Anda di halaman 1dari 9

ISSN: 1411-8297

Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013


TOLERANSI GENOTIP KEDELAI (Glycine Max L. Merril.) TERHADAP
KONSENTRASI GARAM NACL PADA FASE VEGETATIF
Oleh:
Agus Triyani , Suwarto, 2) dan Siti Nurchasanah2)
1)
Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
2)
Dosen Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
1)

ABSTRAK
Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan penting di Indonesia. Peningkatan produksi kedelai di
Indonesia salah satunya dapat dilakukan dengan pemanfaatan lahan salin. Seleksi varietas unggul toleran terhadap
salinitas akan semakin efektif jika dapat dilakukan pada fase vegetatif, karena pada fase vegetatif tanaman masih
rentan terhadap kondisi salinitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan 4 genotip kedelai
(Glycine max L. Merril) terhadap konsentrasi garam NaCl, dan mengetahui genotip kedelai (Glycine max L.
Merril) yang toleran terhadap konsentrasi garam NaCl. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2011
di Rumah Kaca Fakultas Pertanian UNSOED, Purwokerto. Konsentrasi garam NaCl sebagai petak utama yaitu;
1) tanpa konsentrasi garam NaCl 0 mM; 2) NaCl dengan konsentrasi 50 mM; 3) NaCl dengan konsentrasi 70 mM;
dan 4) NaCl dengan konsentrasi 90 mM. Sedangkan genotip sebagai anak petak yaitu kedelai varietas Argomulyo,
Grobogan, Slamet dan Tidar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; adanya perbedaan respon pertumbuhan pada
genotip kedelai tehadap variabel tinggi tanaman, bobot basah tanaman, bobot kering tanaman dan bobot basah dan
kering tajuk, dan genotip yang tergolong toleran terhadap konsentrasi garam NaCl menurut nilai indeks sensitivitas
berdasarkan panjang akar adalah genotip Argomulyo.
Kata kunci: kedelai, vegetatif, lahan salin.

ABSTRACT
Soybean is one of the important crops in Indonesia. Increased production of soybean in Indonesia, can be
done by planting soybean in saline land. Selection of salinity tolerant varieties will be more effective if it can
be done in the vegetative phase, because the vegetative phase of plants are still susceptible to salinity conditions.
Aims of this research were to determine the growth response of four soybean varieties (Glycine max L. Merril)
to the concentration of NaCl, and to get the soybean (Glycine max L. Merril) that have tolerant character of
concentration NaCl. The experiment was conducted in screenhouse of Plant Breeding and Biotechnology
Faculty Agriculture, UNSOED, Purwokerto in June to July 2011. The design used in this study was Split
Plot Design with the basic design of Randomized Complete Block Design. Concentration of salt treatment
as main plots, varieties as subplot. Salt concentration NaCl of 0 mM, 50 mM, 70 mM and 90 mM. Varieties
of soybean varieties used Argomulyo, Grobogan, Slamet and Tidar. The observed variable is plant high,
longest root length, root volume, number of root, plant weight wet, wet weight of the shoot, root wet weight,
plants dry weight, shoot dry weight and root dry weight. Data were analyzed by analysis of variance, if there
was significant different, continued by Duncan's Multiple Range Test (DMRT) and value is determined
based on crop tolerance Sensitivity Index (S) concentrations of salt. The results showed that: a difference
in the growth response of plant high, longest root length, plant weight wet, wet weight of the shoot, plants
dry weight, and shoot dry weight on salinity, and soybean varieties on salinity, a relatively tolerant varieties
salinity is the Argomulyo varieties.
Key words: soybean, vegetative, saline land

PENDAHULUAN

tahun selalu meningkat seiring dengan

Kedelai (Glycine max L. Merril)

pertumbuhan penduduk. Oleh karena itu

merupakan salah satu komoditas pangan

diperlukan suplai kedelai tambahan yang

penting, baik untuk konsumsi langsung

harus diimpor karena produksi dalam negeri

maupun sebagai bahan baku industri.

belum dapat mencukupi keadaan tersebut.

Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap

Lahan budidaya kedelai pun

ISSN: 1411-8297
Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013
diperluas dan produktivitasnya ditingkatkan
(Adisarwanto, 2005).

Pengaruh utama salinitas adalah


berkurangnya pertumbuhan daun yang

Produksi kedelai nasional tahun 2011

langsung

mengakibatkan

berkurangnya

mengalami penurunan. Kebutuhan kedelai

fotosintesis tanaman. Salinitas mengurangi

diperkirakan

sebesar 870,07 ribu ton,

pertumbuhan dan hasil tanaman pertanian

menurun sebanyak 36,96 ribu ton (4,08

penting dan pada kondisi terburuk dapat

persen) dibandingkan tahun 2010 (Badan

menyebabkan

Pusat Statistik, 2011). Penurunan produksi

(Yuniati, 2004). Upaya

kedelai nasional disebabkan oleh banyak

produksi kedelai nasional dapat dilakukan

hal diantaranya adanya alih fungsi lahan

dengan

pertanian, sehingga yang tersisa hanya

merupakan suatu cara pemanfaatan lahan

lahan marginal.

yang

terjadinya

intensifikasi.

ada

sengan

gagal

panen

meningkatkan

Intensifikasi

sebaik-baiknya

Lahan marginal didefinisikan sebagai

menggunakan varietas toleran. Menurut

lahan yang mempunyai potensi rendah

Sunarto (2001) upaya untuk mengatasi

sampai sangat rendah untuk dimanfaatkan

kondisi tanah salin dapat ditempuh melalui

sebagai lahan pertanian, namun dengan

perakitan varietas yang toleran terhadap

penerapan suatu teknologi dan sistem

salinitas atau mengadaptasikan varietas-

pengelolaan yang tepat potensi lahan

varietas unggul yang sudah ada pada

tersebut dapat ditingkatkan menjadi lebih

kondisi salin.

produktif dan berkelanjutan (Silvia et al.,


2009).

Lahan

marginal

di

Indonesia

Seleksi varietas biasanya dilakukan


sampai

pada

tahap

generatif

yang

diantaranya adalah lahan pasang surut,

memerlukan waktu cukup lama sehingga

lahan salin, gambut, dan lahan-lahan yang

baru diketahui bahwa varietas tersebut

berada

memiliki keunggulan terhadap cekaman

di

dekat

areal

pertambangan

(Yuniati, 2004).
Lahan

lingkungan. Apabila tanaman pada fase


marginal

yang

dapat

vegetatif memperlihatkan hasil yang tidak

dimanfaatkan untuk penanaman kedelai

baik, maka akan terjadi pula pada fase

salah satunya adalah lahan salin (Akbar,

generatifnya. Sulaiman (1980), menyatakan

2010). Tanah salin adalah tanah yang

bahwa indikator untuk nilai toleransi

mengandung garam NaCl terlarut yang

terhadap salinitas bisa dilakukan pada

tinggi dengan pH < 8,5 dan daya hantar

stadia bibit.

listrik > 4mmhos/cm sehingga dapat


mengganggu

pertumbuhan

pada

kebanyakan tanaman (Follet et al., 1981).

Tujuan

dilakukan

penelitian

ini

adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui


respon pertumbuhan 4 genotip kedelai

ISSN: 1411-8297
Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013
(Glycine

max

L.

Merril)

terhadap

basah tajuk, bobot basah akar, bobot kering

konsentrasi garam NaCl. 2. Mengetahui

tanaman, bobot kering tajuk dan bobot

genotip kedelai (Glycine max L. Merril)

kering akar.

yang toleran terhadap konsentrasi garam


NaCl.

