Anda di halaman 1dari 28

LUKA BAKAR

I.

PENDAHULUAN
Luka bakar atau combusio adalah suatu bentuk kerusakan dan kehilangan

jaringan disebabkan kontak dengan sumber suhu yang sangat tinggi seperti kobaran
api di tubuh (flame), jilitan api ke tubuh (flash), terkena air panas (scald), tersentuh
benda panas (kontak panas), akibat serangan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta
sengatan matahari (sunburn) dan suhu yang sangat rendah. Luka bakar merupakan
cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Jenis yang berat memperlihatkan
morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera oleh sebab
lain. Biaya yang dibutuhkan dalam penangananyapun tinggi. Trauma termal
menimbulkan morbiditas dan mortalitas yang cukup tinggi. Menguasai prinsipprinsip dasar resusitasi awal pada penderita trauma dan menerapkan tindakan
sederhana pada saat yang tepat dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas. Prinsip
yang dimaksud adalah kewaspadaan yang tinggi akan terjadinya gangguan jalan
napas pada trauma inhalasi, serta mempertahankan hemodinamik dalam batas normal
melalui resusitasi cairan. Dokter penolong juga harus waspada dalam melaksanakan
tindakan untuk mencegah dan mengobati penyulit trauma termal, seperti misalnya
rhabfomiolisis dan gangguan irama jantung yang sering terjadi pada trauma listrik.
Kontrol suhu tubuh dan menyingkirkan penderita dari lingkungan yang berbahaya
juga merupakan prinsip utama pengelolaan trauma termal. (1,2)
Cedera listrik adalah salah satu jenis trauma dengan patofisiologi yang agak
berbeda dari trauma pada umumnya.Untuk memahami cedera listrik, diperlukan
pemahaman-pemahaman tertentu listrik dasar. (1,2)
Arus searah (DC) Arus dalam arah yang konstan. Baterai, misalnya,
memberikan energy langsung saat itu juga. arus searah tegangan tinggi digunakan
sebagai alat untuk transmisi sebagian besar tenaga listrik. Alternating current (AC)
adalah arus listrik yang membalikkan arahnya secara teratur. Setiap interval gerak
maju-mundur disebut siklus. Gelombang sirkuit listrik AC adalah gelombang sinus,

karena gelombang ini menghasilkan energy dalam transmisi paling efisien , tetapi,
pada saat yang sama, juga lebih berbahaya daripada DC. (1,2)
II.

EPIDEMIOLOGI
Dari laporan American Burn Association 2012 dikatakan bahwa angka

morbiditas 96,1% lebih banyak terjadi pada wanita (69%). Berdasarkan tempat
kejadian, 69 % di rumah tangga dan 9% di tempat kerja, 7% di jalan raya, 5% di
rekreasi atau olahraga 10% dan lain-lain. (3,4)
Menurut surat kabar Tribun pada tanggal 8 Februari 2012, pada Simposium
Indonesia Burn and Wound Care Meeting yang diselengarakan Universitas
Padjadjaran di Bandung dilaporkan data terakhir yang dikeluarkan unit luka bakar
RSCM Januari 1998 - Mei 2001 menunjukkan bahwa 60% karena kecelakaan rumah
tangga, 20% karena kecelakaan kerja, dan 20% sisanya karena sebab-sebab lain. Dan
angka kematian akibat luka bakar pun di Indonesia masih tinggi, sekitar 40%,
terutama diakibatkan luka bakar berat. (3,4)
III. ANATOMI DAN FISIOLOGI KULIT
Kulit merupakan organ terbesar tubuh yang terdiri dari lapisan sel dipermukaan.
Kulit terdiri dari dua lapisan yaitu epidermis dan dermis. Luas kulit orang dewasa 1.5
m2 dengan berat kira-kira 15% berat badan. Kulit merupakan organ yang esensial dan
vital serta merupakan cermin dari kesehatan dan kehidupan. Kulit juga sangat sangat
kompleks, elastis, dan sensitif, bervariasi pada keadaan iklim, umur, seks, ras, dan
juga bergantung pada lokasi tubuh. (4,5)
Epidermis merupakan lapisan luar kulit yang utamanya disusun oleh sel-sel
epitel. Sel sel yang terdapat dalam epidermis antara lain: keratinosit (sel terbanyak
pada lapisan epidermis), melanosit, sel merkel dan sel Langerhans. Epidermis terdiri
dari lima lapisan yang paling dalam yaitu stratum basale, stratum spinosum, stratum
granulosum, stratum lucidum dan stratum corneum. (3,4,5)
Dermis merupakan lapisan yang kaya akan serabut saraf, pembuluh darah dan
pembuluh darah limfe. Selain itu, dermis juga tersusun atas kelenjar keringat, kelenjar
sebasea, dan folikel rambut. Dermis terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan papillaris
dan lapisan retikularis, sekitar 80% dari dermis adalah lapisan retikularis. (4,5)

Gambar 1:Anatomi kulit


Antara fungsi kulit adalah: 1) Fungsi proteksi, kulit menjaga bagian dalam
terhadap gangguan fisis atau mekanis, misalnya tekanan, gesekan, tarikan; gangguan
kimiawi, misalnya zat-zat kimiawi terutama yang bersifat iritan, misalnya lisol,
karbol, asam, dan alkali. Gangguan yang bersifat panas, misalnya radiasi, sengatan
sinar ultra violet; gangguan infeksi luar terutama kuman/bakteri maupun jamur. 2)
fungsi absorpsi, kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan benda padat,
tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitupun yang larut lemak.
Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut
mengambil bagian pada fungsi respirasi. Penyerapan dapat berlangsung melalui celah
antar sel menembus sel-sel epidermis atau melalui muara saluran kelenjar. 3) fungsi
ekskresi, kelenjar kulit mengeluarkan zat yang tidak berguna lagi atau sisa
metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, Urea, asam urat, dan amonia. Sebum yang
diproduksi melindungi kulit karena lapisan ini selalu meminyaki kulit jua menahan
evaporasi air yang berlebihan sehingga kulit tidak menjadi kering. 4) fungsi persepsi,
kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan subkutis. Terhadap
rangsangan panas diperankan oleh badan-badan ruffinidermis dan sukutis. 5) Fungsi
pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), kulit melakukan peranan ini dengan cara
mengeluarkan keringat dan mengerutkan pembuluh darah kulit. 6) Fungsi

pembentukan pigmen, sel pembentuk pigmen (melanosit) terletak di lapisan basal dan
sel ini berasal dari rigi saraf. Pigmen disebar ke epidermis melalui tangan-tangan
dendrit. Sedangkan ke lapisan kulit di bawahnya dibawa oleh sel melanofag. 7)
Fungsi Kreatinisasi, lapisan epidermis dewasa mempunyai sel utama yaitu keratinosit,
sel langerhans, melanosis. 8) Fungsi pembentukan vitamin D, dimungkinkan dengan
mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. (4,5,6)
IV.

