami

menyimpulkan

bahwa

sepsis

neunatorum adalah infeksi berat karena bakteri pada aliran darah bayi
selama

empat

minggu

pertama

kehidupan

dan

dapat

menyebabkan

kematian.

2.2 ETIOLOGI
Penyebabnya biasanya adalah infeksi bakteri:

Ketuban pecah sebelum waktunya / ketuban pecah dini

Perdarahan atau infeksi pada ibu.

Penyebab yang lain karena bakteri virus, dan jamur, yang terserang bakteri,
jenis bakteri bervariasi tergantung tempat dan waktu, seperti Streptococus
group B (SGB), akteri enterik dari saluran kelamin ibu, Virus herpes simplek,
Enterovirus, E. Coli, Candida, dan stafilokokus.

2.3 PATOFISIOLOGI
Patogenesis dapat terjadi pada antenatal, intranatal, dan pascanatal yaitu;
1.

a. Antenatal

Terjadi karena adanya faktor resiko, pada saat antenatal kuman dari ibu
setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk ke dalam tubuh melalui
sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang menebus
plasenta, antara lain: virus rubella, herpes, influeza, dan masih banyak yang
lain.
1.

Intranatal

Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman ada pada vagina dan serviks
naik mencapai korion dan amnion.akibatnya terjadilah amnionitis dan
korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk ketubuh bayi. Cara
lain saat persalinan, cairan amnion yang sudah terinfeksi oleh bayi sehingga
menyebabkan infeksi pada lokasi yang terjadi pada janin melalui kulit bayi
saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman.
1.

c. Pascanatal

Infeksi yang terjadi sesudah persalinan, umumnya terjadi akibat infeksi


nasokomial dari lingkungan di luar rahim,( misal : melallui alat-alat,
penghisap lendir, selang endotrakea, infus, dan lain-lain). Dan infeksi dapat
juga terjadi melalui luka umbillikus.

Pohon Masalah
Zat-zat patogen (bakteri,virus,jamur)

Rangsangan endo/eksotoksin

sistem imunologi

aktivasi magrofag
sitokinin& mediator

sekresi berbagai
neutrofil

Aktivasi komplemen&

disfungsi&kerusakan endotel

aktivasi sistem koagulasi&trombosit

Gangguan perfusi ke berbagai jaringan


& disfungsi organ multiple
2.4 MANIFESTASI KLINIS
1.

Umum : panas, hipotermi, tampak tidak sehat, malas minum, letargi,


sklerema

2.

Saluran

cerna

distensi

abdomen,

anoreksia,

muntah,

diare,

hepatomegali
3.

Saluran napas : apnea, dispnea, takipnea, retraksi, napas cuping


hidung, merintih, sianosis.

4.

Sistem kardiovaskuler : pucat, sianosis, kulit marmorata, kulit lembab,


hipotensi, takikardi, bradikardia.

5.

Sistem saraf pusat : irritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas


minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun menonjol,high-pitched cry

6.

Hematologi

ikterus,splenomegali,

pucat,

petekie,

purpura,

pendarahan.
(Kapita selekta kedokteran Jilid II,Mansjoer Arief 2008)
Gejala sepsis yang terjadi pada neonatus antara lain bayi tampak lesu, tidak
kuat menghisap, denyut jantungnya lambat dan suhu tubuhnya turun-naik.
Gejala-gejala lainnya dapat berupa gangguan pernafasan, kejang, jaundice,
muntah, diare, dan perut kembung
Gejala dari sepsis neonatorum juga tergantung kepada sumber infeksi dan
penyebarannya:

Infeksi pada tali pusar (omfalitis) menyebabkan keluarnya nanah atau


darah dari pusar

Infeksi pada selaput otak (meningitis) atau abses otak menyebabkan


koma, kejang,opistotonus (posisi tubuh melengkung ke depan) atau
penonjolan pada ubun-ubun

Infeksi

pada

tulang

(osteomielitis)

menyebabkan

terbatasnya

pergerakan pada lengan atau tungkai yang terkena

Infeksi pada persendian menyebabkan pembengkakan, kemerahan,


nyeri tekan dan sendi yang terkena teraba hangat

Infeksi pada selaput perut (peritonitis) menyebabkan pembengkakan


perut dan diare berdarah

2.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan neutropemia dengan


pergeseran ke kiri (imatur: total seri granolisik > 0,2).

