Anda di halaman 1dari 8

AKTIVITAS KATALIS

Beberapa teori dikemukakan untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut tentang


penerimaan aktivitas katalis sebagai bukti atau penguat eksperimen yang telah dilakukan.
Beberapa ilmuwan yang mengemukakan teori tentang aktivitas katalis ini a.l. :
SABATIER, TAYLOR, BALANDIN, BECK, BOUDART dan DOWDEN.
Sabatier mengemukakan bahwa mekanisme yang terjadi pada penggunaan nikel sebagai
katalis hidrogenasi memungkinkan nikel mempengaruhi bentuk dari sebuah senyawa
kimia, teori ini menjadi acuan bahwa chemical factor menjadi bagian penting dalam
suatu reaksi.
Teori yang dimunculkan oleh Taylor, Balandin dan beeck ini memberi bukti pengaruh
properti geometrik pada suatu reaksi, berdasarkan konsep teori ini, aktivitas katalitis dari
suatu permukaan solid bergantung pada jarak antar atom, jarak antar atom ini digunakan
sebagai tempat terjadinya adsorpsi oleh molekul reaktan.
Teori sifat elekronitas
Teori ini awalnya dikemukakan oleh Boudart dan Beeck yang mampu mengubah
pandangan tentang reaksi katalitis yang awalnya mempertimbangkan properti geometrik
menjadi lebih mempertimbangkan properti elektronik dari senyawa yang bereaksi,
kemudian pada tahun 1948 Dowden mengusulkan untuk mengklasifikasi katalis
berdasarkan mobilitas elektronnya, sebagai konduktor, semikonuktor atau isolator.
Katalis konduktor kebanyakan adalah logam (perak, platina, vanadium, iron dsb.) dan
mempunyai properti chemisorption melalui transfer elektron.
Katalis semikonduktor kebanyakan berupa senyawa oxides seperti NiO, Cu2O, ZnO,
material-material ini mempunyai kemampuan untuk bertukar elektron yang berasal dari
valensi suatu senyawa ketika energinya memadai, contohnya dengan bantuan heating,
elektron transfer yang terjadi ini mengakibatkan katalis semikonduktor berubah menjadi
konduktor.
Katalis isolator mencakup banyak substansi seperti silika gel, alumina dan kombinasinya,
walau pada suhu yang sangat tinggi, elektron tidak mampu bergerak/bertukar.
Pada katalis yang berupa asam kuat, reaksi hidrokarbon memungkinkan untuk terjadi,
karena terbentuknya ion karbonium pada permukaan asam.
Teori mekanisme ion karbonium dijelaskan oleh Whitmore dan Greensfelder, teori ini
menekankan pada pernyataan bahwa teori properti elektronik tidak tanpa ketidakpastian
dan harus dipertimbangkan sebagai konsep transisi saja.

Dalam memahami tingkah laku katalis padat harus dikeathui struktur kimia dari senyawa
yang diadsorbsi. Hingga saat ini masalah ini belum terpecahkan. Bagaimanapun juga,
terus dilakukan pengembangan teknik spektroskopis untuk mempelajari properti
permukaan dan bulk dari suatu solid, teknik-teknik ini meliputi x-ray scattering, nuclear
magnetic resonance, Raman spectroscopy, HRE microscopy dan beberapa teknik lain.
Effek preparasi
Metode dan teknik dalam pembuatan katalis sangatlah penting karena pada dasarnya tidak
hanya komponen kimiawinya saja yang berperan dalam suatu aktivitas katalis namun
physical properties katalis seperti surface area, ukuran pori, ukuran partikel dan struktur
partikel pun punya pengaruh.
Physycal properties dari suatu katalis bisa dioptimalkan ketika dilakukan
PREPARASI KATALIS
Pada dasarnya preparasi katalis ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, yaitu a.l.:
Presipitasi
Pembentukan Gel
Pencampuran
Catalyst carriers
Metode presipitasi adalah metode untuk mendapatkan suatu material padat yang memiliki
bentuk berpori. Prinsip presipitasi dalam proses kimia adalah mengubah senyawa kalsium
atau Magnesium dalam kondisi terlarut (nilai kelarutan besar) menjadi senyawa kalsium
karbonat dan Magnesium karbonat yang terendapkan atau memiliki nilai kelarutan kecil
(presipitat).
Prosedurenya meliputi
Adding Precipitating Agent
Washing
Drying
Calcination
Activation
Sebuah katalis Magnesium Oksida bisa dipreparasi dengan mempresipitasikan Magnesium
dari larutan nitrat dengan menambahkan Sodium Karbonat, kemudian presipitat yang berupa
MgCO3 dicuci, dikeringkan dan dikalsianasi untuk mendapatkan katalis MgO.
Dalam suatu proses presipitasi, variabel yang berupa konsentrasi dari larutan, suhu, lama
pengeringan dan kalsinasi akan berpengaruh pada surface area dan struktur pori dari katalis

