Anda di halaman 1dari 18

6

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian teori
1. Hasil Belajar
Poerwadarminta (1974:769) mendefinisikan bahwa hasil belajar
merupakan hasil yang telah dicapai oleh seseorang dalam suatu usaha yang
dilakukan atau dikerjakan pada proses pembelajaran. Defenisi di atas
sejalan dengan pendapat Winkel (1986:102) yang menyatakan bahwa hasil
belajar adalah bukti usaha yang dicapai dalam proses belajar.
Hasil belajar siswa ditentukan oleh dua faktor yaitu intern dan
ekstren. Faktor intern merupakan faktor-faktor yang berasal atau
bersumber dari siswa itu sendiri, sedangkan faktor ekstern merupakan
faktor yang berasal atau bersumber dari luar peserta didik. Faktor intern
meliputi prasyarat belajar, yakni pengetahuan yang sudah dimiliki oleh
siswa sebelum mengikuti pelajaran berikutnya, keterampilan belajar yang
dimiliki oleh siswa yang meliputi cara-cara yang berkaitan dengan
mengikuti mata pelajaran, mengerjakan tugas, membaca buku, belajar
kelompok mempersiapkan ujian, menindaklanjuti hasil ujian dan mencari
sumber belajar, kondisi pribadi siswa yang meliputi kesehatan, kecerdasan,
sikap, cita-cita, dan hubungannya dengan orang lain. Faktor ekstern antara
lain meliputi proses pembelajaran, sarana belajar yang dimiliki, lingkungan
belajar, dan kondisi sosial ekonomi keluarga (Usman, 1995:12).

Berdasarkan pengertian hasil belajar yang dikemukakan para ahli,


maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar PKn adalah tingkat penguasaan
yang dicapai siswa dalam mengikuti proses pembelajaran PKn sesuai
dengan tujuan yang ditetapkan. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa
merupakan gambaran hasil belajar siswa setelah mengikuti proses
pembelajaran dan merupakan interaksi antara beberapa faktor.
2. Model pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Konsep

metode

pembelajaran

kooperatif

pertama

kali

dikembangkan oleh Bruce dan koleganya. Model pembelajaran kooperatif


merupakan salah satu jenis model pembelajaran yang mengutamakan
kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Menurut Slavin (Allyn dan Bacon, 1999:1), pembelajaran
kooperatif merujuk pada kaidah pengajaran yang memerlukan siswa dari
kemampuan yang heterogen untuk bekerjasam dalam kelompok untuk
mencapai tujuan tertentu .
Lima unsur asas pembelajaran kooperatif menurut Slavin (Allyn
dan Bacon, 1999:1) adalah :
a. Saling bergantung antara satu sama lain secara positif
b. Saling berinteraksi secara langsung
c. Akuntabilitas individu atas pembelajaran diri sendiri
d. Kemahiran kooperatif
e. Diskusi kelompok

Beberapa cara pembelajaran kooperatif telah dikembangkan tokohtokoh pendidikan misal; jigsaw, TGT, STAD, belajar bersama (Learning
Together), NHT (numbered Heads Together) dan Meja Bulat (Round
Table).
Langkah-langkah dalam pembelajaran kooperatif menurut Ismail
(2000:23) adalah sebagai berikut:
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa
b. Menyajikan informasi
c. Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar
d. Membimbing kelompok belajar untuk menemukan penyelesaian suatu
masalah
e. Melakukan evaluasi
f. Memberikan penghargaan
Berdasarkan asas pembelajaran kooperatif, tujuan dan langkahlangkah pelaksanaan yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa,
model pembelajaran kooperatif menggalakkan siswa berinteraksi secara
aktif dan positif dalam kelompok yang memungkinkan siswa memperoleh
hasil belajar yang lebih baik, dibanding model pembelajaran yang lain.
Salah satu tipe model

pembelajaran kooperatif adalah Teams-

Games-Tournoment (Wartono,2004:16). Dalam pembelajaran kooperatif


tipe TGT, semua siswa dalam setiap kelompok diharuskan untuk berusaha
memahami dan menguasai materi yang sedang diajarkan dan selalu aktif
ketika kerja kelompok, sehingga saat ditunjuk oleh guru untuk