Data hasil pengamatan dianalisis


dengan menggunakan uji F (analysis of
varian), apabila berbeda nyata atau sangat
nyata dilanjutkan dengan Uji Jarak Ganda

METODE PENELITIAN
Penelitian dilakukan di rumah kaca

Duncan (Duncans Multiple Range Test)

Pemuliaan Tanaman dan Bioteknologi,

pada taraf kesalahan 5%. Nilai toleransi

Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal

tanaman ditentukan berdasarkan Indeks

Soedirman. Penelitian dilaksanakan pada

Sensitivitas cekaman garam NaCl dihitung

bulan Juni sampai Juli 2011.

dengan menggunakan rumus (Fischer dan

Bahan yang digunakan yaitu benih 4


genotip kedelai (Argomulyo, Grobogan,
Slamet dan Tidar), pasir steril yang

Maurer, 1978) yaitu:


(s)=

digunakan sebagai media tumbuh, garam

dimana: Y = nilai rataan peubah tertentu

NaCl dengan konsentrasi yaitu 50 mM, 70

pada satu genotip yang mengalami cekaman

mM, dan 90 mM, fungisida dan aquades.

garam NaCl. Yp = nilai rataan peubah

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian

tertentu

ini antara lain: seedbox, timbangan, stirrer,

lingkungan optimum (kontrol). X = nilai

magnetic stirrer, kertas pembungkus, kertas

rataan peubah tertentu pada semua genotip

label, aluminium foil, gelas ukur, sprayer,

yang mengalami cekaman garam NaCl. Xp

oven dan alat tulis.

= nilai rataan peubah tertentu pada semua

Rancangan

satu

genotip

dalam

yang

genotip

digunkanan dalam penelitian ini adalah

Genotip

Rancangan Petak Terbagi (Split Plot

cekaman garam NaCl jika mempunyai nilai

Design)

S< 0,5, agak toleran jika 0,5 S 1, dan

dengan

percobaan

pada

rancangan

dasar

Rancangan Acak Kelompok dengan tiga

dalam

lingkungan

dikatakan

toleran

optimum.
terhadap

peka jika S > 1.

kali ulangan. Faktor yang dicoba adalah


konsentrasi garam NaCl sebagai petak

HASIL DAN PEMBAHASAN

utama, serta 4 genotip kedelai sebagai anak

Perbedaan hasil analisis varian pada

petak. Variabel yang diamati adalah tinggi

setiap variabel pengamatan diakibatkan

tanaman, panjang akar, volume akar,

oleh perbedaan genotip dalam merespon

jumlah akar, bobot basah tanaman, bobot

ISSN: 1411-8297
Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013
perlakuan konsentrasi garam NaCl yang

terdapat satu genotip yang memiliki tinggi

diberikan. Hal ini dapat dilihat di tabel 1.

tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan

Berdasarkan hasil analisis ragam F


diketahui

bahwa

diuji

yang berbeda yaitu Argomulyo (Tabel 2).

berpengaruh sangat nyata terhadap variabel

Sedangkan genotip Tidar memiliki tinggi

tinggi tanaman, bobot basah tanaman, bobot

tanaman yang pendek dibandingkan dengan

basah tajuk dan bobot kering tajuk, serta

tanaman lain pada berbagai konsentrasi

memberikan pengaruh yang nyata pada

garam NaCl (Tabel 2). Hal ini disebabkan

variabel bobot kering tanaman. Konsentrasi

karena

garam NaCl memberikan pengaruh sangat

mempertahankan laju pertumbuhan tajuk

nyata hanya pada variabel panjang akar,

dibandingkan dengan genotip lainnya.

bobot basah tanaman, dan bobot kering akar

Bintoro (1983) menyatakan bahwa sifat

serta memberikan pengaruh yang nyata

racun dari salinitas dapat menghambat

pada tinggi tanaman. Sedangkan interaksi

pertumbuhan, seperti menurunkan tinggi

antara

perlakuan

tanaman, luas daun dan merusak klorofil

konsentrasi garam NaCl tidak memberikan

yang terdapat pada daun. Tanaman toleran

pengaruh yang nyata pada semua variabel

dapat melakukan pertumbuhan yang lebih

pengamatan.

baik daripada tanaman rentan, sehingga

genotip

genotip

dengan

yang

ketiga genotip lainnya pada konsentrasi

Berdasarkan hasil uji lanjut DMRT

genotip

Tidar

belum

mampu

tajuk tanamannya pun lebih tinggi.