yang dihasilkan. Selain itu, preparasi katalis memiliki tingkat kesulitan yang tinggi sehingga
harus mengikuti prosedur yang ada secara hati-hati, khususnya pada proses washung karena
pada proses pencucian ini diharapakan semua impurities yang mungkin berupa poison bisa
dihilangkan.
Preparasi Gel
Langkah langkah dalam pembuatan katalis yang berupa koloid, dalam hal ini berupa gel
dilakukan dengan langkah-langkah yang pada dasarnya sama dengan proses presipitasi, namun
presipitatnya secara alami adalah berupa gel, contohnya katalis yang mengandung silika ataupun
alumina.
Preparasi mixing

Mixing
Milling
Drying
Calcination
Activation

Contoh dari preparasi katalis dengan metode mixing adalah katalis magnesium oksida,
campuran yang berupa magnesium karbonat dan air digiling didalam ball machine
kemudian diekstrusi, dikeringkan kemudian dipanasi lagi didalam oven untuk proses
kalsinasi.
Metode carrier
Selain 3 metode preparasi katalis yang telah disebutkan (fokus pada pembentukan pori),
ada 1 metode lagi yairu metode menggunakan catalyst carriers.
Metode menggunakan catalyst carriers ini dimaksudkan untuk mendapatkan surface area yang
besar dengan hanya sedikit penggunaan material aktif, metode ini penting untuk perantara katalis
yang mahal, contohnya : platinum, nikel dan perak.
Evacuating the carrier
Contacting the carrier with the impregnating solution
Removing the excess solution
Drying
Calsination and activation

Contohnya, katalis hidrogenasi nikel bisa dipreparasi dalam alumina, dengan merendam
partikel alumina dalam larutan nikel nitrat, kemudian dikeringkan untuk menghilangkan larutan
yang ekses kemudian memanasinya di dalam oven untuk mendekomposisi larutan nikel nitrat
menjadi nikel oksida, kemudian mereduksi nikel oksida agar didapatkan nikel metal dengan cara
melewatkan hydrogen kedalam reaktor yang berisi nikel oksida, hal ini dilakukan untuk
menghindari kemungkinan nikel oksida berkontak dengan udara ataupun gas lain yang
memungkinkan nikel oksida itu menjadi nikel yang reaktif.
Metode dengan menggunakan catalyst carriers lebih sering digunakan untuk preparasi
karena proses peresapan komponen ke dalam seluruh permukaan partikel carrier relatif lebih
sederhana.

KATALISA
Langkah utama dalam menentukan laju global adalah menguji proses pada
permukaan solid (adsorbsi, desorpsi dan reaksi interinsik). Pada tahun 1836
Barzelius mempelajari konversi dari gandum (pati) menjadi gula dekomposisi dari
hidrogen peroksida dan mengkombinasikan hiidrogen oksigen pada permukaan
platina yang berpori, pada tiga contoh ini ion alkali dan pori platina adalah material
yang menaikkan laju yang tidak berubah oleh reaksi meskipun konsep dari katalisa
diperkenalkan oleh Barzius namun kini katalisa menggambarkan semua proses
dimana laju reaksi dipengaruhi substansi sisa yang tidak rusak oleh kimia.