memprestasikan jawabannya, mereka dapat menyumbangkan skor untuk


kelompoknya.
Wartono dkk (2004:17) menjelaskan bahwa dalam TGT siswa
memainkan

permainan

dengan

anggota-anggota

tim

lain

untuk

memperoleh tambahan skor pada tim mereka, permainan ini disusun dari
pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan pelajaran yang dirancang
untuk mengetes kemampuan pengetahuan siswa, pertanyaan-pertanyaan
ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka yang dimainkan pada meja-meja
turnamen yang diisi wakil-wakil kelompok yang berbeda namun
mempunyai kemampuan yang setara yang ditunjuk oleh guru. Tiap wakilwakil dari kelompok tersebut akan mengambil sebuah kartu yang diberi
angka dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka
tersebut. Turnamen ini memungkinkan siswa dari semua tingkat untuk
menyumbangkan skor-skor bagi kelompoknya bila mereka berusaha
dengan maksimal. Maka demikian siswa akan termotivasi untuk berperan
aktif dalam proses pembelajaran.
Kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah:
a. Memotivasi siswa untuk belajar giat karena ada tekanan dari teman
kelompoknya serta menyadari akan penilaian yang berkelanjutan.
b. Menghilangkan rasa takut pada siswa untuk mengungkapkan
pendapatnya dan menjawab pertanyaan
c. Menumbuhkan kemampuan kerja sama siswa berpikir kritis dan
kemampuan membantu teman.

10

Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah


sebagian besar siswa merasa tidak nyaman dengan anggota kelompok
barunya yang semula selalu bekerja sama dengan teman sebangkunya.
Berdasarkan langkah pembelajaran kooperatif yang dikemukakan
Ismail (2002:23) dan Wartono (2004:16), maka langkah-langkah
pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam penelitian tindakan kelas ini
adalah sebagai berikut .
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT yang
Diterapkan Dalam Penelitian.
No
GURU
1 Guru menyampaikan indikator
pencapaian hasil belajar.
2 Guru memotivasi siswa
3
4

5
6
7
8
9
10

Guru menginformasikan model


pembelajaran yang digunakan
Guru mengawali pembelajaran
dengan mengecek pemahaman
dasar siswa tentang materi
pemerintahan desa dan kecamatan
Guru mengelompokkan siswa
yang terdiri dari 5 atau 6 orang
siswa yang heterogen
Guru membagi LKS kepada
masing-masing kelompok.

SISWA
Siswa memberi perhatian
penuh
Siswa memberi perhatian
penuh
Siswa memberi perhatian
penuh
Siswa mampu memberikan
gambaran tentang keputusan
bersama.

Siswa mengikuti petunjuk


guru untuk berkumpul dengan
anggota kelompok.
Siswa menerima dan
memastikan setiap anggota
sudah memiliki LKS.
Guru meminta setiap kelompok
Siswa secara kelompok
menyelesaikan soal-soal LKS.
menyelesaikan LKS.
Guru memantau kerja dari
Siswa aktif dalam
kelompok selama diskusi
kelompoknya ketika diskusi
berlangsung
dalam menyelesaikan soal.
Guru menunjuk wakil dari
Siswa yang ditunjuk guru
kelompok menuju meja turnamen
mewakili kelompoknya
menuju meja turnamen.
Guru meminta setiap wakil
Siswa di meja turnamen
kelompok mengambil kartu dimeja memilih kartu yang telah
turnamen yang telah diacak dan
diacak.
diberi angka

11

11

Guru meminta wakil tiap


kelompok mempresentasikan
jawabannya dari soal yang telah
dipilih melalui pengacakan kartu
12 Guru memberi skor untuk masingmasing kelompok sesuai dengan
jawaban mereka
13 Guru memberikan penghargaan
pada setiap kelompok yang telah
selesai mempresentasikan
pekerjaannya.
Sumber: Allyn dan Bacon (1999:2)

Siswa yang mewakili


kelompoknya
mempresentasekan
jawabannya.
Siswa menerima skor untuk
kelompoknya sesuai dengan
hasil presentasenya.
Siswa senang dengan
penghargaan yang diberikan
guru

3. Proses Pembelajaran PKn


Gagne dan Briggs (1979:156) mendefinisikan pembelajaran sebagai
suatu rangkaian events (kejadian, peristiwa, kondisi, dan sebagainya) yang
secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi siswa (pembelajar),
sehingga

proses

belajarnya

dapat

berlangsung

dengan

mudah.