ETIOLOGI
Luka bakar pada kulit bisa disebabkan karena panas, dingin, ataupun zat

kimia.Ketika kulit terkena panas, maka kedalaman luka dipengaruhi oleh derjat
panas, durasi kontak panas pada kulit dan ketebalan kulit.
1.
Luka Bakar Termal (Thermal Burns)
Luka bakar termal disebabkan oleh air panas(scald), jilitan api ke tubuh (flash),
koboran api ke tubuh (flame) dan akibat terpapar atau kontak dengan objek2.

objek panas lainnya (misalnya plastik logam panas dan lain-lain). (5,6,7)
Luka Bakar Zat Kimia (Chemical Burns)
Luka bakar kimia biasanya disebabaka oleh asam kuat atau alkali yang biasa
digunakan bidang industri, militer, ataupun bahan pembersih yang sering

3.

digunakan untuk keperluan rumah tangga. (5,6,7)


Luka Bakar Listrik(Electrical Burns)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan ledakan.
Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki resistensi
paling rendah; dalam hal ini cairan. Kerusakan terutama pada pembuluh darah,
khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke distal.
Seringkali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan
sumber arus maupun ground. (5,6,7)
Mekanisme utama akibat luka listrik adalah sebagai berikut:
a.
Energi listrik menyebabkan kerusakan jaringan langsung, mengubah
b.

c.

potensial sel membran istirahat, dan tetani memunculkan otot.


Konversi energi listrik menjadi energi panas, menyebabkan kerusakan
jaringan besar dan nekrosis coagulative.
Cedera mekanis dengan trauma langsung akibat jatuh atau kontraksi otot
kekerasan. (5,6,7)

Sengatan listrik diklasifikasikan sebagai tegangan tinggi (> 1000 volt)


atau tegangan rendah (<1000 volt). Sebagai aturan umum, tegangan tinggi
dikaitkan dengan morbiditas dan kematian yang lebih besar, meskipun cedera
fatal dapat terjadi pada tegangan rendah. (5,6,7)
VOLTAGE

Kulit

Deep tisu

Voltage rendah
(<1000V)
Voltage tinggi
(>1000V)

Luka masuk dan


keluar
Entrance fullthickness dan
luka keluar

Jarang

Petir

Superfisialatay
luka bakar
dermal. Luka
keluar di kaki

Kerusakan otot
disertai
rhabdomyolysis
dan sindrom
kompartmen
Perforasi dinding
telinga dan
kerusakan korneal

Cardiac
arrhythmia
Jarang cardiac
arrest tiba-tiba
Kerusakan pada
myocardial dan
delaye arrhythmia
Respiratory
arrest- bantuan
CPR

Tubuh memiliki tahanan yang berbeda-beda. Secara umum, jaringan


dengan cairan yang tinggi dan mengandung banyak elektrolit mampu
mengkonduksi listrik lebih baik. Tulang memiliki tahanan paling tinggi.
Sedangkan jaringan saraf memiliki tahanan paling rendah, dan bersama-sama
dengan pembuluh darah, otot, dan selaput lender juga memiliki tahanan yang
rendah terhadap listrik. Kulit memberikan tahanan intermediate dan
merupakan faktor yang paling penting menghambat aliran arus. Kulit adalah
resistor utama terhadap arus listrik, dan derajat resistensi ditentukan oleh
ketebalan dan kelembaban. Ini bervariasi dari 1000 ohm untuk kulit tipis
4.

lembab untuk beberapa ribu ohm untuk kulit kapalan kering. (5,6,7)
Luka Bakar Radiasi (Radiation Exposure)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif. Tipe
luka bakar ini sering disebabkan oleh penggunaaan radioaktif untuk keperluan
terapeutik dalam kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari yang
terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar radiasi. (5,6,7,8)

Gambar 2: Tipe luka bakar

V.

PATOFISIOLOGI
Respon Lokal
Terdapat 3 zona luka bakar menurut Jackson 1947 yaitu: (5,6,7)
1. Zona Koagulasi
Merupakan daerah yang langsung mengalami kontak dengan sumber
panas dan terjadi nekrosis dan kerusakan jaringan yang irevisibel disebabkan
oleh koagulasi constituent proteins.
2. Zona Stasis
Zona stasis berada sekitar zona koagulasi, di mana zona ini mengalami
kerusakan endotel pembuluh darah, trombosit, leukosit sehingga penurunan
perfusi jaringan diikuti perubahan permeabilitas kapiler(kebocoran vaskuler)
dan respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selam 12-24 jam pasca
cedera, dan mungkin berkakhir dengan nekrosis jaringan.
3. Zona Hiperemia
Pada zona hiperemia terjadi vasodilatasi karena inflamasi, jaringannya
masih viable. Proses penyembuhan berawal dari zona ini kecuali jika terjadi
sepsi berat dan hipoperfusi yang berkepanjangan.

Respon Sistemik
Perlepasan sitokin dan mediator inflamasi lainnya di tempat terjadinya luka
bakar memiliki efek sistemik jika luka bakar mencapai 30% luas permukaan tubuh.
Perubahan- perubahan yang terjadi sebagai efek sistemik tersebut berupa: (5,6,7)
a.

Gangguan Kardiovaskuler, berupa peningkatan permeabilitas

vaskuler yang

menyebabkan keluarnya protein dan cairan dari intravaskuler ke interstitial.


Terjadi vasokontriksi di pembuluh darah splanchnic dan perifer. Kontratilitas
miokardium menurun, kemungkinan adanya tumor necrosis factor- (TNF-).

Perubahan ini disertai dengan kehilangan cairan dari luka bakar menyebabkan
b.

c.

hipotensi sistemik dan hipoperfusi organ.


Gangguan respirasi, mediator inflamasi menyebabkan bronkokontriksi, dan pada
luka bakar yang berat dapat timbul Respiratory Distress Syndrome (RDS).
Gangguan metabolik, terjadi peningkatan basal metabolic rate hingga 3 kali lipat.
Hal ini disertai dengan dengan adanya hipoperfusi splanchnic menyababkan
dibutuhkannya pemberian makanan enteral secara agresif untuk menurunkan

d.

katabolisme dan mempertahankan integritas saluran pencernaan.


Gangguan imunologis, terdapat penurunan sistem imun yang mempengaruhi
sistem imun humoral dan seluler.

Gambar 3:Respon sistemik terjadi setelah luka bakar

Inti dari permasalahan luka bakar adalah kerusakan endotel dan epitel akibat
dan cedera termis yang melepaskan mediator-mediator proinflamasi dan berkembang
menjadi

Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS), kondisi ini hampir

selalu berlanjut dengan Mutli-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS). MODS


terjadi karena gangguan perfusi jaringan yang berkepanjangan akibat gangguan
sirkulasi makro menjadi berubah orientasi pada proses perbaikan perfusi (sirkulasi
mikro) sebagai end-point dari prosedur resusitasi. (5,6,7)

VI.

