Dalam memahami tingkah laku katalis padat harus dikeathui struktur kimia dari senyawa
yang diadsorbsi. Hingga saat ini masalah ini belum terpecahkan. Bagaimanapun juga,
terus dilakukan pengembangan teknik spektroskopis untuk mempelajari properti
permukaan dan bulk dari suatu solid, teknik-teknik ini meliputi x-ray scattering, nuclear
magnetic resonance, Raman spectroscopy, HRE microscopy dan beberapa teknik lain.
Effek preparasi
Metode dan teknik dalam pembuatan katalis sangatlah penting karena pada dasarnya tidak
hanya komponen kimiawinya saja yang berperan dalam suatu aktivitas katalis namun
physical properties katalis seperti surface area, ukuran pori, ukuran partikel dan struktur
partikel pun punya pengaruh.
Physycal properties dari suatu katalis bisa dioptimalkan ketika dilakukan
PREPARASI KATALIS
Pada dasarnya preparasi katalis ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, yaitu a.l.:
Presipitasi
Pembentukan Gel
Pencampuran
Catalyst carriers
Metode presipitasi adalah metode untuk mendapatkan suatu material padat yang memiliki
bentuk berpori. Prinsip presipitasi dalam proses kimia adalah mengubah senyawa kalsium
atau Magnesium dalam kondisi terlarut (nilai kelarutan besar) menjadi senyawa kalsium
karbonat dan Magnesium karbonat yang terendapkan atau memiliki nilai kelarutan kecil
(presipitat).
Prosedurenya meliputi
Adding Precipitating Agent
Washing
Drying
Calcination
Activation
Sebuah katalis Magnesium Oksida bisa dipreparasi dengan mempresipitasikan Magnesium
dari larutan nitrat dengan menambahkan Sodium Karbonat, kemudian presipitat yang berupa
MgCO3 dicuci, dikeringkan dan dikalsianasi untuk mendapatkan katalis MgO.
Dalam suatu proses presipitasi, variabel yang berupa konsentrasi dari larutan, suhu, lama
pengeringan dan kalsinasi akan berpengaruh pada surface area dan struktur pori dari katalis
yang dihasilkan. Selain itu, preparasi katalis memiliki tingkat kesulitan yang tinggi sehingga
harus mengikuti prosedur yang ada secara hati-hati, khususnya pada proses washung karena
pada proses pencucian ini diharapakan semua impurities yang mungkin berupa poison bisa
dihilangkan.
Preparasi Gel
Langkah langkah dalam pembuatan katalis yang berupa koloid, dalam hal ini berupa gel
dilakukan dengan langkah-langkah yang pada dasarnya sama dengan proses presipitasi, namun
presipitatnya secara alami adalah berupa gel, contohnya katalis yang mengandung silika ataupun
alumina.
Preparasi mixing
Mixing
Milling
Drying
Calcination
Activation
Contoh dari preparasi katalis dengan metode mixing adalah katalis magnesium oksida,
campuran yang berupa magnesium karbonat dan air digiling didalam ball machine
kemudian diekstrusi, dikeringkan kemudian dipanasi lagi didalam oven untuk proses
kalsinasi.
Metode carrier
Selain 3 metode preparasi katalis yang telah disebutkan (fokus pada pembentukan pori),
ada 1 metode lagi yairu metode menggunakan catalyst carriers.
Metode menggunakan catalyst carriers ini dimaksudkan untuk mendapatkan surface area yang
besar dengan hanya sedikit penggunaan material aktif, metode ini penting untuk perantara katalis
yang mahal, contohnya : platinum, nikel dan perak.
Evacuating the carrier
Contacting the carrier with the impregnating solution
Removing the excess solution
Drying
Calsination and activation
Contohnya, katalis hidrogenasi nikel bisa dipreparasi dalam alumina, dengan merendam
partikel alumina dalam larutan nikel nitrat, kemudian dikeringkan untuk menghilangkan larutan
yang ekses kemudian memanasinya di dalam oven untuk mendekomposisi larutan nikel nitrat
menjadi nikel oksida, kemudian mereduksi nikel oksida agar didapatkan nikel metal dengan cara
melewatkan hydrogen kedalam reaktor yang berisi nikel oksida, hal ini dilakukan untuk
menghindari kemungkinan nikel oksida berkontak dengan udara ataupun gas lain yang
memungkinkan nikel oksida itu menjadi nikel yang reaktif.
Metode dengan menggunakan catalyst carriers lebih sering digunakan untuk preparasi
karena proses peresapan komponen ke dalam seluruh permukaan partikel carrier relatif lebih
sederhana.