Pembelajaran bukan hanya terbatas pada kejadian yang dilakukan oleh


guru saja, melainkan mencakup semua kejadian maupun kegiatan yang
mungkin mempunyai pengaruh langsung pada proses belajar manusia.
Dalam proses pembelajaran tekanannya diarahkan pada bagaimana siswa
belajar. Pengaruh suatu pembelajaran pada belajar hasilnya lebih sering
menguntungkan dan biasanya mudah diamati.
Gagne mengemukakan kejadian pembelajaran dalam sembilan
kategori yang meliputi: (1) mengaktifkan motivasi, (2) menjelaskan
pembelajar tentang tujuan, (3) mengarahkan perhatian, (4) menstimulasi
ingatan, (5) menyediakan bimbingan pembelajaran, (6) meningkatkan
ingatan, (7) meningkatkan transfer, (8) menimbulkan kinerja, dan
(9) menyediakan balikan. Kejadian pembelajaran ini berfungsi khusus

12

untuk mengkomunikasikan perilaku yang disebut komponen instruksi.


Lebih lanjut dijelaskan bahwa lima kategori pertama menunjukkan
pengomunikasian perilaku yang terjadi sebelum seseorang menguasai
sesuatu.

Keempat

kategori

berikutnya

terjadi

setelah

seseorang

mengembangkan penguasaan terhadap sesuatu (Yulaelawati, 2004:81).


Berdasarkan pada kedua pendapat di atas maka pembelajaran tidak
berlangsung secara alami, tetapi melalui proses menciptakan lingkungan
belajar berupa kegiatan merancang dan menyusun serangkaian peristiwa
mempengaruhi dan mendukung proses belajar dalam diri siswa.
Adapun konsep pembelajaran yang dicanangkan oleh UNESCO
yaitu: learning to know, learning to be, learning to do, and learning to live
together (Yulaelawati, 2004:91). Yang artinya belajar untuk mengetahui,
belajar untuk mengenali atau percaya pada diri sendiri, belajar untuk
melakukan dan bertindak, dan belajar untuk hidup bersama. Mengandung
makna bahwa dengan pengetahuan dan pemahaman terhadap ilmu
pengetahuan/konsep dengan benar peserta didik akan percaya pada diri
sendiri dan dapat mengenali diri sendiri, yang selanjutnya akan melakukan
sesuatu berdasarkan apa yang telah diketahui dan dipahami dengan benar
tersebut dalam kehidupan bersama di masyarakat.
Kegiatan pembelajaran merupakan suatu kegiatan praktis yang
berdasarkan suatu konsep teori tertentu yang berlangsung dalam suatu
waktu dan terikat dalam satu situasi, serta terarah pada satu tujuan yang
ingin dicapai. Proses pembelajaran hanya mungkin berlangsung apabila

13

terdapat: (1) subyek didik, (2) pendidik/guru, (3) bahan ajar, (4) metode,
(5) media, dan (6) tujuan (Trisnawati, S., 2005:48).
4. Karakteristik Mata Pelajaran PKn Sekolah Dasar
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata
pelajaran yang menfokuskan pada pembentukan warganegara yang
memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk
menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter
yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
a. Tujuan
Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar
peserta didik memiliki empat kemampuan yaitu:(a) Berpikir secara
kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, (b)
berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta
anti-korupsi, (c) berkembang secara positif dan demokratis untuk
membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia
agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya, (d)
berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi (Anonim, 2006:6)
b. Ruang Lingkup
Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan, ruang
lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi beberapa