KLASIFIKASI
Berdasarkan American

Burn

Association

luka

bakar

diklasifikasikan

berdasarkan kedalaman, luas permukaan, dan derajat ringan luka bakar. (1,2,5)
1.
Berdasarkan kedalamannya.
a. Luka bakar derajat I (superficial burns)
Luka bakar derajat ini terbatas hanya sampai lapisan epidermis.
Gejalanya berupa kemerahan pada kulit akibat vasodilatasi dari dermis,
nyeri, hangat pada perabaan dan pengisian kapilernya cepat. Pada derajat
ini, fungsi kulit masih utuh. Contoh luka bakar derajat I adalah bila kulit
terpapar oleh sinar matahari terlalu lama, atau tersiram air panas. Proses
penyembuhan terjadi sekitar 5-7 hari. Luka bakar derajat ini tidak
menghasilkan jaringan parut, dan pengobatannya bertujuan agar pasien
merasa nayaman dengan mengoleskan soothing salves dengan atau tanpa
b.

gel lidah buaya. (7,8,9)


Luka bakar derajat II (partial thickness burns)
Luka bakar derajat II merupakan luka bakar yang kedalamanya
mencapai dermis. Bila luka bakar ini mengenai sebagian permukaan
dermis, luka bakar ini dikenali sebagai superficial partial thickeness burns
atau luka bakar derajat II A. Luka bakar derajat II A ini tampak eritema,
nyeri, pucat jika ditekan, dan ditandai adanya bulla berisi cairan eksudat
yang keluar dari pembuluh darah karena permeabilitas dindingya
meningkat. Luka ini mereepitelisasi dari struktur epidermis yang tersisa
pada rete ridge, folikel rambut dan kelenjar keringat dalam 7-14 hari secara
spontan. Setelah penyembuhan, luka bakar ini dapat memiliki sedikit
perubahan warna kulit dalam jangka waltu yang lama. (7,8,9)
Luka bakar derajat II yang mengenai sebagian bagian reticular dermis
(deep partial thickeness) , luka bakar ini dikenali sebagai deep partial
thickeness burns atau luka bakar derajat II B. Luka bakar derajat II B ini
tampak lebih pucat, tetapi masih nyeri jika ditusuk degan jarum (pin prick
test). Luka ini sembuh dalam 14-35 hari dengan reepitelisasi dari folikel

rambut, keratinosit dan kelenjar keringat, seringkali parut muncul sebagai


c.

akibat dari hilangnya dermis. (7,8,9)


Luka bakar derajat III (full-thickess burns)
Kedalaman luka bakar ini mencapai seluruh dermis dan epidermis
sampai ke lemak subkutan. Luka bakar ini ditandai dengan eskar yang
keras, tidak nyeri, dan warnanya hitam, putih, atau merah ceri. Tidak ada
sisa epidermis maupun dermis sehingga luka harus sembuh dengan
reepitelisasi dari tepi luka. Full-thickness burns memerlukan eksisi dengan

d.

skin grafting. (7,8,9)


Luka bakar derajat IV
Luka bakar derajat ini bisa meluas hingga mencapai organ dibawah
kulit seperti otot dan tulang.

Gambar 4: Derajat luka bakar berdasarkan kedalaman


2.

Berdasarkan luas permukaan luka bakar.


Luas luka tubuh dinyatakan sebagai persentase terhadap luas permukaan
tubuh atau Total Body Surface Area (TBSA). Untuk menghitung secara cepat
dipakai Rules of Nine atau Rules of Walles dari Walles. Perhitungan cara ini
hanya dapat diterapkan pada orang dewasa, karena anak-anak mempunyai
proporsi tubuh yang berbeda. Pada anak-anak dipakai modifikasi Rule of Nines

10

menurut Lund and Browder, yaitu ditekankan pada umur 15 tahun, 5 tahun dan
1 tahun. (3,4,7,8)

Gambar 5: Wallence Rule of Nines

Gambar 6: Lund and Browder


3.

Bedasarkan derajat ringan luka bakar menurut American Burn Association:


a. Luka Bakar Ringan
i.
Luka bakar derajat II < 5%
ii.
Luka bakar derajat II 10% pada anak
iii.
Luka bakar derajat II < 2%(1,3.6, 8)
b. Luka Bakar Sedang
i.
Luka bakar derajat II 15-25% pada orang dewasa
ii.
Luka bakar derajat II 10-20% pada anak-anak
iii.
Luka bakar derajat III < 10%(1,3.6, 8)

11

c.

Luka Bakar Berat


i.
Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa
ii.
Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak
iii.
Luka bakar derajat III 10% atau lebih
iv.
Luka bakar mengenai tangan, telinga, mata, kaki,

dan

genitalia/perineum.
Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain. (1,4,7,10)
Jenis-Jenis Luka Bakar Listrik
Jenis Luka Bakar Listrik adalah:

Direct contact : Arus masuk melewati tubuh, menyebabkan panas


v.

4.

menyebabkan electrothermal burns. Luka jenis biasanya terdapat titiK

kontak sumber dan titik arus keluar. (7,8,9)


Electrical arc : biasa disebut arus pendek. Bunga api yang terpancar antara
objek listrik yang memeiliki potensi berbeda ketika bersentuhan langsung.

Lalu arus juga masuk ke dalam tubuh. (7,8,9)


Flame : biasanya disebabkan karena pakaian yang terbakar akibat
electrothermal burns atau electrical arc sehingga kulit terbakar karena kontak

dengan api langsung yang berasal dari pakaian yang terbakar. (7,8,9)
Flash : ketika panas dari electrical arc bersentuhan langsung dengan tubuh,
akan menyebabkan luka bakar. Namun pada flash, arus tidak masuk kedalam
tubuh. (7,8,9)

VII.PEMERIKSAAN KEMATIAN PADA KORBAN LUKA BAKAR


1. Pemeriksaan pada Tempat Kejadian Perkara (TKP)
Sebagaimana pada pemeriksaan TKP secara umum, maka tujuan yang ingin
dicapai adalah:
a. Menentukan apakah korban masih hidup atau sudah meninggal.
Dalam melakukan pemeriksaan TKP, maka seorang dokter harus
membawa stetoskop dan senter. Alat tersebut dapat dipakai dalam
menentukan apakah korban tersebut masih hidup atau sudah meninggal.
Apabila korban masih hidup, maka segera diberikan pertolongan.
Bilamana

korban

sudah

meninggal,

maka

sebaiknya

pemeriksaan

selanjutnya jangan dilakukan dengan terburu-buru. (9,10,11)


b. Menentukan perkiraan saat kematian.

