PENDAHULUAN
Infeksi sistem saraf pusat (SSP) dan sekuelnya masih menjadi sumber
morbiditas utama. Beberapa waktu yang lalu, dikenalkannya antibiotik spektrum
luas, berkembangnya teknologi pencitraan, dan fasilitas intensive care unit telah
mengubah sejarah infeksi SSP.1
pada penyakit jantung bawaan, dilakukan pemeriksaan Rontgen dada, EKG, dan
Echo. Walaupun fasilitas diagnosis dan pengobatan abses otak telah mengalami
banyak kemajuan, mortalitas tetap tinggi, yaitu sekitar 10%-60%, rata-rata 40%. 2
Penyakit ini sudah jarang dijumpai, terutama di negara maju, namun karena risiko
kematiannya tinggi, abses serebri termasuk golongan penyakit infeksi yang
mengancam kehidupan masyarakat (life-threatening infection).3
Abses serebri merupakan suatu lesi desak ruang berupa suatu penumpukan
materi piogenik yang terjadi akibat invasi dan perkembangan mikroorganisme
yang terlokalisir di dalam atau di antara jaringan otak. Abses serebri dapat berasal
dari beberapa sumber infeksi, yaitu fokus infeksi dekat, misalnya otitis media,
mastoiditis, sinusitis paranasal, dan fokus infeksi jauh, misalnya dari paru-paru
dan jantung, luka penetrasi, operasi dan akibat komplikasi meningitis bakterialis.
Keberhasilan mengetahui penyebab abses sangat dipengaruhi cara pembiakannya. 4
Fokal infeksi dari abses serebri menyebabkan kerusakan pada SSP apabila
pertahanan tubuh terhadap piogen tidak cukup kuat, sehingga terjadilah abses
piogenik.5,6
Insiden
abses
serebri
meningkat
pada
pasien
dengan
Penanganan abses
serebri dapat dilakukan secara konservatif atau operatif tergantung stadium abses
dan pertimbangan lain. Penanganan konservatif meliputi perawatan umum, terapi
kausal, dan pemberian anti edema otak, sedangkan penanganan operatif dilakukan
dengan aspirasi dan eksisi.7 Diagnosis dan tatalaksana yang cepat dan tepat dapat
mempengaruhi prognosis abses serebri dan menurunkan angka mortalitas,
sehingga pengetahuan mengenai etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis,
penegakan diagnosis, dan tatalaksana abses serebri sangat penting untuk
diketahui.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Definisi
Abses serebri merupakan suatu lesi desak ruang berupa suatu penumpukan
Epidemiologi
Abses serebri adalah salah satu penyakit sistem saraf pusat yang
serebri pada anak terhitung mendekati 25% dari seluruh penderita abses serebri.3
Mortalitas abses serebri telah mengalami penurunan dari 50% menjadi
20%, sebagian besar merupakan hasil dari pengenalan CT scan yang dapat
mendiagnosis lebih dini dengan lokasi yang akurat.10
Mortalitas terutama
dipengaruhi oleh usia dan kondisi neurologis saat masuk rumah sakit, tertundanya
perawatan, defisit neurologis saat masuk rumah sakit, terganggunya imunitas host,
DM yang tidak terkontrol, dan Glassgow Coma Scale (GCS) < 12, berhubungan
dengan kematian dan defisit neurologis permanen.3
2.3
perkontinuitatum atau hematogen. Bakteri yang dapat diisolir dari abses otak
adalah:
a. Bakteri aerob
Bakteri aerob yaitu Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoni,
Streptococcus viridans, Haemophylus influenza, dan Bacillus gram negatif.
b. Bakteri anaerob
Bakteri anaerob dapat berupa Bacterioides fragilis, Microacrophyllic
cocci, Actinomyces israelli, Bacterioides sp., Fusobacterium.
Bakteri aerob lebih sering dibanding anaerob, terutama golongan Streptococcus
(32.1%), disususl gram negative baccili (15.7%), Staphylococcus aureus (13.4%).