14

aspek yakni aspek persatuan dan kesatuan bangsa, aspek norma, hukum
dan peraturan, aspek hak asasi manusia, aspek kebutuhan warga negara
dan konstitusi negara, aspek kekuasan dan politik, aspek pancasila dan
aspek globalisasi (Anonim, 2006:6).
Aspek persatuan dan kesatuan bangsa terdiri dari hidup rukun
dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa
Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan negara kesatuan republik
indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap
Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan
keadilan.
Dari aspek norma, hukum dan peraturan, ruang lingkup mata
pelajaran

Pendidikan

Kewarganegaraan

meliputi

tertib

dalam

kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di


masyarakat,

peraturan-peraturan

daerah,

norma-norma

dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara, sistim hukum dan peradilan


nasional, hukum dan peradilan internasional. Aspek hak asasi manusia
meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota
masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan,
penghormatan dan perlindungan HAM.
Aspek kebutuhan warga negara meliputi hidup gotong royong,
harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi,
kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama,
prestasi diri , persamaan kedudukan warga negara. Aspek konstitusi

15

negara meliputi proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama,


konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di indonesia, hubungan
dasar negara dengan konstitusi.
Ditinjau dari aspek kekuasaan dan politik, ruang lingkup mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi pemerintahan desa
dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat,
demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi
menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam
masyarakat demokrasi.
Aspek Pancasila meliputi kedudukan Pancasila sebagai dasar
negara dan ideologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar
negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari,
Pancasila sebagai ideologi terbuka dan aspek globalisasi meliputi
globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri indonesia di era
globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi
internasional, dan mengevaluasi globalisasi.
c. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PKn untuk
Kelas IV Sekolah Dasar 8 Angata
Berdasarkan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang disusun
di SD Negeri 8 Angata, maka standar kompetensi dan kompetensi dasar
mata pelajaran PKn untuk kelas IV SD Negeri 8 Angata adalah sebagai
berikut.

16

Tabel 2.2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran


PKn untuk Kelas IV Sekolah Dasar 8 Angata
Standar
Kompentensi
1. Memahami sistem
pemerintahan desa
dan pemerintah
kecamatan
2. Memahami system
pemerintahan
kabupaten, kota, dan
provinsi
3. Mengenal sistem
pemerintahan tingkat
pusat

4. Menunjukkan
sikap terhadap
globalisasi di
lingkungannya

Kompentensi Dasar
Semester 1
1.1 Mengenal lembaga-lembaga dalam
susunan pemerintahan desa dan pemerintah
kecamatan
1.2 Menggambarkan struktur organisasi desa
dan pemerintah kecamatan
2.1 Mengenal lembaga-lembaga dalam
susunan pemerintahan kabupaten, kota, dan
provinsi.
2.2 Menggambarkan struktur organisasi
kabupaten, kota, dan provinsi
Semester 2
3.1 Mengenal lembaga-lembaga negara
dalam susunan pemerintahan tingkat pusat,
seperti MPR, DPR, Presiden, MA, MK dan
BPK dll.
3.2 Menyebutkan organisasi pemerintahan
tingkat pusat, seperti Presiden, Wakil
Presiden dan para Menteri
4.1 Memberikan contoh sederhana pengaruh
globalisasi di lingkungannya
4.2 Mengidentifikasi jenis budaya Indonesia
yang pernah ditampilkan dalam misi
kebudayaan internasional
4.3 Menentukan sikap terhadap pengaruh
globalisasi yang terjadi di lingkungannya

5. Pemerintahan Desa dan Kecamatan


Desa secara etimologi berasal dari bahasa Sansekerta, deca yang
berarti tanah air, tanah asal atau tanah kelahiran. Dari perspektif geografis,
desa atau village diartikan sebagai a group of houses and shops in a
country

area, smaller

than a

town.