12

Data-data yang diperlukan dalam menetukan saat kematian karena luka


bakar adalah: (9,10,11)
1). Penurunan suhu tubuh
2). Lebam mayat
3). Kaku mayat
4). Tanda-tanda pembusukan
5). Umur larva pada jenazah yang sudah membusuk
Pada luka bakar yang dalam dan total seluruh tubuh, data-data tersebut
diatas mungkin agak sukar diperoleh, misalnya:
Sikap puguilistik pada luka bakar total
Lebam mayat sulit ditentukan pada korban yang hangus terbakar
Untuk mengurangi kesalahan yang mungkin terjadi, maka dalam
perkiraan saat kematian perlu diketahui jam ditemukannya korban
meninggal dan jam terakhir korban terlihat hidup. (9,10,11)
c. Menentukan sebab/ akibat dari luka bakar.
Data yang diperoleh dapat diambil sesuai keadaan luka bakar pada tubuh
korban. Keadaan luka bakar tersebut dapat menunjukkan penyebabnya.
Sesuai dengan penyebabnya, maka luka bakar dapat dibagi menjadi dalam 2
jenis yaitu: (9,10,11)
a.
Luka bakar oleh cairan (scalds)
Terdapat 2 derajat luka bakar jenis ini antara lain:
- Derajat I: luka bakar yang berupa kemerahan (hyperemia).
- Derajat II: luka bakar yang berupa gelembung air (vesicula).
Luka bakar ini dapat disebabkan oleh:
- Siraman air panas dari termos
- Cipratan minyak/ cairan yang sedang dimasak
- Tumpahan air ceret pada anak-anak, dan lain sebagainya.
b. Luka bakar panas (dry heat)
Jenis luka bakar ini bervariasi, mulai dari kemerahan biasa sampai
hangus. Hal ini tergantung dari tingkat panas dan lamanya kontak:
Penyebabnya dapat oleh karena:
- Tersentuh botol panas
- Terjilat nyala api
- Pakaian korban yang terbakar
- Kejadian kebakaran besar
d. Membantu mengumpulkan barang bukti.

13

Barang-barang bukti di TKP merupakan informasi penting yang perlu


dikumpulkan karena dapat mengungkapkan penyebab kebakaran dan
menunjukkan indikasi awal kebakaran. (9,10,11)
Penyelidikan menyeluruh pada lokasi sekitar korbanakan dapat pula
menunjukkan cara kematiannya. Barang bukti dikumpulkan dari jenazah dan
barang-barang bukti disekitar lokasi korban. (9,10,11)
Pengumpulan barang bukti pada jenazah korban dilaksanakan
sekaligus dengan identifikasi korban. Barang-barang bukti disekitar lokasi
korban diperlukan untuk mengungkapkan lokasi, sumber, penyebab luka
bakar. Ini dapat juga dinilai dari posisi korban waktu ditemukan dan bagian
yang terkena luka bakar. Barang bukti yang dapat dikumpulkan antara lain:
puntung rokok, kompor yang meledak, tangki bensin yang mudah terbakar,
tempat penampung air panas yang mendidih (termos), sumber uap panas dan
lain-lain. (9,10,11)
e. Menentukan cara kematian.
Cara kematian luka bakar biasanya akibat kecelakaan, akan tetapi
bukan tidak mungkin ada unsur kesengajaan (pembunuhan) atau bunuh diri.
Seringkali pembakaran dilakukan untuk menutupi kekerasan/ jejas akibat
tindakan fisik terhadap korban sebelum dibakar, bahkan dapat pula korban
telah terbunuh sebelum dibakar. (9,10,11)
Untuk mencapai car kematian pada korban, maka perlu diperhatikan
beberapa hal antara lain: (12,13,14)
1). Penyakit-penyakit yang mungkin menyebabkan kecelakaan. Misalnya:
epilepsy, hipertensi.
2). Keadaan barang-barang disekitar korban. Misalnya: pada bunuh diri maka
barang-barang disekitar korban masih tampak pada tempatnya yang sesuai
( tidak berantakan).
3). Adanya tanda-tanda kekerasan yang lain, selain luka bakar. Misalnya,
luka-luka akibat benda tajam/ tumpul yang mungkin terjadi sebelum
terbakar.

14

2. Sebab Kematian Luka Bakar


Sebab kematian yang biasanya ditemukan pada korban yang meninggal
akibat luka bakar antara lain: (12,13,14)
1). Shock (hypovolemik maupun neurogenik shock)
2). Infeksi
3). Akut Renal Failure
4). Larynx oedema
5). Keracunan akut gas CO atau gas-gas toksik yang lain. Misalnya karena
terbakarnya bahan-bahan yang terdapat pada lokasi antara lain:
- Wool atau sutra yang bila terbakar akan melepaskan gas ammonia atau
HCN
- Terbakarnya bahan nitrocellulose film dan bahan-bahan kulit imitasi
dapat melepaskan gas NO2 dan NO4.
3. Identifikasi korban
Identifikasi pada korban dilaksanakan pada pemeriksaan TKP maupun pada waktu
pemeriksaan jenazah. Identifikasi dapat diperoleh dengan mencatat hal-hal sebagai
berikut: (12,13,14)
1) Catat data-data dari korba, antara lain: tinggi badan, berat badan, jenis
kelamin, umur, Warna kulit, warna mata dan rambut.
2) Catat tanda-tanda pengenal khusus pada tubuh, seperti jaringan parut
luka, tattoo, kelainan-kelainan kongenital.
3) Simpan potongan pakaian yang tidak hangus terbakar.
4) Catat dan simpan barang-barang pribadi milik korban, misalnya:
kunci, uang, KTP dan identitas lain, surat-surat berharga serta
5)
6)
7)
8)

perhiasan yang dikenakan korban.


Kumpulkan dari sampel rambut yang tidak terbakar
Buat pemeriksaan gigi dan bila mungkin buat sidik jarinya
Buat pemeriksaan radiologi
Tentukan golongan darah korban

4. Autopsi pada korban yang meninggal karena luka bakar thermik.


Pada kasus luka bakar yang berat, terjadi kelainan yang luas pada tubuh dan
seringkali tubuh menjadi hangus, sehingga dapat mempersulit proses penyidikan.
Pada kasus-kasus seperti ini, autopsy dapat memberikan informasi yang penting.