Dilaporkan bahwa Staphylococcus aureus lebih virulen daripada alpha hemolitic
streptococcus pada pembentukan abses otak.12
Sebagian besar abses otak berasal langsung dari penyebaran infeksi telinga
tengah, sinusitis (paranasal, ethmoidalis, sphenoidalis dan maxillaries).3
Abses otak dapat timbul akibat penyebaran secara hematogen dari infeksi
paru sistemik (empyema, abses paru, bronkiektas, pneumonia), endokarditis
bakterial akut dan subakut dan pada penyakit jantung bawaan Tetralogi Fallot
(abses multiple, lokasi pada substansi putih dan abu dari jaringan otak).Abses otak
yang penyebarannya secara hematogen, letak absesnya sesuai dengan peredaran
darah yang didistribusi oleh arteri cerebri media terutama lobus parietalis, atau
cerebellum dan batang otak.13
Abses dapat juga dijumpai pada penderita penyakit immunologik seperti
AIDS, penderita penyakit kronis yang mendapat kemoterapi/steroid yang dapat
menurunkan sistem kekebalan tubuh.
tunggal,
terletak
superfisial
di
otak,
dekat
dengan
sumber
ethmoidalis
pada
telinga
dapat
tengah
menyebabkan
dapat
pula
abses
menyebar
pada
lobus
ke
lobus
infeksi di sekitar otak maupun secara hematogen dari tempat yang jauh, atau
secara langsung seperti trauma kepala dan operasi kraniotomi. Abses yang terjadi
oleh penyebaran hematogen dapat pada setiap bagian otak, tetapi paling sering
pada pertemuan substansia alba dan grisea; sedangkan yang perkontinuitatum
biasanya berlokasi pada daerah dekat permukaan otak pada lobus tertentu.13
Pada tahap awal abses serebri terjadi reaksi radang yang difus pada
jaringan otak dengan infiltrasi lekosit disertai edema, perlunakan dan kongesti
jaringan otak, kadang-kadang disertai bintik perdarahan. Setelah beberapa hari
sampai beberapa minggu terjadi nekrosis dan pencairan pada pusat lesi sehingga
membentuk suatu rongga abses. Astroglia, fibroblas dan makrofag mengelilingi
jaringan yang nekrotikan.
kelamaan dengan fibrosis yang progresif terbentuk kapsul dengan dinding yang
konsentris. Tebal kapsul antara beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter.
Beberapa ahli membagi perubahan patologi abses serebri dalam 4 stadium yaitu :
a. Stadium serebritis dini (Early Cerebritis)
Terjadi reaksi radang lokal dengan infiltrasi polimofonuklear leukosit,
limfosit dan plasma sel dengan pergeseran aliran darah tepi, yang dimulai pada
hari pertama dan meningkat pada hari ketiga.Sel-sel radang terdapat pada tunika
adventisia
dari
pembuluh
darah
dan
mengelilingi
daerah
nekrosis
kapsul kolagen. Pada fase ini edema otak menyebar maksimal sehingga lesi
menjadi sangat besar.12
c. Stadium pembentukan kapsul dini (Early Capsule Formation)
Pusat nekrosis mulai mengecil, makrofag menelan aseluler debris dan
fibroblast meningkat dalam pembentukan kapsul. Lapisan fibroblast membentuk
anyaman reticulum mengelilingi pusat nekrosis.
Di daerah ventrikel,
Manifestasi Klinis
Pada stadium awal gambaran klinik abses otak tidak khas, terdapat gejala-
Diagnosis
Diagnosis
ditegakkan
berdasarkan
anamnesis,
gambaran
klinik,
Pemeriksaan EEG
EEG
Magnetic
Resonance Imaging saat ini banyak digunakan, selain memberikan diagnosis yang
lebih cepat juga lebih akurat.12
Gambaran CT-scan pada abses :
10
Hampir sama dengan fase cerebritis, tetapi pusat nekrosis lebih kecil
dan kapsul terlihat lebih tebal.
11
hanya 3-6 mm) dan biasanya uniform, diameter ring, rasio lesi dan ring. Pada
kasus, kapsul bagian medial lebih tipis dari kapsul subkortikal. Hal ini
menunjukkan sedikitnya vaskularisasi dari massa putih dan menjelaskan mengapa
daughter abscess biasanya berkembang di medial.7
Abses serebri yang hematogen ditandai dengan adanya fokus infeksi (yang
tersering dari paru), lokasi pada daerah yang diperdarahi oleh arteri serebri media
di daerah perbatasan massa putih dan abu-abu dengan tingkat mortalitas yang
tinggi.7,9
Sedangkan gambaran glioblastoma pada CT scan adalah adanya mixed
density tumor, ring enhancement yang berlekuk-lekuk disertai perifokal edema
yang luas.12
2.7
Tatalaksana
Terapi definitif untuk abses melibatkan :
1.