terhadap tinggi tanaman diketahui bahwa


Tabel 1. Matrik hasil analisis ragam genotip, pengaruh garam NaCl, interaksi antara genotip
dengan garam NaCl terhadap variabel pengamatan
Variabel Pengamatan

Perlakuan
Genotip (G)
Garam NaCl
Genoatip X Garam NaCl
Tinggi tanaman
sn
n
tn
Panjang akar
tn
sn
tn
Jumlah akar
tn
tn
tn
Volume akar
tn
tn
tn
Bobot basah tanaman
sn
sn
tn
Bobot basah tajuk
sn
tn
tn
Bobot basah akar
tn
tn
tn
Bobot kering tanaman
n
tn
tn
Bobot kering tajuk
sn
tn
tn
Bobot kering akar
tn
sn
tn
Keterangan: n = berbeda nyata pada uji F taraf kesalahan 5%; sn = berbeda sangat nyata pada
uji F taraf kesalahan 1%; tn : tidak berbeda nyata

ISSN: 1411-8297
Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013
Tabel 2. Rata-rata nilai tinggi tanaman genotip yang diuji
Konsetrasi garam NaCl
0 mM
50 mM
70 mM
90 mM
Argomulyo
36,82 a
44,20 a
39,99 a
35,55 a
Grobogan
35,13 ab
36,84 a
26,86 a
27,15 a
Slamet
28,96 ab
33,29 a
28,39 a
26,60 a
Tidar
26,71 b
26,83 a
23,09 a
22,87 a
Keterangan : Nilai rataan yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak ada perbedaan nyata menurut DMRT taraf kesalahan 5%.
Genotip

Tabel 3. Rata-rata nilai bobot basah tanaman pada genotip yang diuji
Konsetrasi garam NaCl
0 mM
50 mM
70 mM
90 mM
Argomulyo
1,86 a
2,19 a
1,76 a
1,55 a
Grobogan
2,24 a
1,84 a
1,59 a
1,48 a
Slamet
1,28 b
1,46 a
1,26 a
1,12 a
Tidar
1,22 b
1,54 a
1,09 a
1,10 a
Keterangan : Nilai rataan yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak ada perbedaan nyata menurut DMRT taraf kesalahan 5%.
Genotip

Berdasarkan Tabel 3. menunjukkan

memiliki nilai bobot basah tajuk yang

bahwa genotip Argomulyo memiliki nilai

tertinggi pada berbagai konsentrasi garam

bobot basah tanaman yang tertinggi pada

NaCl dibandingkan dengan genotip lainnya

berbagai

NaCl

(Tabel 4). Genotip Slamet memiliki nilai

dibandingkan dengan genotip lainnya.

bobot basah tajuk yang terendah pada

Sedangkan genotip Tidar memiliki nilai

berbagai konsentrasi garam NaCl. Tanaman

bobot basah tanaman yang terendah pada

pada kondisi tercekam, misalnya oleh NaCl,

berbagai konsentrasi garam NaCl. Shereen

keseimbangan proses ini akan terganggu.

et al. (2005) penurunan pertumbuhan akan

Ketidakseimbangan

lebih terlihat lebih jelas setelah 14 hari

perbedaan potensi air antara kedua sistem

perlakuan.

toleran

ini, sehingga protoplasma kehilangan air

yang

(air ditarik keluar sel) (Naiola, 1996). Bila

garam

hal ini berlangsung terus menerus, potensi

mentolerir cekaman garam dengan waktu

turgor sel akan terus menurun, hingga dapat

yang lebih lama sebelum penurunan yang

terjadi kelayuan bahkan dapat terjadi

signifikan pada pertumbuhan bibit.

plasmolisis.