15

Dalam mengevaluasi sebab kematian korban, kadang-kadang kita mengalami


kesulitan oleh karena sering tidak ditemukan hal-hal yang pathognomosis. Sarjana
Teplitz mengusulkan beberapa prosedur yang bias membantu, disamping
pemeriksaan postmortem yang rutin antara lain: membuat irisan multiple pada luka
bakar untuk pemeriksaan bakteriologis. Bilamana dicurigai adanya sepsis maka
perlu secepatnya dibuat biakan kuman postmortem dari darah dalam jantung,
bagian basal paru, hati dan limpa. (12,13,14)
Pemeriksaan Luar
a. Kulit
Perubahan-perubahan pada kulit sesuai dengan derajat luka bakarnya, oleh
karena itu pada pemeriksaan luar perlu ditentukan : keadaan luka, luas
luka dan dalamnya luka. Pada pemeriksaan luka ini perlu dicari adanya
tanda-tanda reaksi vital berupa daerah yang berwarna merah pada
perbatasan antara daerah yang terbakar. Tanda reaksi vital ini penting
untuk membedakan apakah korban masih hidup atau sudah mati pada saat
terbakar. Bila pada pemeriksaan makroskopik kita tidak menemukan
tanda-tanda reaksi vital, maka perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopik
untuk menemukan daerah kongesti dengan perdarahan dan infiltrasi
lekosit. (12,13,14)
b. Heat Stiffening
Pada korban yang meninggal akibat luka bakar, dapat ditemukan kekakuan
postmortem pada otot-ototnya yang disebabkan oleh karena terjadinya
koagulasi protein-protein otot yang terkena panas. Pada keadaan ini tidak
terjadi rigor mortis dan keadaan ini berlangsung sampai proses
pembusukan terjadi. Pada tubuh yang terbakar, akan terjadi fleksi pada
siku, lutut dan paha, sehingga posisi korban dapat menyerupai orang yang
bertinju yang disebut pugillictic attitude. (12,13,14)
c. Lebam Mayat
Pada kematian akibat luka bakar, lebam mayat yang terjadi kadang-kadang
sukar dilihat. Bila masih ada sebagian dari tubuh yang tidak terbakar,
maka lebam mayat masih dapat ditemukan pada daerah tersebut. (12,13,14)

16

Pemeriksaan dalam
Pada korban yang meninggal karena luka bakar, tidak ditemukan
kelainan yang spesifik, dimana kelainan-kelainan yang ditemukan pada
pemeriksaan dalam juga bisa dijumpai pada keadaan-keadaan lain. (12,13,14)
Kelainan-kelainan tersebut hampir meliputi semua sistem organ,
diantaranya:
a. Sistem pernapasan
Pada pemeriksaan makroskopik paru-paru menjadi lebih berat dan
mengalami konsolidasi. Kelainan yang tersering ditemukan antara lain :
(12,13,14)

Oedema laryngophariynx
Tracheobrinchitis
Pneumonia
Kongesti paru
Oedema paru interstitial
Petechiae pada pleura
Adanya pigmen karbon melekat pada mukosa saluran napas,
adanya pigmen karbon ini menunjukkan bahwa korban telah

menghirup asap dan masih hidup saat terbakar


b. Jantung
Oedema interstitial dan fragmentasi myocardium dapat terjadi pada
penderita dengan luka bakar thermos, tetapi perubahan-perubahan ini tidak
khas dan dapat ditemukan pada keadaan-keadaan lain. Pada penderita
dengan septicaemia, ditemukan adanya metastase focus-fokus septic pada
myocardium dan endocardium. Perubahan lain berupa gambaran petechiae
pada pericardium dan endocardium. (12,13,14)
c. Hati
Pada korban yang meninggal karena luka bakar yang superficial,
ditemukan

adanya

perlemakan

hati,

bendungan,

nekrosis

dan

hepatomegali. Hal ini merupakan tanda yang non-spesifik.


Perlemakan hati sering dihubungkan dengan nutrisi yang tidak
optimal. Nekrosis hati relatif jarang ditemukan dan biasanya merupakan
tipe perdarahan centrilobuler. Keadaan ini dapat dijumpai pada shock yang

17

lama, hypoksemia dan kegagalan jantung kongesti. Tipe nekrosis ini lebih
banyak disebabkan oleh bahan koagulasi yang dipakai dalam pengobatan
daripada karena luka bakar sendiri. (12,13,14)
Beberapa sarjana melaporkan bahwa insiden dari kerusakan hati
meningkat jika dalam pengobatan digunakan bahan-bahan seperti asam
tannat, perak nitrat dan fericloride. Sedangkan hepatomegali sering
ditemukan pada keadaan hypalbuminemia. (12,13,14)
d. Limpa dan kelenjar getah bening
Kelainan-kelainan yang ditemukan adalah oedema dan nekrose dari
limfoid germinal center dan infiltrasi macrophage. Peneliti lain
melaporkan adanya oesinopenia dalam limpa, yaitu sebagai akibat adanya
hiperaktifitas adrenal. (12,13,14)
e. Ginjal
Organ ini tidak terpengaruh langsung pada luka bakar thermik.
Perubahan yang terjadi pada organ ini biasanya merupakan akibat dari
komplikasi yang terjadi. Pada korban yang mengalami komplikasi berupa
shock yang lama, dapat terjadi acut tubular necrosis pada tubular
proksimal dan distal serta thrombosis vena. Akut tubular nekrosis ini
diduga disebabkan oleh adanya heme cast pada medulla yang bisa
ditemukan pada pemeriksaan mikroskopik. (12,13,14)
Pada korban yang mengalami luka bakar yang fatal, dapat ditemukan
adanya pembesaran ginjal. Tractus genitalis merupakan sumber infeksi
yang potensial pada korban luka bakar, terutama pada korban yang
memakai dauer catheter, dimana populasi bakteri yang ditemukan
biasanya tidak berbeda dengan populasi bakteri pada luka yang terjadi,
bakteri tersebut antara lain : pseudomonas, aerobacter, staphylococcus dan
proteus. (12,13,14)
f. Saluran pencernaan
Pada penderita luka bakar dapat dijumpai Curlings ulcer , yang
kadang-kadang mengalami perforasi. Kalainan-kelainan ini dapat sebagai
ancaman bagi penderita luka bakar karena bisa terjadi perdarahan