2.
3.
4.
5.
Pencegahan kejang
6.
Neurorehabilitasi
Penatalaksanaan awal dari abses otak meliputi diagnosis yang tepat dan
Antibiotik
12
Meropenem
Penissilin
dan
metronidazole
Post VP-Shunt
Vancomycin
dan
ceptazidine
Otitis media, sinusitis, atau
Vancomycin
mastoiditis
Infeksi meningitis citrobacter
Sefalosporin generasi
ketiga,
yang secara
umum
dikombinasi
dengan
terapi
aminoglikosida
diterapi dengan vancomycin dan ceptazidine. Ketika otitis media, sinusitis, atau
mastoidits yang menjadi penyebab dapat digunakan vancomycin karena
strepkokkus pneumonia telah resisten terhadap penissilin.
Ketika meningitis
citrobacter, yang merupakan bakteri utama pada abses local, dapat digunakan
sefalosporin generasi ketiga, yang secara umum dikombinasikan dengan terapi
aminoglikosida. Pada pasien denganimmunocompromised digunakan antibiotik
yang berspektrum luas dan dipertimbangkan pula terapi amphoterids.2
Tabel 2.2 Dosis dan Cara Pemberian Antibiotik pada Abses Otak
13
Drug Dose
Cefotaxime
(Claforan) 50-100
mg/KgBBt/Hari
Ceftriaxone
(Rocephin)
IV
IV
50-100
mg/KgBBt/Hari
Metronidazole
(Flagyl)
35-50
mg/KgBB/Hari
Nafcillin
Nafcil)
2 grams
Vancomycin
setiap 12 jam,
15 mg/KgBB/Hari
IV
14
and biopsy. Tindakan aspirasi biasa dilakukan pada abses multipel, abses batang
otak dan pada lesi yang lebih luas digunakan eksisi.7
Pada beberapa keadaan terapi operatif tidak banyak menguntungkan,
seperti: small deep abscess, multiple abscess dan early cerebritic stage.7
Kebanyakan studi menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna
diantara penderita yang mendapatkan terapi konservatif ataupun dengan terapi
eksisi dalam mengurangi risiko kejang.2,7
Antibiotik mungkin digunakan tersendiri, seperti pada keadaan abses
berkapsul dan secara umum jika luas lesi yang menyebabkan sebuah massa yang
berefek terjadinya peningkatan tekanan intrakranial. Dan harus ditatalaksanakan
dengan kombinasi antibiotik dan aspirasi abses.
Pembedahan secara eksisi pada abses otak jarang digunakan, karena
prosedur ini dihubungkan dengan tingginya angka morbiditas jika dibandingkan
dengan teknik aspirasi. Indikasi pembedahan adalah ketika abses berdiameter
lebih dari 2,5 cm, adanya gas di dalam abses, lesi yang multiokuler, dan lesi yng
terletak di fosa posterior, atau jamur yang berhubungan dengan proses infeksi,
seperti mastoiditis, sinusitis, dan abses periorbita, dapat pula dilakukan
pembedahan drainase. Terapi kombinasi antibiotik bergantung pada organisme
dan respon terhadap penatalaksanaan awal. Tetapi, efek yang nyata terlihat 4-6
minggu.12
Penggunaan antikonvulsan dipengaruhi juga oleh lokasi abses dan
posisinya terhadap korteks. Oleh karena itu kapan antikonvulsan dihentikan
tergantung dari kasus per kasus (ditetapkan berdasarkan durasi bebas kejang, ada
tidaknya abnormalitas pemeriksaan neurologis, EEG dan neuroimaging).3
2.8
Diagnosis Banding
Sebagai suatu lesi desak ruang (space-occupying lesion), abses otak dapat
bermanifestasi
klinis
hampir
sama
dengan
suatu
neoplasma
maupun
15
Abscess
Tumor
Smooth,
thin, Thick, irregular
regular
Wall
T1
Hyperintense rim
T2
Hypointense rim
Meningeal
enhancement
Favours
Not seen
Diffusion
Imaging
High signal
Low signal
Perfusion
Normal signal due Low signal due
imaging dynamic to collagen and high capillary
fibrosis in wall
density
in
tumour
2.9
Komplikasi
Abses
otak
menyebabkan
kecacatan
bahkan
kematian.