1.1

Reaksi Katalitik Alamiah


Meskipun katalis tidak berubah apada akhir proses tidak berarti bahwa tidak
mengambil bagian dari reaksi. Kenyataannya sekarang teori aktifitas katalis
menyebutkan bahwa material katalis berperan aktif dalam reaksi. Dari konsep
energi energi aktivasi pada bab II, mekanisme katalis harus menjadi bagian dari
energi aktivasi bebas yang rendah oleh keberadaab material katalis. Katalis efektif
meningkatkan laju reaksi, karena memungkinkan mekanisme alternatif yang mana
langkahnya mempunyai energi aktivasi bebas lebih rendah dari proses yang tidak
menggunakan katalis, contohnya reaksi antara hidrogen dan oksigen dengan
katalisa platina. Berdasarkan konsep hidrogen berkombinasi dengan platina untuk

membentuk substansi intermediet yang kemudian bereaksi dengan oksigen untuk


menghasilkan product akhir dan memproduksi lagi katalis. Langkah tersebut terjadi
pada laju yang lebih tinggi dipermukaan platina dibandingkan reaksi laju reaksi
homogen antara oksigen dan hidrogen.
Komplek reaktan dan katalis diterima sebagai dasar untuk menjelaskan katalisa.
Contohnya pada reaksi overall.

A+B

katalisa pada dua pusat aktif atau sisi katalitik X1 dan X2 yang membentuk komplek
dengan A dan B. reaksi tersebut adalah reaksi katalitik apabila pusat X1 dan X2 di
regenerasikan setelah membentuk formasi C pada langkah umum prses dapat
dituliskan

1. A+X1

AX1

2. B+X2

BX2

3. AX1+ BX2

C+X1+X2

sebagai catatan bahwa X1 dan X2 diregenarasi setiap waktu dan tidak perlu
mengikuti kemungkinan katalisa dan atau kekonstanan jumlah sisanya. Sebagai
contoh racun secara perlahan dapat menghalangi X1 dan X2 dari sistem. Dalam
reaksi non-katalitik tidak ada regenerasi X. Sehingga waktu hidup katalis lebih lama
dari pada yang diperlukan dari reaksi.
Dalam jumlah sedikit katalis dapat menyebabkan konversi dalam jumlah
yang besar dari reaktan. Hal ini tidak berarti bahwa konsentrasi katalis tidak
penting, kenyataannya ketika reaksi tidak mengikut mekanismenya, laju reaksi
biasanya proporsional dengan konsentrasi katalis. Hal ini mungkin dapat dipahami
dengan kasus reaksi reaksi katalitik. Pada reaksi hidrogen dan oksigen dengan
katalis platina lajunya proporsional dengan permukaan platina. Hubungan yang
sederhana tidak terjadi pada reaksi katalisa solid dalam katalis homogen ada

hubungan yang proporsional antara laju dan konsentrasi katalis contohnya hidrolisa
ester dalam larutan asam tergantung konsentrsi dari ion hidrogen yang bertidak
aktif sebagai katalis.
Posisi kesetimbangan pada reaksi reversible tidak berubah dengan adanya
katalis, hal inisudah ditunjukkan dengan beberapa eksperimen, contohnya oksidasi
sulfur dioksida dengan oksegen diuji dengan 3 katalis yaitu platina ferric oksida dan
sanadium pentoxida. Dalam 3 kasus ini komposisi kesetimbangan adalah sama.
Karakteristik