KATALISA
Langkah utama dalam menentukan laju global adalah menguji proses pada
permukaan solid (adsorbsi, desorpsi dan reaksi interinsik). Pada tahun 1836
Barzelius mempelajari konversi dari gandum (pati) menjadi gula dekomposisi dari
hidrogen peroksida dan mengkombinasikan hiidrogen oksigen pada permukaan
platina yang berpori, pada tiga contoh ini ion alkali dan pori platina adalah material
yang menaikkan laju yang tidak berubah oleh reaksi meskipun konsep dari katalisa
diperkenalkan oleh Barzius namun kini katalisa menggambarkan semua proses
dimana laju reaksi dipengaruhi substansi sisa yang tidak rusak oleh kimia.
1.1
A+B
katalisa pada dua pusat aktif atau sisi katalitik X1 dan X2 yang membentuk komplek
dengan A dan B. reaksi tersebut adalah reaksi katalitik apabila pusat X1 dan X2 di
regenerasikan setelah membentuk formasi C pada langkah umum prses dapat
dituliskan
1. A+X1
AX1
2. B+X2
BX2
3. AX1+ BX2
C+X1+X2
sebagai catatan bahwa X1 dan X2 diregenarasi setiap waktu dan tidak perlu
mengikuti kemungkinan katalisa dan atau kekonstanan jumlah sisanya. Sebagai
contoh racun secara perlahan dapat menghalangi X1 dan X2 dari sistem. Dalam
reaksi non-katalitik tidak ada regenerasi X. Sehingga waktu hidup katalis lebih lama
dari pada yang diperlukan dari reaksi.
Dalam jumlah sedikit katalis dapat menyebabkan konversi dalam jumlah
yang besar dari reaktan. Hal ini tidak berarti bahwa konsentrasi katalis tidak
penting, kenyataannya ketika reaksi tidak mengikut mekanismenya, laju reaksi
biasanya proporsional dengan konsentrasi katalis. Hal ini mungkin dapat dipahami
dengan kasus reaksi reaksi katalitik. Pada reaksi hidrogen dan oksigen dengan
katalis platina lajunya proporsional dengan permukaan platina. Hubungan yang
sederhana tidak terjadi pada reaksi katalisa solid dalam katalis homogen ada
hubungan yang proporsional antara laju dan konsentrasi katalis contohnya hidrolisa
ester dalam larutan asam tergantung konsentrsi dari ion hidrogen yang bertidak
aktif sebagai katalis.
Posisi kesetimbangan pada reaksi reversible tidak berubah dengan adanya
katalis, hal inisudah ditunjukkan dengan beberapa eksperimen, contohnya oksidasi
sulfur dioksida dengan oksegen diuji dengan 3 katalis yaitu platina ferric oksida dan
sanadium pentoxida. Dalam 3 kasus ini komposisi kesetimbangan adalah sama.
Karakteristik
penting
dari
katalis
berdampak
pada
seletifitas
yang
(jamur)
(7.7)
(alkohol)
Pada reaktor batch yang mengandung larutan gula dan sejumlah kecil jmur, lajunya
akan eningkat saat proses reaksi karena jamur yang dihasilkan juga sebagai
reaktan. Mikro organisme tidak berindak sebagai katalis sejati karena merupakan
reaktan tetapi keberadaanya tidak meningkatkan laju.
1.2
CH3COOC2H5+H+
CH3COOC2H5[H+]
CH3COOC2H5[H+]+ H2O
C2H5OH+H++CH3COOH
Untuk katalisis ini energi aktivasi bebas untuk langkah 1 dan 2 lebih rendah
dibandingkan energi aktivasi bebas untuk reaksi non katalitik.
CH3COOC2H4+ H2O
CH3COOH+ C2H5OH
Sama halnya, hidrogenasi katalitik heterogen dari etilen dengan katalik solid
ditunjukkan dengan langkah-langkah
1. C2H4+ X1
C2H4 X1
2. H2+ X1 C2H4
C2H4 [X1] H2
3. C2H4[X1] H2
C2H6+ X1
Dimana X1 adalah sisi aktif pad katalis solid C2H4(X1)H2 menggambarkan bentuk
komplek antara reaktan dan katalis. Reaksi homogen berdasarkan teori absolut dari
laju reaksi dalam bab II dapat dituliskan
C2H4+ H2
C2H4.H2 C2H6
Dimana energi bebas berubah untuk membentuk komplek aktif F* yaitu energi
aktivasi bebas dari reaksi homogen efektif atau tidaknya katalis dijelaskan sebagai
dasar bahwa energi aktivasi bebas dari tiap langkah dari mekanisme katalitik
kurang dari F* .Mekanisme aktual dari higrognasi ethilene adalah sangat komplek.