konsentrasi

menunjukkan
dipengaruhi

Tanaman
bahwa
oleh

garam

yang
tanaman
cekaman

ini

menimbulkan

Berdasarkan hasil uji lanjut DMRT

Berdasarkan tabel 5. menunjukkan

menunjukkan bahwa genotip Argomulyo

bahwa bobot kering tanaman yang tertinggi

ISSN: 1411-8297
Agronomika Vol. 11, No. 2, Juli 2012
Tabel 4. Rata-rata nilai bobot basah tajuk pada genotip yang diuji
Konsetrasi garam NaCl
0 mM
50 mM
70 mM
90 mM
Argomulyo
1,60 a
1,43 a
1,38 ab
2,04 a
Grobogan
1,69 a
1,64 a
1,48 a
1,38 a
Slamet
1,16 a
0,93 a
1,16 b
1,33 a
Tidar
1,10 b
1,37 a
1,00 a
1,01 a
Keterangan : Nilai rataan yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak ada perbedaan nyata menurut DMRT taraf kesalahan 5%.
Genotip

Tabel 5. Rata-rata nilai bobot kering tanaman pada genotip yang diuji
Genotip

Konsetrasi garam NaCl


50 mM
70 mM

0 mM

90 mM

Argomulyo
0,42 ab
0,54 a
0,46 a
0,37 a
Grobogan
0,53 a
0,49 ab
0,35 ab
0,41 a
Slamet
0,39 b
0,42 ab
0,30 b
0,30 a
Tidar
0,39 b
0,39 b
0,27 b
0,30 a
Keterangan: Nilai rataan yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak ada perbedaan nyata menurut DMRT taraf kesalahan 5%.
pada berbagai konsentrasi dimiliki oleh

lainnya.

genotip Argomulyo. Sedangkan genotip

pertumbuhan tanaman dengan efek yang

Tidar memiliki bobot kering tanaman yang

menghambat pembesaran dan pembelahan

paling rendah

sel,

diantara

genotip

yang

Salinitas

produksi

menekan

protein

serta

proses

biomassa

lainnya. Perlakuan NaCl menyebabkan

tanaman. Gejala pertumbuhan tanaman

jumlah air dalam tanaman berkurang

pada tanah dengan tingkat salinitas yang

sehingga turgor sel-sel penutup stomata

tinggi adalah pertumbuhan tidak normal.

turun.

stomata

Daun mengering di bagian ujung dan

fotosintesis

mengalami gejala klorosis (Fallah, 2006).

terhambat sehingga jumlah asimilat yang

Bobot kering tajuk ini dapat menunjukkan

dihasilkan

nilai hasil asimilasi tanaman (Basri, 1991).

Penurunan

mengakibatkan

turgor

proses

oleh

tanaman

semakin

berkurang.

Tabel

7.

menunjukkan

bahwa

Berdasarkan tabel 6. menunjukkan

perbedaan konsentrasi garam NaCl yang

bahwa bobot kering tajuk yang tertinggi

dicobakan mempengaruhi nilai rata-rata

pada berbagai konsentrasi dimiliki oleh

tinggi tanaman, bobot basah tanaman, bobot

genotip Grobogan. Sedangkan genotip

kering akar, dan panjang akar. Nilai rata-

Tidar memiliki bobot kering tajuk yang

rata pada variabel tinggi tanaman dan bobot

paling rendah

basah tanaman pada konsentrasi

diantara

genotip

yang

ISSN: 1411-8297
Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013
Tabel 6. Rata-rata nilai bobot kering tajuk pada genotip yang diuji
Genotip

Konsetrasi garam NaCl


50 mM
70 mM

0 mM

90 mM

Argomulyo
0,37 a
0,39 a
0,41 b
0,33 a
Grobogan
0,40 a
0,39 a
0,32 ab
0,36 a
Slamet
0,31 a
0,30 a
0,26 a
0,27 a
Tidar
0,30 a
0,29 a
0,24 a
0,26 a
Keterangan : Nilai rataan yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak ada perbedaan nyata menurut DMRT taraf kesalahan 5%.
Tabel 7. Nilai rata-rata tinggi tanaman (cm), bobot basah tanaman (g), bobot kering akar (g),
dan panjang akar (g) pada setiap konsentrasi garam NaCl
Cekaman garam
NaCl
0 mM