penting

dari

katalis

berdampak

pada

seletifitas

yang

dicontohkan dengan dekomposisi dari etanal. Dekomposisi panas menghasilkan air


acetaldehid ethilen dan hidrogen, jika uap etanol dikontakkan dengan partika
alumina ethilen dan air hanyalah produk.
Beberapa karakteristik umum dari katalis:
1. Katalis mempercepat reaksi dengan memberikan langkah alternatif untuk
menghasilkan produk, energi aktivasi setiap langkah kataitik menjadi lebih
rendah dari pada reaksi homogen (non-katalitik).
2. Pada rangkaian reaksi pusat aktif katalis awalnya berkombinasi dengan
setidaknya satu reaktan, dan kemudian menghasilkan produk.
3. Jumlah kecil dari pusat katalis diperlukan untuk menghasilkan sejumlah
besar produk.
4. Konversi kesetimbangan tidak diolah oleh katalis
5. Katalis dapat mengubah selektifitas.
Contoh katalis yang negatif dimana lajunya menurun dengan penambahan
katalis. Pada kasus ini katalis memecah rantai reaksi dan beberapa langkah
mekanismenya. Contoh oksida nitrat menurunkan laju dekomposisi acetal dehid
atau etil eter. Oksidan nitrat mempunyai karakteristik berkombinasi dengan radikal
bebas termasuk mekanisme reaksi
Reaksi dimana lajunya meningkat karena konsentrasi produk disebut reaksi
auto katalitik. Contoh umumnya fermentasi, katalisanya mikro organisme seperti
jamur, bakteri dan alga. Prosesnya komplek tetapi digambarkan sebagai reaksi
antara organik feed dan mikro organisme sehingga menghasilkan produk dan juga
beberapa mikro organisme, contohnya fermentasi gula dapa digambarkan

Organik feed+mikroorganisme produk inert + jamur


(gula)

(jamur)

(7.7)

(alkohol)

Pada reaktor batch yang mengandung larutan gula dan sejumlah kecil jmur, lajunya
akan eningkat saat proses reaksi karena jamur yang dihasilkan juga sebagai
reaktan. Mikro organisme tidak berindak sebagai katalis sejati karena merupakan
reaktan tetapi keberadaanya tidak meningkatkan laju.
1.2

MEKANISME REAKSI KATALIK


Katalis menghasilkan mekanisme alternatif dari satu reaksi yang telah
dikembangkan dalam banyak hal. Dasar teori yang utama adalah katalis dan satu
atau lebih reaktan membentuk komplek intermediet. Komplek ini mengambil bagian
pada reaksi ang menghasilkan produk akhir dan katalisa yang diregenerasi. Katalis
homogen dapat dijelaskan pada konsep ini. Contohnya ktalis oleh asam dan asam
dan basah, pada larutan encer larutan asam dan basah dapat meningkatkan laju
hidrolisa gula, pati dan ester. Kinetika hidrolisa etil asetat dengan katalis dapat
dijelaskan dengan mekanisme sebagai berikut:

CH3COOC2H5+H+

CH3COOC2H5[H+]

CH3COOC2H5[H+]+ H2O

C2H5OH+H++CH3COOH

Untuk katalisis ini energi aktivasi bebas untuk langkah 1 dan 2 lebih rendah
dibandingkan energi aktivasi bebas untuk reaksi non katalitik.

CH3COOC2H4+ H2O

CH3COOH+ C2H5OH

Sama halnya, hidrogenasi katalitik heterogen dari etilen dengan katalik solid
ditunjukkan dengan langkah-langkah

1. C2H4+ X1

C2H4 X1

2. H2+ X1 C2H4

C2H4 [X1] H2

3. C2H4[X1] H2

C2H6+ X1

Dimana X1 adalah sisi aktif pad katalis solid C2H4(X1)H2 menggambarkan bentuk
komplek antara reaktan dan katalis. Reaksi homogen berdasarkan teori absolut dari
laju reaksi dalam bab II dapat dituliskan

C2H4+ H2

C2H4.H2 C2H6

Dimana energi bebas berubah untuk membentuk komplek aktif F* yaitu energi
aktivasi bebas dari reaksi homogen efektif atau tidaknya katalis dijelaskan sebagai
dasar bahwa energi aktivasi bebas dari tiap langkah dari mekanisme katalitik
kurang dari F* .Mekanisme aktual dari higrognasi ethilene adalah sangat komplek.

Anda mungkin juga menyukai