18

profuse dan perforasi dari mukosa saluran pencernaan yang biasanya


berakibat fatal. (12,13,14)
g. Kelenjar endokrin
1). Thyroid
Berat dan aktifitas kelenjar thyroid meningkat pada penderita luka
bakar. (12,13,14)
2). Thymus
Perubahan pada organ ini adalah terjadinya involusi yang diduga
disebabkan oleh hiperaktifitas kelenjar adrenal sebagai respos terhadap
stress yang non-spesifik. (12,13,14)
3). Adrenal
Kenaikan kadar steroid dalam darah dan urine pada penderita luka
bakar termik diduga karena peningkatan aktifitas dan ukuran kelenjar
adrenal. Perubahan-perubahan patologis yang terjadi pada kelenjar adrenal
setelah luka bakar thermik ialah penimbunan lemak dan bendungan
sinusoid-sinusoid pada cortex dan medulla. Perubahan-perubahan ini
bersama dengan autolysis dan dapat menyebabkan perdarahan fokal pada
kelenjar. (12,13,14)
h. Susunan saraf pusat
Dilaporkan adanya perubahan-perubahan pada susunan saraf pusat
berupa oedema, kongesti, kenaikan tekanan intracranial, dan herniasi dari
tonsila cerebellum melewati foramen magnum serta adanya perdarahan
intra cranial. Tetapi perubahan-perubahan ini diduga terjadi akibat adanya
gangguan keseimbangan air dan elektrolit, karena kebanyakan pasien
dengan luka bakar terjadi kenaikan temperature tubuh tidak lebih dari 1
derajat, jadi dengan demikian otak tidak terpengaruh jejas thermik. (12,13,14)
Sel-sel neuron tidak menunjukkan perubahan-perubahan abnormal
kecuali sel-sel purkinje yang menunjukkan perubahan degenerative.
Pada penderita yang mengalami komplikasi berupa sepsis, maka dapat
ditemukan adanya mikroabses dan meningitis hematogenous. (12,13,14)
i. Sistem musculoskeletal
Otot-otot, tendo dan tulang, jarang sekali terpengaruh oleh luka bakar
thermik, kecuali pada kebakaran luas. Perubahan yang dapat terjadi adalah

19

fraktur patologis yaitu pada tulang kepala. Hal ini dapat disebabkan oleh
karena kenaikan tekanan intracranial yang mendadak, sedangkan pada
anggota gerak disebabkan oleh pemendekan otot-otot yang berlebihan
sehingga terjadi tarikan yang berlebihan pada tendon dan tulang. (12,13,14)

20

Hypothermis
Hypotermi dibagi menjadi dua yaitu sistemik hypotermi dan local
hypotermi. Suhu udara yang kritis bagi manusia tanpa pelindung apapun kurang lebih
27 C. pada suhu ini manusia dapat mempertahankan suhu tubuhnya tanpa aktifitas
apapun. (13,14)
Telah diketahui bahwa pengaturan suhu tubuh berpusat pada hypothalamus
anterior. Bila terjadi lesi pada bagian ini, maka akan menyebabkan krisis hypothermi.
Kemudian diketahui pula bahwa sebagai mediator pengaturan suhu tubuh ini adalah
sistim simpatik, dalam hal ini terjadi vasokonstriksi. Pada kulit dan otot merupakan
mekanisme yang penting untuk pengaturan suhu tubuh. Manifestasi kerusakan
permanen otot berhubungan dengan kurangnya aliran darah, hypothermi tidak
menyebabkan lesi permanen selama aliran darah baik. Pada saraf perifer terjadi
penurunan kecepatan penjalaran impuls. Menghilangnya ketangkasan tangan dan
kekakuan berjalan merupakan indikator terganggunya transmisi. (12,13,14)
Pada jantung terjadi penurunan denyut nadi. Penurunan ini berbanding lurus
dengan penurunan suhu tubuh, kecuali pada saat tubuh menggigil maka akan terjadi
kenaikan denyut nadi temporer. Pada suhu tubuh dibawah 30 C sering terjadi atrial
fibrilasi. Kondisis paling berbahaya adalah ketika terjadinya ventrikel vibrilasi yang
biasanya terjadi pada suhu 25 C sampai 28 C. penyebabnya belum diketahui, namun
salah satu kemungkinan adalah gangguan pada pompa Na-K. kemungkinan adalah
terbentuknya focus ectopic pada dinding ventrikel. Pada suhu kurang dari 20 C, dan
jantung selamat dari fibrilasi biasanya denyut nadi menjadi pelan. Akan tetapi irama
yang normal akan pulih kembali bila pasien dihangatkan. (12,13,14)
Selama fase pertama hypothermi antara 37 C sampai 34 C, tekanan darah
akan terus meningkat, namun dengan terus menurunnya suhu tubuh, tekanan darah
terus akan menurun sampai terjadi hipotensi dan biasanya tekanan darah menjadi
tidak teratur pada suhu 29 C. penurunan denyut nadi dan tekanan darah diikuti oleh
pengendapan sel-sel darah merah di vena-vena post kapiler. (12,13,14)
Respiratory rate dan tidal volume menurun pada hypothermi. Dead space
meningkat 50% pada suhu 25 C yang disebabkan hambatan nervus vagus. Telah

21

diketahui bahwa suhu dingin dapat menyebabkan lesi pada epitel alveoli dan
bronchioli yang merupakan jalan bagi invasi bakteri. Asidosis respiratorik sering
terjadi pada kasus hypothermi bila tidak dilakukan pernapasan buatan. (12,13,14)
Hypotermi dapat menyebabkan paralysis usus, hal ini menjelaskan mengapa
korban yang diselamatkan dari paparan dingin, sering mengeluh sakit perut. Mukosa
lambung yang merupakan target organ pada hypothermi, didasarkan pada fakta sering
terjadinya erosi dan haemorrhagik pada lambung (Wischneusky ulcer) dimana
sebenarnyua kasus ini jarang terjadi. Ulcus semacam ini dapat ditemukan pula pada
ileum dan colon. Penemuan yang aneh terjadi pada pancreas yaitu pancreatitis. Hal
ini diduga berhubungan dengan ileus paralitik dan refluks isi usus ke saluran
pankreas. Sedangkan hati relatif tidak mengalami gangguan, namun kalau ada
biasanya reversible. (12,13,14)
Ginjal bereaksi terhadap dingin dengan dieresis, yang mulai pada suhu
lingkungan 15 C. reaksi ini sapat dijelaskan dengan 2 cara yaitu : (12,13,14)
- Berkurangnya absorpsi
- Vasokonstriksi perifer sehingga meningkatkan aliran darah pada
organ dalam.
Keadaan yang berlawanan pada keadaan diatas yaitu oligouria, terjadi pada paparan
suhu dingin (sekitar 30 C tubuh) pada waktu lebih lama, terutama pada orang tua.
Sering terjadi hemokonsentrasi pada hypothermi. Hal ini disebabkan oleh
mekanisme diuresis dan merembesnya plasma keruangan extracellular yang dikenal
sebagai cold oedema. Disamping hal tersebut pada suhu lingkungan yang dingin sel
darah merah meningkat O2 lebih kuat sehingga pada akhirnya menyebabkan sistemik
anoksia. (12,13,14)
Pada lokal hypothermi, beratnya kerusakan dibagi beberapa derajat antara lain :
1). Derajat I : hanya hiperemi dan oedema
2). Darajat II : terjadi nekrosis kulit sampai subkutis
3). Derajat III : nekrosis kulit dan subcutis, nyeri dan bila sembuh terjadi keropeng
berwarna hitam
4). Derajat IV : terjadi kerusakan seluruh jaringan
Beberapa obat dapat menyebabkan hypothermi terutama pada dosis toksis,
antara lain barbiturate dan promazine. Namun kedua obat ini jarang ditemukan pada
riwayat korban-korban kematian akibat hypothermi. Sedangkan untuk alkohol masih

22

diperdebatkan pengaruhnya terhadap hypothermi. Secara umum telah disetujui bahwa


konsumsi alcohol dalam jumlah sedikit dapat digunakan untuk mengatasi suhu
dingin. (12,13,14)
VIII. KRITERIA PERAWATAN
Kriteria perawatan luka bakar menurut American Burn Association yang
digunakan untuk pasien yang harus diadministrasi dan dirawat khusus di unit luka
bakar adalah seperti berikut: (1,2,3,4)
1.
Partial- thickness burns (luka bakar derajat II) dan full-thickness burns (luka
bakar derajat III) dengan >10 % dari TBSA pada pasien berumur kurang dari 10
2.

