Anda di halaman 1dari 3

Indonesia dan Kovenan Internasional

Hak-Hak Sipil dan Politik (ICCPR):


Sebuah perbandingan pada masa rezim Soeharto
dan pasca diratifikasinya ICCPR

Oleh:
Poengky Indarti
Imparsial
Indonesia dan Kovenan Internasional
Hak-Hak Sipil dan Politik (ICCPR)
Sebuah perbandingan pada masa rezim Soeharto dan
pasca diratifikasinya ICCPR
Catatan untuk Round table discussion Konferensi INFID ke-15
oleh
Poengky Indarti – Imparsial

Masa Soeharto Masa SBY pasca diratifikasinya ICCPR


Kekerasan aparat berupa Kekerasan aparat berkurang. Mulai ada
pembunuhan, penculikan, upaya reformasi di Jakarta & kota-kota
penangkapan dan penahanan besar. Tapi di daerah yang distigma
sewenang-wenang, penyiksaan dan sebagai daerah separatis, kekerasan
lain-lain. Kekerasan ini terutama aparat masih terjadi. Aktor kekerasan
terjadi di daerah konflik, atau di bertambah, tidak hanya aparat,
daerah non-konflik dengan sasaran melainkan non-aparat (milisi, kelompok
lawan politik Soeharto. fundamentalis)
Intervensi negara terhadap Negara hanya mengakui 6 agama.
kebebasan beragama. Negara Negara masih melakukan intervensi
hanya mengakui 5 agama. pada pemeluk agama. Sebaliknya,
negara justru ragu-ragu bersikap
terhadap pelaku kekerasan yang
memanipulasi agama.
Mendukung pembentukan Kelompok-kelompok tersebut masih ada
kelompok-kelompok yang dan dilindungi negara (misalnya FPI)
memanipulasi agama sebagai dasar
bagi penggunaan kekerasan
(misalnya FPI)
Negara memberlakukan hukuman Negara masih memberlakukan hukuman
mati mati.
Pelanggaran hak-hak tersangka. Praktek-praktek pelanggaran hak-hak
Mafia peradilan. tersangka masih banyak dilakukan
aparat penegak hukum.
Pembelengguan hak untuk Masih ada pembelengguan, terutama di
berekspresi dan mengeluarkan daerah yang distigma separatis seperti
pendapat Papua
Penunggalan institusi/organisasi Diakuinya kebebasan mendirikan
organisasi
Impunitas absolut terhadap pelaku Impunitas
pelanggaran HAM
Pers dibelenggu Pers relatif bisa bersuara, tetapi terkait
isu-isu krusial misalnya korupsi, pers
rentan menghadapi kekerasan

Round Table 2: The progress of Security Sector Reform, Konferensi INFID ke-15 27-28 Oktober 2008 -1-
Kekerasan terhadap para Pembela Kekerasan terhadap para Pembela HAM
HAM di semua isu khususnya pada isu korupsi, kebebasan
berekspresi (Papua), isu agraria,
lingkungan hidup, masyarakat adat,
kebebasan beragama, isu kemiskinan di
perkotaan dan isu kelompok rentan
(perempuan, anak, penyandang cacat,
LGBT)

• Penghormatan Hak Asasi Manusia di Indonesia masih belum menjadi bagian dari
sistem, sehingga pelaksanaannya tergantung good will dari siapa orang yang berkuasa
di republik ini.
• Keberhasilan Reformasi Sektor Keamanan sangat berpengaruh bagi terlaksana
tidaknya penghormatan HAM di Indonesia. Hal ini karena para pelaku pelanggaran
HAM adalah aparat (TNI, POLRI, Intelejen, Birokrat). Pada masa Soeharto, TNI
menduduki ranking pertama pelanggar HAM. Setelah lengsernya Soeharto, ranking
pertama pelanggar HAM beralih ke POLRI.
• Tetapi jika dilihat dari kebijakan secara institusional, justru Intelejen (dalam hal ini
BIN dan BAIS) yang sampai saat ini sangat besar perannya dalam pelanggaran HAM,
misalnya dalam kasus kekerasan dengan isu etnis, teroris dan separatis di Poso,
Maluku, Papua dan Aceh. Kasus pembunuhan Munir menunjukkan dengan jelas
bahwa intelejen enggan melakukan perubahan.

Round Table 2: The progress of Security Sector Reform, Konferensi INFID ke-15 27-28 Oktober 2008 -2-

Anda mungkin juga menyukai