Oleh:
Poengky Indarti
Imparsial
Indonesia dan Kovenan Internasional
Hak-Hak Sipil dan Politik (ICCPR)
Sebuah perbandingan pada masa rezim Soeharto dan
pasca diratifikasinya ICCPR
Catatan untuk Round table discussion Konferensi INFID ke-15
oleh
Poengky Indarti – Imparsial
Round Table 2: The progress of Security Sector Reform, Konferensi INFID ke-15 27-28 Oktober 2008 -1-
Kekerasan terhadap para Pembela Kekerasan terhadap para Pembela HAM
HAM di semua isu khususnya pada isu korupsi, kebebasan
berekspresi (Papua), isu agraria,
lingkungan hidup, masyarakat adat,
kebebasan beragama, isu kemiskinan di
perkotaan dan isu kelompok rentan
(perempuan, anak, penyandang cacat,
LGBT)
• Penghormatan Hak Asasi Manusia di Indonesia masih belum menjadi bagian dari
sistem, sehingga pelaksanaannya tergantung good will dari siapa orang yang berkuasa
di republik ini.
• Keberhasilan Reformasi Sektor Keamanan sangat berpengaruh bagi terlaksana
tidaknya penghormatan HAM di Indonesia. Hal ini karena para pelaku pelanggaran
HAM adalah aparat (TNI, POLRI, Intelejen, Birokrat). Pada masa Soeharto, TNI
menduduki ranking pertama pelanggar HAM. Setelah lengsernya Soeharto, ranking
pertama pelanggar HAM beralih ke POLRI.
• Tetapi jika dilihat dari kebijakan secara institusional, justru Intelejen (dalam hal ini
BIN dan BAIS) yang sampai saat ini sangat besar perannya dalam pelanggaran HAM,
misalnya dalam kasus kekerasan dengan isu etnis, teroris dan separatis di Poso,
Maluku, Papua dan Aceh. Kasus pembunuhan Munir menunjukkan dengan jelas
bahwa intelejen enggan melakukan perubahan.
Round Table 2: The progress of Security Sector Reform, Konferensi INFID ke-15 27-28 Oktober 2008 -2-