3.

tahun atau lebih dari 50 tahun.


Partial- thickness burns (luka bakar derajat II) dan full-thickness burns (luka
bakar derajat III) dengan >20 % dari TBSA pada kelompok usia lainnya.
Partial- thickness burns (luka bakar derajat II) dan full-thickness burns (luka
bakar derajat III) yang melibatkan wajah, tangan, kaki, alat kelamin, perineum,

4.

5.
6.

atau sendi utama.


Full-thickness burns (luka bakar derajat III) lebih >5 persen TBSA pada semua
kelompok usia.
Luka bakar listrik, termasuk cedera petir.
Luka bakar pada pasien dengan riwayat gangguan medis sebelumnya yang bisa
mempersulit

7.
8.
9.

10.

11.

manajemen,

memperpanjang

periode

pemulihan,

atau

mempengaruhi kematian.
Luka bakar kimia.
Trauma inhalasi
Setiap luka bakar dengan trauma lain (misalnya, patah tulang) di mana luka
bakar tersebut menimbulkan risiko terbesar dari morbiditas dan mortalitas.
Luka bakar pada anak-anak yang dirawat di rumah sakit tanpa unit perawatan
anak yang berkualitas maupun peralatannya.
Luka bakar pada pasien yang membutuhkan rehabilitasi khusus seperti sosial,
emosional, termasuk kasus yang melibatkan keganasan pada anak.

IX.
1.

PENATALAKSANAAN
Prehospital
Hal pertama yang harus dilakukan jika menemukan pasien luka bakar di
tempat kejadian adalah menghentikan proses kebakaran. Maksudnya adalah

23

membebaskan pasien dari pajanan atau sumber dengan memperhatikan


keselamatan diri sendiri. Bahan yang meleleh atau menempel pada kulit tidak
bisa dilepaskan. Air suhu kamar dapat disiriamkan ke atas luka dalam waktu 15
menit sejak kejadian, namun air dingin tidak dapat diberikan untuk mencegah
2.

terjadinya hipotermia dan vasokonstriksi. (1,2,3,4)


Resusitasi jalan nafas
Bertujuan untuk mengupayakan suplai oksigen yang adekuat. Pada luka
bakar dengan kecurigaan cedera inhalasi, tindakan intubasi dikerjakan sebelum
edema mukosa menimbulkan manifestasi obstruksi. Sebelum dilakukan
intubasi, oksigen 100% diberikan dengan menggunakan face mask. Intubasi
bertujuan untuk mempertahankan patensi jalan napas, fasilitas pemeliharaan
jalan napas (penghisapan sekret) dan broncoalveolar lavage. Krikotiroidotomi
masih menjadi perdebatan karena dianggap terlalu agresif dan morbiditasnya
lebih besar dibandingkan intubasi. Krikotiroidotomi dilakukan pada kasus yang
diperkirakan akan lama menggunakan ETT yaitu lebih dari 2 minggu pada luka
bakar luas yang disertai cedera inhalasi. Kemudian dilakukan pemberian
oksigen

2-4

liter/menit

melalui

pipa

endotracheal.

Terapi

inhalasi

mengupayakan suasana udara yang lebih baik disaluran napas dengan cara uap
air menurunkan suhu yang meningkat pada proses inflamasi dan mencairkan
sekret yang kental sehingga lebih mudah dikeluarkan. Pada cedera inhalasi
perlu dilakukan pemantauan gejala dan distres pernapasan. Gejala dan tanda
berupa sesak, gelisah,takipneu, pernapasan dangkal, bekerjanya otot-otot bantu
pernapasan dan stridor. Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan adalah
3.

analisa gas darah serial dan foto thorax. (1,2,3,4)


Resusitasi cairan
Jenis cairan
Terdapat tiga jenis cairan secara umum yaitu kristaloid, cairan
hipertonik dan koloid:
Larutan kristaloid
Larutan ini terdiri atas cairan dan elektrolit. Contoh larutan ini adalah
Ringer Laktat dan NaCl 0,9%. Komposisi elektrolit mendekati kadarnya

24

dalam plasma atau memiliki osmolalitas hampir sama dengan plasma. Pada
keadaan normal, cairan ini tidak hanya dipertahankan di ruang
intravaskular karena cairan ini banyak keluar ke ruang interstisial.
Pemberian 1 L Ringer Laktat (RL) akan meningkatkan volume intravaskuer
300 ml. (1,2,3,4)
Larutan hipertonik
Larutan ini dapat meningkatkan volume intravaskuler 2,5 kali dan
penggunaannya dapat mengurangi kebutuhan cairan kristaloid. Larutan
garam hiperonik tersedia dalam beberapa konsentrasi, yaitu NaCl 1,8%,
3%, 5 %, 7,5% dan 10%. Osmolalitas cairan ini melebihi cairan intraseluler
sehingga cairan akan berpindah dari intraseluler ke ekstraseluler. Larutan
garam hipertonik meningkatkan volume intravaskuler melalui mekanisme
penarikan cairan dari intraseluler. (1,2,3,4)
Larutan koloid
Contoh larutan koloid adalah Hydroxy-ethyl starch (HES) dan
Dextran. Molekul koloid cukup besar sehingga tidak dapat melintasi
membran kapiler, oleh karena itu sebagian akan tetap dipertahankan
didalam ruang intravaskuler. Pada luka bakar dan sepsis, terjadi
peningkatan permeabilitas kapiler sehingga molekul akan berpindah ke
ruang interstisium. Hal ini akan memperburuk edema interstisium yang
ada. (1,2,3,4)
HES merupakan suatu bentuk hydroxy-substitued amilopectin
sintetik, HES berbentuk larutan 6% dan 10% dalam larutan fisiologik. T
dalam plasma selama 5 hari, tidak bersifat toksik, memiliki efek samping
koagulopati namun umumnya tidak menyebabkan masalah klinis. HES
dapat memperbaiki permeabilitas kapiler dengan cara menutup celah
interseluler pada lapisan endotel sehingga menghentikan kebocoran cairan,
elektrolit dan protein. Penelitian terakhir mengemukakan bahwa HES
memiliki efek antiinflamasi dengan menurunkan lipid protein complex

25

yang dihasilkan oleh endotel, hal ini diikuti oleh perbaikan permeabilitas
kapiler. Efek anti inflamasi diharapkan dapat mencegah terjadinya SIRS.
(1,2,3,4)

4.