Adapun
komplikasinya adalah:
1. Robeknya kapsul abses ke dalam ventrikel atau ruang subarachnoid
2. Penyumbatan cairan serebrospinal yang menyebabkan hidrosefalus
3. Edema otak
4. Herniasi oleh massa Abses otak.3
2.10
Prognosis
Angka kematian yang dihubungkan dengan abses otak secara signifikan
berkurang, dengan perkiraan 5-10% didahului CT-Scan atau MRI dan antibiotik
yang tepat, serta manajemen pembedahan merupakan faktor yang berhubungan
dengan tingginya angka kematian, dan waktu yang mempengaruhi lesi, abses
mutipel, kesadaran koma dan minimnya fasilitas CT-Scan. Angka harapan yang
16
17
BAB III
KESIMPULAN
Abses serebri merupakan suatu lesi desak ruang berupa suatu penumpukan
materi piogenik yang terjadi akibat invasi dan perkembangan mikroorganisme
yang terlokalisir di dalam atau di antara jaringan otak. Sebagian besar penderita
abses otak adalah laki-laki, dibandingkan perempuan (3:1) yang berusia produktif
(20-50) tahun.
Penyebab abses serebri bisa bermacam-macam. Sebagian besar abses otak
berasal langsung dari penyebaran infeksi tengah, sinusitis, atau secara hematogen
dari infeksi paru sistemik, endokarditis bacterial akut dan subakut dan pada
penyakit jantung bawaan Tetralogi Fallot, atau bahkan akibat trauma tembus pada
kepala atau trauma pascaoperasi. Selain itu, abses dapat juga dijumpai pada
penderita penyakit immunologik seperti AIDS, penderita penyakit kronis yang
mendapat kemoterapi/steroid yang dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh.
Penyebab abses yang jarang dijumpai adalah osteomyelitis tengkorak, sellulitis,
erysipelas wajah, abses tonsil, pustule kulit, luka tembus pada tengkorak kepala,
infeksi gigi luka tembak di kepala, septikemia.
Abses otak dapat terjadi akibat penyebaran perkontinuitatum dari fokus
infeksi di sekitar otak maupun secara hematogen dari tempat yang jauh, atau
secara langsung seperti trauma kepala dan operasi kraniotomi. Dengan semakin
besarnya abses otak gejala menjadi khas berupa trias abses otak yang terdiri dari
gejala infeksi, peninggian tekanan intracranial, dan gejala neurologik fokal.
Pada dasarnya, jaringan otak yang sehat cukup resisten terhadap infeksi.
Otak memiliki proteksi khusus yang dikenal sebagai sawar darah otak. Namun,
selain kuman yang susah melewati sawar darah otak, sawar darah otak juga
menghambat penetrasi fagosit, antibodi dan antibiotik, dan jaringan otak tidak
memiliki fagosit yang efektif dan juga tidak memiliki lintasan pembuangan
limfatik untuk pemberantasan infeksi, sehingga sekalinya terjadi infeksi di otak
cenderung menjadi sangat virulen dan destruktif.
18
Diagnosis
ditegakkan
berdasarkan
anamnesis,
gambaran
klinik,
19
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3808066/
Bell W, Chun WM, Jabbour JT, et al. Brain abscess, bacterial infectious of the
nervous system. In: Sweiman, Wright, editor. The Practica of Pediatric
Neurology. 1st ed., 1988.p.678-86.
5.
findings
in
experimental
brain
abscess. J
7.
8.
9.
2011.
Muzumdar D, Jhawar S, Goel A. Brain abscess: An overview. Int J
Surg. 2011;9:13644. [PubMed]
10.
20
11.
12.
13.
Hakim AA. 2005. Abses otak. Majalah Kedokteran Nusantara Vol 38, No. 4.
Desember 2005. 324-327.
21