Tinggi tanaman
(cm)
31,90 ab

Bobot basah
tanaman (g)
1,65 a

Bobot kering
akar (g)
0,06 a

Panjang Akar
(cm)
22,33 a

50 mM

35,29 a

1,76 a

0,06 a

19,71 a

1,43 b
0,04 b
14,97 b
70 mM
29,58 b
90 mM
28,03 b
1,31 b
0,04 b
13,80 b
Keterangan: Nilai rataan yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak ada perbedaan nyata menurut DMRT taraf kesalahan 5%.
Tabel 8. Nilai indeks sensitivitas panjang akar genotip kedelai pada perlakuan konsentrasi
garam NaCl 90 mM
Genotip
Indek Sensitifitas (S)
Fenotip
Argomulyo
0,29
Toleran
Grobogan
1,05
Peka
Slamet
1,33
Peka
Tidar
1,19
Peka
Keterangan: Genotipe dikatakan toleran terhadap cekaman garam NaCl jika mempunyai nilai
S < 0,5, agak toleran jika 0,5 S 1, dan peka jika S > 1.
garam NaCl 50 mM menunjukkan nilai

konsentrasi garam NaCl 50 mm, 70 mM dan

tertinggi dibandingkan dengan nilai rata-

90 mM. Hal ini disebabkan karena pada

rata pada konsentrasi garam NaCl 0 mM, 70

konsentrasi 0 mM, NaCl tidak meracuni

mM dan 90 mM. Hal ini disebabkan karena

sehingga tanaman tumbuh normal.

pada konsentrasi 50 mM tanaman belum

Hal ini sejalan dengan Sulaiman

teracuni oleh garam NaCl. Sedangkan nilai

(1991), pada kondisi cekaman garam yang

rata-rata pada variabel bobot kering akar

berlebih, baik varietas peka maupun toleran

dan panjang akar pada konsentrasi garam 0

akan mengalami penurunan pertumbuhan,

mM

tertinggi

yang tercermin dalam penurunan tinggi

dibandingkan dengan nilai rata-rata pada

tanaman, tetapi pada varietas yang peka

menunjukkan

nilai

ISSN: 1411-8297
Agronomika Vol. 11, No. 2, Juli 2012
penurunan lebih tajam. Salinitas dalam

berinteraksi langsung dengan cekaman salin

konsentrasi tinggi mampu menimbulkan

(dalam tanah).

efek

racun

bagi

sehingga

Berdasarkan nilai indeks sensitivitas

perkecambahan benih terhambat, bahkan

diperoleh hasil bahwa genotip Grobogan,

mampu mematikan benih (Suwarno dan

Slamet dan Tidar memiliki nilai S lebih dari

Soleh, 1983). Menurut Hussein et al. (2007)

1 maka dinyatakan peka terhadap cekaman

efek

dapat

garam NaCl (Tabel 8). Berdasarkan nilai S

tanaman

pada konsentrasi garam 90 mM, dapat kita

dari

benih,

cekaman

mempengaruhi

garam

pertumbuhan

mulai dari tinggi tanaman, pada bagian

ketahui

daun dan bobot kering.

termasuk galur yang toleran terhadap

Berdasarkan hasil analisis ragam F


pada

interaksi

antara

genotip

bahwa

genotip

Argomulyo

konsentrasi garam NaCl. Menurut Yuniati

dan

(2004) konsentrasi garam tertinggi adalah

lingkungan yang tercekam garam NaCl

100 mM yang merupakan seperempat dari

menunjukkan hasil yang tidak berbeda

konsentrasi air laut ( 0,45 M NaCl).

nyata pada semua variabel yang diamati.

Kecambah

Seperti dikemukakan oleh Gomez &

memperlihatkan

Gomez (1995), dua faktor berinteraksi

pertumbuhan dan meningkatnya jumlah

apabila pengaruh suatu faktor berubah pada

tunas apikal yang mati.

pada

perlakuan

100

mM

terhambatnya

saat perubahan taraf faktor perlakuan


lainnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa

KESIMPULAN

masing-masing

1.

perlakuan

berpengaruh

Adanya

perbedaan

respon

secara mandiri, tidak tergantung satu sama

pertumbuhan pada genotip kedelai

lain. Keadaan ini menunjukkan bahwa

terhadap

faktor perlakuan konsentrasi garam NaCl

bobot basah tanaman, bobot kering

dan

tanaman dan bobot basah dan kering

genotip

tidak

mempengaruhi

pertumbuhan tanaman kedelai.

variabel

tinggi

tajuk.