Desa

atau udik,

menurut

definisi universal adalah sebuah aglomerasi permukiman di area perdesaan


(rural). Di Indonesia, istilah desa adalah pembagian wilayah administratif

17

di Indonesia di bawah kecamatan, yang dipimpin oleh Kepala Desa,


sedangkan di Kutai Barat, Kalimantan Timur disebut Kepala Kampung
atau Petinggi. Sejak diberlakukannya otonomi daerah istilah desa dapat
disebut dengan nama lain, misalnya di Sumatera Barat disebut dengan
istilah nagari, dan di Papua dan Kutai Barat, Kalimantan Timur disebut
dengan istilah kampung. Begitu pula segala istilah dan institusi di desa
dapat disebut dengan nama lain sesuai dengan karakteristik adat istiadat
desa tersebut. Hal ini merupakan salah satu pengakuan dan penghormatan
pemerintah terhadap asal usul dan adat istiadat setempat.
Desa menurut Widjaja (2003:3) dalam bukunya Otonomi Desa
menyatakan bahwa: Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa,
landasan pemikiran dalam mengenai Desa adalah keanekaragaman,
partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa,
Pada Pasal 1 angka 5 disebutkan bahwa desa adalah kesatuan masyarakat
hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan
asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam
sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Desa bukanlah bawahan kecamatan, karena kecamatan merupakan
bagian dari perangkat daerah kabupaten/kota, dan desa bukan merupakan
bagian dari perangkat daerah. Berbeda dengan Kelurahan, Desa memiliki

18

hak mengatur wilayahnya lebih luas. Namun dalam perkembangannya,


sebuah desa dapat diubah statusnya menjadi kelurahan.
Kemudian pada Pasal 1 angka 7 disebutkan bahwa Pemerintahan
Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah Desa
dan badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Desa memiliki pemerintahannya sendiri pemerintahan desa terdiri
atas Pemerintah Desa yang meliputi Kepala Desa dan Perangkat Desa dan
Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Pada hakekatnya Pemerintahan
Desa tumbuh dalam masyarakat yang diperoleh secara tradisionil dan
bersumber dari hukum adat. Jadi Desa adalah daerah otonomi asli
berdasarkan hukum adat yang berkembang dari rakyat sendiri menurut
perkembangan sejarah yang dibebani oleh instansi atasannya dengan tugastugas pembantuan.
Kecamatan adalah wilayah administratif di Indonesia di bawah
kabupaten atau kota. Kecamatan terdiri atas desa-desa atau kelurahankelurahan. Pemerintah kecamatan dipimpin oleh camat dengan dibantu
oleh perangkat kecamatan. Camat merupakan pegawai negeri sipil dan
bertanggung jawab kepada bupati atau walikota karena kecamatan adalah
bawahan kabupaten atau kota. Perangkat kecamatan juga berstatus pegawai
negeri sipil dan bertanggung jawab pada camat.

19

Perangkat kecamatan itu antara lain: (1) sekretaris kecamatan, (2)


seksi-seksi yang terdiri atas: (a) seksi pemerintahan, (b) seksi
pembangunan, (c) seksi perekonomian, (d) seksi kemasyarakatan, dan (e)
seksi ketenteraman dan ketertiban
Camat merupakan pemimpin kecamatan. Camat berkedudukan
sebagai koordinator penyelenggaraan pemerintahan di wilayah kecamatan,
berada di bawah dan bertanggung jawab kepada bupati melalui sekretaris
daerah kabupaten/kota. Camat diangkat oleh bupati/walikota atas usul
sekretaris daerah kabupaten/kota dari pegawai negeri sipil yang memenuhi
syarat.
Tugas camat adalah melaksanakan kewenangan pemerintahan yang
dilimpahkan oleh bupati sesuai karakteristik wilayah kebutuhan daerah dan
menyelenggarakan kegiatan pemerintahan lainnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan. Seperti halnya desa, struktur organisasi di satu
kecamatan dengan kecamatan lainnya juga belum tentu sama. Seksi-seksi
yang ada juga dapat berlainan. Hal ini karena antara satu kecamatan
dengan kecamatan lainnya memiliki kondisi dan kebutuhan yang berbedabeda. Oleh karena itu, struktur organisasi yang ada harus disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi masing-masing kecamatan. Untuk lebih
memahami organisasi pemerintah kecamatan, perhatikan bagan berikut ini.

