Anggrita Sari, Rahmi Mardiana Editan
Anggrita Sari, Rahmi Mardiana Editan
PENDAHULUAN
Seringkali kata seks dan seksualitas digunakan dalam pengertian yang tidak benar.
Seks sebenarnya mengandung pengertian kelamin secara biologis, yaitu kelamin laki-laki
dan wanita. Sementara itu, seksualitas mengandung pengertian segala sesuatu yang berhubungan dengan seks. Termasuk didalamnya adalah nilai, orientasi, perilaku seksual
dan bukan semata-mata organ kelamin secara
biologis.
Seks pra nikah adalah hubungan yang
dilakukan tanpa adanya ikatan perkawinan.
Lebih lanjut lagi ada beberapa tokoh yang
menyatakan bahwa hubungan seks pra nikah
adalah hubungan kelamin antara laki-laki dan
perempuan yang mengikuti suatu proses peningkatan perilaku seksual yaitu mulai dari
ciuman atau percumbuan berat serta hubungan kelamin sebagai proses akhir.
Perilaku seksual adalah perilaku yang
melibatkan sentuhan secara fisik dari anggota
badan antara pria dan wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim, yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri. Sedangkan perilaku seksual pra nikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa
melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu.
Perilaku seksual pra nikah dapat menimbulkan berbagai dampak negatif pada remaja, diantaranya sebagai berikut: (a) dampak psikologis dari perilaku seksual pra nikah
pada remaja diantaranya perasaan marah, takut, cemas, depresi, rendah diri, bersalah dan
berdosa. (b) Dampak fisiologis; dampak fisik
dari perilaku seks pra nikah diantaranya menimbulkan kehamilan yang tidak diinginkan
dan aborsi. Penyakit pada kehamilan remaja
lebih tinggi dibandingkan kurun waktu reproduksi sehat yaitu antara umur 20 sampai 30
tahun. Keadaan ini disebabkan belum matangnya alat reproduksi untuk hamil, sehingga dapat merugikan kesehatan ibu maupun
199
perkembangan dan pertumbuhan janin. Keadaan tersebut akan semakin menyulitkan bila ditambah dengan tekanan (stress) psikologis, sosial dan ekonomi. (c) Dampak sosial
yang timbul akibat perilaku seksual yang dilakukan sebelum saatnya antara lain dikucilkan, putus sekolah pada remaja perempuan
yang hamil, dan perubahan peran menjadi
ibu. Belum lagi tekanan dari masyarakat yang
mencela dan menolak keadaan tersebut. (d)
Dampak fisik adalah berkembangnya penyakit menular seksual dikalangan remaja, dengan frekuensi penderita penyakit menular
seksual (PMS) yang tertinggi antara usia 1524 tahun. Infeksi penyakit menular seksual
dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan risiko terkena
PMS dan HIV/AIDS.
Faktor-faktor yang dianggap berperan
dalam munculnya permasalahan seks pra nikah pada remaja: (1) Perubahan-perubahan
hormonal yang meningkatkan hasrat seksual
remaja. Peningkatan hormonal ini menyebabkan remaja membutuhkan penyaluran dalam
bentuk tingkah laku tertentu. (2) Penyaluran
tersebut tidak dapat segera terwujud karena
ada undang-undang perkawinan, maupun karena norma sosial yang semakin menuntut
persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan
mental dan lain-lain). (3) Norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang
untuk melakukan hubungan seksual seksual
sebelum menikah. Untuk remaja yang tidak
dapat menahan diri akan memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal tersebut.
Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi
dan rangsangan melalui media massa dengan
teknologi canggih seperti video compact disc
(VCD), majalah dan situs internet menjadi tidak terbendung lagi. Remaja yang ada dalam
periode ini ingin mencoba dan meniru apa
yang dilihat maupun didengar dari media masa, karena pada umumnya mereka belum per-
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG BAHAYA SEKS PRA NIKAH DI KELAS XI MAN 2
MODEL BANJARMASIN TAHUN 2011
200
Anggrita Sari, Rahmi Mardiana
31
63
6
31%
63%
6%
Seks pra nikah pada remaja dapat menimbulkan berbagai dampak negatif seperti
putus sekolah karena hamil pada remaja perempuan, mendapat celaan dan tekanan dari
masyarakat. Penyakit menular seksual yang
tertinggi terjadi pada usia 15 s.d. 24 tahun
dan infeksi menular seksual dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan resiko terutama penyakit
menular seksual (PMS) dan HIV/AIDS.
PENUTUP
Simpulan
Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu
pengetahuan remaja baik laki-laki maupun
perempuan tentang bahaya seks pra nikah
rata-rata mempunyai pengetahuan yang baik.
Saran
Saran dari peneliti, sebagai tenaga kesehatan khususnya bidan agar memperbanyak
memberikan penyuluhan-penyuluhan di sekolah menengah khususnya menengah atas tentang seks pra nikah dan bahaya seks pra nikah dan diharapkan agar kedepannya lebih
menggali mengenai dampak fisiologis dan
psikologis dari seks pra nikah.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. Aziz Alimul, 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis
Data, Salemba Medika, Jakarta.
201
Manuaba, Ida Bagus Gde, 1998. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan
Bidan, EGC, Jakarta.
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG BAHAYA SEKS PRA NIKAH DI KELAS XI MAN 2
MODEL BANJARMASIN TAHUN 2011
202
Anggrita Sari, Rahmi Mardiana