Toleransi tanaman terhadap cekaman

Genotip

yang

salinitas dapat dilihat berdasarkan nilai

terhadap

konsentrasi

Indeks Sensitivitas (S). Berdasarkan rumus

menurut

nilai

tersebut variabel yang digunakan untuk

berdasarkan

menilai indek sensitivitas yaitu panjang

genotip Argomulyo.

akar.

Hal

tersebut

dikarenakan

tanaman,

akar

merupakan bagian dari tanaman yang

2.

tergolong
garam

indeks

panjang

toleran
NaCl

sensitivitas
akar

adalah

ISSN: 1411-8297
Agronomika Vol. 13, No. 1, Januari 2013
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto. 2005. Budidaya Kedelai
Tropika. Penebar Swadaya, Jakarta.
Akbar, Rizki . 2010. Penapisan Beberapa
Varietas Kedelai (Glycine max L.
Merril.)
Terhadap
Beberapa
Konsentrasi Garam NaCl Secara
Kultur
In-Vitro
(On-line).
http://repository.usu.ac.id/bitstream/
diakses tanggal 13 Januari 2011.
Badan Pusat Statistik. 2010. Produksi
Kedelai
(On-line).
http://www.bps.go.id/tnmn.pgn.php
diakses tanggal 2 Desember 2010.
Basri, H., 1991. Pengaruh stres garam
terhadap pertumbuhan dan produksi
empat varietas kedelai. Thesis.
Program Pascasarjana IPB, Bogor.
Gomez, K.A. dan A. A. Gomez. 1995.
Prosedur Statistik untuk Penelitian
Pertanian.
Penerjemah
Endang
Sjamsuddin dan Justika S. Baharsjah.
UI Perss, Jakarta.
Hussein, M. M ., L.K. Balbaa dan M.S.
Gaballah. 2007. Salicylic acid and
salinity effects on growth of maize
plants.
Research
Journal
of
Agriculture and Biological Sciences
Vol. 3(4): 321-328.
Naiola, B.P. . 1996. Regulasi osmosis pada
tumbuhan tinggi. Jurnal Hayati 3 (1):
01-06.

Kasper, T.C., H.M. Taylor and R.C.


Shibles. 1984. Tap root elongations
rates of soybean cultivars in the
glasshouse and their relation to field
rooting depth. Crop Science (On line).
http://www.crops.org,
diakses
tanggal 16 September 2011.
Shereen, Aisha., S. Mumtaz., S. Raza.,
M.A. Khan., dan S. Solangi. 2005.
Salinity effects on seedling growth
and yield components of different
inbred rice lines. Pak. J. Bot. Vol
37(1):131-139.
Sulaiman(1991) Dalam Suprayogi, dan
Dinuriah I. 2001. Evaluasi Toleransi
Beberapa varietas/galur Padi terhadap
Kadar
Garam
Tinggi
untuk
Mendapatkan Padi Toleran Tanah
Salin. Laporan Penelitian. Fakultas
Pertanian
Universitas
Jenderal
Soedirman. Purwokerto.
Sunarto. 2001. Toleransi kedelai terhadap
tanah salin. Bul. Agron. 29(1) :27-30.
Suwarno dan S. Solahuddin. 1983.
Toleransi varietas padi terhadap
salinitas pada fase perkecambahan.
Bul. Agr. Vol. XIV No. 3.
Yuniati, R. .2004. Penapisan galur kedelai
Glycine max (L.) Merrill toleran
terhadap NaCl untuk penanaman di
lahan salin. Makara Sains Vol 8 No 1,
FMIPA,
Universitas
Indonesia,
Depok. April 2004: 21-24.

Anda mungkin juga menyukai