20

B. Penelitian Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang
dilakukan oleh: (1) Rustina (2010) dengan judul Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT untuk Meningkatkan Hasil Belajar PKn
Siswa pada Materi Sistem Pemerintahan Pusat di Kelas IV SD Negeri 5
Bataraguru

Kota

Bau-Bau

menyimpulkan

bahwa

penerapan

model

pembelajaran kooperatif Tipe TGT dapat meningkatkan hasil dan ketuntasan


belajar PKn siswa pada materi sistem pemerintahan pusat di kelas IV SD
negeri 5 Bataraguru Kota Bau-Bau, (2) Suwiama (2009) dengan judul
Implementasi Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Dalam Rangka Peningkatan
Hasil Belajar PKn Siswa Kelas V SD Negeri 2 Anggaberi Kabupaten Konawe
menyimpulkan bahwa implementasi pembelajaran kooperatif Tipe TGT dapat
meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas V SD Negeri 2 Anggaberi
kabupaten konawe, (3) Elwaid (2009) dengan judul Meningkatkan Hasil
Belajar PKn siswa pada Materi Sistem Pemerintahan Provinsi melalui
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT di kelas IV SD Negeri 2
Mandonga Kota Kendari menyimpulkan bahwa hasil belajar PKn siswa pada
materi sistem pemerintahan provinsi di kelas IV SD Negeri 2 Mandonga Kota
Kendari dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe TGT.
C. Kerangka Pikir
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa diperlukan keterpaduan
hubungan yang erat dan saling menunjang antara keaktifan guru sebagai

21

pengajar dan siswa sebagai subjek belajar disertai penggunaan pendekatan


pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar. Situasi pembelajaran di SD
Negeri 8 Angata yaitu: 1) masih banyak guru yang memberikan penekanan
pada faktor ingatan semata, 2) masih sangat kurang kegiatan belajar kelompok,
3) faktor penyajian dengan ceramah yang mengakibatkan kegiatan proses
terbatas dan rendah, dan (4) kurang memberikan kesempatan untuk
mempersentasekan hasil kerja siswa. Akibatnya, hasil belajar rendah yakni
dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 70.
Untuk meningkatkan Hasil belajar PKn siswa, guru harus mampu
menciptakan suasana belajar yang optimal dengan menerapkan model
pembelajaran yang inovatif. Dalam pelajaran matematika, salah satu hal yang
harus diperhatikan oleh guru dalam mengajarkan suatu materi pembelajaran
adalah pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan
karakteristik siswa. Salah satu model pembelajaran tersebut adalah model
pembelajaran kooperatif tipe TGT. Pembelajaran kooperatif tipe TGT akan
memberikan manfaat bagi peserta didik dalam meningkatkan kemampuannya
untuk bekerja sama.
Pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan pembelajaran dalam
kelompok-kelompok kecil dimana peserta didik belajar dan bekerja sama
untuk mencapai tujuan seoptimal mungkin. Penerapan pembelajaran
kooperatif tipe TGT dalam pengajaran dapat mendorong peserta didik untuk
belajar, bekerjasama dan bertanggung jawab secara sungguh-sungguh sampai

22

tujuan dapat diwujudkan (Syam, 2006:39). Secara lengkap kerangka pikir


penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut.
Rendahnya hasil belajar PKn siswa pada materi
Pemerintahan Desa dan Kecamatan

Faktor Guru
Guru terlalu memberikan
penekanan pada faktor ingatan.
Masih sangat kurang kegiatan
diskusi
Penggunaan model
pembelajaran yang kurang tepat

Faktor Siswa
Minat dan motivasi siswa
rendah
Tidak mempresentasekan
hasil pekerjaannya
Tidak ada kerja sama antar
siswa

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT


Perhatian siswa terpusat
Memotivasi siswa untuk belajar giat
Menghilangkan rasa takut pada siswa
Menumbuhkan kemampuan kerja sama antar
siswa

Hasil belajar PKn siswa pada materi Pemerintahan Desa


dan Kecamatan Meningkat
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Penelitian
D. Hipotesis Tindakan
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, adapun hipotesis
tindakan dirumuskan sebagai berikut:

23

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran


Pendidikan Kewarganegaraan dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa
kelas IV SDN 8 Angata.
2. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan
kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan pada siswa kelas IV SDN 8 Angata.
3. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam pembelajaran
Pendidikan

Kewarganegaraan

dapat

meningkatkan

hasil

belajar

Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas IV SDN 8 Angata pada materi


Pemerintahan Desa.

Anda mungkin juga menyukai