Perawatan luka
Perawatan luka dilakukan setelah tindakan resusitasi jalan napas,
mekanisme bernapas dan resusitasi cairan dilakukan. Tindakan meliputi
debridement secara alami, mekanik (nekrotomi) atau tindakan bedah (eksisi),
pencucian luka, wound dressing dan pemberian antibiotik topikal . Tujuan
perawatan luka adalah untuk menutup luka dengan mengupaya proses
reepiteliasasi, mencegah infeksi, mengurangi jaringan parut dan kontraktur dan
untuk menyamankan pasien. Debridement diusahakan sedini mungkin untuk
membuang jaringan mati dengan jalan eksisi tangensial. Tindakan ini dilakukan
setelah keadaan penderita stabil, karena merupakan tindakan yang cukup berat.
Untuk bullae ukuran kecil tindakannya konservatif sedangkan untuk ukuran
besar(>5cm) dipecahkan tanpa membuang lapisan epidermis diatasnya. (1,2,3,4)
Pengangkatan keropeng (eskar) atau eskarotomi dilakukan juga pada luka
bakar derajat III yang melingkar pada ekstremitas atau tubuh sebab pengerutan
keropeng(eskar)

da

pembengkakan

yang

terus

berlangsung

dapat

mengakibatkan penjepitan (compartment syndrome) yang membahayakan


sirkulasi sehingga bahgian distal iskemik dan nekrosis(mati). Tanda dini
penjepitan (compartment syndrome) berupa nyeri kemudian kehilangan daya
rasa (sensibilitas) menjadi kebas pada ujung-ujung distal. Keaadan ini harus
cepat ditolong dengan membuat irisan memanjang yang membuka keropeng
sampai penjepitan bebas. (1,2,3,4)
Pencucian luka dilakukan dengan hidroterapi yaitu memandikan pasien
atau dengan air hangat mengalir dan sabun mandi bayi. Lalu luka dibalut
dengan kasa lembab steril dengan atau tanpa krim pelembap. Perawatan luka
tertutup dengan occlusive dressing untuk mencegah penguapan berlebihan.
Penggunaan tulle (antibiotik dalam bentuk sediaan kasa) berfungsi sebagai

26

penutup luka yang memfasilitasi drainage dan epitelisasi. Sedangkan krim


antibiotik diperlukan untuk mengatasi infeksi pada luka. (1,2,3,4)
5.

Eksisi dan graft


Luka bakar derajat IIB dan III tidak dapat mengalami penyembuhan
spontan tanpa autografting. Jika dibiarkan, jaringan yang sudah mati ini akan
menjadi fokus inflamasi dan infeksi. Eksisi dini dan grafting saat ini dilakukan
sebagian besar ahli bedah karena memiliki lebih banyak keuntungan
dibandingkan debridement serial. Setelah dilakukan eksisi, luka harus ditutup
melalui skin graft (pencakokan kulit) dengan menggunakan biological dressing.
Terdapat 3 bahan biological dressing yaitu homografts (kulit mayat dan
penutup luka sementara), xenografts/heterografts (kulit binatang seperti babi
dan penutup luka sementara) dan autografts (kulit pasien sendiri dan penutup
luka permanen). Idealnya luka ditutup dengan kulit pasien sendiri (autograft).
Terdapat 2 tipe primer autografts kulit yaitu split-thickness skin grafts (STSG)
dan full-thickness skin grafts (FTSG). Pada luka bakar 20-30% biasanya dapat
dilakukan dalam satu kali operasi dengan penutupan oleh STSG diambil dari
bagian tubuh pasien. (1,2,3,4)

6.

Lain-lain
Pemberian antibiotik pada kasus luka bakar bertujuan sebagai profilaksis
infeksi dan mengatasi infeksi yang sudah terjadi. Dalam3-5 hari pertana
populasi kuman yang sering dijumpai adalah bakteri Gram positif nonpatogen.Sedangkan hari 5-10 adalah bakteri Gram negative patogen. Dalam 1-3
hari pertama pasca cedera, luka masih dalam keadaan steril sehingga tidak
diperlukan antibiotik. Beberapa antibiotik topikal yang dapat digunakan adalah
silver sulfadiazine 1%, silver nitrate dan mafenide (sulfamylon) dan
xerofom/bacitracin. Antasida diberikan untuk pencegahan tukak beban (tukak
stress/stress ulcer), antipiretik bila suhu tinggi dan analgetik bila nyeri. (1,2,3,4)
Nutrisi harus diberikan cukup untuk menutup kebutuhan kalori dan
keseimbnagan nitrogen yang negatif pada fase katabolisme, yaitu sebanyak

27

2500-3000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi. Kalau perlu makanan
diberikan melalui enteral atau ditambah dengan nutrisi parenteral. Pemberian
nutrisi enteral dini melalui nasaogastik dalam 24 jam pertama pasca cedera
bertujuan untuk mencegah terjadinya atrofi mukosa usus. Pemberian enteral
dilakukan dengan aman bila Gastric Residual Volume (GRV) <150 ml/jam yang
menandakan pasase saluran cerna baik. (1,2,3,4)
Penderita yang sudah mulai stabil keadaannya perlu fisioterapi untuk
memperlancarkan peredaran darah dan mencegah kekakuan sendi. Kalau perlu
sendi diistirahatkan dalam posisi fungsional degan bidai. Penderita luka bakar
luas harus dipantau terus menerus. Keberhasilan pemberian cairan dapat dilihat
dari diuresis normal yaitu 1ml/kgBB/jam. Yang penting juga adalah sirkulasi
normal atau tidak dengan menilai produksi urin,analisa gas darah, elektrolit,
hemoglobin dan hematokrit. (1,2,3,4)
X.

PROGNOSIS
Prognosis pada luka bakar tergantung dari derajat luka bakar, luas permukaan

badan yang terkena luka bakar, adanya komplikasi seperti infeksi, dan kecepatan
pengobatan medikamentosa. Luka bakar minor ini dapat sembuh 5-10 hari tanpa
adanya jaringan parut. Luka bakar moderat dapat sembuh dalam 10-14 hari dan
mugkin dapat menimbulkan luka parut. Jaringan parut akan membatasi gerakan dan
fungsi. Dalam beberapa kasus, pembedahan dapat diperlukan untuk membuang
jaringan parut. (1,2,3,4)

28

Anda mungkin juga menyukai