Urat-urat daging-daging tua keras terasa Mataku tersenyum, matanya menyapa Anak yang pulang disambut mesra. Tapi matanya, mata yang menatapku Kolam-kolam derita dan pudar bulan pagi Garis-garis putih lesu melingkungi hitam-suram Suatu kelesauan yang tak pernah dipancarkan dulu. Kelibat senyum matanya masih jua ramah Akan menutup padaku kelesuan hidup sendiri Bagai dalam suratnya dengan kata-kata siang Memintaku pulang menikmati beras baru. Anak yang pulang di sisi ayahnya maka akulah merasakan kepedihan yang tercermin di mata Meski kain pelekatnya bersih dalam kesegaran wuduk Dan ia tidak pernah merasa, sebab derita itu adalah dia. ~Usman Awang