Kultur darah dapat menunjukkan organisme penyebab.

Analisis kultur urine dan cairan sebrospinal (CSS) dengan lumbal fungsi
dapat mendeteksi organisme.

DPL menunjukan peningkatan hitung sel darah putih (SDP) dengan


peningkatan neutrofil immatur yang menyatakan adanya infeksi.

Laju endah darah, dan protein reaktif-c (CRP) akan meningkat


menandakan adanya inflamasi.

2.6 PROGNOSIS
Pada umumnya angka kematian sepsis neonatal berkisar antara 1040% dan
pada meningitis 1550%. Tinggi rendahnya angka kematian tergantung dari
waktu timbulnya penyakit penyebabnya, besar kecilnya bayi, beratnya
penyakit dan tempat perawatannya. Gejala sisa neurologik yang jelas
nampak adalah hidrosefalus, retardasi mental, buta, tuli dan cara bicara
yang tidak normal. Kejadian gejala sisa ini adalah sekitar 30 50% pada bayi
yang sembuh dari meningitis neonatal. Gejala sisa ringan seperti gangguan
penglihatan, kesukaran belajar dan kelainan tingkah laku dapat pula terjadi.

2.7 KOMPLIKASI

Dehidrasi

Asidosis metabolic

Hipoglikemia

Anemia

Hiperbilirubinemia

Meningnitis

DIC.

2.8 PENATALAKSANAAN

Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg


BB/24 jam i.v (dibagi 2 dosis untuk neonatus umur < 7 hari dibagi 3
dosis), dan Netylmycin (Amino glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari
i.m/i.v

dibagi

dosis

(hati-hati

penggunaan

Netylmycin

dan

Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu
pemberian sampai 1 jam pelan-pelan).

Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap,


urine, lengkap, feses lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine
dan

feses (atas

indikasi), pungsi lumbal dengan

analisa cairan

serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram), foto polos dada,


pemeriksaan CRP kuantitatif).

Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin,


gula darah, analisa gas darah, foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.

Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi,


pemeriksaan darah dan CRP normal, dan kultur darah negatif maka
antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.

Apabila

gejala

klinik

memburuk

dan

atau

hasil

laboratorium

menyokong infeksi, CRP tetap abnormal, maka diberikan Cefepim 100


mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau Meropenem dengan dosis 30-40
mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per hari
i.v i.m (atas indikasi khusus).

Pemberian

antibiotika

diteruskan

sesuai

dengan

tes

kepekaannya. Lama pemberian antibiotika 10-14 hari. Pada kasus


meningitis pemberian antibiotika minimal 21 hari.Pengobatan suportif
meliputi : Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik, terapi syok,
koreksi metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi
darah, plasma, trombosit, terapi kejang, transfusi tukar

PENCEGAHAN
a. Pada masa antenatal
Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala,
imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang di derita ibu, asupan
gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat
menurunkan kesehatan ibu dan janin, rujukan segera ketempat pelayanan
yang memadai bila diperlukan.
b. Pada saat persalinan

Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik, yang artinya


dalam melakukan pertolongan persalinan harus dilakukan tindakan aseptik.
Tindakan intervensi pada ibu dan bayi seminimal mungkin dilakukan (bila
benar-benar diperlukan). Mengawasi keadaan ibu dan janin yang baik selama
proses persalinan, melakukan rujukan secepatnya bila diperlukan dan
menghindari perlukaan kulit dan selaput lendir.
c. Sesudah persalinan
Perawatan sesudah lahir meliputi menerapkan rawat gabung bila bayi
normal, pemberian ASI secepatnya, mengupayakan lingkungan dan peralatan
tetap bersih, setiap bayi menggunakan peralatan tersendiri, perawatan luka
umbilikus

secara

steril.

Tindakan

invasif

harus

dilakukan

dengan

memperhatikan prinsip-prinsip aseptik. Menghindari perlukaan selaput lendir


dan kulit, mencuci tangan dengan menggunakan larutan desinfektan
sebelum dan sesudah memegang setiap bayi. Pemantauan bayi secara teliti
disertai pendokumentasian data-data yang benar dan baik. Semua personel
yang menangani atau bertugas di kamar bayi harus sehat. Bayi yang
berpenyakit menular di isolasi, pemberian antibiotik secara rasional, sedapat
mungkin melalui pemantauan mikrobiologi dan tes resistensi. (Sarwono,
2004)

Anda mungkin juga menyukai